Share

5. Kurebut Kembali Hakku

last update Last Updated: 2025-01-16 10:29:41

**

Hanya saja, semua terlupa saat kasur king size di ruangan itu membuatnya terlelap. Gadis itu jatuh tertidur lebih cepat sebab semua yang terjadi pada hari ini membuatnya sangat lelah.

Terlebih, Bella panik kala mengingat rencana keduanya keesokan paginya. Apakah semuanya akan berjalan seperti yang ia harapkan?

“Apakah kau gugup?” tanya Giovanni yang baru turun dari mobil. Pria itu menyadari gerak-gerik wanitanya.

Wanita itu sontak mengangguk menatap lobby Paradise Hotel.

“Kau bisa melakukan ini.” Tanpa basa-basi, ia meraih jemari Bella dan menarik tangan sang istri untuk memasuki hall Paradise Hotel yang saat itu didekorasi dengan mewah.

Tamu-tamu berbusana indah dan mahal bertebaran di penjuru ruangan.

Mereka semua seperti ikut merayakan luka hati Isabella yang berdarah-darah. Dan oleh sebab itu, rasa gugup gadis itu mendadak lenyap. Digantikan dengan api yang membara di dalam dadanya.

“Mereka bersenang-senang di atas penderitaanku,” desis Bella. “Sama sekali tidak bisa dibiarkan.”

Gadis itu mengeratkan pegangannya di lengan Giovanni. Kini tidak ada gugup atau takut, hanya kemarahan membara yang tergambar jelas di kedua matanya.

Dan Giovanni menyukai itu. Seringainya terbit. Ia mengecup puncak kepala Bella dengan sayang. Yeah, sejujurnya Giovanni tidak suka perempuan yang terlalu lembut. 

“Selamat untuk pernikahan kalian.” Bella berujar dengan percaya diri ketika sampai di depan pelaminan. “Aku turut berbahagia.”

“Oh, baguslah,” timpal Tracy dengan muak. Pandangan gadis itu jatuh kepada Giovanni, yang pagi itu jujur saja jauh lebih tampan daripada Andrew Harper, sang mempelai pria. “Siapa yang kau bawa ini, ngomong-ngomong? Kau menyewanya di mana?”

“Jaga mulutmu, Tracy,” sahut Isabella, “Aku tidak akan memaafkan siapapun yang menghina suamiku.”

“Suami, katamu?” Gadis yang lebih tua daripada Bella itu berdecih mengejek. “Kau sefrustasi itu sampai mengada-ada? Kau pikir kami semua bodoh?”

“Terserah. Kau bisa memeriksanya sendiri di catatan sipil nanti. Oh, selain untuk memberi kalian selamat, kedatanganku kemari juga untuk mengingatkan. Aku menikah kemarin,

sebelum kau. Maka hak waris tetap menjadi milikku.”

“Apa?”

“Jangan lupa membayar sewa jika acara kalian berakhir nanti. Kau bukan lagi Corporate Owner hotel ini. Oh, dan satu lagi, Andrew, kau dipecat dari posisimu sebagai General Manager. Segera kemasi barang-barangmu di kantor besok. Perusahaan tidak bisa terus mempekerjakan orang yang tidak punya pendirian seperti dirimu.”

Tentu saja semua hadirin yang datang mendengar kata-kata Bella. Mereka semua sedang tercengang sekarang. Memandang penuh rasa ingin tahu kepada perempuan yang masih berdiri penuh percaya diri di depan pelaminan itu. Semua kegiatan dihentikan karena pemandangan di depan lebih menarik. Sementara sepasang mempelai berdiri seperti patung. Tampak begitu terguncang dengan kejutan yang mereka dapatkan. Rencana Tracy dan Andrew gagal total, ditambah lagi keduanya dipermalukan dengan telak di hadapan publik.

“Ka-kau ….” Tracy tercengang. Wajahnya tampak memucat. “Omong kosong apa yang kau katakan ini, sialan?”

“Aku hanya mengatakan kebenaran, bukan omong kosong.” Bella mengangkat bahu. “Jika kau mengambil sesuatu yang bukan hakmu, maka semesta akan mengambil milikmu dengan lebih banyak. Paham, Sista?”

“Keparat kau, jalang!”

“Kau yang jalang.”

“Menyingkir dari sini, Bella!”

Sesungguhnya, Bella tersentak kaget mendengar kata-kata itu. Ia menoleh kepada sang mantan tunangan yang sedang memandangnya dengan dingin. Ia tahu keadaan dirinya dengan Andrew kini sudah lain, namun mendengar pria itu berkata kasar kepadanya, rasanya benar-benar menyakitkan. Kendati demikian, Bella berusaha menutupi lukanya dengan tetap bersikap seperti sebelumnya. Satu sudut bibirnya terangkat sementara ia mematai Andrew Harper yang pucat pasi saking marahnya.

“Jangan khawatir, Andrew. Aku akan pergi tanpa harus kau usir. Lagi pula misiku sudah selesai sekarang. Silahkan lanjutkan pernikahanmu.”

“Apa yang terjadi? Apa ada sesuatu? Astaga, kau benar-benar datang?” Tergopoh-gopoh keluar dari balik stage, Marita menghampiri putrinya yang berdiri gemetaran dan nyaris menangis. Wanita itu mendelik murka kepada Bella. 

“Kau masih bisa bertingkah, Bella? Seharusnya kau tahu diri! Aku sudah memperingatkanmu dari kemarin! Apa yang kau lakukan kepada putriku, ha?”

“Wah, sepertinya ibumu ketinggalan pertunjukan, Tracy,” ejek Bella dengan decih tawa pelan. “Tapi tidak apa-apa, aku akan menjelaskannya lagi dengan senang hati.”

“Aku bilang menyingkir dari sini, Bella! Apa kau tuli? Pergi, atau aku akan mendorongmu keluar?”

Sebelum Bella bisa melanjutkan berkata-kata, Andrew mengulangi gertakannya. Pria itu melangkah maju untuk mendekati Bella, namun dengan sigap Giovanni menghalangi.

“Kau tidak diizinkan menyentuh istriku,” katanya dengan suara dingin yang mengandung maut. Pria itu membungkuk dan berbisik di telinga Andrew sehingga yang lain tidak bisa mendengarnya. “Akan kupatahkan lehermu sekaligus jika kau berani menyentuh Isabella, walau hanya seujung kuku, asshole!

***

Related chapters

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   6. Siapa Sebenarnya Kau?

    **Peringatan itu membuat Andrew kembali mundur.Sekali gertak saja ia tahu bahwa Giovanni bukanlah tandingannya. Maka pria itu memilih mencari aman dan hanya bisa menggertakkan gigi dengan kesal tanpa bisa menjawab ancaman Giovanni. Setengahnya Andrew tak habis pikir, bagaimana Bella bisa mendapatkan pria ini dalam waktu satu hari saja?Perhatian khalayak kembali kepada Bella, ketika gadis itu kembali berucap dengan tenang kepada Marita.“Siapapun yang berada di sini akan bersedia menjelaskan kepadamu, Mama. Kebetulan mereka semua mendengar percakapan hangat aku dengan Tracy dan Andrew tadi. Kalau begitu aku permisi, sekali lagi selamat untuk pernikahannya.”Kemudian diapitnya lengan Giovanni seraya melangkah pergi dari sana dalam langkah anggun.Kendati demikian, lewat sudut mata, Bella masih dapat melihat Andrew menarik Tracy yang menangis ke dalam pelukannya, dan itu sangat menyakitkan.Hati Bella kembali remuk redam karenanya.Di luar hall hotel, barulah gadis itu menarik napas d

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   7. Giovanni Estes

    **“Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja.” Giovanni menjatuhkan pandangan tajamnya kepada sang istri. “Kau bisa mengandalkan aku, Bella.”“Ya, ya.” Perempuan itu tersenyum gugup. Bohong sekali jika ia tidak takut. Sekalipun Giovanni bersikap baik, tapi aura gelap pada paras tampannya tetap tidak bisa disembunyikan. Hanya tinggal menunggu waktu hingga jati diri pria itu terungkap.Kembali kepada jalanan siang hari Kota San Diego yang tidak cukup ramai. Awalnya Giovanni mengemudi dengan santai menuju ujung kota, di mana rumahnya yang seperti kastil berada. Namun sesuatu kemudian mengganggu fokusnya. Pandangan mata tajam lelaki itu sekali-sekali mengarah kepada spion. Ada sebuah mobil hitam yang berjalan dengan jarak cukup dekat di belakang.“Mobil itu mengikuti kita,” katanya, lebih kepada dirinya sendiri.“Mobil? Yang mana?” Bella menoleh ke belakang. Ia menyipitkan mata dan menemukan mobil mana yang dimaksud suaminya. “Tidak, Gio. Mungkin saja itu hanya mobil orang lain yang

    Last Updated : 2025-01-30
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   8. Pria Pertamaku

    **Giovanni Estes sudah berusia 30 tahun saat ini, namun ini adalah pertama kalinya ia bisa merasa menjadi laki-laki yang normal. Selama ini ia hanya bisa tersiksa saat melihat perempuan dalam bentuk apapun.Pria itu mengangkat tubuh ramping Bella dan membawanya ke atas ranjang. Ia memagut bibirnya dengan lembut, merasakan gejolak hasrat yang seperti akan meledak.“Aku senang bisa menjadi pria pertamamu,” bisiknya di telinga sang istri.“Ba-bagaimana kau tahu kau adalah pria pertamaku?”Tidak menjawab, Giovanni membaringkan Bella pelan-pelan di atas ranjang dan memandang gadis itu dengan intens.Ia melepas kemejanya yang bernoda darah tadi, dan melemparkannya ke bawah ranjang. Memamerkan tubuh bagian atasnya yang terpahat sempurna. Kekar namun tidak berlebihan, dengan kulit bersih yang dihiasi goresan tatto pada seluruh lengan kiri hingga menyentuh dada.Urat-urat halus berkejaran di sepanjang v-shape dengan navel tersemat di antaranya.“Suka pemandangannya?” sindirnya, sehingga Bell

    Last Updated : 2025-01-31
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   9. Pertemuan Yang Buruk

    **Giovanni menghentikan mobilnya di depan sebuah kafe yang ditunjuk Bella. Pria itu lantas menoleh kepada sang istri yang bukannya segera turun, malah diam termangu di tempat.“Kau mau aku saja yang menemui ayahmu?” tawar Giovanni, yang segera dijawab oleh pelototan dari yang lebih muda.“Aku tidak mengantarmu ke sini hanya untuk duduk diam di parkiran, Bella.”Perempuan itu mendesah lelah. “Kau benar. Ayo turun dan bicara dengan Dad.”Giovanni mengangkat alis sebelum mengikuti Bella meninggalkan mobil.Keduanya berjalan ke arah sudut kafe, di mana seorang pria dengan perawakan agak tambun duduk sembari memegang iPad.“Aku datang, Dad,” sapa Bella sebelum menempatkan diri, duduk di hadapan pria itu, Matthew Clark. “Dan ini adalah Giovani Estes. Emm … suamiku.”Seperti respon yang diharapkan Bella, Matthew seketika menampakkan wajah tidak suka kepada menantu barunya. Pria itu tidak memandang Giovanni dengan terkejut, sebab mungkin saja sudah mendapatkan spoiler dari istrinya.Marita d

    Last Updated : 2025-01-31
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   10. Dilema

    **“Kau … mengizinkan aku pergi ke hotel?”Bella masih menatap sepasang manik hitam itu. Mungkin saja Andrew akan berada di hotel juga, dan mengingat apa yang bisa Giovanni lakukan, Bella khawatir pria itu akan menembak kepala Andrew jika keduanya bertemu dalam suasana tidak kondusif seperti ini.“Sudah kukatakan, aku akan mengizinkanmu pergi ke manapun selama masih berada di bawah pengawasanku.”“Baiklah, ayo antar aku ke sana sekarang. Aku akan sekalian mengajakmu makan siang di sana. Chef hotelku adalah yang terbaik, kau tahu.”Giovanni tersenyum kecil –sesuatu yang jarang ia lakukan– saat melihat Bella berkata penuh semangat. Sepertinya Bella sudah bisa mengatasi rasa galau karena percekcokan dengan ayahnya barusan. Maka Giovanni mendekat dan mengecup pipi wanitanya...Tepat seperti apa yang Bella perkirakan, ia bertemu dengan mantan tunangannya di kantor hotel.“Bella!” sebut Andrew segera, “kau datang?”“Kau di sini untuk membereskan barang-barangmu, kurasa,” timpal Bella dat

    Last Updated : 2025-01-31
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   11. Sepupu Menyebalkan

    **Beberapa hari berlalu setelah pertemuan dengan Andrew di hotel, dan Bella masih seringkali tenggelam dalam lamunan tentang itu, terutama saat-saat tidak ada Giovanni di sampingnya. Benar, perempuan itu tidak mau ambil resiko membuat masalah dengan suaminya yang menakutkan dengan melamun di hadapannya.Hari ini, sudah agak siang saat Bella bersiap-siap berangkat ke hotel. Ia sedang menyapukan perona pipi tipis ke wajahnya kala Giovanni membuka pintu kamar.“Untuk siapa kau berdandan seperti itu?” tegur pria rupawan itu. Kedengarannya ia tidak senang.“Berdandan apa?” Bella menoleh dengan heran. “Aku hanya sedang memakai bedak, Giovanni.”“Kau tidak boleh sengaja tampil menarik di depan orang banyak, Bella. Ataukah kau justru senang menjadi pusat perhatian?”“Astaga, aku hanya memakai bedak agar wajahku tidak terlihat seperti zombie, Gio!”“Aku tidak menerima alasan apapun. Asal kau tahu, meskipun hanya bedak murahan, itu sudah cukup membuatmu terlihat cantik.”Bella antara tersanjun

    Last Updated : 2025-02-02
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   12. Kau Masih Mengganggu?

    **Satu-satunya orang yang dikenal Bella di kediaman prestisius tempatnya tinggal sekarang selain Giovanni, adalah Felix. Orang kepercayaan yang ditunjuk Giovanni sendiri untuk mengantar sang nyonya pergi ke manapun.Seperti pagi ini, Bella pergi bekerja diantar oleh pria berusia 35 tahun itu. “Felix,” panggil Bella setelah sekian lama tenggelam dalam lamunannya sendiri. “Siapa itu Damian?”Felix melirik sejenak melalui kaca spion. “Tuan Damian, Nyonya?”“Aku sedang sarapan saat seseorang datang mengganggu. Dia mengaku bernama Damian dan menyebut dirinya sepupu Giovanni. He’s so damn annoying.”“Ah, ya.” Felix mengangguk kecil. “Memang demikian. Jadi anda sudah bertemu dengan Tuan Damian. Dia memang sepupu Tuan Giovanni dari pihak ayah.”“Benarkah? Aku tidak suka dia.”“Sebaiknya anda memang jangan menyukainya, Nyonya.” Felix mengulum senyum yang sarat makna, sementara melayangkan pandangan sekali lagi kepada istri bosnya itu melalui kaca spion.Bella ingin bertanya mengapa demikian,

    Last Updated : 2025-02-06
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   13. Overprotektif

    **“Aku harus mencari tahu informasi tentang Bella. Sepertinya aku salah sudah meremehkannya dan mengira dia tidak akan bisa hidup layak setelah Mama mengusirnya dari rumah. Justru dia terlihat lebih baik sekarang, setelah berpisah dengan Andrew.” Tracy bergumam sendirian sementara menyipitkan mata, memandang adik tirinya yang hampir menghilang di belokan koridor. Sempat Tracy melihat tas Gucci terbaru yang tersandang berayun-ayun di bahu Bella.“Dari mana jalang kecil itu mendapat uang untuk bertahan hidup dan membeli barang-barang mewah? Semua akses finansialnya masih terblokir sampai saat ini.”Tracy mengerutkan alis penuh prasangka. Akal liciknya mulai lagi berputar di kepala.Jika ada hal yang membuat Tracy kesal setengah mati, itu adalah kalah dari adik tirinya yang sangat ia benci.Sementara itu, Bella sendiri sudah hampir sampai di ruangannya.“Tuan Giovanni benar. Saya memang tidak boleh meninggalkan anda walau hanya sebentar. Ternyata ancaman memang datang dari mana saja.” F

    Last Updated : 2025-02-07

Latest chapter

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   15. Penyesalan Andrew

    **“Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat! Bagaimana mungkin Bella bisa mendapatkan pria seperti itu dalam waktu yang sangat singkat? Andrew, aku berani bertaruh perempuan itu pasti sudah mengkhianatimu sebelum ini. Dia pasti sudah bermain belakang dengan pria itu lebih dulu!”Andrew hanya diam dengan wajah pucat mendengar rentetan pernyataan dari Tracy. Tidak ada yang bisa pria itu ucapkan sebagai tanggapan atas informasi yang baru saja didapatnya.“Andrew, kau bisa menuntut Bella! Dia sudah menipumu! Bella sudah mengkhianatimu!”“Lalu apa bedanya dengan kita?” potong Andrew kesal. “Kita juga sudah menipu dan mengkhianatinya, Tracy! Bahkan jika dipikir-pikir, kita yang lebih jahat.”Tracy menyipitkan mata tidak setuju, meski tak lagi mengatakan apapun.Perempuan itu baru saja pulang ke rumah setelah nekat menguntit mobil yang ditumpangi adik tiri dan suaminya tadi. Tracy hanya sampai di gerbang masuk mansion di tepi pantai, sementara mobil Bella memasuki daerah yang sepertinya b

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   14. Tidak Pernah Puas

    **“Tidak bijaksana jika saya yang menceritakan, Nyonya. Anda bisa bertanya langsung kepada Tuan Giovanni nanti. Saya yakin dia tidak akan keberatan memberitahu anda.”Bella hanya mendengus kecewa mendengar pernyataan itu. Ia lupa bahwa para bawahan suaminya adalah orang-orang yang berdedikasi tinggi dan sangat setia. Tidak menunggu waktu lama, sebuah Audi hitam merapat ke tepi jalan dan mendekati mobil yang ditumpangi Bella dan Felix. Perempuan itu memandang dengan seksama pria yang baru saja turun dari sana. Giovanni terlihat begitu mempesona dalam balutan kemeja hitam casual dan kacamata hitam yang menutupi mata serigalanya.“Felix, kau bisa pergi sekarang,” titahnya, yang segera diangguki oleh sang supir. Felix kemudian berlalu, meninggalkan Bella yang kini berdiri canggung di hadapan Giovanni. Surai panjangnya berkibar-kibar ditiup angin laut. Rasanya semakin tidak nyaman sebab pria itu memandangi Bella hampir tanpa berkedip.“Pekerjaanmu sudah selesai?” tanyanya kepada sang s

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   13. Overprotektif

    **“Aku harus mencari tahu informasi tentang Bella. Sepertinya aku salah sudah meremehkannya dan mengira dia tidak akan bisa hidup layak setelah Mama mengusirnya dari rumah. Justru dia terlihat lebih baik sekarang, setelah berpisah dengan Andrew.” Tracy bergumam sendirian sementara menyipitkan mata, memandang adik tirinya yang hampir menghilang di belokan koridor. Sempat Tracy melihat tas Gucci terbaru yang tersandang berayun-ayun di bahu Bella.“Dari mana jalang kecil itu mendapat uang untuk bertahan hidup dan membeli barang-barang mewah? Semua akses finansialnya masih terblokir sampai saat ini.”Tracy mengerutkan alis penuh prasangka. Akal liciknya mulai lagi berputar di kepala.Jika ada hal yang membuat Tracy kesal setengah mati, itu adalah kalah dari adik tirinya yang sangat ia benci.Sementara itu, Bella sendiri sudah hampir sampai di ruangannya.“Tuan Giovanni benar. Saya memang tidak boleh meninggalkan anda walau hanya sebentar. Ternyata ancaman memang datang dari mana saja.” F

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   12. Kau Masih Mengganggu?

    **Satu-satunya orang yang dikenal Bella di kediaman prestisius tempatnya tinggal sekarang selain Giovanni, adalah Felix. Orang kepercayaan yang ditunjuk Giovanni sendiri untuk mengantar sang nyonya pergi ke manapun.Seperti pagi ini, Bella pergi bekerja diantar oleh pria berusia 35 tahun itu. “Felix,” panggil Bella setelah sekian lama tenggelam dalam lamunannya sendiri. “Siapa itu Damian?”Felix melirik sejenak melalui kaca spion. “Tuan Damian, Nyonya?”“Aku sedang sarapan saat seseorang datang mengganggu. Dia mengaku bernama Damian dan menyebut dirinya sepupu Giovanni. He’s so damn annoying.”“Ah, ya.” Felix mengangguk kecil. “Memang demikian. Jadi anda sudah bertemu dengan Tuan Damian. Dia memang sepupu Tuan Giovanni dari pihak ayah.”“Benarkah? Aku tidak suka dia.”“Sebaiknya anda memang jangan menyukainya, Nyonya.” Felix mengulum senyum yang sarat makna, sementara melayangkan pandangan sekali lagi kepada istri bosnya itu melalui kaca spion.Bella ingin bertanya mengapa demikian,

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   11. Sepupu Menyebalkan

    **Beberapa hari berlalu setelah pertemuan dengan Andrew di hotel, dan Bella masih seringkali tenggelam dalam lamunan tentang itu, terutama saat-saat tidak ada Giovanni di sampingnya. Benar, perempuan itu tidak mau ambil resiko membuat masalah dengan suaminya yang menakutkan dengan melamun di hadapannya.Hari ini, sudah agak siang saat Bella bersiap-siap berangkat ke hotel. Ia sedang menyapukan perona pipi tipis ke wajahnya kala Giovanni membuka pintu kamar.“Untuk siapa kau berdandan seperti itu?” tegur pria rupawan itu. Kedengarannya ia tidak senang.“Berdandan apa?” Bella menoleh dengan heran. “Aku hanya sedang memakai bedak, Giovanni.”“Kau tidak boleh sengaja tampil menarik di depan orang banyak, Bella. Ataukah kau justru senang menjadi pusat perhatian?”“Astaga, aku hanya memakai bedak agar wajahku tidak terlihat seperti zombie, Gio!”“Aku tidak menerima alasan apapun. Asal kau tahu, meskipun hanya bedak murahan, itu sudah cukup membuatmu terlihat cantik.”Bella antara tersanjun

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   10. Dilema

    **“Kau … mengizinkan aku pergi ke hotel?”Bella masih menatap sepasang manik hitam itu. Mungkin saja Andrew akan berada di hotel juga, dan mengingat apa yang bisa Giovanni lakukan, Bella khawatir pria itu akan menembak kepala Andrew jika keduanya bertemu dalam suasana tidak kondusif seperti ini.“Sudah kukatakan, aku akan mengizinkanmu pergi ke manapun selama masih berada di bawah pengawasanku.”“Baiklah, ayo antar aku ke sana sekarang. Aku akan sekalian mengajakmu makan siang di sana. Chef hotelku adalah yang terbaik, kau tahu.”Giovanni tersenyum kecil –sesuatu yang jarang ia lakukan– saat melihat Bella berkata penuh semangat. Sepertinya Bella sudah bisa mengatasi rasa galau karena percekcokan dengan ayahnya barusan. Maka Giovanni mendekat dan mengecup pipi wanitanya...Tepat seperti apa yang Bella perkirakan, ia bertemu dengan mantan tunangannya di kantor hotel.“Bella!” sebut Andrew segera, “kau datang?”“Kau di sini untuk membereskan barang-barangmu, kurasa,” timpal Bella dat

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   9. Pertemuan Yang Buruk

    **Giovanni menghentikan mobilnya di depan sebuah kafe yang ditunjuk Bella. Pria itu lantas menoleh kepada sang istri yang bukannya segera turun, malah diam termangu di tempat.“Kau mau aku saja yang menemui ayahmu?” tawar Giovanni, yang segera dijawab oleh pelototan dari yang lebih muda.“Aku tidak mengantarmu ke sini hanya untuk duduk diam di parkiran, Bella.”Perempuan itu mendesah lelah. “Kau benar. Ayo turun dan bicara dengan Dad.”Giovanni mengangkat alis sebelum mengikuti Bella meninggalkan mobil.Keduanya berjalan ke arah sudut kafe, di mana seorang pria dengan perawakan agak tambun duduk sembari memegang iPad.“Aku datang, Dad,” sapa Bella sebelum menempatkan diri, duduk di hadapan pria itu, Matthew Clark. “Dan ini adalah Giovani Estes. Emm … suamiku.”Seperti respon yang diharapkan Bella, Matthew seketika menampakkan wajah tidak suka kepada menantu barunya. Pria itu tidak memandang Giovanni dengan terkejut, sebab mungkin saja sudah mendapatkan spoiler dari istrinya.Marita d

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   8. Pria Pertamaku

    **Giovanni Estes sudah berusia 30 tahun saat ini, namun ini adalah pertama kalinya ia bisa merasa menjadi laki-laki yang normal. Selama ini ia hanya bisa tersiksa saat melihat perempuan dalam bentuk apapun.Pria itu mengangkat tubuh ramping Bella dan membawanya ke atas ranjang. Ia memagut bibirnya dengan lembut, merasakan gejolak hasrat yang seperti akan meledak.“Aku senang bisa menjadi pria pertamamu,” bisiknya di telinga sang istri.“Ba-bagaimana kau tahu kau adalah pria pertamaku?”Tidak menjawab, Giovanni membaringkan Bella pelan-pelan di atas ranjang dan memandang gadis itu dengan intens.Ia melepas kemejanya yang bernoda darah tadi, dan melemparkannya ke bawah ranjang. Memamerkan tubuh bagian atasnya yang terpahat sempurna. Kekar namun tidak berlebihan, dengan kulit bersih yang dihiasi goresan tatto pada seluruh lengan kiri hingga menyentuh dada.Urat-urat halus berkejaran di sepanjang v-shape dengan navel tersemat di antaranya.“Suka pemandangannya?” sindirnya, sehingga Bell

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   7. Giovanni Estes

    **“Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja.” Giovanni menjatuhkan pandangan tajamnya kepada sang istri. “Kau bisa mengandalkan aku, Bella.”“Ya, ya.” Perempuan itu tersenyum gugup. Bohong sekali jika ia tidak takut. Sekalipun Giovanni bersikap baik, tapi aura gelap pada paras tampannya tetap tidak bisa disembunyikan. Hanya tinggal menunggu waktu hingga jati diri pria itu terungkap.Kembali kepada jalanan siang hari Kota San Diego yang tidak cukup ramai. Awalnya Giovanni mengemudi dengan santai menuju ujung kota, di mana rumahnya yang seperti kastil berada. Namun sesuatu kemudian mengganggu fokusnya. Pandangan mata tajam lelaki itu sekali-sekali mengarah kepada spion. Ada sebuah mobil hitam yang berjalan dengan jarak cukup dekat di belakang.“Mobil itu mengikuti kita,” katanya, lebih kepada dirinya sendiri.“Mobil? Yang mana?” Bella menoleh ke belakang. Ia menyipitkan mata dan menemukan mobil mana yang dimaksud suaminya. “Tidak, Gio. Mungkin saja itu hanya mobil orang lain yang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status