Chapter: Bab 137Hawa AC dalam mobil kian menggigit. Mereka bisu hingga ratusan meter perjalanan. Hingga Daishin tidak tahan. “Osa, sebenarnya aku sangat kesal denganmu. Berapa kali hari ini kamu menipuku. Menipu memang sudah bakatmu.” Daishin menahan agar bicaranya tidak kasar dan mengumpat. Dibenarkan posisi duduk hingga benar-benar lurus punggung lebarnya. “Menipumu, emang apa saja yang sudah kubuat?” Osa justru bertanya. Pikirannya sedang kosong dan tidak bersemangat. “Katamu pulang, ternyata bohong. Di club, kau pikir aku barang? Kau berikan pada Amira untuk hadiah ulang tahun. Nggak sopan kamu.” Meski kesal, ucapan Daishin rendah saja. Tidak ingin driver keluarga akan mudah dan jelas mendengar. “Oh, kupikir kamu butuh. Maaf jika kebaikanku ternyata justru salah.” Osara berbicara pelan juga. Menyadari situasi yang ada telinga lain selain mereka berdua. “Tentu saja aku butuh, tapi tidak sembarang perempuan aku mau. Apalagi perempuan muda kayak Amira. Aku tidak selera.” Daishin menjawab t
Last Updated: 2025-03-26
Chapter: Bab 136Sajadah dilipat asal dan diletak kasar ke sofa. Tanpa melepas peci dan tidak menukar baju koko serta masih bersarung, Daishin menyambar dompetnya. “Buruan, Shin. Papa khawatir ada apa-apa dengan Osa. Dia itu calon pengantin, biasanya rawan. Jangan sampai ada apa-apa dengannya.” Papa Handy galau luar biasa. Setelah puas mengomeli Daishin, meski tidak maksimal, sebab penampilan anak lelaki saat akan sholat begitu adem, Papa Handy luluh dan hanya marah ala kadarnya. Kemudian duduk gelisah menunggu Daishin menunaikan ibadah wajibnya. Setelah itu dia meminta untuk cepat mencari Osa dan membawa pulang segera. “Iyalah, Pa. Ini sudah mau berangkat akunya ….” Daishin menyahut gusar. Sudah tidak tahu lagi bagaimana perasaannya. Kesal pada papanya, marah pada Osara atau terkejut dengan pernikahan gadis itu yang mendadak. Semua bercampur aduk yang rasanya justru tawar. Dengan mobil keluarga beserta sopir, Daishin meluncur meninggalkan rumah tepat pukul setengah satu dini hari. Menu
Last Updated: 2025-03-25
Chapter: Bab 135Daishin mencapai lantai dua dengan kilat. Mengambil langkah ke kanan, melewati ruangan panjang dan membelok langkah lagi ke kanan. Merasa janggal, kamar Osa terlihat gelap yang terlihat dari ventilasi kaca. Tidak mungkin gadis itu demikian cepat tidur. Setidaknya perlu mencuci muka atau menunaikan shalat isya. Berdesir juga hati Daishin mengingat sudah melewatkan dua shalat wajib sebelumnya. Tok Tok TokBeberapa saat ditunggunya. Berharap segera ada respon dan sambutan. Sudah cukup lama, diketuknya keras pintu kamar kembali. Tidak juga ada tanda kehidupan yang menanggapi ketukannya. Kali ini kesabaran Daishin setipis tisu belaka. Ceklerk. Ternyata pintu kamar tidak dikunci oleh pemiliknya. Bersiap mendapat umpat dan rutuk dengan segala bentuk. Andai pemilik kamar sudah di dalam dan lalu mengamuk. Daishin merasa jantungnya berdegub lebih cepat saat memasuki kamar remang itu. Antara kemungkinan mendapat penolakan keras dari Osara juga bisa jadi dirinya tertipu sekali lagi. Namin, g
Last Updated: 2025-03-25
Chapter: Bab 134Osara berniat pulang setelah menyaksikan tontonan luar biasa gila di paviliun hotel & night club. Tangis telah kering. Tangis yang bukan sebab sakit dikhianati, tetapi kesedihan akan nasibnya yang kembali terombang ambing dalam sial dan bimbang. Namun, melihat Amira hanya sendiri dan tidak terlihat Daishin, keinginan menggebu untuk pulang pun urung. Padahal dirinya baru saja berpamitan dengan lima teman lain di diskotik. “Dari mana kamu, Sa? Kupikir sudah pulang…,” tanya Amira yang memang sempat menyangka Osara sudah pulang. “Cari yang jualan martabak. Gak ada!” Osara menyahut asal. “Kamu pun, dari mana? Daishin, mana?” tanya Osara. “Yah mana ada, martabak tuh di luar area taman. Di jalanan depan sana!”“Kakakmu pergi. Dia kata ada urusan penting. Emang kerjaan dia Intel?!” Amira sambil tertawa dengan ucapannya sendiri. Osara membungkam. Tidak menyangka Daishin justru sudah pulang. Dia pikir lelaki itu akan bersenang-senang malam ini. Mengingat begitu panas kobaran hasrat lelaki
Last Updated: 2025-03-25
Chapter: Bab 133Daishin terkejut saat menyadari jika Osara sudah pergi. Bertukar dengan Amira yang menggelayut manja dibelakang nya. Memeluk rapat dengan kedua tangan sudah berada di celana dalam dan bibir basahnya sudah membelai lembut di tengkuk. Dhaisin seperti akan kejang saja menahan hasrat. “Stop!” Daishin menarik kasar tangan Amira hingga keluar seluruhnya. Memutar diri hingga berhadapan dengan si seksi sahabat Osara. “Di mana Osara?” tanya Daishin dengan nafas memburu. Dahi Amira berkernyit. “Untuk apa mencarinya? Kulihat sentuhanmu pada Osa tampak lain. Wajar sih, mengingat kalian hanya saudara angkat yang jauh. Apalagi Osara sangat cantik.” Amira berbicara yang sepenuhnya memang benar. “Di mana Osara?” Daishin mengulang dingin, setelah Amira terdiam dan menatap lekat di wajahnya. “Pulang.” Amira menjawab singkat. . “Tapi, dia menyerahkanmu padaku sebelum pergi. Hari ini ulang tahunku. Osara bilang… kamu bisa membuatku bahagia malam ini. Bagaimana, bisakah?” Mata Amira meredup saat be
Last Updated: 2025-03-24
Chapter: Bab 132Gadis seksi bercelana jins dengan kaos mini yang terlihat perut dan pusar itu saling menghampiri dengan Osara. Mereka bersalam tangan dan saling mencium pipi kiri dan kanan. Meski mereka sama-sama cantik, tetapi penampilan keduanya sungguh bak langit dan bumi. Yang satu seksi berbaju terbuka, satu lagi menutup diri dengan baju muslimah. “Pulanglah. Bilang kalo aku pergi sama teman jika ditanya orang rumah.” Osara berbicara pada Daishin yang sedari tadi mengamati. Berdiri tidak jauh di belakangnya. “Kalian main ke mana?” Daishin menyelidik. Merasa janggal dengan penampilan sahabat Osara. “Bukan urusanmu, Shiin. Lagian aku masih lajang, sebentar lagi istri orang. Mana bisa aku seperti ini sebentar lagi. Sana, pulang!” Osara mengusir Daishin sambil menarik tangan teman. “Eh, dia siapa, Sa?” tanya si seksi dan terang-terangan memandang Daishin. Lelaki tampan yang tiba-tiba menyertai Osara. Gadis tanpa pacar dan kekasih di sepanjang pertemanan mereka selama ini. Jadi terasa aneh jika a
Last Updated: 2025-03-24
Chapter: Bab 104 KembaliTangis bayi riuh bersahutan pagi ini. Terdengar dari kamar di luar yang berlainan. Entah di mana ibu para bayi masing-masing. Yang jelas tangis lolong pilu mereka terus membahana dan lama. “Bayi-bayi konser itu, pada ke mana mominya masing-masing?” bisik Faqih di telinga Jeta yang sedang dalam dekapan dadanya. “Aku tidak tahu. Lagi shalat subuh mungkin …,” sahut Jeta menebak asal. Sisa napas masih menderu di dadanya. Faqih baru saja selesai menyentuhnya kembali pagi-pagi. “Ini belum datang waktu subuh, belum adzan, Sayang. Apa jangan-jangan lagi ehem ehem juga kayak kita …?” Faqih tersenyum menggoda. Rambut di pucuk kepala sang istri diciuminya ulang-ulang. “Bisa jadi, ya …,” sahut Jeta membenarkan, lalu menggigiti kecil dada suaminya dengan gemas. Faqih menahan suara pekiknya dan mengaduh lirih kegelian. “Jangan nakal, Jeta. Aku bisa berteriak.” Faqih menjauhkan sedikit kepala istrinya. “Jeta, itu yang sudah kita kasih angpau di dapur semalam, yang siapa? Aku nggak bisa b
Last Updated: 2024-08-15
Chapter: Bab 103. Tanpa Ada MaluSetelah merasa malas untuk beranjak dan pergi ke kamar mandi, Jeta terpaksa bersedia saat diajak untuk menemani. Mereka berdua pun mandi bersama dengan penuh kebisingan. Entah apa saja yang dimainkan dan dilakukan di dalam sana, yang jelas waktu yang diperlukan jauh lebih lama dari pada mandi biasanya. “Mak Mah belum datang?” tanya Faqih sambil merebah lagi di ranjang. Masih dengan baju koko dan sarungnya. Mereka sambung shalat subuh berjamaah setelah mandi pun bersama.“Belum, ini kepagian. Biasanya habis anak bungsunya pergi ke sekolah,” sahut Jeta sambil melipat mukena dan sajadah. Ingin hati menyusul suami ke pembaringan. Tetapi ingat jika melahirkan konon butuh ekstra perjuangan, Jeta memilih gerak keluar kamar. Seperti biasa, mencabut kotak salad buah dari kulkas. Seleranya benar-benar tidak peduli waktu dan kondisi.“Jeta, ayo ikut ke Hotel Tugu! Aku lupa, Ahmad akan pergi ke Juanda pagi ini!” Ajakan Faqih yang tiba-tiba sangat mengejutkan. Untung Jeta tidak tersedak. “Sebent
Last Updated: 2024-06-05
Chapter: Bab 102. UnboxingFaqih dan Jeta meninggalkan masjid besar di ujung gang yang buka hingga dua puluh empat jam sepanjang hari dan tanpa dijaga satpam. Beberapa pengurus dan jamaah masih terlihat duduk i'tikaf di sana, baik di dalam maupun di serambi. Meski malam sudah merangkak, mereka terlihat nyaman dan tenang di sana. “Ada apa …?” Faqih yang dari kamar mandi dan kini menutup pintu berpapasan dengan Jeta. Sudah berganti baju tidur dan tidak lagi berkerudung. Namun, tampak terkejut memandang Faqih.“Aku … Ingin makan salad dulu. Apa keberatan?” Suara Jeta terdengar kikuk. Faqih berjalan mendekati.“Meski tidak sabar lagi untuk jenguk anak, aku tetap tidak keberatan. Daripada nanti di atas ranjang yang kamu pandang aku, tetapi yang kamu pikir dan sebut justru salad buah,” jawab Faqih tersenyum menggoda sang istri.“Gombal …!” seru Jeta dengan raut yang malu. Faqih hanya diam dan tersenyum. Diikutinya Jeta keluar kamar dan berjalan ke dapur.“Sebenarnya aku pun ingin sesuatu darimu, Jeta,” ucap Faqih sa
Last Updated: 2024-06-04
Chapter: Bab 101. Tidak NyamanSetelah dari klinik kandungan, mereka bukan lantas langsung pulang. Melainkan pergi ke arah berlawanan dari jalur jalan pulang. Jeta membawa Faqih ke Ramayana Mall di depan alun-alun Kota Malang. Berbalanja berbagai makanan dan barang. Oleh-oleh Faqih untuk seseorang yang harus dikunjungi. Sebab memang sudah janji ingin silaturahim dan berkenalan saat dirinya bertandang ke Malang di Jawa. Yang mana niat itu sudah dia sampaikan pada Jeta jauh-jauh hari sebelumnya. “Ayo di makan dulu, ngapain pulang cepet-cepet?” Seorang wanita berdaster longgar dengan menggendong bayi, menyuruh Faqih dan Jeta untuk lekas makan. Ada satu panci besar berisi bakso berkuah yang masih panas dan berkebul asap di meja makan. Juga ada sayur daun katu serta ikan sambal yang tidak lagi tampak panas. Meski sangat suka, Jeta mengambil sayur daun katu yang tampak hijau dan segar itu sedikit. Ingat jika Riri sedang masa menyusui. Daun katu sangat bagus untuk memperlancar produksi air susu ibu. Dan Jeta merasa
Last Updated: 2024-06-03
Chapter: Bab 100. Jenguk AnakBatu nisan bentuk persegi dari keramik dengan nama Ny Arlita tertulis di sana, diusap tangan saat awal datang dengan sebuah salam. Faqih mengakhiri doa ziarah kubur pada makam almarhum ibu mertua pun dengan usapan tangan di batu nisan. Serta sebuah salam kembali di akhirnya.Jeta juga berdiri mengikuti gerak suaminya. Berpamit lirih dengan caranya dan kemudian mengulur tangannya pada Faqih. Mereka berdua bergandeng tangan meninggalkan lokasi makam sang ibu dengan berjalan hati-hati dan lurus. Mengikuti tapak jalan sempit di antara makam-makam. “Angkatlah, Jeta,” ucap Faqih. Ponsel Jeta sudah banyak kali berdering di dalam tasnya sejak masih di dalam lokasi makam. Kini mereka sudah di luar dan Faqih sedang mencuci kaki, tangan dan membasuh wajah. Sambil menyimak tenang percakapan sang istri yang terdengar seru di panggilan.“Ada apa?” Faqih mengelap wajah dengan sapu tangan dan Jeta pun menatapnya, panggilan ponsel telah ditutup beberapa detik yang lalu.“Aku ada undangan pesta nikaha
Last Updated: 2024-06-01
Chapter: Bab 99. Feel GoodPria tampan itu tampak frustasi meski akur dengan penolakan halus sang istri. Meski sama-sama penuh desir dengan gelombang meninggi, keduanya bersepakat menunda.“Faqih, apa kamu marah?” Jeta bertanya segan dengan ekspresi khawatir. Mendongak menatap Faqih yang masih menata napas memburu dan terengah. Menutup mata rapat sambil memeluk Jeta dengan pakaian yang sama-sama lepas berantakan. “Faqih, maaf, bukan aku tidak mau. Tapi aku sangat takut. Bukan aku tidak percaya padamu, tapi aku akan menanyakan pada dokter kandungan, apa kondisiku baik dan tidak bermasalah untuk menerima servis apa pun dari suamiku. Apa kamu mau mengerti?” Jeta kembali bertanya segan dengan menahan rasa malu. Tapi bukan rasa waswas dan cemas, sangat percaya jika Faqih adalah lelaki berwawasan dan bijak. Bukan melulu nafsu dan hasrat yang dikejar.“Faqih …,” panggil Jeta lagi yang mulai tidak sabar dengan kebungkaman pria yang sedang memeluk eratnya. “Hemm … tetapi aku tidak puas, Jeta. Aku sangat ingin membuat
Last Updated: 2024-05-31
Chapter: Bab 112. Jangan JandaHerdion sedang membaca email dan tampak terdiam. Duduk di sofa dalam kamar hotel yang nyaman. Mereka semua masih berada di Singapura dan akan kembali dua hari lagi. Sedikit diperpanjang sebab sambil ingin liburan santai dan bahagia bersama keluaraga. Venus telah datang menyusul bersama Lia dan Tiwi. Lagi lagi Sita Yasmin tidak ikut. Seperti biasa, Yunus Herdion selalu sibuk memancing di lautan.Saat berangkat, tidak bisa barengan sebab Venus memiliki jadwal imunisasi. Sedang Tiwi harus upgrade passport lamanya ke Kantor Imigrasi. Kini semuanya di kamar sebelah yang luas bersama Taufiq dan Alya sambil mengawasi mereka berdua. “Sha, ada email dari Julian dan istrinya!” ujar Herdion agak keras, masih drngan posisi duduk di sofa. Bahkan menoleh Aresha pun tidak.“Apa isinya?!” Suara Aresha juga lantang. Sebab, sedang turun hujan sangat deras sedang pintu balkon terbiar dibuka. Nasib baik tidak ada angin kencang yang menyertai hujan lebat itu.“Kedua suami istri itu minta maaf dan minta
Last Updated: 2024-01-26
Chapter: Baan 111. Siapa Clara?Aresha hanya bergerak menepi. Tidak ingin bereaksi dengan memgomentari. Justru bergeser membuka ruang agar pandangan mereka tanpa ada lagi penghalang dirinya.“Syahfiq, apa kabarmu… tidak menyangka melihatmu di sini,” ucap Clara. Mata itu berbinar sangat cantik. Tampak gembira melihat Herdion di kapal.“Kalian kenal?” Herdion merespon dengan menatap Aresha. Juga sekilas pada Clara. Terkesan abai akan sapa Clara yang sangat.l antusias.“Aku … kalian juga kenal?” Kali ini Clara tanggap, menatap Aresha dan Herdion bergantian.“Kenalkan, dia Aresha, istriku,” ucap Herdion cepat dan kaku. Wajah tampannya semakin tegang, tidak ada segaris pun senyum di bibirnya untuk Clara dan Aresha. Aresha terus diam dan menyimak. Masih bertanya siapa Clara bagi suaminya. Tidak ada lagi senyum cerah di wajah cantik itu. Mereka saling diam, kesan akrab seketika hilang di antara mereka.“Mammaah ….” Bocah kecil yang tadi asyik bermain dengan Alya dan Taufiq telah mendekati Clara dan memegangi lengan tanga
Last Updated: 2024-01-25
Chapter: Bab 110. ClaraHerdion dengan sabar membujuk sang istri. Merasa sungguh tidak nyaman jika istri cemberut dan muram. Aresha yang biasa berbinar penuh senyum, ini jadi mendung suram seharian. “Lalu apa yang membuatmu muram seharian, Sha? Ayo, katakan …,” bujuk Herdion. Lembut membelai pipi istri dengan telapak dan jari."Sebenarnya … aku sedang ngidam," sahut Aresha sambil menunduk. Herdion merengkuh dan memeluk.Mendengar ucapan itu, Herdion justru ingin tertawa. Namun, sekuat hati ditahan, tidak ingin menyinggung perasaan wanita yang sedang bad mood di pelukan."Kamu sudah ngidam? Katakan saja padaku, apa yang sedang kamu inginkan, Sha ...," ucap Herdion lembut. Meski tidak habis pikir dengan ngidam Aresha yang dirasa sungguh dini."Aku ingin bercerita sedikit. Kata Mama Yasmin, saat kehamilan Taufiq, belio tidak bahagia, sebab papa sangat sibuk bekerja demimu dan almarhum adikmu. Mama kurang kasih sayang dan perhatian dari Papa Yunus." Aresha sejenak terdiam. Juga memeluk Herdion."Sama dengan m
Last Updated: 2024-01-24
Chapter: Bab 109. Hamil tetapi MuramTujuh hari kemudian …Herdion meninggalkan Venus yang bermain sendiri di ranjang. Mendekati Aresha yang tengah mengeringkan rambut dengan hair dryer di meja rias. Merasa janggal dengan sikapnya yang selalu muram pagi ini. Bahkan saat memadu kasih pagi tadi, istri cantiknya terlihat enggan menatap. Juga mengunci rapat bibirnya. Tidak segencar menyebut nama Herdion seperti di tiap padu kasih mereka biasanya."Ada apa denganmu, wajahmu tampak muram. Apa aku punya salah padamu, Sha?" tanya Herdion sambil mengancingkan kemeja di belakang kursi Aresha. Mereka bisa saling melihat di kaca.Mata bening Aresha hanya menyapu wajah menawan suami sekilas. Kembali abai dengan mengeringkan rambut di mesin."Kenapa? Jawablah ... aku tidak akan fokus buat kerja jika kamu tidak mengatakan. Apakah ingin pulang ke rumah orang tuamu? Bukankah sudah kubilang menunggu hari Minggu ... Kamu tidak sabar lagi?" Herdion membungkuk. Berbicara di samping kepala Aresha di pelipis."Kamu tidak pernah mencintaiku ..
Last Updated: 2024-01-23
Chapter: Bab 108. Ingin PulangAresha memang sangat kecewa dan bahkan menangis. Kesal akan putusan suami yang menginginkan dirinya mencabut kasus Julian dari kepolisian.Namun, membayangkan diri lebih lama berada di tangan Julian, itu memang lebih mengerikan. Butuh bertaruh harga diri, kehormatan dan keselamatan. Mantan bajingan, si Julian, bisa saja kerasukan sewaktu-waktu dan melakukan pemaksaan. Beruntung selama ini Aresha masih selamat tanpa sedikit saja diciderakan. Bersyukur suami tercinta lekas datang menyelamatkan. “Bagaimana?” tanya Herdion sedikit lega saat merasa tangan Aresha bergerak melingkar ke punggung. Yang semula tegak kaku tidak menyambut pelukan, kini aktif membalas.“Iya, aku paham dengan keputusan yang sudah Bang Fiq ambil. Maafkan aku,” ucap Aresha yang kini kepala juga disandar ke dada sang suami. Memeluk erat punggungnya.“Jadi, minggu depan kita ke seberang lagi. Setuju?” tanya Herdion dan Aresha pun mengangguk. Herdion ingin memastikan jika Aresha bersetuju memaafkan Julian, sekadar dal
Last Updated: 2024-01-22
Chapter: Bab 107. KecewaHerdion menghela napas dan menyandar di kursi. Hima siaga dengan perlengkapan tulis dan duduk di sebelah dalam kursi yang sama. Dua orang lelaki di depan mereka sedang berbincang dan serius. Mereka berempat baru saja berdiskusi hal penting bersama.“Baiklah, sebagai tanda minta maaf dan rasa malu yang kami tanggung. Kami setuju dengan segala syarat yang akan Anda ajukan minggu depan di kepolisian Singapura, Tuan Syahfiq Herdion.”“Tolong pastikan Anda benar-benar datang. Kami benar-benar khawatir jika Anda berubah pikiran. Kami tidak masalah dengan tuntutan materi pengganti kerugian secara moral dan materi akibat perbuatan anak-anak kami pada istri Anda. Berapa pun, Tuan Syahfiq …,” ucap salah satu lelaki yang Herdion baru tahu adalah ayah dari si bajingan Julian. Sedang lelaki yang duduk di sebelahnya, adalah ayah dari Hana. Mereka berdua merupakan bagian dari daftar atas orang-orang konglomerat di Pulau Batam. “Saya dan istriku akan datang setelah genap dua minggu putra Anda di tan
Last Updated: 2024-01-21