Share

Bab 3

Penulis: kamiya san
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-05 10:58:31

Dalam penelurusan singkat melalui Kartu Tanda Penduduk yang terhubung pada Kartu Keluarga, Umi dan Daehan adalah lajang yang bukan saudara mara dan kerabat. Memiliki alamat serta tempat tinggal berjauhan. Itu adalah faktor utama mereka wajib disatukan. 

Tanda tangan di berkas sah nikah yang bukan buku nikah baru saja selesai oleh keduanya saat satu panggilan masuk untuk Daehan. Maka lelaki itu pergi meninggalkan ruangan dengan dalih bertelepon. 

Umi menyusul setelah meladeni beberapa pertanyaan petugas sendirian. Di sana Umi bicara jujur segalanya dan Daehan sama sekali tidak mengetahui. Juga masih ada dua pasang lagi yang bernasib sama untuk dinikahkan dengan mudah. 

Tentu saja sangat mudah, hanya bermodal KTP, janji mahar, ijab kabul dan dua mempelai itu sendiri. Tanpa bersusah payah dengan syarat ribet pernikahan biasanya pun mereka sudah sah. 

Bahkan beberapa kali, para petugas mengingatkan pada para pengantin hasil sidak untuk lebih baik bersyukur. 

Umi dan Daehan sendiri sangat takut mendapati fakta bahwa pernikahan mereka telah tercatat sah di mata negara dan agama. Bukan sekadar nikah siri! Meski belum menerima dua buku nikah sebagai barang bukti. 

Untuk memiliki dokumen penting itu, mereka perlu mengurus sendiri di lembaga keagamaan yang berkaitan dengan membawa syarat-syarat pernikahan yang tertunda. 

Seorang lelaki telah menunggu Umi di pintu keluar. Menyongsong Umi dengan ragu. 

“Ehm… Mbak Umi, penggantinya Bi Rum, ya? Anu, shalat jamaahnya sudah? Ayo, tak antar pulang.” Lelaki itu bicara pada Umi dengan raut biasa. 

“Eh, iya. Sudah…,” sahut Umi pasrah. 

“Nggak usah buru-buru, Mbak. Bos sedang bahagia malam ini. Dia nggak bakalan nyariin kita untuk sementara,” ucap lelaki suruhan Daehan itu sambil mengajak Umi mulai jalan. 

“Apa dia bilang saya lagi shalat?” tanya Umi sambil jalan. Mukena dia singsing sedikit ke atas. 

“Iya, Mbak. Dia bilang akan kelamaan kalo harus nunggu. Mbaknya kalo shalat khusyuk dan komplet. Jadi, saya yang sedang cuti pun disuruh nunggu,” jelasnya sungguh-sungguh. 

Lelaki yang menunggu Umi ini adalah sopir Daehan. Seharian ingin bercuti, kini tiba-tiba dapat panggilan. Menjemput art baru si bos di sebuah hotel pinggiran. 

“Emang, Pak Daehan bahagia ngapain, Mas?” tanya Umi penasaran. 

“Tunangan, malam ini belio ada acara tunangan sama pacarnya, Mbak.” Sopir menyahut cepat. Seolah Umi adalah teman sejawat yang sudah dikenal lama. 

Bibir bengkak meradang nya mengatup. Tentu saja terkejut, meski tidak ada perasaan apa pun pada Daehan, fakta itu membuatnya merasa tidak nyaman. 

Itukah alasan yang membuat Daehan bilang bahwa dua jam lagi adalah masa depannya? Patut…. Sisi mulia hati seorang Shanumi meronta, kasihan….

Agung, sang sopir membawa Umi meluncur lancar membelah jalanan menuju sebuah kawasan yang penuh dengan gedung menjulang. Satu di antaranya adalah unit apartemen mewah kepunyaan Daehan. 

“Jadi, Mas Agung juga tinggal di sini?” tanya Umi merasa tidak enak. Lelaki itu mengiyakan. 

“Tapi kalo sudah ada kamu, aku nggak ke sini lagi, Um. Kemarin sebab sering kosong. Mak Rum sudah mudik, sakit. Bos pun jarang pulang. Aku yang disuruh jaga dan bersih-bersih,” jelas Agung dengan ekspresi normal. 

Tiada tanda-tanda lelaki mata keranjang. Juga tidak tahu-menahu asal-usul Shanumi yang kerabat Mak Rumiyah. 

Agung yang tadi  masuk ke dalam salah satu kamar, kini keluar dengan membawa ransel kecil berisi baju. Meletaknya di sofa ruang tamu dan memanggil Shanumi yang duduk. 

Memberi penjelasan singkat akan apartemen dan beberapa tugas Shanumi di dalamnya. Tentu saja semua berdasar pengalaman dan perintah dari pemilik langsung, Daehan. 

Agung pun berpamit pergi setelah menyerahkan kartu kunci apartemen pada Shanumi. Sempat berpetuah pada asisten baru agar bersabar dengan temperamen Daehan yang kadang tempe kadang tahu. 

Sopir itu benar-benar pergi setelah memberikan nomor ponselnya pada Shanumi. Berjaga andai perlu kapan saja.

Tidak ingin makan gaji buta, sebab Daehan begitu gercep membayar gajinya di awal, Shanumi menyapu dan mengepel. Merasa lapar setelahnya, maka bersambung dengan masak makan malam. Kulkas di dapur menyimpan beragam bahan masakan yang lengkap.

Soto ayam kesukaan andalan telah berkebul asap dalam mangkuk di atas meja. Juga sayur pelengkap dan sambal. Tanpa kerupuk pun, Shanumi yakin sangat sedap rasanya. Seperti biasa, gadis itu jago membuat masakan yang pas dan enak.

Ceklrek

Bunyi pintu terbuka membuat Shanumi sedikit merasa tegang. Obat dan salep untuk muka yang baru dia aplikasikan di wajah memarnya segera dikemas kembali ke dalam tas. Bersiap menyambut seseorang yang masuk ke dalam rumah, mungkin Daehan. 

“Itu…,” ucap seorang wanita cantik full make up menunjuk Shanumi. 

“Dia … dia pengganti Mak Rum…,” ucap Daehan agak bingung.  

Perempuan dengan wajah lebam itu tidak tampak besar dan gemuk. Mengenakan celana panjang dan sweater kuning. Rambutnya bergelung besar, mungkin sangat lebat atau panjang. Kulit lehernya bersih dan cerah. Hanya wajah bengkak itu yang dihapalnya. Tentu dia adalah Umi, satu-satunya wanita yang dia bolehkan ada di apartemen. 

“Agung sudah pergi, Um…?!” tanya Daehan agak keras. 

Kesal, perempuan itu tidak menyapa, justru sibuk menyambar mukena dan kini sudah terpasang di badan semula. Tertutup sudah tubuh langsingnya. 

“Eh, sudah, Pak!” sahut Shanumi juga agak keras. 

Debar jantungnya kencang jumpalitan. Menyembunyikan rasa kaget dan gugupnya. Lupa jika dirinya sedang tidak mengenakan kerudung. Baru sadar saat Daehan menatanya tajam dan heran. 

Itu tidak seberapa, ada hal mengejutkan lagi yang dia saksikan tanpa disangka-sangka. Wanita cantik yang bersama Daehan adalah….

“Mas, kenapa ada perempuan di rumahmu? Ini kan udah malam?” usik wanita itu sambil mengguncang lengan Daehan.

“Dia gantiin Mak Rum.” Daehan menyahut pendek.

Tangannya mengepal dengan menghembus napas kasar. Rasanya jadi kesal pada Umi. Membuat mood baiknya terganggu. Merasa jika perempuan itu meski sama-sama tidak menarik, tetapi tidak seperti Mak Rum.

Apalagi ingat nikahan sebab kasus tangkap basah yang dialami dengan wanita itu. Kini rasa kesal dan marah yang tersisa kian berkerak.

“Kenapa wajahnya serem gitu, Mas? Pembantu itu harusnya enak dilihat, nggak gitu amat. Nggak kebayang gimana dia bikin olahan makanan. Jorok …,” ucap si wanita sambil bergidik. Menatap ngeri pada Shanumi yang wajah bengkaknya kian gelap.

“Aku salah pilih, kupikir akan sebagus Mak Rum. Akan segera kupecat dia, Tan,” ucap Daehan yakin pada wanitanya.

Shanumi membelalak dan sempat terkejut. Tetapi kembali tenang dan seolah pasrah tak peduli. Kesal yang sesaat ada, terganti dengan kesadaran diri yang sebenarnya tidak terlalu besar merugi. 

Ya, itulah hasil diskusi kala itu. Daehan berjanji akan memberikan kompensasi sebanyak lima kali selama jadi istri. Shanumi berkesempatan mengajukan  apa yang diinginkan hingga lima permintaan! 

Jadi, semakin cepat Shanumi mendapat kelima permintaan yang diajukan. Maka semakin cepat juga mereka akan mengakhiri hubungan pernikahan.

Bahkan, Daehan berpesan agar Shanumi segera mengajukan lima kompensasi yang diingin secepat mungkin tanpa mengulur lagi. Lelaki itu ingin cepat bebas dan melupakan kesialan yang terjadi pada mereka tanpa sisa. 

Mulut Daehan terbelenggu untuk tidak mengucap pisah dan talak sebelum lunas permintaan. Bisa saja melanggar tanpa peduli dengan janjinya pada Shanumi. Namun, sumpah perempuan itu akan kesialan hidup jika ingkar, sungguh teror mujarab bagi Daehan. Hingga membuatnya enggan melanggar.

🍓

Bab terkait

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 4

    Tidak sia-sia Umi masak soto sedikit banyak yang tidak habis untuk satu orang. Sebab hujan masih turun deras, kuliner langganan Daehan sudah tutup lebih awal. Tunangan cantiknya kelaparan, masakan perdana Umi pun jadi. Tidak menyangka masakan janda burik itu enak sekali. Bahkan Intana sangat suka. Lupa dengan hinaan jorok yang tadi dilontarkan. Jika tidak ingat bahwa yang masak pun sedang lapar, mungkin Daehan sanggup menghabiskan. “Niat masak buat dinikmati sendiri, malah dapat sisanya doang, dikit lagi,” ucap Shanumi menggerutu sambil berjibaku dengan barang pecah belah di wastafel.“Nggak sopan banget, gini amat nasib istri sah.” Shanumi mengeluh kesal. Tetapi juga menyimpan tawa. Merasa konyol dengan ucapan sendiri yang menyebut diri istri sah.“Udah masak buat orang … eh, panci-pancinya pun kena nyuci sendiri. Sabar ya, Shan … Ini demi dapat uang tambahan lebih cepat!” ucap Shanumi yang kali ini agak keras. Bersaing dengan suara air kran dan panci yang beradu.“Um, kamu ini ngg

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 5

    Shanumi telah meluncur ke dalam kamar yang sempat diwariskan sopir, Agung padanya. Mengemasi barang yang tidak banyak untuk rapi kembali ke dalam tas. Perasaannya kini tidak terjabar. Antara lega dan puas, sebab dengan gaji penuh dirinya terbebas dari tugas. Juga bersit terhina sebab Daehan sama sekali tidak menganggapnya. Bukan sebagai istri, tetapi telah menolaknya sebagai pekerja. Meski burik, mungkin Daehan masih bisa menerima Shanumi terus bekerja jika tidak terhasut oleh ucapan Intana. Entah sedalam apa cintanya pada si tunangan hingga setunduk itu.Yang jelas, Intana adalah wanita bermulut madu yang beracun. Berlidah belut yang licin di mata Shanumi. Terbukti bagaimana Intana meyakinkan pada petugas jika kerusakan mobil mewahnya bernilai puluhan juta untuk biaya servis. Padahal tidak seberapa. Hanya beberapa goresan yang sama sekali tidak menyebabkan bekas cacat. Garit gores itu bisa dipoles cepat dengan dibawa ke bengkel servis mobil profesional. Namun, tetap Shanumi juga y

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 6

    Celana abu muda menggantung di mata kaki berpadu atasan blouse putih, membuat penampilan Shanumi terlihat segar, elegant dan cerah. Rambutnya diikat tinggi dengan wajah berpoles tipis menarik. Meski kesan bengkak masih menyisa, kecantikan raganya tidak bisa ditutupi. “Sudah minum suplemenmu, Shan?” Yena menghampiri Shanumi di kursi dapur. “Sudah, barusan. Thanks, Yen.” Shanumi yang barusan berbincang dengan pegawai dapur, mendekat dan duduk di dekat Yena. Menerima segelas lemon madu hangat dari sang karib dan meminumnya hingga tandas. “Meski wajahmu belum pulih, cantikmu mulai kembali, Shan. Semangat, ya. Jika nggak menang dan wanita itu datang minta uang, pakai aja duit kafe. Sisanya kita kejar…,” ucap Yena membujuk. Iba jika Shanumi sebenarnya tertekan dan banyak yang dipikir. “Jangan, aku nggak mau ngusik dana kafe. Takut tiba-tiba sepi dan ngaruh ke gaji mereka. Pasti ada dana dari pintu lain. Kamu jangan risau, Yen.” Shanumi berkata sambil meletak gelas kosong di meja sebela

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab. 7

    Shanumi melambat langkah dan segera memutar lewat pintu belakang ruko. Dadanya kembali tidak aman dengan degub jantung lebih kencang. Bagaimana tidak… Daehan terlihat duduk makan dengan santai di kafenya! Meski sadar sebab dibawa Intana, rasa teruja tetap ada. Seorang pembesar hotel berbintang datang ke kafe sekecil ini. Bahkan disinyalir oleh Yena, lelaki tampan itulah pemiliknya. Yena jauh lebih lama dari Shanumi tinggal di Surabaya. Apalagi letak kafe ini cukup dekat dengan Hotel Rasyid di jalan yang sama, Jalan Pahlawan. Pasti ucapan Yena bukanlah asal dan karangan. Fakta …?!Bersit serakah, peluang dalam kesempitan dan pemerasan pada Daehan kembali berkelebat di kepala Shanumi yang memang tidak berkerudung. Bukan salahnya, tetapi sebab Intana yang arrogant dan janji lelaki itu terhadapnya. Jadi, tidak salah jika ini adalah kesempatan emas yang musti diambil. “Shan… tolongin, Shan. Lemes akunya…!” seru Yena saat sampai di lantai atas. Dia sempat melihat Shanumi datang lewat pin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 8

    Dari peserta paling ujung sebelah kiri, bergiliran membawa baki berisi semangkuk kecil masakan ke meja Daehan. Lalu berdiri di hadapan sampai pria terhormat itu puas mencicipi dan kemudian menyuruh pergi. Hingga kini tiba giliran Shanumi. “Terima kasih sudah diberi kesempatan, Pak. Semoga berkenan dan harap dipertimbangkan hasil olah tangan saya.” Shanumi mundur dan bicara setelah meletak mangkuk sotonya di hadapan Daehan. Lalu melangkah ke belakang lagi dan berdiri menunggu tanpa melirikkan mata pada Intana. Terlihat tenang, padahal dalam dada jumpalitan. Daehan seperti tersedak, tetapi tidak mampu menghentikan suapan soto yang terasa nikmat dan segar itu sampai di tetes terakhir. Sempat memandang gadis cantik di depannya dan merasa heran. Kenapa tidak tampak terkejut atau menunjuk perilaku pernah melihat Daehan sebelumnya? Tidak mungkin gadis itu lupa bahwa dirinya, owner Hotel Rasyid adalah kekasih Intana yang selalu bersikap tidak ramah padanya. Daehan menilai jika Shanumi a

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 9

    Shanumi yang mendapat hantaman keras dan mengira jika dirinya akan terjengkang, ternyata tidak. Daehan telah menangkap cepat punggungnya. Harum wangi dari badan besar dan tinggi telah melenakan sesaat. Dua badan beda gender itu terlihat seperti saling peluk sebelum sama-sama menjauhkan diri tergesa. Shanumi benar-benar merasa degub kencang dan gugup. “Anda ini kenapa?” tanya Shanumi ketus tetapi salah tingkah. Lelaki itu menatapnya tenang seperti tidak terkejut. “Aku lupa membawa dompetku… tetapi kamu tiba-tiba berbalik. Jalanmu cepat nggak lihat haluan. Aku nggak sempat menghindarimu.” Daehan bicara tenang sambil bergeser mendekat ke meja dan menarik laci. “Ini kartu namaku. Daripada kamu nyesel nggak nyimpan nomorku,” ucap Daehan sambil mengulurkan selembar kartu nama. Shanumi menerima tanpa kata. Pria itu kembali berlalu meninggalkannya. Seperti tidak ada dompet yang diambil Daehan dari laci, hanya mengambil selembar kartu yang kini digenggamnya. “Memang. Dia pengertian juga…

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 10

    Shanumi pergi ke kamar dan merebah lelah. Kaki sudah dia cuci pada air kran di luar sebelum masuk. Untuk shalat isya yang masih tertanggung sedang direncana agak belakangan. Yang penting baginya pasti kontan. “Padahal kelakuan Intana keterlaluan, tapi Daehan muji-mujinya padaku kelewatan. Hemmm, berwawasan dan berpendidikan konon. Tapi selingkuh…,” ucap Shanumi dengan pandang menerawang di plavon kamar.Jadi agak merasa iba pada Daehan. Pria yang terlihat sempurna dengan kesuksesan dunia, ternyata tega dikhianati wanita yang dicinta. Apa kecurangan Intana sama sekali tidak terendus? Begitu sibukkah Daehan, hingga Intana merasa kesepian? Tapi mereka belum menikah, jika sudah bersedia harusnya memahami. Padahal juga sering terlihat berduaan, masih saja merasa kurang perhatian. Harusnya Intana paham jika Daehan sangat sibuk. Ah, itu alasan Intana saja. Bukankah Erick sebagai seorang pilot pasti jauh lebih sibuk juga? Kesibukan dan keminiman waktu yang dimiliki Ericklah satu penyebab

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 11

    Mata tajam bak elang itu tengah menatap dalam di wajah Shanumi. “Anda… sudah tahu bahwa saya adalah …,” ucap Shanumi tercekat. Meski sudah menduga, tetapi saat Daehan bicara menyindir, rasanya terkejut. “Shazleen Shanumi, kamu pikir aku sudah pikun? Bahkan namamu pun sudah membuatku seperti trauma.” Daehan berdiri dan merendahkan pandangannya pada Shanumi. “Jika saya bikin Anda trauma, tapi kenapa justru diminta di sini? Kenapa tidak didish saja dari sebelum lomba kemarin? Malah juara, meski sudah dicurangi…,” ucap Shanumi tahu diri. Tidak lupa jika Daehan memang tidak ingin melihat sosoknya lagi. “Aku tidak sebrutal itu. Bukan salahmu. Lagipula kamu berhak dengan pendidikanmu yang cukup tinggi. Sayang jika seorang sarjana hanya jadi kasir di kafe kecil. Kasihan ortumu.” Daehan bicara tenang. Tidak sinis dan tidak terlihat kesal. “Lah, yang penting kan halal, bukan jual diri. Sekarang, saya malah jadi pelayan orang. Demi uang…,” ucap Shanumi iseng, bukan tak paham maksud Daehan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26

Bab terbaru

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 45

    Seperti penembak jitu yang sedang membidik target, demikian kelakuan Shanumi sekarang. Mengintip hendap di balik pintu yang bercelah dan tidak ditutup merapat. Sayang sekali, usahanya sia-sia sebab orang di dalam sama sekali tidak bisa dilihat. Hanya segaris lurus meja lampu di samping tempat tidur yang tampak dan selebihnya tidak sama sekali. Namun, sudah jelas jika suara lelaki di dalam adalah milik si Daehan! Tidak ingin tenggelam sebab penasaran, pintu kamar didorong perlahan ke dalam hingga terbuka lebar-lebar. Napas terbaru nya seperti menggantung di ujung hidung. Semua kini melihat padanya. Ibu yang duduk menyandar ranjang dengan arah ke pintu, Sazlina yang berdiri di samping kaki ranjang telah berbalik melihatnya, juga… Daehan! Kini membalik punggung dan menatapnya dengan senyum yang samar.Tulang sendi Shanumi seolah aus hingga terasa berat dan tak bisa digerakkan. Diam, tegang dan kaku di tempat tanpa ingat melempar salam sapa pada Daehan. “Hei, Shanumi…." Daehan justru

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 44

    Dua perempuan sedarah dari kandungan wanita yang sama, sedang bercerita seru sambil makan malam. Saling mencurah sebagian kisah yang menimpa selama dua saudara itu mengalami perpisahan. Namun, tentu tidak sedetail seperti kenyataan. “Jadi, Mbak Sazlin nggak ingin adaptasi dengan habitat aslinya, gitu?” tanya Shanumi dengan perasaan amat gemas. Kakaknya kukuh tidak ingin mengubah penampilan. Hanya bulu mata palsu dan stoking gelap saja yang sudah diliburkan kala malam. Sedang behel, softlens dan tiga tindik giok, tidak juga dihempaskan. Meski behel memang selalunya ada di dua deret gigi putihnya yang ars dan bawah. “Biar saja, aku dah biasa dan nyaman seperti ini. Terserah kata orang. Tapi kamu dan Ibuk percaya saja, aku nggak berubah,” Sazlina menjawab agak ketus. Tetapi shanumi sudah tahu, dibalik kebaikannya, watak sang kakak sangat tegas dan keras. Mewarisi garis sifat ayah dan ibu. Sama juga dengan Shanumi sendiri, tetapi sikap lembutnya lebih mendominasi. “Kenapa sedih?” tan

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 43

    Setelah bermalam di rumah sakit kurang lebih sepuluh hari, akhirnya Siti Rumiyah, nama yang tertera sebagai penanggung jawab pasien atas nama Siti Arumi, dibolehkan membawa pulang adiknya. Shanumi merasa lega dan penuh syukur tak terkata padaNya. Hal berat itu sudah banyak berlalu, hanya tinggal pemulihan kondisi sang ibu. Dengan bekal pen tertanam di betis kaki kiri, gibs tertempel di atas tumit kaki kanan. Fraktur alias patah tulang ibunya masuk dalam golongan serius dan berat. “Nok, nanti aku pulang dulu, yo. Lihat rumah, kalo nggak dipantau, tikusnya bisa nguasai seluruh rumah.” Bik Rum berbicara dengan wajah cerah. “Iya, Bi. Nggak popo, tapi ke sini lagi, ya…,” ucap Shanumi. Paham jika bibinya tidak pernah pulang sama sekali. Pasti bahagia bisa melihat kembali rumahnya. Meski tidak punya keluarga dan hidup sendirian, kerinduan akan isi rumah pada setiap insan tentunya sama saja. Mungkin dengan persentasi yang berbeda. Tetangga yang part time mengurus rumah Bik Rum tiba-tiba

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 42

    Shanumi dan bibinya merasa lega penuh syukur tak terkata, Siti Arumi pulih kesadaran di hari kedua setelah kemalangan. Dokter kata, ketahanan fisik si pasien sangatlah luar biasa. Dengan kondisi fatal yang satu kaki patah, kaki sebelah pun retak, juga benturan keras di kepala. Bahkan sebagian rambut di kepala ibunya harus dihilangkan demi penanganan, tetapi puncak kesakitan itu mampu dilewati tanpa merenggut nyawa. Juga tidak mempengaruhi segala fungsi kerja saraf di otaknya. Ibunya masih tidak ingin berbicara. Mengangguk dan menggeleng samar adalah jawaban dari setiap pertanyaan. Meski beberapa dokter pendamping menyarankan untuk melatih bersuara. Bukan tidak mampu berbicara, mungkin kejadian naas tak disangka yang menimpa ini adalah guncangan luar biasa untuk jiwa dan raganya. Shanumi tidak henti mengucap syukur bahwa ibu masih diberi panjang umur. Tidak terbayang betapa menyesal dan sakit yang akan dia tanggung andai ibu dijemput Yang Kuasa saat dirinya tidak siap. Sedang luka d

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 41

    Adzan subuh tengah mengudara dan Shanumi sudah duduk di ranjang dengan mata setengah dibuka, setengah menutup. Ingin sangat rebah saja, tetapi adzan masih lama berkumandang. Ustadz kajian bilang, jika sengaja tidur saat mendengar alun adzan, kala mati jenazahnya sungguh berat. Petuah yang membuat Shanumi terus terngiang dan ingat. Merasa kasihan dan tidak enak hati pada para pengusung jenazah yang rela membawanya kelak. Bunyi panggilan yang tiba-tiba mengusik pun tidak membuatnya terkejut. Diabaikan hingga lama dan mati sendiri habis masa. Berulangkali hingga panggilan ke tiga barulah diangkatnya dengan lambat.Sesaat kemudian, mata berat mengantuk itu membuka lebar-lebar dengan wajah sangat shock! Menyusul jerit tanyanya membahana. “Ap …apa?! Bagaimana keadaannya sekarang?!” tanya Shanumi dalam pekiknya. Mungkin sebuah kabar dari seberang, telah membuat terkejut dan kalang kabut. Bukan duduk di ranjang lagi, tetap telah menggelosor di lantai. Sepertinya kabar yang didengar di te

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 40

    “Andai kita bertemu lebih cepat, banyak waktu untuk kita, Shan.” Daehan mengatakan hal yang terpikir olehnya. “Apa maksudnya? Kalo lebih cepat emang ngapain?” tanya Shanumi sambil mendongak. Memandang wajah tampan Daehan di temaram. Mereka masih di posisi semula, saling peluk. “Banyak waktu untuk membicarakan langkah apa yang aku ambil.” Daehan mencium rambut wangi Shanumi. “Sebenarnya, untuk apa mempertahankan pernikahan naas kita ini?” tanya Shanumi sambil memberanikan diri memegang rahang di wajah Daehan. Lelaki itu tidak menyahut. Coba menatap lekat wajah Shanumi dalam samar malam. “Dulu, aku ingin memerasmu, ingin mendapat banyak uang darimu. Aku juga minta lima permintaan. Tetapi, ternyata aku tidak bisa. Kamu lelaki baik bagiku. Aku rela menjadi jandamu tanpa mendapat hartamu. Tetapi, sudah kuberi peluang pun, kamu tidak memberiku talak. Kenapa kamu memilih yang susah?” tanya Shanumi. “Kenapa kamu pun membuang peluang bagus? Ambillah, masih kutunggu genap permintaanmu,” k

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 39

    Daehan sempat menatap kosong pada mamanya Intana yang terlihat samar punggungnya di balik pintu kaca. Perlahan hilang di remang latar parkir kala malam. Kini berpaling pandang pada Intana sekilas kemudian kembali pada Shanumi. “Yang mana yang bagus?” tanya Shanumi merasa kikuk. Daehan lekat menatapnya. “Semua bagus kamu pakai.” Daehan menyahut penuh maksud. Melirik kembali Intana yang terus pulas sekilas. Lalu pada beberapa orang yang berdiri tidak jauh dengannya. “Aku bukan membeli, hanya menyewa tiga gaun. Satu yang pertama dipakai Intana, dua lagi yang dicoba asistenku sebelum gaun yang dipakai ini. Semua sewa cash atas namaku.” Daehan memutuskan dengan cepat. Keraguan dan bingung seperti saat Shanumi mencoba gaun di depannya telah melayang tak berbekas.“Baiklah, akan kami siapkan catatan transaksi dan fakturnya. Mohon ditunggu.” Wanita pengelola butik hendak berbalik tetapi Shanumi menegurnya. “Diletak di mana bajuku, aku tidak menemukannya. Aku ingin menggantinya, Kak.” Shan

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 38

    Sebab Intana terus makan dan tidak peduli dengan bujukan orang-orang sedang ibunya sangat mendesak, dengan simalakama permintaan mereka dipenuhi. Shanumi dibawa ke ruang ganti dan kini dijadikan model pengganti. Wanita pengelola butik beralasan jika perbedaan postur tubuh Shanumi dan Intana tidak terlalu mencolok. Meski terlihat nyata jika tubuh Intana jauh lebih kurus daripada tubuh Shanumi. “Apa calon pengantin prianya tidak mencoba baju?” tanya Shanumi pada salah seorang pegawai butik yang ikut memakaikan baju ribet itu padanya. “Mencoba, Kak. Namun, dia akan menentukan dulu gaun mana yang cocok pada calon pengantin wanita. Setelah itu, baru dia coba baju pria yang setara dengan baju wanita. Sebab, untuk baju Pengantin pria tidak detail dan bersifat fleksibel.” Perempuan itu menjelaskan dengan terus semangat meski kini sudah malam. “Apa hal lumrah, mencoba baju pengantin diwakili orang lain?” tanya Shanumi. Benar-benar tidak habis pikir. Bagaimana mamanya Intana dan Intana send

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 37

    Shanumi tidak lagi bertanya, memahami jika Daehan sedang ada yang banyak dipikirkan. Merasa kasihan, menjelang pernikahan yang harusnya penuh tawa dan suka, justru mendung muram yang tampak. “Shan. Kamu dapat uang banyak dari mana?” tanya Daehan memecah hening. “Eh, apa, Pak Han?” Shanumi yang sedang melamun tidak terlalu mendengar maksud pertanyaan lelaki di sebelahnya barusan. “Kamu bayar hutangmu padaku terlalu cepat. Uang dari siapa?” Ulang Daehan bertanya.Shanumi mengatup bibir. Sudah sekian lama dirinya membayar hutang, baru kali ini dibahas. Kenapa tidak dari kemarin-kemarin? Namun, merasa lega juga, dipikir Daehan tidak membaca. Dirinya pun niat bilang tetapi lupa-lupa. “Itu, aku pinjam dari kakakku.” Shanumi menyahut pelan. “Kenapa buru-buru dikembalikan dan pinjam sama orang?” tanya Daehan agak sengit. “Ya… aku nggak enak dong sama Pak Daehan kalo kelamaan. Lagian yang pinjemin bukan orang, dia kakak perempuan kandungku sendiri,” ucap Shanumi semangat menjelaskan. Sek

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status