Share

Bab 2

Author: kamiya san
last update Huling Na-update: 2024-12-05 10:49:31

Malang tak dapat ditolak, apalagi diprediksi. Seperti halnya kali ini. Petugas sidak kukuh memberi sanksi pada para penghuni kamar yang dilabel sedang mesum. Tidak kecuali dengan Daehan dan Umi. 

Wajah lelaki tampan itu memerah dan tegang. Tidak menyangka niatan berteduh jadi sesialan seperti ini. 

Umi menatap cemas pada petugas sidak yang barusan mendekati Daehan dan merraba tubuh besar itu tanpa segan. Meski pemilik badan mengibas kasar, para petugas abai dan semakin berwajah sinis setelahnya.

“Alibi kalian sama sekali tidak masuk akal. Bisa jadi juga disertai ancaman dan kekerasan. Melihatmu yang tidak berpakaian dalam dan wajah wanita ini seperti habis dianiya, kalian masuk ke dalam daftar pasangan haram yang disanksi.” Petugas sidak berbicara tegas dan tajam.

“Jangan menuduh. Sudah aku tegaskan, dia pekerjaku. Tidak ada kamar lagi. Aku kasihan sebab tadi kehujanan. Dia perempuan, tidak mungkin aku biarkan di luaran! Mukanya bengkak sebab suntik cantik, bukan tanganku yang bikin!” sembur Daehan geram.

"Tanyalah sana pada orang hotel. Jangan suka-suka memfitnah dan menghukum!" ucap Daehan kembali.

"Pihak hotel tidak akan bertanggung jawab. Mutlak salah kalian. Apa tidak pernah belajar agama? Lelaki dan wanita bukan muhrim dilarang khalwatan. Tidak boleh berduaan." Petugas kembali menegaskan hal yang beberapa kali sudah dikatakan. Daehan sungguh bosan dan semakin kesal.

Namun, tidak ada guna protesnya. Petugas catat terus beraksi dengan meminta identitas, petugas lain juga banyak mengambil foto. Wajah Daehan memerah menahan amarah. Umi kebingungan dengan segala keadaan buruk yang tiba-tiba menimpa.

Para petugas data dan sidak telah keluar bertukar dengan tiga petugas lain yang siap membawa pasangan tertuduh asusila itu keluar. Namun, Daehan menerobos keluar dan mengejar para penyidak. Coba akan menggunakan trik suap demi selamat dari sanksi.

Tidak lama masuk lagi ke dalam kamar dengan menendang sofa single hingga tergeser.  Jelas sekali jika upayanya bertemu jalur buntu. 

“Aku nggak mau nikah cepat, Pak!” celutuk Umi tak bisa tenang. 

“Aku pun ogah nikah samamu, Um!” bentak Daehan keras tambah geram. Umi mengkerut.

Kesal bukan main. Rasa-rasanya ingin menabok muka Umi yang bengkak sebab filler. Sok cakep, padahal bengap. Buat apa juga ditambal-tambal. 

“Lalu… kita bakal dilepas, Pak?” tanya Umi cemas. 

Daehan tidak menjawab, justru kembali menendang kuat kursi tadi. Sepatunya memang mahal, jadi kuantitas buat nendang jangan tanya. 

“Nikah, Um. Nikah saja. Lebih baik akur biar cepat beres.” Mendadak Daehan berbalik dan berbicara serius. 

“Apa, Pak?!” seru Umi kaget bukan main. 

“Kamu sudah janda, kan, Um? Apa susahnya? Ini hanya nikah-nikahan… setelahnya lupakan,” ucap Daehan serius. 

“Tapi, saya…,”

“Akan kubayar mahal, Um. Dua jam lagi aku harus sampai di kotaku. Akan ribet jika menolak sanksi mereka. Harus menghadirkan banyak saksi pembebas dari pihakku dan pihakmu. Itu memalukan dan makan waktu. Sedang dua jam lagi adalah masa depanku. Paham?!” jelas Daehan cepat. 

“Lah itu masa depanmu saja, Pak?! Lha masa depanku, hancur dong!” Umi memrotes keras.

Daehan menatap wajah Umi yang lebam dan bengkak, terutama di bibir, pipi dan matanya membiru. Kembali kesal dengan wanita yang kurang bersyukur segalanya seperti Umi.

“Kamu ini sudah janda, Um. Apa salahnya janda-jandaan sekali lagi?! Aku aja yang lajang dan siap-siap menduda pun biasa aja!” sahut Daehan menahan geram.

“Tapi, Pak. Masalahnya saya ini belum…,”

“Belum puas jadi janda?! Ya bentar aja nikahnya, habis itu jadilah janda lagi. Apa susahnya…?” Daehan menahan kesal. Merasa jika Umi hanya memperkeruh keadaan.

“Masalahnya, saya tidak mau jadi janda. Sebab sa…,”

“Kubayar ma-halll!! Hingga wajahmu dan seluruh bodimu bisa kamu bawa operasi besar-besaran di Korea Utara sana, Umi!” sambar Daehan merasa sangat kesal.

“Ish, tempat o pe bukan di Utara, Pak! Tapi di Selatan! Di utara yang ada aku malah didor sama Kim Un!” sambar Umi meralat keras.

“Terserah, Um. Mau ke Timur Tengah pun silahkan. Tugasku hanya membayarmu. Lekaslah, mereka sudah tidak sabar,” ucap Daehan berusaha damai.

“Benar-benar mimpi buruk. Disuruh nikahin janda burik. Aku pulak yang bujuk, bayar lagi!” Daehan mengumpat, mengira jika Umi yang sedang berjalan sambil bingung tidak mendengar.

“Pak, emang mau bayar berapa? Saya ogah kalo murah.” Umi berbalik dan bicara ketus. Berhenti berjalan, tidak peduli dengan ekspresi para petugas yang kesal.

“Lima belas juta.” Daehan menyahut asal. Padahal niatnya bukan sesedikit itu.

“Ish, itu kan gajiku jadi asistenmu pengganti Bik Rum. Ini… kerja besar. Nikah paksa, terus dijandain… berat, tahu!” protes Umi tajam. Daehan tertawa masam.

“Emang kamunya saja yang terpaksa?! Sok jual mahal!” rutuk Daehan sangat geram pada janda belagu di depannya.

Umi diam… memilih pasrah, mengingat betapa diri sedang sangat butuh uang. Kesempatan, sepertinya Daehan bisa dia peras di saat sempit sebegini.

Lagipula, juga tidak ingin masalah ini jadi kian kepanjangan. Badan Umi meriang dan rasa di wajah sungguh nyut-nyutan. Ingin sekali cepat-cepat istirahat dan rebahan.

Mereka berdua terus berdiskusi seru. Abai akan perhatian petugas yang justru senyum-senyum melihat debat keduanya.

Namun, kejelasan hubungan Umi dan Daehan yang seperti bukan pasangan barusan mesum, tidak menggerakkan hati untuk membantu. Merasa jika itu bukan ranah tugas mereka. Juga tidak ingin mempersulit diri sendiri.

Umi dan Daehan sudah mendapat mufakat. Pembicaraan mereka jadi berbisik. Hingga para petugas tidak mampu lagi menguping.

Mereka dibawa ke sebuah ruang luas menyerupai aula. Bukan juga sebuah mushola. Ternyata, tiga pasangan dengan nasib sama yang terduga mesum sudah berjajar duduk di sana. Menunggu giliran dinikahkan. Benar-benar proses yang singkat.

Semua sudah diatur dan seluruh saksi juga wali bukan dari pihak keluarga satu pun. Di sini status Umi sudah tidak memiliki ayah lagi.

“Setelah semua beres, tugasmu kasih bintang satu pada hotel ini, Um. Bikin jebakan betmen saja, hotel pedusta…,” ucap Daehan pada perempuan yang duduk di sebelah dan masih mengenakan mukena atasan.

“Enggak mau. Bagus saja sih, Pak. Ada razia, akunya aja yang apes,” sahut Umi menolak ide sang atasan.

“Aku yang paling apes, Um! Kamu pikir aku tidak malu apa, kedapatan sekamar dan harus nikahin janda buntal kayak kamu! Bayar mahal pulak!” umpat Daehan yang terasa masih terus tidak ikhlas.

Umi tidak sempat merespon, sudah tiba giliran mereka dipanggil untuk maju ke hadapan Pak Penghulu.

“Setelah menikah, khusus kalian, kami akan memantau. Mengingat pihak wanita sempat mendapat penganiayaan. Anak gadis orang, sudah cantik-cantik, dibuat bengkak kayak gini.” Pak Naib sempat berkomentar.

Daehan ingin memprotes bahwa Umi adalah janda yang sangat tidak cantik. Terutama bengkak wajahnya sebab suntik bukan aniaya. Tetapi, Pak Naib langsung menyuruhnya siap-siap.

Berhubung Daehan sudah sering menghadiri acara nikahan teman, maka ucapan pernikahan bukan lagi sandungan. Sudah dihapalnya di luar kepala tanpa beban. Maka bibirnya pun lancar mengucap. Hanya….

“Nama pasangan sendiri saja tidak betul. Bukan nama panggilan, tetapi nama lengkap ya Mas, yaaa…,” ucap penghulu sambil menyodorkan kartu Id milik Umi pada calon suaminya.

Daehan hanya menyimak status calon istri tanpa ingat melihat foto Umi pada E KTP di tangannya. Wajah tampan yang sudah berpeci hitam itu tampak bingung.

“Um, bener nama kamu Sazleen Shanumi?” tanya Daehan pada Umi dengan menunjuk kartu Id.

Yang ditanya hanya mengangguk dan menunduk, rupanya sedang menangis. Membuat perasaan Daehan sempat serba salah.

“Um, kenapa status kamu gadis…?” tanya Daehan kian bingung. Namun, Umi justru kian tersedu-sedu.

“Ok, aku paham. Kamu dulu dinikahi siri saja oleh lelakimu.” Daehan coba memahami dengan ide jawaban di kepalanya sendiri. Pak Naib alias penghulu sudah mendesak untuk mengulang ijab kabul kembali.

Daehan mengulangi ikrar ijab dengan merendahkan hati dan posisi. Rela seperti hilang wibawa, harga diri dan segala harta yang dimiliki seakan tiada arti di depan Pak Naib. Dirinya lelaki sukses dan punya kuasa, nyatanya tetap juga dipaksa-paksa.

Demi kelancaran urusan dan segalanya selesai dengan cepat. Sempat sambil menyesali akan gangguan pada mobilnya saat hujan dan macet. Juga merutuk pada petugas hotel yang dinilainya berdusta akan jadwal sidak demi untung semata. Serta sesal akan baiknya pada Umi yang dia bawa dalam satu kamar.

Sah! Sah! Sah! Sah! Sah!

Daehan menoleh pada wanita yang kian terisak-isak menangis. Antara lega sebab beres urusan dan perasaan yang hampa. Dengan pendengaran yang diisi doa oleh asisten penghulu pada pasangan pengantin baru bernama Daehan Ahmad Rasyid dengan Sazleen Shanumi yang berisi harapan-harapan kebaikan.

Daehan termenung-menung kosong tanpa merasa perlu mengaminkan doa-doa baik pernikahan. Baginya, ingin kesialan dan acara penuh paksaan ini segera diakhiri!

🍓

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (5)
goodnovel comment avatar
Eko Wirayati
cerita menarik sekali
goodnovel comment avatar
Netty Tya
Ya Allah Thor Aku ketawa Ngakak Hahahahaha
goodnovel comment avatar
Lupi Najwa
ngakak bacanya.
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 3

    Dalam penelurusan singkat melalui Kartu Tanda Penduduk yang terhubung pada Kartu Keluarga, Umi dan Daehan adalah lajang yang bukan saudara mara dan kerabat. Memiliki alamat serta tempat tinggal berjauhan. Itu adalah faktor utama mereka wajib disatukan. Tanda tangan di berkas sah nikah yang bukan buku nikah baru saja selesai oleh keduanya saat satu panggilan masuk untuk Daehan. Maka lelaki itu pergi meninggalkan ruangan dengan dalih bertelepon. Umi menyusul setelah meladeni beberapa pertanyaan petugas sendirian. Di sana Umi bicara jujur segalanya dan Daehan sama sekali tidak mengetahui. Juga masih ada dua pasang lagi yang bernasib sama untuk dinikahkan dengan mudah. Tentu saja sangat mudah, hanya bermodal KTP, janji mahar, ijab kabul dan dua mempelai itu sendiri. Tanpa bersusah payah dengan syarat ribet pernikahan biasanya pun mereka sudah sah. Bahkan beberapa kali, para petugas mengingatkan pada para pengantin hasil sidak untuk lebih baik bersyukur. Umi dan Daehan sendiri sangat

    Huling Na-update : 2024-12-05
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 4

    Tidak sia-sia Umi masak soto sedikit banyak yang tidak habis untuk satu orang. Sebab hujan masih turun deras, kuliner langganan Daehan sudah tutup lebih awal. Tunangan cantiknya kelaparan, masakan perdana Umi pun jadi. Tidak menyangka masakan janda burik itu enak sekali. Bahkan Intana sangat suka. Lupa dengan hinaan jorok yang tadi dilontarkan. Jika tidak ingat bahwa yang masak pun sedang lapar, mungkin Daehan sanggup menghabiskan. “Niat masak buat dinikmati sendiri, malah dapat sisanya doang, dikit lagi,” ucap Shanumi menggerutu sambil berjibaku dengan barang pecah belah di wastafel.“Nggak sopan banget, gini amat nasib istri sah.” Shanumi mengeluh kesal. Tetapi juga menyimpan tawa. Merasa konyol dengan ucapan sendiri yang menyebut diri istri sah.“Udah masak buat orang … eh, panci-pancinya pun kena nyuci sendiri. Sabar ya, Shan … Ini demi dapat uang tambahan lebih cepat!” ucap Shanumi yang kali ini agak keras. Bersaing dengan suara air kran dan panci yang beradu.“Um, kamu ini ngg

    Huling Na-update : 2024-12-05
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 5

    Shanumi telah meluncur ke dalam kamar yang sempat diwariskan sopir, Agung padanya. Mengemasi barang yang tidak banyak untuk rapi kembali ke dalam tas. Perasaannya kini tidak terjabar. Antara lega dan puas, sebab dengan gaji penuh dirinya terbebas dari tugas. Juga bersit terhina sebab Daehan sama sekali tidak menganggapnya. Bukan sebagai istri, tetapi telah menolaknya sebagai pekerja. Meski burik, mungkin Daehan masih bisa menerima Shanumi terus bekerja jika tidak terhasut oleh ucapan Intana. Entah sedalam apa cintanya pada si tunangan hingga setunduk itu.Yang jelas, Intana adalah wanita bermulut madu yang beracun. Berlidah belut yang licin di mata Shanumi. Terbukti bagaimana Intana meyakinkan pada petugas jika kerusakan mobil mewahnya bernilai puluhan juta untuk biaya servis. Padahal tidak seberapa. Hanya beberapa goresan yang sama sekali tidak menyebabkan bekas cacat. Garit gores itu bisa dipoles cepat dengan dibawa ke bengkel servis mobil profesional. Namun, tetap Shanumi juga y

    Huling Na-update : 2024-12-05
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 6

    Celana abu muda menggantung di mata kaki berpadu atasan blouse putih, membuat penampilan Shanumi terlihat segar, elegant dan cerah. Rambutnya diikat tinggi dengan wajah berpoles tipis menarik. Meski kesan bengkak masih menyisa, kecantikan raganya tidak bisa ditutupi. “Sudah minum suplemenmu, Shan?” Yena menghampiri Shanumi di kursi dapur. “Sudah, barusan. Thanks, Yen.” Shanumi yang barusan berbincang dengan pegawai dapur, mendekat dan duduk di dekat Yena. Menerima segelas lemon madu hangat dari sang karib dan meminumnya hingga tandas. “Meski wajahmu belum pulih, cantikmu mulai kembali, Shan. Semangat, ya. Jika nggak menang dan wanita itu datang minta uang, pakai aja duit kafe. Sisanya kita kejar…,” ucap Yena membujuk. Iba jika Shanumi sebenarnya tertekan dan banyak yang dipikir. “Jangan, aku nggak mau ngusik dana kafe. Takut tiba-tiba sepi dan ngaruh ke gaji mereka. Pasti ada dana dari pintu lain. Kamu jangan risau, Yen.” Shanumi berkata sambil meletak gelas kosong di meja sebela

    Huling Na-update : 2024-12-23
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab. 7

    Shanumi melambat langkah dan segera memutar lewat pintu belakang ruko. Dadanya kembali tidak aman dengan degub jantung lebih kencang. Bagaimana tidak… Daehan terlihat duduk makan dengan santai di kafenya! Meski sadar sebab dibawa Intana, rasa teruja tetap ada. Seorang pembesar hotel berbintang datang ke kafe sekecil ini. Bahkan disinyalir oleh Yena, lelaki tampan itulah pemiliknya. Yena jauh lebih lama dari Shanumi tinggal di Surabaya. Apalagi letak kafe ini cukup dekat dengan Hotel Rasyid di jalan yang sama, Jalan Pahlawan. Pasti ucapan Yena bukanlah asal dan karangan. Fakta …?!Bersit serakah, peluang dalam kesempitan dan pemerasan pada Daehan kembali berkelebat di kepala Shanumi yang memang tidak berkerudung. Bukan salahnya, tetapi sebab Intana yang arrogant dan janji lelaki itu terhadapnya. Jadi, tidak salah jika ini adalah kesempatan emas yang musti diambil. “Shan… tolongin, Shan. Lemes akunya…!” seru Yena saat sampai di lantai atas. Dia sempat melihat Shanumi datang lewat pin

    Huling Na-update : 2024-12-24
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 8

    Dari peserta paling ujung sebelah kiri, bergiliran membawa baki berisi semangkuk kecil masakan ke meja Daehan. Lalu berdiri di hadapan sampai pria terhormat itu puas mencicipi dan kemudian menyuruh pergi. Hingga kini tiba giliran Shanumi. “Terima kasih sudah diberi kesempatan, Pak. Semoga berkenan dan harap dipertimbangkan hasil olah tangan saya.” Shanumi mundur dan bicara setelah meletak mangkuk sotonya di hadapan Daehan. Lalu melangkah ke belakang lagi dan berdiri menunggu tanpa melirikkan mata pada Intana. Terlihat tenang, padahal dalam dada jumpalitan. Daehan seperti tersedak, tetapi tidak mampu menghentikan suapan soto yang terasa nikmat dan segar itu sampai di tetes terakhir. Sempat memandang gadis cantik di depannya dan merasa heran. Kenapa tidak tampak terkejut atau menunjuk perilaku pernah melihat Daehan sebelumnya? Tidak mungkin gadis itu lupa bahwa dirinya, owner Hotel Rasyid adalah kekasih Intana yang selalu bersikap tidak ramah padanya. Daehan menilai jika Shanumi a

    Huling Na-update : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 9

    Shanumi yang mendapat hantaman keras dan mengira jika dirinya akan terjengkang, ternyata tidak. Daehan telah menangkap cepat punggungnya. Harum wangi dari badan besar dan tinggi telah melenakan sesaat. Dua badan beda gender itu terlihat seperti saling peluk sebelum sama-sama menjauhkan diri tergesa. Shanumi benar-benar merasa degub kencang dan gugup. “Anda ini kenapa?” tanya Shanumi ketus tetapi salah tingkah. Lelaki itu menatapnya tenang seperti tidak terkejut. “Aku lupa membawa dompetku… tetapi kamu tiba-tiba berbalik. Jalanmu cepat nggak lihat haluan. Aku nggak sempat menghindarimu.” Daehan bicara tenang sambil bergeser mendekat ke meja dan menarik laci. “Ini kartu namaku. Daripada kamu nyesel nggak nyimpan nomorku,” ucap Daehan sambil mengulurkan selembar kartu nama. Shanumi menerima tanpa kata. Pria itu kembali berlalu meninggalkannya. Seperti tidak ada dompet yang diambil Daehan dari laci, hanya mengambil selembar kartu yang kini digenggamnya. “Memang. Dia pengertian juga…

    Huling Na-update : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 10

    Shanumi pergi ke kamar dan merebah lelah. Kaki sudah dia cuci pada air kran di luar sebelum masuk. Untuk shalat isya yang masih tertanggung sedang direncana agak belakangan. Yang penting baginya pasti kontan. “Padahal kelakuan Intana keterlaluan, tapi Daehan muji-mujinya padaku kelewatan. Hemmm, berwawasan dan berpendidikan konon. Tapi selingkuh…,” ucap Shanumi dengan pandang menerawang di plavon kamar.Jadi agak merasa iba pada Daehan. Pria yang terlihat sempurna dengan kesuksesan dunia, ternyata tega dikhianati wanita yang dicinta. Apa kecurangan Intana sama sekali tidak terendus? Begitu sibukkah Daehan, hingga Intana merasa kesepian? Tapi mereka belum menikah, jika sudah bersedia harusnya memahami. Padahal juga sering terlihat berduaan, masih saja merasa kurang perhatian. Harusnya Intana paham jika Daehan sangat sibuk. Ah, itu alasan Intana saja. Bukankah Erick sebagai seorang pilot pasti jauh lebih sibuk juga? Kesibukan dan keminiman waktu yang dimiliki Ericklah satu penyebab

    Huling Na-update : 2024-12-25

Pinakabagong kabanata

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 185

    Kamar luas itu lengang tanpa ada orang yang dicari. Ke kamar mandi juga tidak ada. Sekilas ponselnya tergeletak di atas meja. Menyangka Osara sedang dalam kamar mandi. Tetapi, setelah menunggu sesaat, tidak ada gelagat orang di dalam kamar mandi. Daishin mendekat. Pintu tidak dikunci. Dibukanya perlahan, yang dicari memang tidak di dalam. Daishin berbalik cepat dan melewati pintu kamarnya. Segera pergi ke dapur dan sekilas melihat Clara sedang asyik makan siang sendirian di meja makan. Daishin keluar melewati pintu belakang. Berharap Osara sedang menikmati semilir angin siang di gazebo belakang. Jika iya, bermakna istrinya suka berdiam sendirian di sana. Itu lebih baik daripada di kamar dan menangis. Merasa seketika jadi lega. Bukan di gazebo, tetapi sedang berjongkok di balik rimbunan bambu kuning. Osara terlihat memetik sesuatu. Begitu sibuk hingga tidak tahu sudah ada orang di belakangnya. “Sedang apa, Osa? Ayo makan dulu.” Daishin menegur pelan. Meski terkejut, Osara tid

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 184

    Mendengar penuturan Clara, rasa hati kian nelangsa dan kecewa. Betapa brengsek memang kelakuan Daishin. Penggila wanita yang tak punya rasa iba. Hanya menjadikan setiap partner sebagai sarana dan objek penyalur fantasinya pada Sazlina. Lebih buruk lagi, sepupu sendiri juga dipakai. Padahal bersama Clara sudah seperti saudara. Bisa-bisanya juga dibawa ke ranjang. Parah memang Daishin, kayak kehabisan wanita saja. “Manis banget anggurnya, kamu beli di mana, Osa?” usik Clara sambil menyodorkan keranjang anggur lebih dekat pada Osara. Perempuan cantik istri orang itu sudah lama terekur-pekur. “Iya, ya. Manis, Mbak.” Osara menanggapi setelah mencoba memasukkan lagi sebiji anggur ke dalam mulut. “Bukan aku yang beli, tahu-tahu sudah ada dalam situ. Kurasa Mama Hana sebelum kami datang. Rumah ini kan hadiah dari Papa Handy.” Osara menambahkan ucapannya. Kembali memetik dua biji besar anggur yang dia masukkan satu demi satu ke dalam mulut. “Enak ya, udah punya rumah.... Osa, aku bol

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 183

    Meski ditinggal tidak lebih dari semalam, hawa ruang terasa pengap dan berbau seperti serbuk pasir. Juga terasa lembab dengan udara hangat tetapi bukan berangin yang segar. Jasa bersih dan kemas rumah lokalan sudah Daishin hubungi sebelum mereka sampai di pintu pagar. Sambil menunggu, semua ventilasi rumah juga telah di bukanya. “Sebenarnya aku suka dengan kamar yang itu…,” ucap Clara seperti bergumam. Daishin terusik dengan ucapannya. “Sudah kubilang, itu kamarku dan Osa. Sebaiknya kamu tidak perlu mengeluh, Cla. Gunakan saja kamar itu. Boleh juga tidur di sofa. Atau kamar di belakang. Asal jangan numpang di kamar kami.” Daishin menegur pedas sambil menyibak gorden yang terakhir. “Aku cuman bilang, gak minta… panjang amat ngomelnya.” Clara mengoreksi teguran itu sambil menyeret koper menuju ke kamar sebelah. Daishin melirik sambil menggeleng kan kepalanya. Osara yang sudah di kamar dan sempat ada sedikit drama saat Clara bilang menyukai kamarnya ini, sedang membongkar isi koper u

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 182

    Perjuangan sang lelaki berhasil meski Osara sempat memekik terkejut. Sedikit sakit tetapi tidak sangat. Sebelum Daishin kembali mendayung perlahan dan cepat. Membawa menyisir rawa-rawa surga begitu lama yang nikmat tiada tara. Hingga keduanya sampai di destinasi dengan setengah kesadaran. “Aaah, Shiiiin!” “Aaa arrrggghhh…. Sazlina!” Osara yang tengah mengawang dengan setengah siuman terkejut. Siapa yang disebut Daishin barusan. Apa telinganya salah mendengar? , 🍒 Tidak, bukan salah dengar. Tubuh berat yang semula mengejang dan bergetar, seketika mematung. Bahkan napas yang memburu, tiba-tiba tidak terdengar hembusnya. Lelaki itu sedang kalut dan tegang sebab menyadari kefatalan ucapannya sendiri. Apa yang didengar membuat sakit perasaan. Meski sadar diri tidak dipuja, sekadar dinikahi tanpa dicinta, tetap saja merasa terhina dan kecewa. Tega sekali Daishin melukainya. Tidak mungkin lelaki itu tidak mengerti jika menyebut nama wanita lain, apalagi di saat seperti ini, sangatl

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 181

    Lelaki yang terakhir terlihat beraktifitas merebah di sofa tiba-tiba berpindah duduk di sisi ranjang. Osara menahan rasa terkejut melihatnya saat melepas mukena. Buru-buru disimpan bersama sajadah agar segera dapat berbicara. Osara merasa kikuk saat menghampiri ranjang dari menyimpan mukena di koper. Membalas tatapan elang Daishin yang hangat dan sayu. Ternyata bukan rasa kesal yang terbaca di wajah tampan itu. Tetapi… nafsu! “Kenapa tadi tidak menunggu shalat bareng?” tanya Osara pelan yang tidak ingin memancing keributan. “Kenapa tidak langsung bilang bagaimana hasil tes urinemu? Jangan main-main, Osara. Meski aku terlihat abai, tetapi aku sangat memikirkannya. Jika sampai kamu hamil duluan, aku jugalah yang akan menanggung akibatnya.” Daishin berbicara tegas dan serius. Osara tidak menyangka akan sedalam itu pemikiran Daishin. Bersyukur lelaki itu menyadari dan pasti akan menjadi seorang ayah yang bertanggung jawab. Sesuai sebagai anak lelaki Papa Handy. Buah jatuh tidak jauh d

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 180

    Lelaki pemeluk wanita itu menggeliat dan membuka mata. Sayup adzan terdengar mengalun dari toa di Masjid Camii. Salah satu masjid istimewa di Jepang yang mendapat izin resmi dari pemerintahan untuk mengumandangkan seruan adzan. Daishin melonggarkan pelukan. Menyadari yang semalaman tidur dengan posisi memeluk punggung Osara hingga rasa badan sedikit kaku. Direnggangkannya bahu, punggung, pinggang dan tangan ke kanan dan ke kiri. Tetapi gerakannya tidak mengusik Osara sedikit pun. Usus besar di perutnya yang rutin melilit tiap subuh membuat bangun seketika. Sempat mengambil selimut di bawah kaki untuk ditutupkan pada Osara. Juga menurunkan baju tidur atasan yang tersingkap sebab ulah tangannya sebelum bisa tidur semalam. Daishin samar tersenyum sambil berjalan terburu ke kamar mandi. Keinginan mengulangi, untuk sementara terpaksa dihempas lagi. Istri amanah dari orang tua akibat ulah sendiri, masih terbuai nyenyak dalam mimpi. Meski sempat iba, tetapi bisa jadi rasa iba hatinya a

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 179

    Daishin dan Osara duduk di sofa dan saling berhadapan. Menikmati sekeranjang anggur hijau dan merah yang dijamin sudah dicuci bersih plus sterill. Mereka mengobrol dengan hangat yang sambil saling tanya jawab. "Jadi, sebaiknya kapan kita pulang dan membawa Clara ke rumah, Shin?" tanya Osara sambil memasukkan sebuah anggur super besar ke dalam mulut. Sesaat, penampakannya sungguh terlalu dan pemicu lelaki yang memandang untuk saling perang bibir. "Menurutku besok saja bagimana? Biar cepat datang, lalu cepat pulang." Daishin sungguh bersikeras tanpa rasa segan. Dirinya memang lelaki yang tidak suka basa basi. "Kan menginap, Shin. Mana bisa cepat-cepat? Tidak mungkin pun mengusirnya ...." Osara mengeluh dengan penuh maksud. "Sebenarnya aku semakin galau, Sa. Bagaimana jika dia berbuat yang tidak-tidak padamu? Sedang aku...," Daishin terlihat bimbang dan ragu-ragu. "Sedang kamu, kenapa lagi? Mau ke mana?" sambar Osara curiga. Muka Daishin terlihat galau sambil menimang pon

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 178

    Wajah cantik tanpa celanitu menatap melas dan sendu pada Osara. Merasa ini sungguh simalakama untuk menjawabnya. Daishin pun hanya bungkam menatapnya."Baiklah, jika kamu sangat ingin, silahkan saja, Mbak.” Osara akhirnya membolehkan. Merasa serba salah sebetulnya. Ingin menolak tetapi tidak tega. Meski seingatnya, Clara adalah model senior kelas atas yang sombong kala itu. “Osara, apa kamu tidak salah? Sudah kamu pikirkan sungguh-sungguh. Rumah itu bukan milikku, tetapi sudah milikmu. Itu privasimu. Jika keberatan, kamu bisa menolak,” ucap Daishin, terkejut dengan keputusan Osara yang tidak disangkanya. “Kenapa, Mas? Kamu tampak keberatan. Osara, terima kasih, ya. Kapan kita ke rumah kalian?” tanya Clara yang begitu bersemangat. Abai akan picingan mata Daishin padanya. “Itu akan kami kabarkan padamu, Cla. Sebab kami sedang berbulan madu di sini. Bisa jadi kami akan sedikit lama menginap di sini. Sekarang, sebaiknya kita segera makan. Sudah sangat malam. Makanlah, Osa.” Daishin men

  • Istri Perawan Disangka Janda   Nab 177

    Daishin tidak berhak melarang saat Clara memutuskan menginap di hotel yang sama. Tidak juga menolak saat sepupu sangat jauh itu meminta ditemani dari mendaftar di lobi hingga selesai proses check-in. Namun, sebab sangat mengerti watak manjanya, Daishin hanya bersedia menunggu di lobi. Sebab Clara pun ingin bergabung untuk makan bersamanya. “Itu sepupu yang bagaimana?” tanya Osara enggan. Tetapi ingin tahu. “Sepupu sangat jauh. Aku adalah sepupu Mas Daehan dari pihak Mama Hana. Sedang Clara adalah sepupu Mas Daehan dari pihak Papa Samuel. Sama dengan Mas Khaisan. Namun, Clara dan Mas Khaisan juga sepupu jauh. Yang jelas, kami semua punya hubungan sepupu saling jauh.” Daishin sambil tertawa kecil. Merasa dirinya pun bingung dengan status sepupu_an tetapi berjauhan. Berkat rumah Khaisan lah mereka disatukan seperti saudara di bawah naungan atas nama Mama Hana dan Papa Samuel. Padahal saat kecil, mereka tidak peduli dengn status sepupu. Yang dipaham adalah mereka saudara dalam seb

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status