Share

Bab. 7

Penulis: kamiya san
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 21:44:57

Shanumi melambat langkah dan segera memutar lewat pintu belakang ruko. Dadanya kembali tidak aman dengan degub jantung lebih kencang. 

Bagaimana tidak… Daehan terlihat duduk makan dengan santai di kafenya! Meski sadar sebab dibawa Intana, rasa teruja tetap ada. Seorang pembesar hotel berbintang datang ke kafe sekecil ini. Bahkan disinyalir oleh Yena, lelaki tampan itulah pemiliknya. 

Yena jauh lebih lama dari Shanumi tinggal di Surabaya. Apalagi letak kafe ini cukup dekat dengan Hotel Rasyid di jalan yang sama, Jalan Pahlawan. Pasti ucapan Yena bukanlah asal dan karangan. Fakta …?!

Bersit serakah, peluang dalam kesempitan dan pemerasan pada Daehan kembali berkelebat di kepala Shanumi yang memang tidak berkerudung. Bukan salahnya, tetapi sebab Intana yang arrogant dan janji lelaki itu terhadapnya. Jadi, tidak salah jika ini adalah kesempatan emas yang musti diambil.

“Shan… tolongin, Shan. Lemes akunya…!” seru Yena saat sampai di lantai atas. Dia sempat melihat Shanumi datang lewat pintu belakang dan buru-buru naik tangga. 

“Ada apa, Yen?” tanya Shanumi santai dengan menyandar dinding di ruang TV dan duduk selonjoran. 

“Preman betina itu datang dan nyariin kamu, Shan. Udah kembali dianya…,” ucap Yena tergesa. Mengira jika Shanumi tidak tahu. 

“Terus kamu lemes kenapa, Yen?” tanya Shanumi sambil senyum. Sudah paham apa maksud Yena. 

“Si Preman datangnya gandengan sama Sir Daehan. Tuh owner hotel ujung jalan yang lagi bikin lomba masak itu. Aku sering lihat dia di berita kota. Kece gila, Shan…!”

“Ngapain juga dia gandeng sama si preman. Jadi turun kadar gantengnya!”

Yena terus julid sedang Shanumi menahan senyum. Paham, apa yang dibilang sang karib memang benar. Dirinya pun diam-diam menyayangkan jika Daehan dimiliki oleh Intana yang punya sifat culas. Namun, kata orang… jodoh akan setara dengan setiap pasangannya! Hemmmh….

“Aku akan turun,” ucap Shanumi dan telah berdiri. 

Menuruni tangga diikuti Yena. Langsung menuju meja di mana sepasang tunang itu berada. Disambut pandangan Intana yang sinis dan sadis.

“Sudah sampai kamu … cepat juga jalanmu!” sambut Intana.

“Apa sengaja bikin rusuh di sini …?” tanya Shanumi dengan membalas menatap tajam pada Intana.

“Aku heran, kafe kayak gini aja rame amat. Ternyata serendah itu caramu. Kasir murahan!” Intana menyembur dengan pandangan berkobar.

Shanumi sungguh heran akan sikap Intana yang seperti punya dendam kesumat padanya. Dari segi harta, jelas sekali tidak kekurangan. Intana terlihat glamour dan berkelas. Belum lagi punya calon suami sekelas Daehan.

Lalu, kenapa sedemikian marah pada Shanumi hanya gegara belum bisa ganti rugi? Adakah alasan lain? Mungkin ada….

“Terserah gimana kamu nuduh aku. Gak ngaruh! Aku hanya ingin bilang, uang ganti rugi akan sampai padamu sebelum dua puluh empat jam. Jadi, berhentilah menekanku dengan semena-mena! Makanlah sepuasmu, aku kasih gratis. Anggap saja bunga pinjaman dariku!” Shanumi benar-benar kesal.

“Ih, nggak sudi. Uangmu haram!” sahut Intana. 

“Jaga mulutmu!” sembur Shanumi tak kalah geram.

“Kalo nggak haram, buat apa kamu dandan segitunya?! Buka kancing baju... telanjangg aja sekalian! Ingin merayu tunanganku? Nggak mempan, tunanganku nggak kelas sama yang murahan!” ucap Intana tajam sambil menuding dadaa Shanumi. Serta memberi ekspresi muak.

“Intana. Sudah cukup bicaranya? Kamu ingin makan apa tidak?” tegur suara berat yang sedari tadi menahan diri untuk diam. 

Shanumi sempat mendapat tatapan datar dari Daehan yang barusan mendongak dan kini membuang muka lagi ke makanan di meja.

Shanumi merasa terkejut dan sangat malu. Ternyata tiga kancing blousenya sedang terbuka. Oh, ini maksud Intana.

Segera berbalik dan memunggungi meja. Mengancingkan cepat dengan menenangkan diri dan menepis rasa malu. Bukan malu pada Intana, tetapi pada lelaki yang sebetulnya diam-diam sudah menikahinya!

“Maaf, ini tidak sengaja. Tadi aku akan tukar baju dan kamu memanggilku. Aku buru-buru jadi lupa. Jangan takut, kamu pasti akan mendapat ganti rugi dariku dengan cepat. Maaf, silahkan menikmati. Saya permisi ….” Susah payah Shanumi meredam jiwa dan ingat harus bisa menempatkan diri di depan tamu.

“Dasar, alesan nggak mutu …!” umpat Intana keras.

Menatap punggung indah itu berlalu.

Merasa heran dengan sikap Shanumi yang hanya kasir tetapi berani meladeni gaduhnya. Padahal Intana sengaja memancing agar Shanumi bermasalah. Jika tidak dipecat, setidaknya ditegur. Tetapi hingga hanyut kesal pun, petinggi kafe tidak muncul. Dasar kafe kecil!

Shanumi tidak jadi jaga kasir sebab moodnya memburuk. Memilih masuk kamar dan mager setengah harian di ranjang. Yena yang memantau percakapannya bersama Intana pun mendukung. Menyarankan istirahat dan lanjut dirinya jaga kasir.

“Penampilanku nggak udik, kan, Yen?” Shanumi kembali bertanya. 

“Udah kubilang, Luna Maya pun lewat!” sahut Yena ngasih jempol. 

“Ya iya… doi umurnya emang lewat jauh dariku.” Shanumi tampak tak bersemangat. 

Intana dan Daehan yang tidak hanya sekali hadir di depannya, membuat enggan datang lomba. Jika tidak ingat hutang ganti rugi sudah menjanji kurang dua puluh empat jam lunas, dirinya batal ikut.

“Shan, ada titipan buatmu!” seru Yena. Shanumi yang akan menghampiri taksi urung. 

“Mereka habis dua ratus, tapi lakinya ngasih tip segini. Owner hotel ujung emang jempol.” Yena bicara cepat sambil mengulur lima lembar ratusan. 

“Kok aku, Yen. Kan kalian yang kerja …,” ucap Shanumi menolak.

“Iya.... Tapi sebelum ngasih, dia nanyain kamu. Yang gaduh sama ceweknya tadi mana? Kujawab cuti …,” ucap Yena sambil ngulur uang lagi.

“Ya udah, bagi aja,” Shanumi mengambil tiga lembar. Perasaannya berkecamuk. Mengakui jika Daehan memang bukan pria pelit.

“Doain yang kenceng aku menang. Ntar sepedamu ditukar tambah,” ucap Shanumi lagi sambil pergi. Yena termenung dengan dua lembar merah di tangannya.

Hotel Rasyid yang megah tidak pernah sepi pengunjung. Hilir mudik manusia dan kendaraan di depan lobi. Demikian juga salah satunya adalah Shanumi. Berjalan cepat menuju dapur hotel yang sudah ditentukan dengan bantuan seorang pegawai yang menyambut. 

Celana hitam yang lagi-lagi menggantung di atas mata kaki dan berpadu blouse warna merah, membuat tampilan Shanumi kian menyala malam ini. Orang-orang yang sudah datang di dapur mewah itu menyambut dengan pandangan takjub. 

Ada Intana di sana, tetapi tanpa Daehan di sampingnya. Justru membuat rasa lega bagi Shanumi. 

Tidak banyak basa-basi. Lomba dimulai oleh orang yang sama pagi tadi. Intana tidak berbicara sama sekali. Hanya duduk dan berdiri dekat kulkas dengan gaya angkuh yang sesekali melirik sinis pada Shanumi. 

Tidak menyimpang dari tema seleksi, kali ini peserta diminta membuat sajian sesuka hati tetapi dengan rempah rimpang terpendam sebagai bumbu khas utama. Tentu saja dengan lama memasak yang dibatasi oleh juri.

Tidak berpikir lama, Shanumi yakin dengan menu masak pilihan favoritnya. Soto! Meski mungkin ribet bagi yang lain, tetapi jika suka dan biasa, akan mudah dibuat dan selesai lebih cepat.

Batas lomba berakhir. Penjurian sedang dilakukan. Lima orang koki hotel, semua sudah mengambil olahan sotonya dalam mangkuk kecil. Kini mereka duduk dan sedang menilai. Juga delapan menu masakan dari peserta lain di meja juri.

Klek

Saat semua merasa tegang, pria gagah rupawan memasuki dapur dengan gaya berkharisma. Degub jantung Shanumi kembali lebih kencang. 

“Dari kamu, bawa dengan mangkuk padaku!” Setelah duduk di samping Intana. Daehan melempar titah dengan suara menggema. Ruang dapur luas terasa lengang dan dingin. Aura tegang dengan datangnya sang atasan nyata tercipta.

🍓

Mohon supportnya ya

Komen (2)
goodnovel comment avatar
kamiya san
Terima kasih sudah membaca. Terima kasih sudah menonton iklan di buku ini ya, Kak.
goodnovel comment avatar
Dewy Nasprihana
Ceritanya sangat menarik, sayang terhalang gembok untukku terus membaca ... harus sabar menunggu esok hari untuk mendapatkan bonus dan kembali meneruskan membaca, hehee
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 8

    Dari peserta paling ujung sebelah kiri, bergiliran membawa baki berisi semangkuk kecil masakan ke meja Daehan. Lalu berdiri di hadapan sampai pria terhormat itu puas mencicipi dan kemudian menyuruh pergi. Hingga kini tiba giliran Shanumi. “Terima kasih sudah diberi kesempatan, Pak. Semoga berkenan dan harap dipertimbangkan hasil olah tangan saya.” Shanumi mundur dan bicara setelah meletak mangkuk sotonya di hadapan Daehan. Lalu melangkah ke belakang lagi dan berdiri menunggu tanpa melirikkan mata pada Intana. Terlihat tenang, padahal dalam dada jumpalitan. Daehan seperti tersedak, tetapi tidak mampu menghentikan suapan soto yang terasa nikmat dan segar itu sampai di tetes terakhir. Sempat memandang gadis cantik di depannya dan merasa heran. Kenapa tidak tampak terkejut atau menunjuk perilaku pernah melihat Daehan sebelumnya? Tidak mungkin gadis itu lupa bahwa dirinya, owner Hotel Rasyid adalah kekasih Intana yang selalu bersikap tidak ramah padanya. Daehan menilai jika Shanumi a

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 9

    Shanumi yang mendapat hantaman keras dan mengira jika dirinya akan terjengkang, ternyata tidak. Daehan telah menangkap cepat punggungnya. Harum wangi dari badan besar dan tinggi telah melenakan sesaat. Dua badan beda gender itu terlihat seperti saling peluk sebelum sama-sama menjauhkan diri tergesa. Shanumi benar-benar merasa degub kencang dan gugup. “Anda ini kenapa?” tanya Shanumi ketus tetapi salah tingkah. Lelaki itu menatapnya tenang seperti tidak terkejut. “Aku lupa membawa dompetku… tetapi kamu tiba-tiba berbalik. Jalanmu cepat nggak lihat haluan. Aku nggak sempat menghindarimu.” Daehan bicara tenang sambil bergeser mendekat ke meja dan menarik laci. “Ini kartu namaku. Daripada kamu nyesel nggak nyimpan nomorku,” ucap Daehan sambil mengulurkan selembar kartu nama. Shanumi menerima tanpa kata. Pria itu kembali berlalu meninggalkannya. Seperti tidak ada dompet yang diambil Daehan dari laci, hanya mengambil selembar kartu yang kini digenggamnya. “Memang. Dia pengertian juga…

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 10

    Shanumi pergi ke kamar dan merebah lelah. Kaki sudah dia cuci pada air kran di luar sebelum masuk. Untuk shalat isya yang masih tertanggung sedang direncana agak belakangan. Yang penting baginya pasti kontan. “Padahal kelakuan Intana keterlaluan, tapi Daehan muji-mujinya padaku kelewatan. Hemmm, berwawasan dan berpendidikan konon. Tapi selingkuh…,” ucap Shanumi dengan pandang menerawang di plavon kamar.Jadi agak merasa iba pada Daehan. Pria yang terlihat sempurna dengan kesuksesan dunia, ternyata tega dikhianati wanita yang dicinta. Apa kecurangan Intana sama sekali tidak terendus? Begitu sibukkah Daehan, hingga Intana merasa kesepian? Tapi mereka belum menikah, jika sudah bersedia harusnya memahami. Padahal juga sering terlihat berduaan, masih saja merasa kurang perhatian. Harusnya Intana paham jika Daehan sangat sibuk. Ah, itu alasan Intana saja. Bukankah Erick sebagai seorang pilot pasti jauh lebih sibuk juga? Kesibukan dan keminiman waktu yang dimiliki Ericklah satu penyebab

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 11

    Mata tajam bak elang itu tengah menatap dalam di wajah Shanumi. “Anda… sudah tahu bahwa saya adalah …,” ucap Shanumi tercekat. Meski sudah menduga, tetapi saat Daehan bicara menyindir, rasanya terkejut. “Shazleen Shanumi, kamu pikir aku sudah pikun? Bahkan namamu pun sudah membuatku seperti trauma.” Daehan berdiri dan merendahkan pandangannya pada Shanumi. “Jika saya bikin Anda trauma, tapi kenapa justru diminta di sini? Kenapa tidak didish saja dari sebelum lomba kemarin? Malah juara, meski sudah dicurangi…,” ucap Shanumi tahu diri. Tidak lupa jika Daehan memang tidak ingin melihat sosoknya lagi. “Aku tidak sebrutal itu. Bukan salahmu. Lagipula kamu berhak dengan pendidikanmu yang cukup tinggi. Sayang jika seorang sarjana hanya jadi kasir di kafe kecil. Kasihan ortumu.” Daehan bicara tenang. Tidak sinis dan tidak terlihat kesal. “Lah, yang penting kan halal, bukan jual diri. Sekarang, saya malah jadi pelayan orang. Demi uang…,” ucap Shanumi iseng, bukan tak paham maksud Daehan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Istri Perawan Disangka Janda   12

    Beberapa hari ini Shanumi ingin menghubungi sang ibu. Namun, selalu gagal sambung yang membuatnya resah dan galau. Terlebih, ada hal penting yang harus dia sampaikan secepat mungkin. “Assalamu'alaikum, Buk!” seru Shanumi lega saat dial-nya tersambung kali ini, di hari yang ke empat. “Aku baik-baik saja. Ibuk bagaimana? Kenapa jaringan mati terus? Habis baterai atau di luar? Kenapa nggak isi data?!” tanya Shanumi bertubi pada sang ibu di seberang di Kota Batu. Ternyata ada masalah pada sambungan wifi rumah sebab angin kencang yang mengguncang kawasan Batu dan Malang beberapa hari belakangan. Sedang ibunya tidak ingat membeli kuota paket data. Shanumi pun lalai tidak mengisikan. Pulsa biasa pun, mereka sedang sama-sama tidak punya. Hanya kuota data yang Shanumi ada. “Buk, ada hal penting… aku nggak jadi ingin ketemu Mas Erick. Jangan jadi bilang di mana alamatku, ya. Bilang terus kalo aku belum ngasih alamatku. Ya, Buk…,” ucap Shanumi resah. Gadis itu berjalan mondar mandir di ruang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Istri Perawan Disangka Janda   13

    Nama Erick mana yang disebut Daehan dalam perbincangan? Benarkan pilot tampan yang pernah dekat dengannya sekaligus selingkuhan Intana? Lalu apa urusan dengan Daehan yang membuat mereka berhubungan? Bisniskah? Namun, fakta jika nama Erick sangat melimpah di seluruh Indonesia Raya, membuat perasaan Shanumi sedikit lebih tenang. “Tumben gak make up, Shan,” tegur temannya yang masuk pukul tujuh saat papasan di pintu masuk dapur.“Iya, buru-buru. Tadi aku datang pukul enam lebih. Suruh ikut ke Batu sama Pak Bos.” Shanumi menyambar panci dan mengisi air, kemudian merebusnya dengan api level membara. “Tapi kamu seger aja nggak pake bedak. Coba aku, bukan muka bantal aja, sekalian muka kasur, guling dan selimut nya…,” keluh Dian, nama teman Shanumi sambil menyimpan tas dalam almari. “Ish, lebay amat. Itu sama aja, perasaan aku pun muka kartun. Nggak enak, nggak nyaman, Yan …!” Shanumi mengaduk kopi yang sudah diseduh sambil tertawa pada Dian yang mendekat. “Eh, dengar-dengar Pak Bos mau

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Istri Perawan Disangka Janda   14

    Mobil sport gunung yang dikenali, sah memberi pertanda. Tentu saja orang yang membawa adalah lelaki yang sudah diduganya. “Shanum…! Bagaimana kamu bisa di sini? Apa kamu ingin mencariku?” tanya lelaki tampan itu dengan raut takjub tak percaya. “Mas Erick…,” ucap Shanumi bingung dan lunglai. Apa yang ditakuti terjadi, nama yang sempat disebut Daehan adalah milik lelaki yang tak diharap. Konyolnya, justru diri sendiri yang seperti mendatangi. “Shan, aku selalu menunggumu. Aku sangat rindu…,” keluh Erick dengan suara lirih. Tiba-tiba mendekati Shanumi dan akan merengkuh.“Eh, ngapain, Mas … tolong, jangan coba-coba seperti ini lagi padaku!” pekik Shanumi sambil mendorong dada Erick dan memundurkan kakinya. Shanumi mematung. Memandang Erick diam ditempat dengan raut yang tampak bingung dan kecewa. Lelaki tegap dan berkulit cerah yang semakin tampan itu pernah mendebarkan hati Shanumi jika berjauhan atau pun saat berdekatan. Ternyata kini tidak terlalu lagi, begitu cepat perasaannya b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 15

    Daehan yang tidak menyangka Shanumi membuat keputusan sepihak, merasa tidak terima. Lagipula perempuan itu bisa dia bawa untuk mengintimidasi Erick. Rival beratnya dalam mendapatkan Intana selama ini. Berharap agar lelaki itu tidak lagi mengganggu calon istrinya diam-diam. “Shanumi!” panggil Daehan melengking sambil terus berlari.Mengejar Shanumi yang sudah melewati pagar tanpa hambatan. Setelah Erick pergi, Agung tidak menutup pintu pagar kembali. Sambil fokus berlari, Daehan merutuki sopir pribadi yang lagi-lagi teledor dalam bertugas. Ingin ditendangnya pegawai itu jika perempuan yang sedang dia kejar tidak berhasil didapatkan.Kesal yang sempat bercabang pada Agung, membuatnya sedikit lengah. Shanumi hilang dari pandangan setelah berkelebat di balik pinus besar dan rimbunan bambu air. Daehan terengah-engah dan merutuk diri-sendiri. “Shanumi!” Masih dicobanya memanggil keras-keras. Meski tahu yang disebut nama tidak mungkin menyahut. Ada rasa puas tersendiri yang dirasa oleh Da

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28

Bab terbaru

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 88

    Bukan taksi yang membawa Khaisan dan Sazlina dari stasiun menuju rumah Oma di Osaka. Tetapi Daehan sendiri dengan mobil sang nenek yang hanya sentiasa terparkir di garasi sebagai pajangan selama ini, amat sangat jarang digunakan. Apalagi setelah suami tiada beberapa bulan lalu. Sopirnya pun sudah dipensiunkan. Hanya kadang akan mencari sopir sewa atau menaiki taksi saja untuk bepergian. Itu pun sangat jarang, mengingat kondisi Oma yang menghalangi untuk membuat perjalanan jauh. “Kamu yakin, Oma baik-baik saja di rumah?” tanya Khaisan dengan nada gusar. Menatap Daehan yang mengemudi di sebelahnya. Sazlina dibiarkannya duduk sendiri di belakang. “Soal itu… dia barusan kritis, mana bisa yakin. Shanumi dan perawat sedang jaga di rumah. Selama mereka gak ngasih kabar buruk, anggap saja Oma lagi aman. Lagipula sambil beliin dia resep Kampo.” Daehan menjelaskan sambil fokus mengemudi. Terlihat santai yang jauh dari panik. Khaisan terdiam, merasa sedikit lega akan kondisi lumayan omanya.

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 87

    Hana dan Daishin telah selesai berbicara. Meski tidak lama, lumayan menyampaikan segala masalah mengganjal pada keduanya. Hana berniat meninggalkan ruang pantry. “Matikan airnya, Shin.” Hana menegur Daishin yang membiarkan air dari kran di wastafel terus mengalir. Lelaki itu terus menadah tangan di bawahnya dengan bungkam dan mematung. Mungkin omongan Hana barusan cukup mengena dalam di perasannya kali ini. “Mama akan turun. Kamu cepat istirahat. Jika kondisimu bagus, kita juga nyusul ke Osaka besok saja. Semoga kondisi ibu mertua lekas membaik. Hmm… apa kereta tercepat masih ada malam-malam begini?” Hana berbicara lagi setelah Daishin mematikan kran hingga airnya mati total. Nada suara yang biasa dan seolah tidak ada hal mengganjal apa-apa lagi di hatinya. Hana teringat pada Sazlina dan Khaisan yang seharusnya sudah siap meluncur ke Osaka. Jika siang akan mudah dengan menaiki kereta cepat Nozomi Shinsaken. Namun, jika malam begini, adakah? Sedang jam operasi maksimal untuk stasi

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 86

    Pantry yang tidak luas itu terasa lebih lapang sebab lengang. Meski auranya panas dan penuh bara api. Sazlina hingga menahan napas dan tegang. Menduga jika Khaisan sedang sangat marah. Bersyukur dirinya tidak mengeluh berlebihan. Bukan dirinya yang dipikirkan, tetapi Daishin yang akan mendapat murka dari suaminya. “Ulangi tadi apa yang kamu bilang pada istriku, Daishin…!” Khaisan memecah hening dari kebungkaman mereka yang lama. Suaranya tajam dan keras. Cukup menggema di sekitaran ruang pantry dan penjuru lantai dua. Daishin mungkin sudah menduga, tetapi gerakan tangan dari mengaduk sup di mangkuk terjeda. Seolah sedang berpikir apa yang akan dia ucapkan. Lalu memutar kursi dan berhadapan pandang langsung dengan Khaisan. “Maaf, Mas. Mungkin aku lancang kali ini. Tetapi aku sudah tidak bisa menahan diri. Jujur, aku pernah suka dengan Sazlina saat di agensi. Tetapi dia terus menolak dan tiba-tiba pulang ke Indonesia. Sekarang tiba-tiba bertemu dan tiap hari melihat, perasaan itu da

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 85

    Ada satu handuk baju di dalam kamar mandi. Mungkin Khaisan sengaja menyisakan untuk di pakai oleh Sazlina. Lelaki itu lebih memilih selembar kecil handuk untuk dililitkan di tubuh saat sudah keluar dari kamar mandi. “Untuk apa baju basah itu dibawa-bawa?” tegur Khaisan. Merasa tidak suka melihat Sazlina menenteng baju kotornya yang basah. “Kubawa ke kamarku, akan kucuci dan kujemur.” Sazlina sambil salah tingkah, bingung dengan tetesan air dari baju basah di tangannya ke lantai. “Letak kembali di dalam, biar diurus Mijhe. Lekas ganti baju, nanti kamu masuk angin,” ucap Khaisan pelan. Paham jika Sazlina merasa segan. Sazlina yang galau tidak membantah, segera masuk kembali ke kamar mandi dan meletak seluruh baju basahnya di sudut. Berpikir Mijhe akan maklum sebab sudah tahu tentang pernikahannya. Kemudian keluar lagi dengan perasaan berdebar. “Aku akan ke kamarku, tukar baju.” Kata Sazlina sambil tergesa menuju pintu. “Ada banyak baju di almari!” seru Khaisan bermaksud menahan.

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 84

    Setelah meladeni wawancara heboh dari mamanya, juga beberapa pertanyaan dari papanya, serta dilepas oleh pandangan masam dari Clara, Khaisan membawa Sazlina naik tangga ke lantai dua. "Mas Daishin ke mana...," gumam Sazlina lirih sambil mengikuti Khaisan. "Dia sudah besar. Tidak usah dicari-cari." Khaisan yang mendengar pun menyahut datar. Kemudian menghentak tangan kecil yang terasa halus di genggamannya. “Aku…,” ucap Sazlina tercekat saat Khaisan menyeretnya menepi ke arah kamar miliknya. Perasaannya berdebar dengan apa yang bakal terjadi kemudian. Pikiran nakal di kepalanya seketika menggoda. “Kenapa, keberatan? Siapa yang ngotot ingin dibawa ke kamarku?” tanya Khaisan sambil membuka pintu kamar yang tidak dikuncinya. “Aku … tidak. Tapi, kamu tidak akan berbuat hal jahat, kan?” tanya Sazlina asal. Hatinya semakin berdebar. “Bagaimana jika iya?” tanya Khaisan. Senyum samarnya terlihat dalam remang. Lampu lorong balkon selalu dimatikan Mijhe selepas waktu isya. Hanya sorot bula

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 83

    Sazlina yang sangat terkejut dan takut, merasa itu semua ternyata sangatlah sia-sia. Khaisan hanya menariknya menuju mobil yang telah dibawa driver mendekat. Bukan ke mana-mana atau menganiaya seperti sangkanya. “Kamu pikir aku psikopat?” tanya Khaisan saat mereka sudah duduk di dalam dan Sazlina berkata akan luah rasa leganya. “Kupikir kamu sangat marah…,” sahut Sazlina yang terdengar engah pada suaranya. Sisa paniknya barusan mesih melekat. “Aku tidak berbuat melampaui batas, bukan bermakna aku tidak marah. Jangan merasa senang dulu.” Khaisan menegur dengan ekspresi tidak ramah. Kendaraan berjalan pelan meninggalkan area Kingnyo di Roppongi. “Apapun perasaanmu, aku sudah minta maaf. Aku merasa senang, kamu seperti sangat peduli padaku. Tiba-tiba aku menyesal kenapa tidak menikah sedari dulu. Ada seseorang yang peduli padaku di tempat jauh, rasanya jadi haru.” Sazlina berbicara jujur dengan yang sedang dirasa. “Kamu ingin menikah dari dulu? Siapa yang kamu harap menikahimu?” tan

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 82

    Khaisan membanting pintu hingga menghempas dinding dan berbunyi keras. Namun pintu yang terpental itu kembali menutup sendiri dengan perlahan. Seolah sangat rela akan perlakuan sang tuan padanya.Pria penguasa kamar menyambar dua power bank sekaligus dari laci. Tidak ingin kejadian habis baterai terulang kembali di saat yang tidak diinginkan. Lalu dibawanya ke sofa dan menghempas diri kasar di sana. Sambil menyalakan ponsel, matanya menyapu seluruh sudut kamar dengan nuansa tampak baru. Sangat segar, rapi dan bersih lebih dari sebelumnya. Sayang sekali perempuan yang ingin dibawanya dengan tidak sabar malam ini telah membuatnya marah dan sangat kecewa. Beberapa pesan yang di antaranya dari Sazlina telah dibaca segera. Hanya memberi tahu tentang perginya menemani pelancong dari Thailand dan juga ada kalimat minta maaf. “Di mana posisi mereka terakhir?” Khaisan sedang menghubungi driver yang bertugas membawa pelancong dan Sazlina. Lelaki itu sudah memberi laporan akan tugasnya sejak

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 81

    Sazlina tidak jadi menutup pintu saat namanya dipanggil. Ternyata Daishin yang sudah sampai di depan kamar. “Ada apa, Mas?” Sazlina membuka pintu lebih lebar. Mereka baru selesai sarapan pagi. “Orang dari Thailand mempercepat penerbangan, mereka sudah check-in pukul enam pagi tadi, emailnya baru masuk. Tengah hari kita harus sudah standby di Bandara Narita. Kamu sudah siap?” tanya Daishin serius. “Benarkah, syukur tidak jadi malam…,” sambut Sazlina setengah mengeluh. Ekspresi lega teebaca jelas di wajah eloknya. “Untuk sementara mereka hingga sore saja di Tokyo. Mereka ingin ditemani olehmu, maksudku, guide dari Indonesia dengan bahasa mereka hanya saat di Ueno, Saz. Selebihnya kita lepas.” Daishin menjelaskan buru-buru. Ada galau di wajah Sazlina. Khawatir jika gadis itu tiba-tiba membatalkan. Tidak ada ikatan kerja pada Sazlina kali ini. Sedang agensi dengan pengunjung dari Thailand, lebih dari sekadar perjanjian tulis. Akan tercoreng nama agensi andai Sazlina berubah

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 80

    Sazlina akan keluar kamar saat Shanumi datang menjemput. Adiknya terlihat rapi dan cantik dengan gamis modis serta hijab yang menutup di kepala. Mengajak makan pagi ber sama-sama di ruang makan lantai satu. “Mbak, matamu kayak bengkak…,” ucap Shanumi sambil memandang mata kakaknya. Mereka di depan pintu dengan Sazlina yang menutup. “Iya, Nok.” Sazlina mengakui. Bersiap jujur andai Shanumi bertanya detail. “Hari ke dua dan ke tiga haidmu, ya?” tanya Shanumi menebak. Sazlina menghembuskan napas panjang. “Kamu dah hapal ya, Nok.” Sazlina sambil tersenyum. Niat ingin cerita semua pada adiknya pun urung. “Mana lupa, wajah suka bengap saat bangun tidur waktu haid. Malah yang kita sama itu, suka demam pas menjelang datang harinya, Mbak.” Shanumi tiba-tiba meraba dahi Sazlina. “Kali ini aku sehat aja sih, Nok.” Sazlina sambil tersenyum.“Alhamdulillah, Mbak. Nggak demam, ya.” Shanumi menurunkan tangannya dari dahi Sazlina yang kemudian mengangguk. “Kamu mau keluar, Nok?” tanya Sazlina

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status