Sazleen Shanumi mendapat naas bertubi. Niat mencari dana cepat untuk ganti rugi kecelakaan akibat teledor, justru mendapat apes lagi. Dirinya ditangkap basah bersama Daehan, bos barunya di sebuah hotel dan mendapat sanksi dinikahkan. Tidak disangka, Intana, tunangan Daehan adalah korban kecelakaan yang sedang memerasnya. Daehan sama sekali tidak berminat pada sosok Shanumi yang di matanya adalah janda dengan wajah bengkak dan burik sebab suntik cantik. Namun, perjanjian berdua sebelum dipaksa menikah membuatnya terbelenggu.
View MoreDaishin terkejut saat menyadari jika Osara sudah pergi. Bertukar dengan Amira yang menggelayut manja dibelakang nya. Memeluk rapat dengan kedua tangan sudah berada di celana dalam dan bibir basahnya sudah membelai lembut di tengkuk. Dhaisin seperti akan kejang saja menahan hasrat. “Stop!” Daishin menarik kasar tangan Amira hingga keluar seluruhnya. Memutar diri hingga berhadapan dengan si seksi sahabat Osara. “Di mana Osara?” tanya Daishin dengan nafas memburu. Dahi Amira berkernyit. “Untuk apa mencarinya? Kulihat sentuhanmu pada Osa tampak lain. Wajar sih, mengingat kalian hanya saudara angkat yang jauh. Apalagi Osara sangat cantik.” Amira berbicara yang sepenuhnya memang benar. “Di mana Osara?” Daishin mengulang dingin, setelah Amira terdiam dan menatap lekat di wajahnya. “Pulang.” Amira menjawab singkat. . “Tapi, dia menyerahkanmu padaku sebelum pergi. Hari ini ulang tahunku. Osara bilang… kamu bisa membuatku bahagia malam ini. Bagaimana, bisakah?” Mata Amira meredup saat be
Gadis seksi bercelana jins dengan kaos mini yang terlihat perut dan pusar itu saling menghampiri dengan Osara. Mereka bersalam tangan dan saling mencium pipi kiri dan kanan. Meski mereka sama-sama cantik, tetapi penampilan keduanya sungguh bak langit dan bumi. Yang satu seksi berbaju terbuka, satu lagi menutup diri dengan baju muslimah. “Pulanglah. Bilang kalo aku pergi sama teman jika ditanya orang rumah.” Osara berbicara pada Daishin yang sedari tadi mengamati. Berdiri tidak jauh di belakangnya. “Kalian main ke mana?” Daishin menyelidik. Merasa janggal dengan penampilan sahabat Osara. “Bukan urusanmu, Shiin. Lagian aku masih lajang, sebentar lagi istri orang. Mana bisa aku seperti ini sebentar lagi. Sana, pulang!” Osara mengusir Daishin sambil menarik tangan teman. “Eh, dia siapa, Sa?” tanya si seksi dan terang-terangan memandang Daishin. Lelaki tampan yang tiba-tiba menyertai Osara. Gadis tanpa pacar dan kekasih di sepanjang pertemanan mereka selama ini. Jadi terasa aneh jika a
Osara sedang pergi ke toilet. Maka tinggal berdua di meja makan, Daishin dan Firash. Dua lelaki yang terlihat saling tegang sejak keberangkatan dari rumah Mama Azizah. Daishin menegakkan punggung menjadi lebih formal dengan gelagat akan membuka pembicaraan. “Sudah jelas kebohonganmu, Fir. Untuk apa kau tutup-tutupi. Kau tidak mungkin berubah." Daishin memulai dengan serangannya. “Apa alasanmu menikahi Osara, hah?” tanyanya lagi sebab Firas terdiam saja. Setelah ditahan, berkesempatan juga Daishin menginterogasi Firash. Meski belum tentu dijawab memuaskan oleh yang bersangkutan. “Penting?” tanya Firash sambil menaikkan sebelah alis dan tatapannya hangat. Terlihat tampan dan keren, tetapi sama sekali tidak bagi Daishin. “Jika tidak penting, untuk apa aku bertanya. Aku tidak ingin Osara, saudariku masuk dalam penjaramu.” Daishin menegaskan. Menahan sejuta kekesalan dalam hati. “Sudah kubilang, aku berharap menjadi lebih baik dengan pernikahanku dan Osara.” Firash menyahut ketus.
Daishin timbul iba pada Osara. Merasa jika nasibnya bukan melulu hoki dan mujur. Namun, adalah kesialan setelahnya. Mungkin saat berhasil kabur dari agensi dengan mengantongi uang pembayaran dari lelaki yang membelinya, bisa dibilang masih mujur. Tetapi setelah bertemu dan ditangkap Daishin, hukuman berat itu telah didapatnya. Kini, setelah mujur mendapat calon suami setampan dan sesultan Firash, sebentar lagi nasib menyedihkan pasti akan diterima gadis itu. “Osa, aku memang sudah tahu banyak tentang Firash. Pulang nanti, aku ingin bicara denganmu.” Daishin menjawab Osa yang bertanya sesuatu tentang Firash. “Katakan saja sekarang, Shin …. Oh, baiklah, pulang nanti saja, tapi jangan tipu, ya!” ucap Osara yang buru-buru di koreksinya sendiri. Sebab orang yang dibahas sedang mendekat. Madam Lyra yang menghampiri Firash menyuruh bangun dari sofa dan lelaki itu tampak tergeragap. Kemudian berdiri, mereka berjalan mendekat ke etalase. Langkahnya tampak oleng dan matanya sungguh mem
Pandangan Osa yang bingung saat dibawa Madam Lyra membuat Daishin merasa iba. Muak sekali dengan Firash yang tidak mampu menjaga perasaan calon istri sebentar saja di moment penting seperti ini. Lebih mementingkan diri sendiri. Berubah apaan?! Dasar lelaki lalai! rutuk Daishin dalam hati. Namun, Daishin membiarkan Firash dengan kelakuannya. Memilih mendatangi Osara di etalase bersama Madam Lyra untuk menemani mencoba perhiasan cincin berlian. “Madam seperti tak percaya, Firash membawa gadis secantik kamu. Kupikir dia yang dibawa.” Madam Lyra berbicara pada Osara dengan melihat ke arah Firash di sofa dan pada Daishin yang mendekat dan duduk di samping Osa. Wanita setengah baya cantik, berambut pirang dan berbibir merah menyala itu sibuk mengeluarkan set cincin berlian couple koleksi andalannya. Dia letak di baki mini pada Osara di atas etalase kristal. “Coba-cobalah pakai di jari mungilmu itu, mana yang menurutmu paling indah dan cocok, katakan ya. Jika tidak ada, masih bany
Kelebat Osara saat dirinya baru keluar kamar membuat kecewa. Niat mendatangi kamar di lantai dua untuk berbicara dengan pemilik kamar pun urung. “Gila nih cewek… cepat amat bersiap. Mandi gak dia…?!” rutuk Daishin sambil berjalan memandangi punggung Osa yang berjalan cepat. Tapi bekas dan jejaknya begitu harum akan wangi sabun dan parfum. “Cepatnya dia jalan... Semangat amat…,” gumam Daishin tak habis pikir. Sambil hidung mancungnya menghirup hawa segar berulang kali. Dirinya bahkan lelaki. Sudah buru-buru sebab berniat untuk menemui Osa di kamarnya secara diam-diam. Ingin membicarakan masalah Firash yang sebenarnya tidak sebaik anggapan gadis itu. Tetapi dirinya kalah dari Osara yang sudah turun tangga lebih cepat sekian detik saat dia keluar dari kamar. “Nah, itu Daishin!”Papa Handy berdiri menyambut anak lelaki. Diikuti Firash dan Osara yang juga tidak sempat duduk. Entah papa angkatnya itu atau justru si Firash yang tidak sabar menunggu. Yang jelas, mereka semangat dengan tur
Lelaki yang memandang Daishin dengan terperangah itu sempat berhenti melangkah. Namun, Papa Handy yang merangkul, sedikit mendorong maju punggungnya hingga terpaksa berjalan lagi. “Gerak calon suamimu sungguh cepat, Osa. Baru tadi kamu bilang, orangnya langsung datang. Mantaplah lelaki seperti ini, Osaaa!” Papa Handy berbicara hangat demi memberi support pada rencana pernikahan Osara dan Firash. Namun, sememangnya Papa Handy merasa suka dan takjub pada Firash, putra dari rekan bisnis yang gemar mewakili bisnis ayahnya hingga ke luar negara dan tidak pulang cukup lama. Maka, hari itu saat rekannya mencari pandangan siapa calon istri untuk Firash, Papa Handy sigap mempromosikan Osara. Bukan sebagai wanita bisnis, tetapi sebagai gadis baik yang baru selesai pendidikan dan tentu saja bonus cantik. Tidak disangka, setelah keluarga rekannya datang ke rumah dan melihat Osara, putra keluarga mereka yaitu Firash, seketika setuju dan menyukai si anak gadis. Namun, tidak disangka lagi
Acara Khitan telah selesai dan saudara mara dekat dari Mama Azizah yang berdatangan baru saja pulang. Sedang dari pihak Papa Handy yang berdarah Jepang dan Indonesia, beberapa teman dekat dan kenalan baik sajalah yang datang. Maklum, dirinya adalah pendatang yang mengajukan menjadi penduduk di Negara Malaysia. Sedang saudar mata di negara asal sangat sibuk masing-masing. “Ma, Abang Firash akan datang boleh?” Osara yang membantu mengemas meja makan bertanya pada Mama Azizah. Wanita itu menyiapkan bubur untuk dibawa pada Firo di kamar. Sedang Fira tidur siang di kamarnya, mengeluh capek sebab ikut menyalami para tamu. “Dia menelepon?” tanya Mama Azizah dengan raut sangat cerah. “Tidak, Ma. Tetapi kirim pesan …,” sahut Osara yang kini meletak gelas kotor di wastafel. Ada asisten rumah selain Mak Zu sedang mencuci pecah belah di sana. Daishin masih duduk di meja makan memerhatikan kesibukan orang-orang di dapur termasuk Osara. Papa Handy juga masih bersantai di bersamanya. “Apa Daeha
Osa merasa jika Daishin berlebihan menahan. Hanya dengan memegang kedua lengan pun, pergerakannya sudah mati. Tetapi lelaki ini mendekapnya kuat-kuat. Padahal jika berontak pun, Osara bukan tandingan. Tenaganya jauh tidak sebanding dengan Daishin yang lihai karate dan taekwondo. “Lepaslah, Shin. Ini sakit! Pengecut!” Osa memaki lirih. Usahanya mengibas, menarik dan berontak sia-sia. Ingin hati berteriak, agar orang tua dibalik pintu mendengar. Tetapi bisa jadi Papa Handy akan shock jika mengerti apa yang terjadi dengan kelakuan anak lelaki. Mengingat pria yang dipanggilnya Papa itu memiliki riwayat gangguan jantung, maka memilih lebih baik menutupi sementara kelakuan anak lelaki. “Aku bukan pengecut, Osa. Tetapi aku masih ingat keselamatanmu. Kamu tahu kan, bagaimana agama papaku? Sedang aku tidak pintar berbohong. Jika dia bertanya, aku pasti akan menjawab jujur. Dalam waktu kilat, kamu pasti akan bertukar calon suami. Bukan lagi lelaki sultan dari Johor yang jadi calonmu,
“Maaf, Pak. Bagaimana lagi… kamarnya tinggal satu. Kalo soal razia, tenang saja. Hotel kami hanya mendapat sidak di akhir bulan. Ini masih tanggal tiga, nih, Pak … tanggal muda….” Daehan, pria gagah yang dipanggil Pak oleh resepsionis manis dan genit itu kian mengatup bibir. Menatap gusar pada Umi (Sazleen Shanumi), asisten rumah baru yang dia bawa. Wajahnya menebal dengan bibir membiru. Jiwa sosial Daehan sebagai lelaki gagal membatu. “Kamu dengar sendiri apa katanya barusan. Terserah, jika keberatan, kamu duduk saja di lobi hingga orangku datang, Um,” ujar Daehan pada wanita berkerudung panjang dan berbaju tebal tetapi basah kuyup. “Enggak, Pak. Saya tak keberatan. Tidak sanggup lagi di luaran, bisa beku…,” sahut Umi cepat. Meski dengan melawan gemelutukan gigi di mulut yang serasa amat kaku. Sangat kedinginan. Daehan agak terkejut, meski juga merasa lega. Jika ada apa-apa dengan asisten rumah yang baru dia jemput itu, dirinya juga yang kena. Kesal sekali dengan sopir pribad...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments