Share

Bab 4

Author: kamiya san
last update Huling Na-update: 2024-12-05 11:01:12

Tidak sia-sia Umi masak soto sedikit banyak yang tidak habis untuk satu orang. Sebab hujan masih turun deras, kuliner langganan Daehan sudah tutup lebih awal. Tunangan cantiknya kelaparan, masakan perdana Umi pun jadi. 

Tidak menyangka masakan janda burik itu enak sekali. Bahkan Intana sangat suka. Lupa dengan hinaan jorok yang tadi dilontarkan. Jika tidak ingat bahwa yang masak pun sedang lapar, mungkin Daehan sanggup menghabiskan. 

“Niat masak buat dinikmati sendiri, malah dapat sisanya doang, dikit lagi,” ucap Shanumi menggerutu sambil berjibaku dengan barang pecah belah di wastafel.

“Nggak sopan banget, gini amat nasib istri sah.” Shanumi mengeluh kesal. Tetapi juga menyimpan tawa. Merasa konyol dengan ucapan sendiri yang menyebut diri istri sah.

“Udah masak buat orang … eh, panci-pancinya pun kena nyuci sendiri. Sabar ya, Shan … Ini demi dapat uang tambahan lebih cepat!” ucap Shanumi yang kali ini agak keras. Bersaing dengan suara air kran dan panci yang beradu.

“Um, kamu ini nggak ikhlas?! Kamu ini kerja, bahkan sudah aku bayar penuh di muka. Ini hanya soto doang! Mak Rum sekali masak macem-macem lah, Um!”

Glontang! 

Daehan tiba-tiba sudah menyembur di samping kanan belakangnya. Saking terkejut, panci yang dicuci jatuh keras ke lekuk wastafel. Untung tidak ada lagi piring di sana.

“Eh, anu… saya ikhlas dong, Pak. Tadi hanya suara hati, wajar kan manusia punya suara hati, Pak?” sahut Shanumi serba salah.

“Nggak! Kalo suara hati, simpan aja dalam dadamu sendiri. Jangan sampai keluar hingga ada suaranya!” rutuk Daehan di samping telinga Shanumi. 

“Katakan sekarang juga lima permintaanmu, jangan tunda-tunda. Aku nggak enak banget, nggak nyaman lihat kamu. Mandang kamu kayak terus ingat apesku! Cepetan mintalah lima sekaligus! Perhiasan, baju, tas, sandal atau apa …?” tanya Daehan kali ini lirih setengah berbisik. 

Matanya sempat melirik ke pintu salah satu kamar. Tidak ingin wanita yang adalah tunangannya di dalam mendengar.

“Ya enggak mendadak gini, dong Pak! Ngapain minta-minta yang saya udah punya semua? Saya berencana minta rumah, mobil, sawah, berlian dan tabungan yang nggak habis hingga tiga turunan!” sahut Umi cepat dan agak keras.

“Pelankan suaramu, Um! Kamu jangan bikin kacau hubunganku sama Intana. Oke, jika itu yg kamu ingin. Kita ….”

“Eits, tidak sekaligus, Pak. Bertahap. Ntar orang mikir saya punya babi ngepet. Tiba-tiba kaya, semua punya. Saya maunya satu-satu, biar yang Bapak kasih ada kualitasnya. Ogah dong, kalo dikasih rumah reot, mobil bekas, atau cuma sawah sepetak …?” ucap Umi lirih sambil mengelap tangan. Segala cucian pecah belah pun selesai.

“Kamu ingin memeras aku?! Jangan kurang ajar, jangan keterlaluan, Um!” sambar Daehan dengan suara keras ditahan. Ingin sekali menabok muka bengap Shanumi yang gelap. Geram dan muak sekali rasanya.

Shanumi bukan tidak tahu perasaan lelaki itu terhadap dirinya. Tetapi sengaja, sejauh mana kesabaran dan tanggung jawab lelaki itu akan ucapan dan janji yang terlanjur disanggupi sebelum terpaksa menikahi.

“Baiklah, Um. Aku tak sanggup lagi bersabar melihatmu. Satu jam lagi, Aku akan pergi. Rapikan apartemen dan bersihkan. Pagi-pagi aku kembali, kuharap kamu sudah tidak ada lagi di apartemen ini.” Daehan bicara yakin dan tegas. 

Melihat Umi yang burik dengan gaya sok jual mahal, bisa membuat mental Daehan terganggu. Dirinya tidak ingin hilang kendali akibat amarah yang meledak sebab tak bisa ditahan lagi.

“Anda mau ke mana? Jadi … saya diusir?” respon Umi setelah sempat termenung.

“Bukan urusanmu. Aku tidak mengusir, tetapi memecatmu.” Suara Daehan penuh penekanan. Menahan emosi yang mudah tersulut jika menatap wajah Shanumi. 

“Anda tidak kapok-kapok ya, Pak. Sudah kena kemarin dengan saya, sekarang berduaan lagi bersama perempuan lain. Nggak takut kena tangkap lagi?” tanya Umi sengaja. Mungkin Daehan akan bertambah marah. 

“Bedalah, aku dan dia memang akan menikah. Lagipula satu jam lagi kami akan ke bandara. Dia gadis berkelas, suka terbang ke luar negara.” Daehan berekspresi santai tetapi remeh pada Shanumi. 

“Oh jadi begitu… padahal Bapak udah berumur, usia tiga satu itu nggak muda lagi lho, Pak. Kenapa tunangan doang, nggak nikahan aja? Bermakna tunangan anda tuh egois. Bisa jadi juga punya serepan di negara orang.” Umi sengaja memanasi. Lumayan bisa membalas mulut Daehan yang selalu pedas padanya. 

“Umi, jaga mulutmu! Udah bengkak, julidnya nggak kira-kira. Intana tidak akan seperti itu, dia berpendidikan dan berwawasan. Dari keluarga baik-baik!” sembur Daehan kesal. 

“Kalo berwawasan, harusnya paham gimana keadaan calon lakinya. Dijaga… bukan ditinggal-tinggal ke luar negara!” timpal Umi lagi. 

“Tutup mulutmu! Jangan ngomong lagi kamu! Tahu dirilah sedikit!” Daehan menyentak Shanumi sengit. 

Gadis itu bungkam. Serta merta menyadari jika ucapan Daehan ada benarnya. Memang, dirinya pun siapa? Hanya asisten rumah tangga yang dipecat. Bahkan diusir pulak! Dirinya gagal mendapat legalisir kerja yang bagus.

“Maaf, Pak. Baiklah, saya ini lancang. Janji, saya akan pergi besok pagi. Saat anda buka mata, saya pastikan udah ngga ada lagi Umi di sini.” Shanumi bicara sungguh-sungguh. 

“Bagus! Terima kasih pengertianmu. Aku sudah membayar gajimu di awal. Aku juga siap menerima lima permintaanmu. Jangan lama-lama, aku ingin cepat bebas dari hubungan apa pun denganmu! Juga jangan lupa, ini rahasia. Tamat hidupmu jika kejadian di hotel barusan sampai bocor! Paham, Um?”

Daehan berbicara sambil melirik lagi ke pintu kamar sekilas. 

“Siap, Pak. Paham.” Shanumi menjawab singkat sambil mengangguk dan ikut melirik. 

“Eh, Um … saranku, cepetan kelarin urusan permak mukamu. Kurasa untuk tubuh, kamu udah bisa dibilang sukses sedot lemak, atau itu juga hasil operasi dan permak?” tanya Daehan sambil menelusur seluruh badan Umi dengan tatapan mencemooh. 

“Jangan menuduh sembarangan, ini bukan hasil …!” protes Shanumi terpotong. 

Daehan telah berbalik dan melangkah pergi. Pintu kamar yang beberapa kali dilirik tadi tiba-tiba terbuka. Ada Intana menyembul dari dalamnya. Sudah bertukar baju berbeda dari yang dipakai saat datang. Baju tunangan panjang telah berganti baju sangat seksi. 

“Sudah siap, Tan?” tanya Daehan. Mereka saling berhadapan di depan pintu. 

“Ini udah mepet, Mas. Gimana sih!” ucap Intana dengan nada manja. Melirik pada Shanumi sekilas. Merasa heran, kenapa dirinya sangat tidak suka pada asisten rumah tunangannya. 

“Mas… aku ingin jika datang ke sini, jangan dia pembantumu. Yang lain aja…,” ucap Intana. Matanya memandang Shanumi sinis. 

“Itu perkara mudah. Biar jadi urusanku. Sekarang kita berangkat ke bandara. Ntar kamu telat.” Daehan berbalik dari pintu kamar. 

Menyambar koper di samping sofa serta kunci dan dompet dari atas meja. Intana membuntuti tunangannya dengan santai. Melirik lagi ke dapur. Tidak ada lagi Shanumi di sana. 

“Tidak sopan. Juragan mau keluar, bukannya buka pintu, malah tiba-tiba ngilang. Dasar nggak ada akhlak!” rutuk Intana lirih. 

Namun, Daehan mendengar. Serta merta melirik ke tempat Shanumi tadi berdiri. Perempuan itu sudah tidak ada di seluruh area dapur. Ke mana dia, tanya Daehan dalam hati. 

🍓

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 5

    Shanumi telah meluncur ke dalam kamar yang sempat diwariskan sopir, Agung padanya. Mengemasi barang yang tidak banyak untuk rapi kembali ke dalam tas. Perasaannya kini tidak terjabar. Antara lega dan puas, sebab dengan gaji penuh dirinya terbebas dari tugas. Juga bersit terhina sebab Daehan sama sekali tidak menganggapnya. Bukan sebagai istri, tetapi telah menolaknya sebagai pekerja. Meski burik, mungkin Daehan masih bisa menerima Shanumi terus bekerja jika tidak terhasut oleh ucapan Intana. Entah sedalam apa cintanya pada si tunangan hingga setunduk itu.Yang jelas, Intana adalah wanita bermulut madu yang beracun. Berlidah belut yang licin di mata Shanumi. Terbukti bagaimana Intana meyakinkan pada petugas jika kerusakan mobil mewahnya bernilai puluhan juta untuk biaya servis. Padahal tidak seberapa. Hanya beberapa goresan yang sama sekali tidak menyebabkan bekas cacat. Garit gores itu bisa dipoles cepat dengan dibawa ke bengkel servis mobil profesional. Namun, tetap Shanumi juga y

    Huling Na-update : 2024-12-05
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 6

    Celana abu muda menggantung di mata kaki berpadu atasan blouse putih, membuat penampilan Shanumi terlihat segar, elegant dan cerah. Rambutnya diikat tinggi dengan wajah berpoles tipis menarik. Meski kesan bengkak masih menyisa, kecantikan raganya tidak bisa ditutupi. “Sudah minum suplemenmu, Shan?” Yena menghampiri Shanumi di kursi dapur. “Sudah, barusan. Thanks, Yen.” Shanumi yang barusan berbincang dengan pegawai dapur, mendekat dan duduk di dekat Yena. Menerima segelas lemon madu hangat dari sang karib dan meminumnya hingga tandas. “Meski wajahmu belum pulih, cantikmu mulai kembali, Shan. Semangat, ya. Jika nggak menang dan wanita itu datang minta uang, pakai aja duit kafe. Sisanya kita kejar…,” ucap Yena membujuk. Iba jika Shanumi sebenarnya tertekan dan banyak yang dipikir. “Jangan, aku nggak mau ngusik dana kafe. Takut tiba-tiba sepi dan ngaruh ke gaji mereka. Pasti ada dana dari pintu lain. Kamu jangan risau, Yen.” Shanumi berkata sambil meletak gelas kosong di meja sebela

    Huling Na-update : 2024-12-23
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab. 7

    Shanumi melambat langkah dan segera memutar lewat pintu belakang ruko. Dadanya kembali tidak aman dengan degub jantung lebih kencang. Bagaimana tidak… Daehan terlihat duduk makan dengan santai di kafenya! Meski sadar sebab dibawa Intana, rasa teruja tetap ada. Seorang pembesar hotel berbintang datang ke kafe sekecil ini. Bahkan disinyalir oleh Yena, lelaki tampan itulah pemiliknya. Yena jauh lebih lama dari Shanumi tinggal di Surabaya. Apalagi letak kafe ini cukup dekat dengan Hotel Rasyid di jalan yang sama, Jalan Pahlawan. Pasti ucapan Yena bukanlah asal dan karangan. Fakta …?!Bersit serakah, peluang dalam kesempitan dan pemerasan pada Daehan kembali berkelebat di kepala Shanumi yang memang tidak berkerudung. Bukan salahnya, tetapi sebab Intana yang arrogant dan janji lelaki itu terhadapnya. Jadi, tidak salah jika ini adalah kesempatan emas yang musti diambil. “Shan… tolongin, Shan. Lemes akunya…!” seru Yena saat sampai di lantai atas. Dia sempat melihat Shanumi datang lewat pin

    Huling Na-update : 2024-12-24
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 8

    Dari peserta paling ujung sebelah kiri, bergiliran membawa baki berisi semangkuk kecil masakan ke meja Daehan. Lalu berdiri di hadapan sampai pria terhormat itu puas mencicipi dan kemudian menyuruh pergi. Hingga kini tiba giliran Shanumi. “Terima kasih sudah diberi kesempatan, Pak. Semoga berkenan dan harap dipertimbangkan hasil olah tangan saya.” Shanumi mundur dan bicara setelah meletak mangkuk sotonya di hadapan Daehan. Lalu melangkah ke belakang lagi dan berdiri menunggu tanpa melirikkan mata pada Intana. Terlihat tenang, padahal dalam dada jumpalitan. Daehan seperti tersedak, tetapi tidak mampu menghentikan suapan soto yang terasa nikmat dan segar itu sampai di tetes terakhir. Sempat memandang gadis cantik di depannya dan merasa heran. Kenapa tidak tampak terkejut atau menunjuk perilaku pernah melihat Daehan sebelumnya? Tidak mungkin gadis itu lupa bahwa dirinya, owner Hotel Rasyid adalah kekasih Intana yang selalu bersikap tidak ramah padanya. Daehan menilai jika Shanumi a

    Huling Na-update : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 9

    Shanumi yang mendapat hantaman keras dan mengira jika dirinya akan terjengkang, ternyata tidak. Daehan telah menangkap cepat punggungnya. Harum wangi dari badan besar dan tinggi telah melenakan sesaat. Dua badan beda gender itu terlihat seperti saling peluk sebelum sama-sama menjauhkan diri tergesa. Shanumi benar-benar merasa degub kencang dan gugup. “Anda ini kenapa?” tanya Shanumi ketus tetapi salah tingkah. Lelaki itu menatapnya tenang seperti tidak terkejut. “Aku lupa membawa dompetku… tetapi kamu tiba-tiba berbalik. Jalanmu cepat nggak lihat haluan. Aku nggak sempat menghindarimu.” Daehan bicara tenang sambil bergeser mendekat ke meja dan menarik laci. “Ini kartu namaku. Daripada kamu nyesel nggak nyimpan nomorku,” ucap Daehan sambil mengulurkan selembar kartu nama. Shanumi menerima tanpa kata. Pria itu kembali berlalu meninggalkannya. Seperti tidak ada dompet yang diambil Daehan dari laci, hanya mengambil selembar kartu yang kini digenggamnya. “Memang. Dia pengertian juga…

    Huling Na-update : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 10

    Shanumi pergi ke kamar dan merebah lelah. Kaki sudah dia cuci pada air kran di luar sebelum masuk. Untuk shalat isya yang masih tertanggung sedang direncana agak belakangan. Yang penting baginya pasti kontan. “Padahal kelakuan Intana keterlaluan, tapi Daehan muji-mujinya padaku kelewatan. Hemmm, berwawasan dan berpendidikan konon. Tapi selingkuh…,” ucap Shanumi dengan pandang menerawang di plavon kamar.Jadi agak merasa iba pada Daehan. Pria yang terlihat sempurna dengan kesuksesan dunia, ternyata tega dikhianati wanita yang dicinta. Apa kecurangan Intana sama sekali tidak terendus? Begitu sibukkah Daehan, hingga Intana merasa kesepian? Tapi mereka belum menikah, jika sudah bersedia harusnya memahami. Padahal juga sering terlihat berduaan, masih saja merasa kurang perhatian. Harusnya Intana paham jika Daehan sangat sibuk. Ah, itu alasan Intana saja. Bukankah Erick sebagai seorang pilot pasti jauh lebih sibuk juga? Kesibukan dan keminiman waktu yang dimiliki Ericklah satu penyebab

    Huling Na-update : 2024-12-25
  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 11

    Mata tajam bak elang itu tengah menatap dalam di wajah Shanumi. “Anda… sudah tahu bahwa saya adalah …,” ucap Shanumi tercekat. Meski sudah menduga, tetapi saat Daehan bicara menyindir, rasanya terkejut. “Shazleen Shanumi, kamu pikir aku sudah pikun? Bahkan namamu pun sudah membuatku seperti trauma.” Daehan berdiri dan merendahkan pandangannya pada Shanumi. “Jika saya bikin Anda trauma, tapi kenapa justru diminta di sini? Kenapa tidak didish saja dari sebelum lomba kemarin? Malah juara, meski sudah dicurangi…,” ucap Shanumi tahu diri. Tidak lupa jika Daehan memang tidak ingin melihat sosoknya lagi. “Aku tidak sebrutal itu. Bukan salahmu. Lagipula kamu berhak dengan pendidikanmu yang cukup tinggi. Sayang jika seorang sarjana hanya jadi kasir di kafe kecil. Kasihan ortumu.” Daehan bicara tenang. Tidak sinis dan tidak terlihat kesal. “Lah, yang penting kan halal, bukan jual diri. Sekarang, saya malah jadi pelayan orang. Demi uang…,” ucap Shanumi iseng, bukan tak paham maksud Daehan.

    Huling Na-update : 2024-12-26
  • Istri Perawan Disangka Janda   12

    Beberapa hari ini Shanumi ingin menghubungi sang ibu. Namun, selalu gagal sambung yang membuatnya resah dan galau. Terlebih, ada hal penting yang harus dia sampaikan secepat mungkin. “Assalamu'alaikum, Buk!” seru Shanumi lega saat dial-nya tersambung kali ini, di hari yang ke empat. “Aku baik-baik saja. Ibuk bagaimana? Kenapa jaringan mati terus? Habis baterai atau di luar? Kenapa nggak isi data?!” tanya Shanumi bertubi pada sang ibu di seberang di Kota Batu. Ternyata ada masalah pada sambungan wifi rumah sebab angin kencang yang mengguncang kawasan Batu dan Malang beberapa hari belakangan. Sedang ibunya tidak ingat membeli kuota paket data. Shanumi pun lalai tidak mengisikan. Pulsa biasa pun, mereka sedang sama-sama tidak punya. Hanya kuota data yang Shanumi ada. “Buk, ada hal penting… aku nggak jadi ingin ketemu Mas Erick. Jangan jadi bilang di mana alamatku, ya. Bilang terus kalo aku belum ngasih alamatku. Ya, Buk…,” ucap Shanumi resah. Gadis itu berjalan mondar mandir di ruang

    Huling Na-update : 2024-12-26

Pinakabagong kabanata

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 185

    Kamar luas itu lengang tanpa ada orang yang dicari. Ke kamar mandi juga tidak ada. Sekilas ponselnya tergeletak di atas meja. Menyangka Osara sedang dalam kamar mandi. Tetapi, setelah menunggu sesaat, tidak ada gelagat orang di dalam kamar mandi. Daishin mendekat. Pintu tidak dikunci. Dibukanya perlahan, yang dicari memang tidak di dalam. Daishin berbalik cepat dan melewati pintu kamarnya. Segera pergi ke dapur dan sekilas melihat Clara sedang asyik makan siang sendirian di meja makan. Daishin keluar melewati pintu belakang. Berharap Osara sedang menikmati semilir angin siang di gazebo belakang. Jika iya, bermakna istrinya suka berdiam sendirian di sana. Itu lebih baik daripada di kamar dan menangis. Merasa seketika jadi lega. Bukan di gazebo, tetapi sedang berjongkok di balik rimbunan bambu kuning. Osara terlihat memetik sesuatu. Begitu sibuk hingga tidak tahu sudah ada orang di belakangnya. “Sedang apa, Osa? Ayo makan dulu.” Daishin menegur pelan. Meski terkejut, Osara tid

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 184

    Mendengar penuturan Clara, rasa hati kian nelangsa dan kecewa. Betapa brengsek memang kelakuan Daishin. Penggila wanita yang tak punya rasa iba. Hanya menjadikan setiap partner sebagai sarana dan objek penyalur fantasinya pada Sazlina. Lebih buruk lagi, sepupu sendiri juga dipakai. Padahal bersama Clara sudah seperti saudara. Bisa-bisanya juga dibawa ke ranjang. Parah memang Daishin, kayak kehabisan wanita saja. “Manis banget anggurnya, kamu beli di mana, Osa?” usik Clara sambil menyodorkan keranjang anggur lebih dekat pada Osara. Perempuan cantik istri orang itu sudah lama terekur-pekur. “Iya, ya. Manis, Mbak.” Osara menanggapi setelah mencoba memasukkan lagi sebiji anggur ke dalam mulut. “Bukan aku yang beli, tahu-tahu sudah ada dalam situ. Kurasa Mama Hana sebelum kami datang. Rumah ini kan hadiah dari Papa Handy.” Osara menambahkan ucapannya. Kembali memetik dua biji besar anggur yang dia masukkan satu demi satu ke dalam mulut. “Enak ya, udah punya rumah.... Osa, aku bol

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 183

    Meski ditinggal tidak lebih dari semalam, hawa ruang terasa pengap dan berbau seperti serbuk pasir. Juga terasa lembab dengan udara hangat tetapi bukan berangin yang segar. Jasa bersih dan kemas rumah lokalan sudah Daishin hubungi sebelum mereka sampai di pintu pagar. Sambil menunggu, semua ventilasi rumah juga telah di bukanya. “Sebenarnya aku suka dengan kamar yang itu…,” ucap Clara seperti bergumam. Daishin terusik dengan ucapannya. “Sudah kubilang, itu kamarku dan Osa. Sebaiknya kamu tidak perlu mengeluh, Cla. Gunakan saja kamar itu. Boleh juga tidur di sofa. Atau kamar di belakang. Asal jangan numpang di kamar kami.” Daishin menegur pedas sambil menyibak gorden yang terakhir. “Aku cuman bilang, gak minta… panjang amat ngomelnya.” Clara mengoreksi teguran itu sambil menyeret koper menuju ke kamar sebelah. Daishin melirik sambil menggeleng kan kepalanya. Osara yang sudah di kamar dan sempat ada sedikit drama saat Clara bilang menyukai kamarnya ini, sedang membongkar isi koper u

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 182

    Perjuangan sang lelaki berhasil meski Osara sempat memekik terkejut. Sedikit sakit tetapi tidak sangat. Sebelum Daishin kembali mendayung perlahan dan cepat. Membawa menyisir rawa-rawa surga begitu lama yang nikmat tiada tara. Hingga keduanya sampai di destinasi dengan setengah kesadaran. “Aaah, Shiiiin!” “Aaa arrrggghhh…. Sazlina!” Osara yang tengah mengawang dengan setengah siuman terkejut. Siapa yang disebut Daishin barusan. Apa telinganya salah mendengar? , 🍒 Tidak, bukan salah dengar. Tubuh berat yang semula mengejang dan bergetar, seketika mematung. Bahkan napas yang memburu, tiba-tiba tidak terdengar hembusnya. Lelaki itu sedang kalut dan tegang sebab menyadari kefatalan ucapannya sendiri. Apa yang didengar membuat sakit perasaan. Meski sadar diri tidak dipuja, sekadar dinikahi tanpa dicinta, tetap saja merasa terhina dan kecewa. Tega sekali Daishin melukainya. Tidak mungkin lelaki itu tidak mengerti jika menyebut nama wanita lain, apalagi di saat seperti ini, sangatl

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 181

    Lelaki yang terakhir terlihat beraktifitas merebah di sofa tiba-tiba berpindah duduk di sisi ranjang. Osara menahan rasa terkejut melihatnya saat melepas mukena. Buru-buru disimpan bersama sajadah agar segera dapat berbicara. Osara merasa kikuk saat menghampiri ranjang dari menyimpan mukena di koper. Membalas tatapan elang Daishin yang hangat dan sayu. Ternyata bukan rasa kesal yang terbaca di wajah tampan itu. Tetapi… nafsu! “Kenapa tadi tidak menunggu shalat bareng?” tanya Osara pelan yang tidak ingin memancing keributan. “Kenapa tidak langsung bilang bagaimana hasil tes urinemu? Jangan main-main, Osara. Meski aku terlihat abai, tetapi aku sangat memikirkannya. Jika sampai kamu hamil duluan, aku jugalah yang akan menanggung akibatnya.” Daishin berbicara tegas dan serius. Osara tidak menyangka akan sedalam itu pemikiran Daishin. Bersyukur lelaki itu menyadari dan pasti akan menjadi seorang ayah yang bertanggung jawab. Sesuai sebagai anak lelaki Papa Handy. Buah jatuh tidak jauh d

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 180

    Lelaki pemeluk wanita itu menggeliat dan membuka mata. Sayup adzan terdengar mengalun dari toa di Masjid Camii. Salah satu masjid istimewa di Jepang yang mendapat izin resmi dari pemerintahan untuk mengumandangkan seruan adzan. Daishin melonggarkan pelukan. Menyadari yang semalaman tidur dengan posisi memeluk punggung Osara hingga rasa badan sedikit kaku. Direnggangkannya bahu, punggung, pinggang dan tangan ke kanan dan ke kiri. Tetapi gerakannya tidak mengusik Osara sedikit pun. Usus besar di perutnya yang rutin melilit tiap subuh membuat bangun seketika. Sempat mengambil selimut di bawah kaki untuk ditutupkan pada Osara. Juga menurunkan baju tidur atasan yang tersingkap sebab ulah tangannya sebelum bisa tidur semalam. Daishin samar tersenyum sambil berjalan terburu ke kamar mandi. Keinginan mengulangi, untuk sementara terpaksa dihempas lagi. Istri amanah dari orang tua akibat ulah sendiri, masih terbuai nyenyak dalam mimpi. Meski sempat iba, tetapi bisa jadi rasa iba hatinya a

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 179

    Daishin dan Osara duduk di sofa dan saling berhadapan. Menikmati sekeranjang anggur hijau dan merah yang dijamin sudah dicuci bersih plus sterill. Mereka mengobrol dengan hangat yang sambil saling tanya jawab. "Jadi, sebaiknya kapan kita pulang dan membawa Clara ke rumah, Shin?" tanya Osara sambil memasukkan sebuah anggur super besar ke dalam mulut. Sesaat, penampakannya sungguh terlalu dan pemicu lelaki yang memandang untuk saling perang bibir. "Menurutku besok saja bagimana? Biar cepat datang, lalu cepat pulang." Daishin sungguh bersikeras tanpa rasa segan. Dirinya memang lelaki yang tidak suka basa basi. "Kan menginap, Shin. Mana bisa cepat-cepat? Tidak mungkin pun mengusirnya ...." Osara mengeluh dengan penuh maksud. "Sebenarnya aku semakin galau, Sa. Bagaimana jika dia berbuat yang tidak-tidak padamu? Sedang aku...," Daishin terlihat bimbang dan ragu-ragu. "Sedang kamu, kenapa lagi? Mau ke mana?" sambar Osara curiga. Muka Daishin terlihat galau sambil menimang pon

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 178

    Wajah cantik tanpa celanitu menatap melas dan sendu pada Osara. Merasa ini sungguh simalakama untuk menjawabnya. Daishin pun hanya bungkam menatapnya."Baiklah, jika kamu sangat ingin, silahkan saja, Mbak.” Osara akhirnya membolehkan. Merasa serba salah sebetulnya. Ingin menolak tetapi tidak tega. Meski seingatnya, Clara adalah model senior kelas atas yang sombong kala itu. “Osara, apa kamu tidak salah? Sudah kamu pikirkan sungguh-sungguh. Rumah itu bukan milikku, tetapi sudah milikmu. Itu privasimu. Jika keberatan, kamu bisa menolak,” ucap Daishin, terkejut dengan keputusan Osara yang tidak disangkanya. “Kenapa, Mas? Kamu tampak keberatan. Osara, terima kasih, ya. Kapan kita ke rumah kalian?” tanya Clara yang begitu bersemangat. Abai akan picingan mata Daishin padanya. “Itu akan kami kabarkan padamu, Cla. Sebab kami sedang berbulan madu di sini. Bisa jadi kami akan sedikit lama menginap di sini. Sekarang, sebaiknya kita segera makan. Sudah sangat malam. Makanlah, Osa.” Daishin men

  • Istri Perawan Disangka Janda   Nab 177

    Daishin tidak berhak melarang saat Clara memutuskan menginap di hotel yang sama. Tidak juga menolak saat sepupu sangat jauh itu meminta ditemani dari mendaftar di lobi hingga selesai proses check-in. Namun, sebab sangat mengerti watak manjanya, Daishin hanya bersedia menunggu di lobi. Sebab Clara pun ingin bergabung untuk makan bersamanya. “Itu sepupu yang bagaimana?” tanya Osara enggan. Tetapi ingin tahu. “Sepupu sangat jauh. Aku adalah sepupu Mas Daehan dari pihak Mama Hana. Sedang Clara adalah sepupu Mas Daehan dari pihak Papa Samuel. Sama dengan Mas Khaisan. Namun, Clara dan Mas Khaisan juga sepupu jauh. Yang jelas, kami semua punya hubungan sepupu saling jauh.” Daishin sambil tertawa kecil. Merasa dirinya pun bingung dengan status sepupu_an tetapi berjauhan. Berkat rumah Khaisan lah mereka disatukan seperti saudara di bawah naungan atas nama Mama Hana dan Papa Samuel. Padahal saat kecil, mereka tidak peduli dengn status sepupu. Yang dipaham adalah mereka saudara dalam seb

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status