Share

Bab. 7

Penulis: kamiya san
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 21:44:57

Shanumi melambat langkah dan segera memutar lewat pintu belakang ruko. Dadanya kembali tidak aman dengan degub jantung lebih kencang. 

Bagaimana tidak… Daehan terlihat duduk makan dengan santai di kafenya! Meski sadar sebab dibawa Intana, rasa teruja tetap ada. Seorang pembesar hotel berbintang datang ke kafe sekecil ini. Bahkan disinyalir oleh Yena, lelaki tampan itulah pemiliknya. 

Yena jauh lebih lama dari Shanumi tinggal di Surabaya. Apalagi letak kafe ini cukup dekat dengan Hotel Rasyid di jalan yang sama, Jalan Pahlawan. Pasti ucapan Yena bukanlah asal dan karangan. Fakta …?!

Bersit serakah, peluang dalam kesempitan dan pemerasan pada Daehan kembali berkelebat di kepala Shanumi yang memang tidak berkerudung. Bukan salahnya, tetapi sebab Intana yang arrogant dan janji lelaki itu terhadapnya. Jadi, tidak salah jika ini adalah kesempatan emas yang musti diambil.

“Shan… tolongin, Shan. Lemes akunya…!” seru Yena saat sampai di lantai atas. Dia sempat melihat Shanumi datang lewat pintu belakang dan buru-buru naik tangga. 

“Ada apa, Yen?” tanya Shanumi santai dengan menyandar dinding di ruang TV dan duduk selonjoran. 

“Preman betina itu datang dan nyariin kamu, Shan. Udah kembali dianya…,” ucap Yena tergesa. Mengira jika Shanumi tidak tahu. 

“Terus kamu lemes kenapa, Yen?” tanya Shanumi sambil senyum. Sudah paham apa maksud Yena. 

“Si Preman datangnya gandengan sama Sir Daehan. Tuh owner hotel ujung jalan yang lagi bikin lomba masak itu. Aku sering lihat dia di berita kota. Kece gila, Shan…!”

“Ngapain juga dia gandeng sama si preman. Jadi turun kadar gantengnya!”

Yena terus julid sedang Shanumi menahan senyum. Paham, apa yang dibilang sang karib memang benar. Dirinya pun diam-diam menyayangkan jika Daehan dimiliki oleh Intana yang punya sifat culas. Namun, kata orang… jodoh akan setara dengan setiap pasangannya! Hemmmh….

“Aku akan turun,” ucap Shanumi dan telah berdiri. 

Menuruni tangga diikuti Yena. Langsung menuju meja di mana sepasang tunang itu berada. Disambut pandangan Intana yang sinis dan sadis.

“Sudah sampai kamu … cepat juga jalanmu!” sambut Intana.

“Apa sengaja bikin rusuh di sini …?” tanya Shanumi dengan membalas menatap tajam pada Intana.

“Aku heran, kafe kayak gini aja rame amat. Ternyata serendah itu caramu. Kasir murahan!” Intana menyembur dengan pandangan berkobar.

Shanumi sungguh heran akan sikap Intana yang seperti punya dendam kesumat padanya. Dari segi harta, jelas sekali tidak kekurangan. Intana terlihat glamour dan berkelas. Belum lagi punya calon suami sekelas Daehan.

Lalu, kenapa sedemikian marah pada Shanumi hanya gegara belum bisa ganti rugi? Adakah alasan lain? Mungkin ada….

“Terserah gimana kamu nuduh aku. Gak ngaruh! Aku hanya ingin bilang, uang ganti rugi akan sampai padamu sebelum dua puluh empat jam. Jadi, berhentilah menekanku dengan semena-mena! Makanlah sepuasmu, aku kasih gratis. Anggap saja bunga pinjaman dariku!” Shanumi benar-benar kesal.

“Ih, nggak sudi. Uangmu haram!” sahut Intana. 

“Jaga mulutmu!” sembur Shanumi tak kalah geram.

“Kalo nggak haram, buat apa kamu dandan segitunya?! Buka kancing baju... telanjangg aja sekalian! Ingin merayu tunanganku? Nggak mempan, tunanganku nggak kelas sama yang murahan!” ucap Intana tajam sambil menuding dadaa Shanumi. Serta memberi ekspresi muak.

“Intana. Sudah cukup bicaranya? Kamu ingin makan apa tidak?” tegur suara berat yang sedari tadi menahan diri untuk diam. 

Shanumi sempat mendapat tatapan datar dari Daehan yang barusan mendongak dan kini membuang muka lagi ke makanan di meja.

Shanumi merasa terkejut dan sangat malu. Ternyata tiga kancing blousenya sedang terbuka. Oh, ini maksud Intana.

Segera berbalik dan memunggungi meja. Mengancingkan cepat dengan menenangkan diri dan menepis rasa malu. Bukan malu pada Intana, tetapi pada lelaki yang sebetulnya diam-diam sudah menikahinya!

“Maaf, ini tidak sengaja. Tadi aku akan tukar baju dan kamu memanggilku. Aku buru-buru jadi lupa. Jangan takut, kamu pasti akan mendapat ganti rugi dariku dengan cepat. Maaf, silahkan menikmati. Saya permisi ….” Susah payah Shanumi meredam jiwa dan ingat harus bisa menempatkan diri di depan tamu.

“Dasar, alesan nggak mutu …!” umpat Intana keras.

Menatap punggung indah itu berlalu.

Merasa heran dengan sikap Shanumi yang hanya kasir tetapi berani meladeni gaduhnya. Padahal Intana sengaja memancing agar Shanumi bermasalah. Jika tidak dipecat, setidaknya ditegur. Tetapi hingga hanyut kesal pun, petinggi kafe tidak muncul. Dasar kafe kecil!

Shanumi tidak jadi jaga kasir sebab moodnya memburuk. Memilih masuk kamar dan mager setengah harian di ranjang. Yena yang memantau percakapannya bersama Intana pun mendukung. Menyarankan istirahat dan lanjut dirinya jaga kasir.

“Penampilanku nggak udik, kan, Yen?” Shanumi kembali bertanya. 

“Udah kubilang, Luna Maya pun lewat!” sahut Yena ngasih jempol. 

“Ya iya… doi umurnya emang lewat jauh dariku.” Shanumi tampak tak bersemangat. 

Intana dan Daehan yang tidak hanya sekali hadir di depannya, membuat enggan datang lomba. Jika tidak ingat hutang ganti rugi sudah menjanji kurang dua puluh empat jam lunas, dirinya batal ikut.

“Shan, ada titipan buatmu!” seru Yena. Shanumi yang akan menghampiri taksi urung. 

“Mereka habis dua ratus, tapi lakinya ngasih tip segini. Owner hotel ujung emang jempol.” Yena bicara cepat sambil mengulur lima lembar ratusan. 

“Kok aku, Yen. Kan kalian yang kerja …,” ucap Shanumi menolak.

“Iya.... Tapi sebelum ngasih, dia nanyain kamu. Yang gaduh sama ceweknya tadi mana? Kujawab cuti …,” ucap Yena sambil ngulur uang lagi.

“Ya udah, bagi aja,” Shanumi mengambil tiga lembar. Perasaannya berkecamuk. Mengakui jika Daehan memang bukan pria pelit.

“Doain yang kenceng aku menang. Ntar sepedamu ditukar tambah,” ucap Shanumi lagi sambil pergi. Yena termenung dengan dua lembar merah di tangannya.

Hotel Rasyid yang megah tidak pernah sepi pengunjung. Hilir mudik manusia dan kendaraan di depan lobi. Demikian juga salah satunya adalah Shanumi. Berjalan cepat menuju dapur hotel yang sudah ditentukan dengan bantuan seorang pegawai yang menyambut. 

Celana hitam yang lagi-lagi menggantung di atas mata kaki dan berpadu blouse warna merah, membuat tampilan Shanumi kian menyala malam ini. Orang-orang yang sudah datang di dapur mewah itu menyambut dengan pandangan takjub. 

Ada Intana di sana, tetapi tanpa Daehan di sampingnya. Justru membuat rasa lega bagi Shanumi. 

Tidak banyak basa-basi. Lomba dimulai oleh orang yang sama pagi tadi. Intana tidak berbicara sama sekali. Hanya duduk dan berdiri dekat kulkas dengan gaya angkuh yang sesekali melirik sinis pada Shanumi. 

Tidak menyimpang dari tema seleksi, kali ini peserta diminta membuat sajian sesuka hati tetapi dengan rempah rimpang terpendam sebagai bumbu khas utama. Tentu saja dengan lama memasak yang dibatasi oleh juri.

Tidak berpikir lama, Shanumi yakin dengan menu masak pilihan favoritnya. Soto! Meski mungkin ribet bagi yang lain, tetapi jika suka dan biasa, akan mudah dibuat dan selesai lebih cepat.

Batas lomba berakhir. Penjurian sedang dilakukan. Lima orang koki hotel, semua sudah mengambil olahan sotonya dalam mangkuk kecil. Kini mereka duduk dan sedang menilai. Juga delapan menu masakan dari peserta lain di meja juri.

Klek

Saat semua merasa tegang, pria gagah rupawan memasuki dapur dengan gaya berkharisma. Degub jantung Shanumi kembali lebih kencang. 

“Dari kamu, bawa dengan mangkuk padaku!” Setelah duduk di samping Intana. Daehan melempar titah dengan suara menggema. Ruang dapur luas terasa lengang dan dingin. Aura tegang dengan datangnya sang atasan nyata tercipta.

🍓

Mohon supportnya ya

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Dewa 2199
lanjut min
goodnovel comment avatar
Lidia Muk
lanjutkan ceritanya
goodnovel comment avatar
kamiya san
Terima kasih sudah membaca. Terima kasih sudah menonton iklan di buku ini ya, Kak.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 8

    Dari peserta paling ujung sebelah kiri, bergiliran membawa baki berisi semangkuk kecil masakan ke meja Daehan. Lalu berdiri di hadapan sampai pria terhormat itu puas mencicipi dan kemudian menyuruh pergi. Hingga kini tiba giliran Shanumi. “Terima kasih sudah diberi kesempatan, Pak. Semoga berkenan dan harap dipertimbangkan hasil olah tangan saya.” Shanumi mundur dan bicara setelah meletak mangkuk sotonya di hadapan Daehan. Lalu melangkah ke belakang lagi dan berdiri menunggu tanpa melirikkan mata pada Intana. Terlihat tenang, padahal dalam dada jumpalitan. Daehan seperti tersedak, tetapi tidak mampu menghentikan suapan soto yang terasa nikmat dan segar itu sampai di tetes terakhir. Sempat memandang gadis cantik di depannya dan merasa heran. Kenapa tidak tampak terkejut atau menunjuk perilaku pernah melihat Daehan sebelumnya? Tidak mungkin gadis itu lupa bahwa dirinya, owner Hotel Rasyid adalah kekasih Intana yang selalu bersikap tidak ramah padanya. Daehan menilai jika Shanumi a

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 9

    Shanumi yang mendapat hantaman keras dan mengira jika dirinya akan terjengkang, ternyata tidak. Daehan telah menangkap cepat punggungnya. Harum wangi dari badan besar dan tinggi telah melenakan sesaat. Dua badan beda gender itu terlihat seperti saling peluk sebelum sama-sama menjauhkan diri tergesa. Shanumi benar-benar merasa degub kencang dan gugup. “Anda ini kenapa?” tanya Shanumi ketus tetapi salah tingkah. Lelaki itu menatapnya tenang seperti tidak terkejut. “Aku lupa membawa dompetku… tetapi kamu tiba-tiba berbalik. Jalanmu cepat nggak lihat haluan. Aku nggak sempat menghindarimu.” Daehan bicara tenang sambil bergeser mendekat ke meja dan menarik laci. “Ini kartu namaku. Daripada kamu nyesel nggak nyimpan nomorku,” ucap Daehan sambil mengulurkan selembar kartu nama. Shanumi menerima tanpa kata. Pria itu kembali berlalu meninggalkannya. Seperti tidak ada dompet yang diambil Daehan dari laci, hanya mengambil selembar kartu yang kini digenggamnya. “Memang. Dia pengertian juga…

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 10

    Shanumi pergi ke kamar dan merebah lelah. Kaki sudah dia cuci pada air kran di luar sebelum masuk. Untuk shalat isya yang masih tertanggung sedang direncana agak belakangan. Yang penting baginya pasti kontan. “Padahal kelakuan Intana keterlaluan, tapi Daehan muji-mujinya padaku kelewatan. Hemmm, berwawasan dan berpendidikan konon. Tapi selingkuh…,” ucap Shanumi dengan pandang menerawang di plavon kamar.Jadi agak merasa iba pada Daehan. Pria yang terlihat sempurna dengan kesuksesan dunia, ternyata tega dikhianati wanita yang dicinta. Apa kecurangan Intana sama sekali tidak terendus? Begitu sibukkah Daehan, hingga Intana merasa kesepian? Tapi mereka belum menikah, jika sudah bersedia harusnya memahami. Padahal juga sering terlihat berduaan, masih saja merasa kurang perhatian. Harusnya Intana paham jika Daehan sangat sibuk. Ah, itu alasan Intana saja. Bukankah Erick sebagai seorang pilot pasti jauh lebih sibuk juga? Kesibukan dan keminiman waktu yang dimiliki Ericklah satu penyebab

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 11

    Mata tajam bak elang itu tengah menatap dalam di wajah Shanumi. “Anda… sudah tahu bahwa saya adalah …,” ucap Shanumi tercekat. Meski sudah menduga, tetapi saat Daehan bicara menyindir, rasanya terkejut. “Shazleen Shanumi, kamu pikir aku sudah pikun? Bahkan namamu pun sudah membuatku seperti trauma.” Daehan berdiri dan merendahkan pandangannya pada Shanumi. “Jika saya bikin Anda trauma, tapi kenapa justru diminta di sini? Kenapa tidak didish saja dari sebelum lomba kemarin? Malah juara, meski sudah dicurangi…,” ucap Shanumi tahu diri. Tidak lupa jika Daehan memang tidak ingin melihat sosoknya lagi. “Aku tidak sebrutal itu. Bukan salahmu. Lagipula kamu berhak dengan pendidikanmu yang cukup tinggi. Sayang jika seorang sarjana hanya jadi kasir di kafe kecil. Kasihan ortumu.” Daehan bicara tenang. Tidak sinis dan tidak terlihat kesal. “Lah, yang penting kan halal, bukan jual diri. Sekarang, saya malah jadi pelayan orang. Demi uang…,” ucap Shanumi iseng, bukan tak paham maksud Daehan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Istri Perawan Disangka Janda   12

    Beberapa hari ini Shanumi ingin menghubungi sang ibu. Namun, selalu gagal sambung yang membuatnya resah dan galau. Terlebih, ada hal penting yang harus dia sampaikan secepat mungkin. “Assalamu'alaikum, Buk!” seru Shanumi lega saat dial-nya tersambung kali ini, di hari yang ke empat. “Aku baik-baik saja. Ibuk bagaimana? Kenapa jaringan mati terus? Habis baterai atau di luar? Kenapa nggak isi data?!” tanya Shanumi bertubi pada sang ibu di seberang di Kota Batu. Ternyata ada masalah pada sambungan wifi rumah sebab angin kencang yang mengguncang kawasan Batu dan Malang beberapa hari belakangan. Sedang ibunya tidak ingat membeli kuota paket data. Shanumi pun lalai tidak mengisikan. Pulsa biasa pun, mereka sedang sama-sama tidak punya. Hanya kuota data yang Shanumi ada. “Buk, ada hal penting… aku nggak jadi ingin ketemu Mas Erick. Jangan jadi bilang di mana alamatku, ya. Bilang terus kalo aku belum ngasih alamatku. Ya, Buk…,” ucap Shanumi resah. Gadis itu berjalan mondar mandir di ruang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Istri Perawan Disangka Janda   13

    Nama Erick mana yang disebut Daehan dalam perbincangan? Benarkan pilot tampan yang pernah dekat dengannya sekaligus selingkuhan Intana? Lalu apa urusan dengan Daehan yang membuat mereka berhubungan? Bisniskah? Namun, fakta jika nama Erick sangat melimpah di seluruh Indonesia Raya, membuat perasaan Shanumi sedikit lebih tenang. “Tumben gak make up, Shan,” tegur temannya yang masuk pukul tujuh saat papasan di pintu masuk dapur.“Iya, buru-buru. Tadi aku datang pukul enam lebih. Suruh ikut ke Batu sama Pak Bos.” Shanumi menyambar panci dan mengisi air, kemudian merebusnya dengan api level membara. “Tapi kamu seger aja nggak pake bedak. Coba aku, bukan muka bantal aja, sekalian muka kasur, guling dan selimut nya…,” keluh Dian, nama teman Shanumi sambil menyimpan tas dalam almari. “Ish, lebay amat. Itu sama aja, perasaan aku pun muka kartun. Nggak enak, nggak nyaman, Yan …!” Shanumi mengaduk kopi yang sudah diseduh sambil tertawa pada Dian yang mendekat. “Eh, dengar-dengar Pak Bos mau

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Istri Perawan Disangka Janda   14

    Mobil sport gunung yang dikenali, sah memberi pertanda. Tentu saja orang yang membawa adalah lelaki yang sudah diduganya. “Shanum…! Bagaimana kamu bisa di sini? Apa kamu ingin mencariku?” tanya lelaki tampan itu dengan raut takjub tak percaya. “Mas Erick…,” ucap Shanumi bingung dan lunglai. Apa yang ditakuti terjadi, nama yang sempat disebut Daehan adalah milik lelaki yang tak diharap. Konyolnya, justru diri sendiri yang seperti mendatangi. “Shan, aku selalu menunggumu. Aku sangat rindu…,” keluh Erick dengan suara lirih. Tiba-tiba mendekati Shanumi dan akan merengkuh.“Eh, ngapain, Mas … tolong, jangan coba-coba seperti ini lagi padaku!” pekik Shanumi sambil mendorong dada Erick dan memundurkan kakinya. Shanumi mematung. Memandang Erick diam ditempat dengan raut yang tampak bingung dan kecewa. Lelaki tegap dan berkulit cerah yang semakin tampan itu pernah mendebarkan hati Shanumi jika berjauhan atau pun saat berdekatan. Ternyata kini tidak terlalu lagi, begitu cepat perasaannya b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 15

    Daehan yang tidak menyangka Shanumi membuat keputusan sepihak, merasa tidak terima. Lagipula perempuan itu bisa dia bawa untuk mengintimidasi Erick. Rival beratnya dalam mendapatkan Intana selama ini. Berharap agar lelaki itu tidak lagi mengganggu calon istrinya diam-diam. “Shanumi!” panggil Daehan melengking sambil terus berlari.Mengejar Shanumi yang sudah melewati pagar tanpa hambatan. Setelah Erick pergi, Agung tidak menutup pintu pagar kembali. Sambil fokus berlari, Daehan merutuki sopir pribadi yang lagi-lagi teledor dalam bertugas. Ingin ditendangnya pegawai itu jika perempuan yang sedang dia kejar tidak berhasil didapatkan.Kesal yang sempat bercabang pada Agung, membuatnya sedikit lengah. Shanumi hilang dari pandangan setelah berkelebat di balik pinus besar dan rimbunan bambu air. Daehan terengah-engah dan merutuk diri-sendiri. “Shanumi!” Masih dicobanya memanggil keras-keras. Meski tahu yang disebut nama tidak mungkin menyahut. Ada rasa puas tersendiri yang dirasa oleh Da

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28

Bab terbaru

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 145

    Daehan telah memindahkan istri ke kamar rawat di klinik hotel. Menunggu dengan tegang yang membuatnya tidak mengantuk sama sekali. Padahal hari sudah larut malam. Selain tegang tidak mengantuk, rasa lapar juga terlupa. Padahal sudah kelewat lama waktu makan. Hanya kabar kejutan dari dokterlah yang membuatnya merasa terus kenyang. Seperti kabar hoax bahwa istrinya telah mulai mengandung calon anaknya. “Shanumi!” Daehan sangat girang saat tiba-tiba kelopak mata istri bergerak-gerak tanda akan siuman. Segera dicium berulang kali kening halusnya itu. Ingin Shanymi segera sadar sepenuhnya. “Mas…!” Shanumi berseru saat matanya benar- benar terbuka, wajah Daehan telah begitu dekat menyapa. Diulurnya kedua tangan dan Daehan pun sigap menyambut. Mereka erat saling berpelulan. Shanumi merasa lega luar biasa. “Alhamdulillah, Shan. Kamu sudah sadar. Bagaimana rasanya? Apa yang sakit? Kenapa sampai pingsan?” tanya Daehan beruntun yang meluah betapa cemas dirinya. “Maaf, ya. Aku sudah kelua

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 144

    Lelaki India yang bertampang garang dan sangar sebab kulitnya yang gelap dengan jambang tebal, ternyata adalah wakil malaikat. Shanumi benar-benar di antar ke lobi tanpa sedikit pun punya modus. Lelaki itu telah berlalu meninggalkan hotel setelah sempat memastikan bahwa Shanumi akan baik-baik saja. Sebab sangat buru-buru, lelaki India itu pun berlalu meski belum ada titik terang. Namun…. “Benar, Kak. Tidak ada nama Tuan Daehan dalam daftar pengunjung.” Petugas resepsionis kembali meyakinkan. “Tapi aku dan suamiku benar-benar menginap di sini. Kami dari Indonesia.” Terang Shanumi penuh harap. “Kebetulan banyak sekali pengunjung dari Negara Indonesia ya, Kak. Saya sudah membacanya dengan teliti. Tidak ada nama dari suami Kakak.” Petugas berbicara lembut tetapi sangat tegas. Shanumi hidak ingin lagi mendebat. Kini menuju sofa dan duduk di sana untuk sekedar melepas lelah. Sambil berpikir keras bagaimana menemukan kamarnya. Juga mengharap Daehan mencari dan menemukannya dengan cepat

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 143

    Senyum merekah di bibir merah itu memudar perlahan. Saat membuka kamar tidak dijumpa pemilik nama yang sentiasa tertulis di kepala dan jiwa. Di mana istrinya? Kecewa… tetapi juga resah rasanya. Lebih tidak tenang. Telepon kesayangan istri ada di bawah bantal saat coba ditelepon. Bahkan, beberapa chat yang dia kirimkan terakhir kali dan tidak centang biru dua, memang belum dibuka oleh istri. Ah, ke mana dia? "Ck, bikin khawatir saja. Sudah dipesan jangan rewel dan gak usah ke mana-mana, masih juga bendel!" Daehan mengomel dengan perasaan gelisah. Menuju balkon yang dirinya pun belum sempat menginjaknya. Meski telah malam, namun begitu terang sebab lampu bertebaran. Sepuluh menit menunggu di balkon dengan background hamparan strawberry hijau bertabur buahnya yang seperti titik-titik merah memang sesaat melenakan. Namun, kembali sangat galau sebab yang ditunggu tidak muncul. Sedang ini adalah malam yang membuat Daehan sangat waswas. ______Shanumi yang berniat akan kembali ke kamar

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 142

    Daishin keluar dari party room dengan langkah tergesa. Menyusul Daehan yang ternyata macet di ruang petugas jaga. “Mana dia, Mas?” Daishin bertanya setelah menyapukan pandangan. Tidak terlihat Firash sama sekali. Apalagi posangannya.... “Aku ketinggalan, Shin. Gara-gara gayung bego yang rada-rada ini!” Daehan menuding petugas jaga yang matanya terus berkedip-kedip bingung dengan jari tengah. “Shit!” Daishin pun mengumpat setelah menyadari. “Fuck!” Daehan menambahkan umpatan lagi. “Bagi cepat ponselku, Pak Cik!” Seru Daehan tak sabar. Kesal sekali, petugas itu hanya berkedip-kedip dan terus memandangnya. “Tak, tak sudi. Calling dulu aku darling….” Petugas jaga masih sempat-sempatnya menggoda, benar-benar minta jantung. “Tak sudi! Cepatlah, Pak Cik! Kau buat lambat-lambat ni buat apa?!” Daishin yang habis sabar membentak sangat keras. Lelaki penjaga berwajah merah padam itu mungkin jadi gentar. Buru-buru diambil kotak penyimpanan ponsel dari rak penyimpanan. Daishin sudah menyam

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 141

    “Beri padaku topeng Zorro!” seru Daishin pada penjaga pintu yang terus menatapnya tanpa kedip. Kode miliknya telah sukses terakses tanpa aral apapun. Hanya satu masalah besar baginya kini. Ponsel wajib dititip dan dilarang keras membawanya hingga masuk. “Lekas, beri padaku topeng kupu!” Kali ini Daehan request setelah sukses mengakses kan dirinya di mesin masuk. Bernasib sama dengan Daishin, ponselnya pun kena tahan. Apa boleh buat, dari pada diri tidak lulus masuk, lebih baik tanpa ponsel. Nanti sambil di pikirkan solusinya. “Tidak ada topeng kupu, sudah sold, Sayang. Tinggal topeng capung, bagaimana hem?” Penjaga bicara dengan gemulai dan mesra. Membuat Daehan mual ingin muntah. “Oke, capung. Cepat sikitlaaah!” Daehan tak sabar dengan gerak penjaga yang lamban. Seperti sedang mengambil perhatian. Dia sangka mereka sama-sama sehaluan. “Ni haah. Tak sabar amat lah, Sayang.” Topeng capung sukses didapat Daehan. Tetapi Daishin justru belum diberi topeng Zorro. “Mana pulak topeng Z

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 140

    Perjalanan menuju Genting Highlands tidak pernah membosankan. Tentu saja, sebagai salah satu destinasi wisata paling populer di Malaysia, perjalanan penuh pesona pasti dijumpa di kanan dan kiri sepanjang jalan. Terletak di ketinggian kurang lebih 1.800 meter di atas permukaan laut, sudah membuat hawa sangat dingin. Bahkan mobil pun tanpa AC lagi semenjak memasuki kawasan menuju puncak. Genting Highland sungguh-sungguh menyajikan perpaduan sempurna antara alam pegunungan yang menawan dan modernitas masa kini yang gemerlap.Di sepanjang perjalanan, hutan hujan tropis yang rimbun mengapit jalan. Pepohonan tinggi menjulang dengan dahan-dahan yang membentuk kanopi alami dan seolah memayungi para pengunjung di jalanan dari panasnya mentari dan hujan. Burung-burung liar berkicau, mengiringi perjalanan dengan alunan suara alam yang menenangkan. Berwarna-warni yang bebas, terlihat tidak takut dan tidak tertekan. Terbang dan loncat yang berpindah ke sana ke sini sesuka ingin burung itu. Beda

  • Istri Perawan Disangka Janda   Ban 139

    Sedikit lega, Papa Handy sudah dipindahkan untuk istirahat di kamar. Daishin hingga berkeringat dan terengah setelah kerja berat dini hari. Maklum, tubuh papanya masuk dalam kategori size jumbo. Perlu tenaga besar meski untuk sekadar memapah sang papa. Tidak ingin semua merasa lelah yang bisa jadi justru akan jatuh sakit, Mama Azizah menganjurkan agar Osa dan Daishin lekas istirahat di kamar masing-masing. Wanita baik dan lembut asli Melayu mantan perawat itu memastikan jika kondisi Papa Handy tidak masalah dan akan berangsur lebih baik. Dokter langganan keluarga pun bersedia datang dan sebentar lagi akan tiba. Osara mengikuti Daishin yang tidak pergi ke kamarnya, melainkan ke dapur dan duduk di meja makan. Menuang segelas air putih yang lalu diminum sekaligus. Lagi-lagi Osara pun meniru yang memang rasa diri sungguh dahaga. “Apa ingin kubuat teh, kopi atau apa untukmu, Shin?” tawar Osara tulus. Merasa iba dengan tampang Daishin yang kusut. Meski ketampanannya cenderung ti

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 138

    Setelah pembicaraan panjang, keduanya sama-sama saling diam. Daishin yang melirik gadis berbulu mata lentik dan basah oleh air mata itu teringat sesuatu. “Osa…!” Panggilnya pada pemilik mata yang memejam. Osara yang meletak kepala di sandaran dan membuang muka ke samping menoleh. “Ada apa?” tanyanya memandang Daishin. “Mana bajumu saat berangkat tadi? Bajumu seperti itu … apa Papa dan Mama tidak masalah?” tanya Daishin. Memandang baju seksi Osa yang jaketnya sedikit melorot ke lengan. Menampakkan bahu mulus dan cerah tanpa sedikit pun ada cacat celanya. Sangat menggoda di bawah temaram lampu mobil. “Oh, benar… Terima kasih. Aku lupa…!” Osara terlihat sedikit panik sambil membuka tas. Terlihat lega yang seluruh baju masih ada di dalamnya. Tanpa segan, buru-buru dilepaskan jaket dan memakai gamis tanpa melepas baju seksinya. Lalu memakai kerudung juga dengan kilat. Sepertinya Osara sudah sangat terlatih melakukan hal ini. Daishin menghembus napas yang tak sadar tertahan di dada. Me

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 137

    Hawa AC dalam mobil kian menggigit. Mereka bisu hingga ratusan meter perjalanan. Hingga Daishin tidak tahan. “Osa, sebenarnya aku sangat kesal denganmu. Berapa kali hari ini kamu menipuku. Menipu memang sudah bakatmu.” Daishin menahan agar bicaranya tidak kasar dan mengumpat. Dibenarkan posisi duduk hingga benar-benar lurus punggung lebarnya. “Menipumu, emang apa saja yang sudah kubuat?” Osa justru bertanya. Pikirannya sedang kosong dan tidak bersemangat. “Katamu pulang, ternyata bohong. Di club, kau pikir aku barang? Kau berikan pada Amira untuk hadiah ulang tahun. Nggak sopan kamu.” Meski kesal, ucapan Daishin rendah saja. Tidak ingin driver keluarga akan mudah dan jelas mendengar. “Oh, kupikir kamu butuh. Maaf jika kebaikanku ternyata justru salah.” Osara berbicara pelan juga. Menyadari situasi yang ada telinga lain selain mereka berdua. “Tentu saja aku butuh, tapi tidak sembarang perempuan aku mau. Apalagi perempuan muda kayak Amira. Aku tidak selera.” Daishin menjawab t

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status