Share

Bab. 7

Author: kamiya san
last update Last Updated: 2024-12-24 21:44:57

Shanumi melambat langkah dan segera memutar lewat pintu belakang ruko. Dadanya kembali tidak aman dengan degub jantung lebih kencang. 

Bagaimana tidak… Daehan terlihat duduk makan dengan santai di kafenya! Meski sadar sebab dibawa Intana, rasa teruja tetap ada. Seorang pembesar hotel berbintang datang ke kafe sekecil ini. Bahkan disinyalir oleh Yena, lelaki tampan itulah pemiliknya. 

Yena jauh lebih lama dari Shanumi tinggal di Surabaya. Apalagi letak kafe ini cukup dekat dengan Hotel Rasyid di jalan yang sama, Jalan Pahlawan. Pasti ucapan Yena bukanlah asal dan karangan. Fakta …?!

Bersit serakah, peluang dalam kesempitan dan pemerasan pada Daehan kembali berkelebat di kepala Shanumi yang memang tidak berkerudung. Bukan salahnya, tetapi sebab Intana yang arrogant dan janji lelaki itu terhadapnya. Jadi, tidak salah jika ini adalah kesempatan emas yang musti diambil.

“Shan… tolongin, Shan. Lemes akunya…!” seru Yena saat sampai di lantai atas. Dia sempat melihat Shanumi datang lewat pintu belakang dan buru-buru naik tangga. 

“Ada apa, Yen?” tanya Shanumi santai dengan menyandar dinding di ruang TV dan duduk selonjoran. 

“Preman betina itu datang dan nyariin kamu, Shan. Udah kembali dianya…,” ucap Yena tergesa. Mengira jika Shanumi tidak tahu. 

“Terus kamu lemes kenapa, Yen?” tanya Shanumi sambil senyum. Sudah paham apa maksud Yena. 

“Si Preman datangnya gandengan sama Sir Daehan. Tuh owner hotel ujung jalan yang lagi bikin lomba masak itu. Aku sering lihat dia di berita kota. Kece gila, Shan…!”

“Ngapain juga dia gandeng sama si preman. Jadi turun kadar gantengnya!”

Yena terus julid sedang Shanumi menahan senyum. Paham, apa yang dibilang sang karib memang benar. Dirinya pun diam-diam menyayangkan jika Daehan dimiliki oleh Intana yang punya sifat culas. Namun, kata orang… jodoh akan setara dengan setiap pasangannya! Hemmmh….

“Aku akan turun,” ucap Shanumi dan telah berdiri. 

Menuruni tangga diikuti Yena. Langsung menuju meja di mana sepasang tunang itu berada. Disambut pandangan Intana yang sinis dan sadis.

“Sudah sampai kamu … cepat juga jalanmu!” sambut Intana.

“Apa sengaja bikin rusuh di sini …?” tanya Shanumi dengan membalas menatap tajam pada Intana.

“Aku heran, kafe kayak gini aja rame amat. Ternyata serendah itu caramu. Kasir murahan!” Intana menyembur dengan pandangan berkobar.

Shanumi sungguh heran akan sikap Intana yang seperti punya dendam kesumat padanya. Dari segi harta, jelas sekali tidak kekurangan. Intana terlihat glamour dan berkelas. Belum lagi punya calon suami sekelas Daehan.

Lalu, kenapa sedemikian marah pada Shanumi hanya gegara belum bisa ganti rugi? Adakah alasan lain? Mungkin ada….

“Terserah gimana kamu nuduh aku. Gak ngaruh! Aku hanya ingin bilang, uang ganti rugi akan sampai padamu sebelum dua puluh empat jam. Jadi, berhentilah menekanku dengan semena-mena! Makanlah sepuasmu, aku kasih gratis. Anggap saja bunga pinjaman dariku!” Shanumi benar-benar kesal.

“Ih, nggak sudi. Uangmu haram!” sahut Intana. 

“Jaga mulutmu!” sembur Shanumi tak kalah geram.

“Kalo nggak haram, buat apa kamu dandan segitunya?! Buka kancing baju... telanjangg aja sekalian! Ingin merayu tunanganku? Nggak mempan, tunanganku nggak kelas sama yang murahan!” ucap Intana tajam sambil menuding dadaa Shanumi. Serta memberi ekspresi muak.

“Intana. Sudah cukup bicaranya? Kamu ingin makan apa tidak?” tegur suara berat yang sedari tadi menahan diri untuk diam. 

Shanumi sempat mendapat tatapan datar dari Daehan yang barusan mendongak dan kini membuang muka lagi ke makanan di meja.

Shanumi merasa terkejut dan sangat malu. Ternyata tiga kancing blousenya sedang terbuka. Oh, ini maksud Intana.

Segera berbalik dan memunggungi meja. Mengancingkan cepat dengan menenangkan diri dan menepis rasa malu. Bukan malu pada Intana, tetapi pada lelaki yang sebetulnya diam-diam sudah menikahinya!

“Maaf, ini tidak sengaja. Tadi aku akan tukar baju dan kamu memanggilku. Aku buru-buru jadi lupa. Jangan takut, kamu pasti akan mendapat ganti rugi dariku dengan cepat. Maaf, silahkan menikmati. Saya permisi ….” Susah payah Shanumi meredam jiwa dan ingat harus bisa menempatkan diri di depan tamu.

“Dasar, alesan nggak mutu …!” umpat Intana keras.

Menatap punggung indah itu berlalu.

Merasa heran dengan sikap Shanumi yang hanya kasir tetapi berani meladeni gaduhnya. Padahal Intana sengaja memancing agar Shanumi bermasalah. Jika tidak dipecat, setidaknya ditegur. Tetapi hingga hanyut kesal pun, petinggi kafe tidak muncul. Dasar kafe kecil!

Shanumi tidak jadi jaga kasir sebab moodnya memburuk. Memilih masuk kamar dan mager setengah harian di ranjang. Yena yang memantau percakapannya bersama Intana pun mendukung. Menyarankan istirahat dan lanjut dirinya jaga kasir.

“Penampilanku nggak udik, kan, Yen?” Shanumi kembali bertanya. 

“Udah kubilang, Luna Maya pun lewat!” sahut Yena ngasih jempol. 

“Ya iya… doi umurnya emang lewat jauh dariku.” Shanumi tampak tak bersemangat. 

Intana dan Daehan yang tidak hanya sekali hadir di depannya, membuat enggan datang lomba. Jika tidak ingat hutang ganti rugi sudah menjanji kurang dua puluh empat jam lunas, dirinya batal ikut.

“Shan, ada titipan buatmu!” seru Yena. Shanumi yang akan menghampiri taksi urung. 

“Mereka habis dua ratus, tapi lakinya ngasih tip segini. Owner hotel ujung emang jempol.” Yena bicara cepat sambil mengulur lima lembar ratusan. 

“Kok aku, Yen. Kan kalian yang kerja …,” ucap Shanumi menolak.

“Iya.... Tapi sebelum ngasih, dia nanyain kamu. Yang gaduh sama ceweknya tadi mana? Kujawab cuti …,” ucap Yena sambil ngulur uang lagi.

“Ya udah, bagi aja,” Shanumi mengambil tiga lembar. Perasaannya berkecamuk. Mengakui jika Daehan memang bukan pria pelit.

“Doain yang kenceng aku menang. Ntar sepedamu ditukar tambah,” ucap Shanumi lagi sambil pergi. Yena termenung dengan dua lembar merah di tangannya.

Hotel Rasyid yang megah tidak pernah sepi pengunjung. Hilir mudik manusia dan kendaraan di depan lobi. Demikian juga salah satunya adalah Shanumi. Berjalan cepat menuju dapur hotel yang sudah ditentukan dengan bantuan seorang pegawai yang menyambut. 

Celana hitam yang lagi-lagi menggantung di atas mata kaki dan berpadu blouse warna merah, membuat tampilan Shanumi kian menyala malam ini. Orang-orang yang sudah datang di dapur mewah itu menyambut dengan pandangan takjub. 

Ada Intana di sana, tetapi tanpa Daehan di sampingnya. Justru membuat rasa lega bagi Shanumi. 

Tidak banyak basa-basi. Lomba dimulai oleh orang yang sama pagi tadi. Intana tidak berbicara sama sekali. Hanya duduk dan berdiri dekat kulkas dengan gaya angkuh yang sesekali melirik sinis pada Shanumi. 

Tidak menyimpang dari tema seleksi, kali ini peserta diminta membuat sajian sesuka hati tetapi dengan rempah rimpang terpendam sebagai bumbu khas utama. Tentu saja dengan lama memasak yang dibatasi oleh juri.

Tidak berpikir lama, Shanumi yakin dengan menu masak pilihan favoritnya. Soto! Meski mungkin ribet bagi yang lain, tetapi jika suka dan biasa, akan mudah dibuat dan selesai lebih cepat.

Batas lomba berakhir. Penjurian sedang dilakukan. Lima orang koki hotel, semua sudah mengambil olahan sotonya dalam mangkuk kecil. Kini mereka duduk dan sedang menilai. Juga delapan menu masakan dari peserta lain di meja juri.

Klek

Saat semua merasa tegang, pria gagah rupawan memasuki dapur dengan gaya berkharisma. Degub jantung Shanumi kembali lebih kencang. 

“Dari kamu, bawa dengan mangkuk padaku!” Setelah duduk di samping Intana. Daehan melempar titah dengan suara menggema. Ruang dapur luas terasa lengang dan dingin. Aura tegang dengan datangnya sang atasan nyata tercipta.

🍓

Mohon supportnya ya

Related chapters

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 8

    Dari peserta paling ujung sebelah kiri, bergiliran membawa baki berisi semangkuk kecil masakan ke meja Daehan. Lalu berdiri di hadapan sampai pria terhormat itu puas mencicipi dan kemudian menyuruh pergi. Hingga kini tiba giliran Shanumi. “Terima kasih sudah diberi kesempatan, Pak. Semoga berkenan dan harap dipertimbangkan hasil olah tangan saya.” Shanumi mundur dan bicara setelah meletak mangkuk sotonya di hadapan Daehan. Lalu melangkah ke belakang lagi dan berdiri menunggu tanpa melirikkan mata pada Intana. Terlihat tenang, padahal dalam dada jumpalitan. Daehan seperti tersedak, tetapi tidak mampu menghentikan suapan soto yang terasa nikmat dan segar itu sampai di tetes terakhir. Sempat memandang gadis cantik di depannya dan merasa heran. Kenapa tidak tampak terkejut atau menunjuk perilaku pernah melihat Daehan sebelumnya? Tidak mungkin gadis itu lupa bahwa dirinya, owner Hotel Rasyid adalah kekasih Intana yang selalu bersikap tidak ramah padanya. Daehan menilai jika Shanumi a

    Last Updated : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 9

    Shanumi yang mendapat hantaman keras dan mengira jika dirinya akan terjengkang, ternyata tidak. Daehan telah menangkap cepat punggungnya. Harum wangi dari badan besar dan tinggi telah melenakan sesaat. Dua badan beda gender itu terlihat seperti saling peluk sebelum sama-sama menjauhkan diri tergesa. Shanumi benar-benar merasa degub kencang dan gugup. “Anda ini kenapa?” tanya Shanumi ketus tetapi salah tingkah. Lelaki itu menatapnya tenang seperti tidak terkejut. “Aku lupa membawa dompetku… tetapi kamu tiba-tiba berbalik. Jalanmu cepat nggak lihat haluan. Aku nggak sempat menghindarimu.” Daehan bicara tenang sambil bergeser mendekat ke meja dan menarik laci. “Ini kartu namaku. Daripada kamu nyesel nggak nyimpan nomorku,” ucap Daehan sambil mengulurkan selembar kartu nama. Shanumi menerima tanpa kata. Pria itu kembali berlalu meninggalkannya. Seperti tidak ada dompet yang diambil Daehan dari laci, hanya mengambil selembar kartu yang kini digenggamnya. “Memang. Dia pengertian juga…

    Last Updated : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 10

    Shanumi pergi ke kamar dan merebah lelah. Kaki sudah dia cuci pada air kran di luar sebelum masuk. Untuk shalat isya yang masih tertanggung sedang direncana agak belakangan. Yang penting baginya pasti kontan. “Padahal kelakuan Intana keterlaluan, tapi Daehan muji-mujinya padaku kelewatan. Hemmm, berwawasan dan berpendidikan konon. Tapi selingkuh…,” ucap Shanumi dengan pandang menerawang di plavon kamar.Jadi agak merasa iba pada Daehan. Pria yang terlihat sempurna dengan kesuksesan dunia, ternyata tega dikhianati wanita yang dicinta. Apa kecurangan Intana sama sekali tidak terendus? Begitu sibukkah Daehan, hingga Intana merasa kesepian? Tapi mereka belum menikah, jika sudah bersedia harusnya memahami. Padahal juga sering terlihat berduaan, masih saja merasa kurang perhatian. Harusnya Intana paham jika Daehan sangat sibuk. Ah, itu alasan Intana saja. Bukankah Erick sebagai seorang pilot pasti jauh lebih sibuk juga? Kesibukan dan keminiman waktu yang dimiliki Ericklah satu penyebab

    Last Updated : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 11

    Mata tajam bak elang itu tengah menatap dalam di wajah Shanumi. “Anda… sudah tahu bahwa saya adalah …,” ucap Shanumi tercekat. Meski sudah menduga, tetapi saat Daehan bicara menyindir, rasanya terkejut. “Shazleen Shanumi, kamu pikir aku sudah pikun? Bahkan namamu pun sudah membuatku seperti trauma.” Daehan berdiri dan merendahkan pandangannya pada Shanumi. “Jika saya bikin Anda trauma, tapi kenapa justru diminta di sini? Kenapa tidak didish saja dari sebelum lomba kemarin? Malah juara, meski sudah dicurangi…,” ucap Shanumi tahu diri. Tidak lupa jika Daehan memang tidak ingin melihat sosoknya lagi. “Aku tidak sebrutal itu. Bukan salahmu. Lagipula kamu berhak dengan pendidikanmu yang cukup tinggi. Sayang jika seorang sarjana hanya jadi kasir di kafe kecil. Kasihan ortumu.” Daehan bicara tenang. Tidak sinis dan tidak terlihat kesal. “Lah, yang penting kan halal, bukan jual diri. Sekarang, saya malah jadi pelayan orang. Demi uang…,” ucap Shanumi iseng, bukan tak paham maksud Daehan.

    Last Updated : 2024-12-26
  • Istri Perawan Disangka Janda   12

    Beberapa hari ini Shanumi ingin menghubungi sang ibu. Namun, selalu gagal sambung yang membuatnya resah dan galau. Terlebih, ada hal penting yang harus dia sampaikan secepat mungkin. “Assalamu'alaikum, Buk!” seru Shanumi lega saat dial-nya tersambung kali ini, di hari yang ke empat. “Aku baik-baik saja. Ibuk bagaimana? Kenapa jaringan mati terus? Habis baterai atau di luar? Kenapa nggak isi data?!” tanya Shanumi bertubi pada sang ibu di seberang di Kota Batu. Ternyata ada masalah pada sambungan wifi rumah sebab angin kencang yang mengguncang kawasan Batu dan Malang beberapa hari belakangan. Sedang ibunya tidak ingat membeli kuota paket data. Shanumi pun lalai tidak mengisikan. Pulsa biasa pun, mereka sedang sama-sama tidak punya. Hanya kuota data yang Shanumi ada. “Buk, ada hal penting… aku nggak jadi ingin ketemu Mas Erick. Jangan jadi bilang di mana alamatku, ya. Bilang terus kalo aku belum ngasih alamatku. Ya, Buk…,” ucap Shanumi resah. Gadis itu berjalan mondar mandir di ruang

    Last Updated : 2024-12-26
  • Istri Perawan Disangka Janda   13

    Nama Erick mana yang disebut Daehan dalam perbincangan? Benarkan pilot tampan yang pernah dekat dengannya sekaligus selingkuhan Intana? Lalu apa urusan dengan Daehan yang membuat mereka berhubungan? Bisniskah? Namun, fakta jika nama Erick sangat melimpah di seluruh Indonesia Raya, membuat perasaan Shanumi sedikit lebih tenang. “Tumben gak make up, Shan,” tegur temannya yang masuk pukul tujuh saat papasan di pintu masuk dapur.“Iya, buru-buru. Tadi aku datang pukul enam lebih. Suruh ikut ke Batu sama Pak Bos.” Shanumi menyambar panci dan mengisi air, kemudian merebusnya dengan api level membara. “Tapi kamu seger aja nggak pake bedak. Coba aku, bukan muka bantal aja, sekalian muka kasur, guling dan selimut nya…,” keluh Dian, nama teman Shanumi sambil menyimpan tas dalam almari. “Ish, lebay amat. Itu sama aja, perasaan aku pun muka kartun. Nggak enak, nggak nyaman, Yan …!” Shanumi mengaduk kopi yang sudah diseduh sambil tertawa pada Dian yang mendekat. “Eh, dengar-dengar Pak Bos mau

    Last Updated : 2024-12-27
  • Istri Perawan Disangka Janda   14

    Mobil sport gunung yang dikenali, sah memberi pertanda. Tentu saja orang yang membawa adalah lelaki yang sudah diduganya. “Shanum…! Bagaimana kamu bisa di sini? Apa kamu ingin mencariku?” tanya lelaki tampan itu dengan raut takjub tak percaya. “Mas Erick…,” ucap Shanumi bingung dan lunglai. Apa yang ditakuti terjadi, nama yang sempat disebut Daehan adalah milik lelaki yang tak diharap. Konyolnya, justru diri sendiri yang seperti mendatangi. “Shan, aku selalu menunggumu. Aku sangat rindu…,” keluh Erick dengan suara lirih. Tiba-tiba mendekati Shanumi dan akan merengkuh.“Eh, ngapain, Mas … tolong, jangan coba-coba seperti ini lagi padaku!” pekik Shanumi sambil mendorong dada Erick dan memundurkan kakinya. Shanumi mematung. Memandang Erick diam ditempat dengan raut yang tampak bingung dan kecewa. Lelaki tegap dan berkulit cerah yang semakin tampan itu pernah mendebarkan hati Shanumi jika berjauhan atau pun saat berdekatan. Ternyata kini tidak terlalu lagi, begitu cepat perasaannya b

    Last Updated : 2024-12-27
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 15

    Daehan yang tidak menyangka Shanumi membuat keputusan sepihak, merasa tidak terima. Lagipula perempuan itu bisa dia bawa untuk mengintimidasi Erick. Rival beratnya dalam mendapatkan Intana selama ini. Berharap agar lelaki itu tidak lagi mengganggu calon istrinya diam-diam. “Shanumi!” panggil Daehan melengking sambil terus berlari.Mengejar Shanumi yang sudah melewati pagar tanpa hambatan. Setelah Erick pergi, Agung tidak menutup pintu pagar kembali. Sambil fokus berlari, Daehan merutuki sopir pribadi yang lagi-lagi teledor dalam bertugas. Ingin ditendangnya pegawai itu jika perempuan yang sedang dia kejar tidak berhasil didapatkan.Kesal yang sempat bercabang pada Agung, membuatnya sedikit lengah. Shanumi hilang dari pandangan setelah berkelebat di balik pinus besar dan rimbunan bambu air. Daehan terengah-engah dan merutuk diri-sendiri. “Shanumi!” Masih dicobanya memanggil keras-keras. Meski tahu yang disebut nama tidak mungkin menyahut. Ada rasa puas tersendiri yang dirasa oleh Da

    Last Updated : 2024-12-28

Latest chapter

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 45

    Seperti penembak jitu yang sedang membidik target, demikian kelakuan Shanumi sekarang. Mengintip hendap di balik pintu yang bercelah dan tidak ditutup merapat. Sayang sekali, usahanya sia-sia sebab orang di dalam sama sekali tidak bisa dilihat. Hanya segaris lurus meja lampu di samping tempat tidur yang tampak dan selebihnya tidak sama sekali. Namun, sudah jelas jika suara lelaki di dalam adalah milik si Daehan! Tidak ingin tenggelam sebab penasaran, pintu kamar didorong perlahan ke dalam hingga terbuka lebar-lebar. Napas terbaru nya seperti menggantung di ujung hidung. Semua kini melihat padanya. Ibu yang duduk menyandar ranjang dengan arah ke pintu, Sazlina yang berdiri di samping kaki ranjang telah berbalik melihatnya, juga… Daehan! Kini membalik punggung dan menatapnya dengan senyum yang samar.Tulang sendi Shanumi seolah aus hingga terasa berat dan tak bisa digerakkan. Diam, tegang dan kaku di tempat tanpa ingat melempar salam sapa pada Daehan. “Hei, Shanumi…." Daehan justru

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 44

    Dua perempuan sedarah dari kandungan wanita yang sama, sedang bercerita seru sambil makan malam. Saling mencurah sebagian kisah yang menimpa selama dua saudara itu mengalami perpisahan. Namun, tentu tidak sedetail seperti kenyataan. “Jadi, Mbak Sazlin nggak ingin adaptasi dengan habitat aslinya, gitu?” tanya Shanumi dengan perasaan amat gemas. Kakaknya kukuh tidak ingin mengubah penampilan. Hanya bulu mata palsu dan stoking gelap saja yang sudah diliburkan kala malam. Sedang behel, softlens dan tiga tindik giok, tidak juga dihempaskan. Meski behel memang selalunya ada di dua deret gigi putihnya yang ars dan bawah. “Biar saja, aku dah biasa dan nyaman seperti ini. Terserah kata orang. Tapi kamu dan Ibuk percaya saja, aku nggak berubah,” Sazlina menjawab agak ketus. Tetapi shanumi sudah tahu, dibalik kebaikannya, watak sang kakak sangat tegas dan keras. Mewarisi garis sifat ayah dan ibu. Sama juga dengan Shanumi sendiri, tetapi sikap lembutnya lebih mendominasi. “Kenapa sedih?” tan

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 43

    Setelah bermalam di rumah sakit kurang lebih sepuluh hari, akhirnya Siti Rumiyah, nama yang tertera sebagai penanggung jawab pasien atas nama Siti Arumi, dibolehkan membawa pulang adiknya. Shanumi merasa lega dan penuh syukur tak terkata padaNya. Hal berat itu sudah banyak berlalu, hanya tinggal pemulihan kondisi sang ibu. Dengan bekal pen tertanam di betis kaki kiri, gibs tertempel di atas tumit kaki kanan. Fraktur alias patah tulang ibunya masuk dalam golongan serius dan berat. “Nok, nanti aku pulang dulu, yo. Lihat rumah, kalo nggak dipantau, tikusnya bisa nguasai seluruh rumah.” Bik Rum berbicara dengan wajah cerah. “Iya, Bi. Nggak popo, tapi ke sini lagi, ya…,” ucap Shanumi. Paham jika bibinya tidak pernah pulang sama sekali. Pasti bahagia bisa melihat kembali rumahnya. Meski tidak punya keluarga dan hidup sendirian, kerinduan akan isi rumah pada setiap insan tentunya sama saja. Mungkin dengan persentasi yang berbeda. Tetangga yang part time mengurus rumah Bik Rum tiba-tiba

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 42

    Shanumi dan bibinya merasa lega penuh syukur tak terkata, Siti Arumi pulih kesadaran di hari kedua setelah kemalangan. Dokter kata, ketahanan fisik si pasien sangatlah luar biasa. Dengan kondisi fatal yang satu kaki patah, kaki sebelah pun retak, juga benturan keras di kepala. Bahkan sebagian rambut di kepala ibunya harus dihilangkan demi penanganan, tetapi puncak kesakitan itu mampu dilewati tanpa merenggut nyawa. Juga tidak mempengaruhi segala fungsi kerja saraf di otaknya. Ibunya masih tidak ingin berbicara. Mengangguk dan menggeleng samar adalah jawaban dari setiap pertanyaan. Meski beberapa dokter pendamping menyarankan untuk melatih bersuara. Bukan tidak mampu berbicara, mungkin kejadian naas tak disangka yang menimpa ini adalah guncangan luar biasa untuk jiwa dan raganya. Shanumi tidak henti mengucap syukur bahwa ibu masih diberi panjang umur. Tidak terbayang betapa menyesal dan sakit yang akan dia tanggung andai ibu dijemput Yang Kuasa saat dirinya tidak siap. Sedang luka d

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 41

    Adzan subuh tengah mengudara dan Shanumi sudah duduk di ranjang dengan mata setengah dibuka, setengah menutup. Ingin sangat rebah saja, tetapi adzan masih lama berkumandang. Ustadz kajian bilang, jika sengaja tidur saat mendengar alun adzan, kala mati jenazahnya sungguh berat. Petuah yang membuat Shanumi terus terngiang dan ingat. Merasa kasihan dan tidak enak hati pada para pengusung jenazah yang rela membawanya kelak. Bunyi panggilan yang tiba-tiba mengusik pun tidak membuatnya terkejut. Diabaikan hingga lama dan mati sendiri habis masa. Berulangkali hingga panggilan ke tiga barulah diangkatnya dengan lambat.Sesaat kemudian, mata berat mengantuk itu membuka lebar-lebar dengan wajah sangat shock! Menyusul jerit tanyanya membahana. “Ap …apa?! Bagaimana keadaannya sekarang?!” tanya Shanumi dalam pekiknya. Mungkin sebuah kabar dari seberang, telah membuat terkejut dan kalang kabut. Bukan duduk di ranjang lagi, tetap telah menggelosor di lantai. Sepertinya kabar yang didengar di te

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 40

    “Andai kita bertemu lebih cepat, banyak waktu untuk kita, Shan.” Daehan mengatakan hal yang terpikir olehnya. “Apa maksudnya? Kalo lebih cepat emang ngapain?” tanya Shanumi sambil mendongak. Memandang wajah tampan Daehan di temaram. Mereka masih di posisi semula, saling peluk. “Banyak waktu untuk membicarakan langkah apa yang aku ambil.” Daehan mencium rambut wangi Shanumi. “Sebenarnya, untuk apa mempertahankan pernikahan naas kita ini?” tanya Shanumi sambil memberanikan diri memegang rahang di wajah Daehan. Lelaki itu tidak menyahut. Coba menatap lekat wajah Shanumi dalam samar malam. “Dulu, aku ingin memerasmu, ingin mendapat banyak uang darimu. Aku juga minta lima permintaan. Tetapi, ternyata aku tidak bisa. Kamu lelaki baik bagiku. Aku rela menjadi jandamu tanpa mendapat hartamu. Tetapi, sudah kuberi peluang pun, kamu tidak memberiku talak. Kenapa kamu memilih yang susah?” tanya Shanumi. “Kenapa kamu pun membuang peluang bagus? Ambillah, masih kutunggu genap permintaanmu,” k

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 39

    Daehan sempat menatap kosong pada mamanya Intana yang terlihat samar punggungnya di balik pintu kaca. Perlahan hilang di remang latar parkir kala malam. Kini berpaling pandang pada Intana sekilas kemudian kembali pada Shanumi. “Yang mana yang bagus?” tanya Shanumi merasa kikuk. Daehan lekat menatapnya. “Semua bagus kamu pakai.” Daehan menyahut penuh maksud. Melirik kembali Intana yang terus pulas sekilas. Lalu pada beberapa orang yang berdiri tidak jauh dengannya. “Aku bukan membeli, hanya menyewa tiga gaun. Satu yang pertama dipakai Intana, dua lagi yang dicoba asistenku sebelum gaun yang dipakai ini. Semua sewa cash atas namaku.” Daehan memutuskan dengan cepat. Keraguan dan bingung seperti saat Shanumi mencoba gaun di depannya telah melayang tak berbekas.“Baiklah, akan kami siapkan catatan transaksi dan fakturnya. Mohon ditunggu.” Wanita pengelola butik hendak berbalik tetapi Shanumi menegurnya. “Diletak di mana bajuku, aku tidak menemukannya. Aku ingin menggantinya, Kak.” Shan

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 38

    Sebab Intana terus makan dan tidak peduli dengan bujukan orang-orang sedang ibunya sangat mendesak, dengan simalakama permintaan mereka dipenuhi. Shanumi dibawa ke ruang ganti dan kini dijadikan model pengganti. Wanita pengelola butik beralasan jika perbedaan postur tubuh Shanumi dan Intana tidak terlalu mencolok. Meski terlihat nyata jika tubuh Intana jauh lebih kurus daripada tubuh Shanumi. “Apa calon pengantin prianya tidak mencoba baju?” tanya Shanumi pada salah seorang pegawai butik yang ikut memakaikan baju ribet itu padanya. “Mencoba, Kak. Namun, dia akan menentukan dulu gaun mana yang cocok pada calon pengantin wanita. Setelah itu, baru dia coba baju pria yang setara dengan baju wanita. Sebab, untuk baju Pengantin pria tidak detail dan bersifat fleksibel.” Perempuan itu menjelaskan dengan terus semangat meski kini sudah malam. “Apa hal lumrah, mencoba baju pengantin diwakili orang lain?” tanya Shanumi. Benar-benar tidak habis pikir. Bagaimana mamanya Intana dan Intana send

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 37

    Shanumi tidak lagi bertanya, memahami jika Daehan sedang ada yang banyak dipikirkan. Merasa kasihan, menjelang pernikahan yang harusnya penuh tawa dan suka, justru mendung muram yang tampak. “Shan. Kamu dapat uang banyak dari mana?” tanya Daehan memecah hening. “Eh, apa, Pak Han?” Shanumi yang sedang melamun tidak terlalu mendengar maksud pertanyaan lelaki di sebelahnya barusan. “Kamu bayar hutangmu padaku terlalu cepat. Uang dari siapa?” Ulang Daehan bertanya.Shanumi mengatup bibir. Sudah sekian lama dirinya membayar hutang, baru kali ini dibahas. Kenapa tidak dari kemarin-kemarin? Namun, merasa lega juga, dipikir Daehan tidak membaca. Dirinya pun niat bilang tetapi lupa-lupa. “Itu, aku pinjam dari kakakku.” Shanumi menyahut pelan. “Kenapa buru-buru dikembalikan dan pinjam sama orang?” tanya Daehan agak sengit. “Ya… aku nggak enak dong sama Pak Daehan kalo kelamaan. Lagian yang pinjemin bukan orang, dia kakak perempuan kandungku sendiri,” ucap Shanumi semangat menjelaskan. Sek

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status