Selalu dihina dan direndahkan oleh seluruh anggota keluarga karena menikah dengan lelaki miskin. Cani justru mendapatkan kehidupan yang luar biasa. Namun, Hal tersebut justru makin membuat ibu tiri dan adik Cani tidak senang. mereka berusaha untuk merengut kebahagiaan Cani. Mampukah Cani dan Han mempertahankan rumah tangga mereka? Dan, bisakah Cani menerima sosok Han yang sebenarnya?
Lihat lebih banyakHime keluar dari lift yang langsung menuju ke ruangan makan. Ia tersenyum begitu melihat Marci yang sedang duduk nyaman di salah satu kursi.“Sarapan apa hari ini?” tanya Hime menghampiri Marci.“Koki masak nasi goreng,” jawab Marci.Hime menganggukkan kepala sambil duduk di samping Marci.“Nasi goreng, makanan favoritku,” ucap Hime basa-basi.“Tapi, tidak untuk sarapan. Terlalu berat,” balas Marci.Hime melihat piring Marci yang berisi telur, dan kentang rebus.“Kamu masih menjaga pola makanmu? Wah, kamu mengagumkan.” Hime mencibir Marci.“Tidak ada yang mencintai tubuhku, sehebat aku,” timpal Marci.Hime tertawa kecil mendengar perkataan Marci.“Kamu masih muda. Tidak perlu terlalu berlebihan,” balas Hime menggelengkan kepala, heran dengan gaya hidup Marci.“Nikmati saja hidupmu,” tambah Hime mengambil satu centong nasi ke piringnya.“Kamu lah yang harus menikmati hidupmu, selagi kamu tinggal di sini,” sahut Marci.“Negara ini sangat aman, dan menyenangkan,” terang Marci.“Bagiku, t
Tak perlu menunggu waktu lama. Anak buah Marci datang dengan membawa pesanan Marci. Yakni sebuah ponsel baru, dan rekening untuk Victory.“Kamu boleh pergi,” ucap Marci meminta anak buahnya untuk keluar dari kamar Victory.Marci menyerahkan ponsel yang masih terbungkus Box, menandakan jika ponsel itu memang masih baru.Mata Victory berbinar saat membuka box ponsel. Ia tak menyangka, akan memiliki ponsel mahal ini.“Kita memiliki ponsel yang sama,” kata Marci.Seperti biasa, Marci selalu menebar senyuman.Karena Victory sudah kebal dari senyuman palsu Marci, Victory jadi bisa bersikap biasa saja. Tidak seperti dulu yang selalu terpesona setiap kali Marci tersenyum.(“Kepalaku pusing. Aku ingin pergi tidur. Kamu bisa pulang?”)Marci agak kecewa saat Victory mengusir dirinya. Namun, Marci tak mungkin memaksakan kehendaknya.“Sepertinya, kamu memang harus beristirahat. Aku sudah terlalu lama di sini. Aku pulang dulu,” pamit Marci.Sebenarnya Marci tak rela meninggalkan Victory. Ia masih i
Hari demi hari berganti tanpa terasa. Victory seakan menikmati segala perhatian yang ia terima dari Cani maupun Han. Sepasang suami-istri itu memperlakukan Victory dengan begitu baik.Sekarang Victory sedang asyik bermain game di ponsel Cani yang ia bawa. Victory hanya sendirian di dalam kamar. Suster yang menjaganya sedang keluar entah ke mana. Victory tak mau ambil pusing. Yang penting ia aman.Pintu kamar terbuka, Victory pikir itu suster yang menjaganya. Namun, tebakkan Victory salah besar. Orang yang kini telah berdiri di depannya adalah Marci. Pria yang paling dibenci Victory.“Aku membawakan jus buah kesukaanmu. Kamu bisa meminumnya kapan pun,” ujar Marci meletakkan bungkusan di atas meja di samping ranjang.(“Di dalam minuman itu ada racunnya, ya?”)“Tidak ada racunnya. Aku membelinya di restoran. Aku tidak membuatnya sendiri,” jelas Marci.Marci duduk di sisi ranjang Victory, tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada Victory.(“Aku tidak suka kamu di sini. Kamu mau ngapain?”)
“Senang mendengarmu telah memiliki pengganti Victory,” celetuk Cani. Lebih terengar sarkas.“Kamu sudah ada pendamping baru?” Hime pura-pura terkejut.“Padahal aku ingin memperkenalkanmu ke salah satu temanku,” imbuh Hime seakan menyayangkan Indra yang telah memiliki kekasih baru.Indra tertawa kecil mendengar ucapan Hime.“Itu semua bisa diatur, Nyonya Hime. Sekarang, bagiku wanita tidaklah penting,” tandas Indra.Indra menatap tajam Cani, kemudian beralih pada Hime.“Aku akan mengganti wanita yang ada di sisiku jika aku sudah bosan,” kekeh Indra.“Kalau prinsipmu seperti itu, kamu bisa terkena penyakit,” seloroh Hime.“Penyakit bisa diobati. Jangan seperti orang susah,” timpal Indra tak mau ambil pusing.“Indra, aku sangat tahu bagaimana rasanya dikhianati,” ucap Hime.“Masak? Sepertinya Marci tipe pria yang setia,” sahut Indra tak percaya.Hime buru-buru berkelit, dan mengatakan jika bukan Marci yang dimaksud olehnya.“Pria lain sebelum Marci,” tandas Hime.Indra menganggukkan kepa
“Cani, pertanyaanmu itu aneh. Hubunganku dengan Victory sudah lama berakhir. Tentu saja aku tak memiliki perasaan apa pun padanya,” jawab Marci.Marci agak tercekat saat berbicara. Seakan kalimat yang ia ucapkan sangat sulit keluar dari bibirnya yang tipis.“Syukurlah ... Aku tidak ingin Victory dibenci Mbak Hime lagi.” Cani bernapas lega.“Bagaimana pun juga, dalam sebuah perselingkuhan, tak hanya pihak wanita yang bersalah,” terang Cani seperti memberi nasihat pada Marci.“Aku mengerti, Cani. Kamu jangan salah paham dulu. Aku hanya ingin mengetahui kondisi Victory. Tidak lebih dari itu,” tukas Marci meluruskan.“Baiklah, kalian boleh mengobrol berdua. Tapi, jangan lebih dari tiga puluh menit ya.”Meskipun diliputi keraguan, Cani tetap memberi Marci kesempatan untuk berbincang bersama Victory. Lagi pula, uang yang Cani dapat berasal dari Marci.“Kamu tenang saja, aku tidak suka mengingkari janji,” balas Marci.Marci masuk ke dalam kamar di mana Victory berada. Rupanya, Victory tak ti
"Sayang, kamu mempertanyakan pertanyaan aneh." Han enggan menjawab. "Enggak aneh kok, Mas. Emang, Mas Han beneran bukan asli orang sini?" Cani malah memperjelas dugaannya terhadap Han. "Tampang suamimu memang terlihat seperti orang dari negara latin. Tapi, Cani, suamimu tetap suamimu," sahut Hime geregetan. "Maksud, Mbak Hime apa?" tanya Cani bingung. Jawaban Hime justru makin membuat Cani merasa aneh. "Perasaanku nggak enak, Mas. Kayak ada yang janggal," ungkap Cani menyentuh dadanya. “Cani, otakmu sudah konslet gara-gara kebanyakan mikirin Victory. Sampai ada yang janggal segala.” Sosor Hime. “Biasanya kamu kalau pusing ‘kan pergi sembayang. Kayaknya kamu kurang mendekatkan diri sama Tuhanmu. Mangkanya perasaanmu nggak enak terus,” terang Hime. “Iya, Mbak. Pasti karena aku kurang berdoa akhir-akhir ini.” Cani menelan mentah-mentah pendapat Hime.
“Dari mana Victory mendapatkan uang sebanyak tiga miliyar rupiah?” kata Cani cemas. “Itu bukan urusanku,” sahut Indra. “Victory yang mengajukan perceraian. Victory harus membayar kerugian,” tandas Indra kemudian. “Aku mengerti. Tapi, tiga miliyar, bukankah terlalu berlebihan?” tanya Cani seakan meminta keringan dari Indra. “Tentu saja tidak berlebihan. Justru tiga miliyar masih terhitung kecil. Kamu mau aku menambahkan nominalnya?” gertak Indra. “Dengan uang tiga miliyar rupiah, kamu bersedia mengakhiri pernikahanmu,” tutur Hime kembali mengambil alih arah perbincangan. Indra tersenyum ke arah Hime. “Uang itu tidak banyak bagimu, Nyonya Hime. Kamu bisa meminjamkannya dulu kepada Victory,” saran Indra. “Indra, kamu berniat untuk memerass Mbak Hime?” tuduh Cani. Indra tertawa lalu berkata, “Lihatlah wan
“Apa? Surat perceraian dari Victory?” Indra tertawa keras. Menertawakan keputusan Victory yang ingin berpisah darinya. “Dasar wanita tidak tahu terima kasih. Sudah dibaikin, malah ngelunjak,” geram Indra. “Victory itu wanita yang tidak punya harga diri. Aku sudah mengangkat derajatnya. Tapi, apa balasan yang adikmu berikan padaku? Hanya sebuah penghianatan,” sembur Indra jengkel. “Peng-penghianatan?” “Ya! Adikmu sangat menjijikkan. Berkali-kali dia tidur dengan banyak pria di belakangku,” dengus Indra. Indra kesal mengingat kelakuan bejat Victory. Hati Indra juga masih sakit. Luka yang diakibatkan oleh Victory tak ‘kan pernah bisa sembuh. “Victory tidak mungkin seperti itu,” lirih Cani. “Sudah aku duga, kamu tidak mungkin percaya begitu saja. Maka dari itu, aku tetap menyimpan bukti,” kekeh Indra. Ind
“Mas Han, tolong peluk Victory,” pinta Cani menarik kecil ujung kemeja Han. “Sayang, aku belum mandi. Badanku bau. Kasihan Victory, nanti bisa pingsan nyium aromaku,” tolak Han secara halus. “Kok tadi sempat peluk aku, Mas?” “Kalau itu beda lagi, Sayang. Kamu ‘kan istriku,” kelit Han menarik Cani ke dalam pelukannya lagi. “Mas! Jangan gini, ah!” Cani berusaha melepaskan diri. Namun hasilnya nihil. Victory cemburu menyaksikan interaksi antara Cani dan Han. Apalagi saat melihat senyuman mengembang di wajah cantik Cani. Makin bikin Victory geregetan. Victory melempar buku yang ia bawa. Tindakan Victory mengejutkan, sekaligus menghentikan aksi Han dan Cani. “Victory? Kamu kenapa?” Cani khawatir. Cani menghampiri Victory, mencoba menenangkan Victory yang menangis lagi. “Victory?” Cani menangkup kedua pipi
"Lihat! Siapa yang datang?" seru Bu Helena. Cani dan suaminya berjalan mendekati Bu Helena. Seperti biasa, Cani langsung mencium punggung tangan sang ibu. Namun, ketika suami Cani ingin menyentuh jari Bu Helena. Wanita itu langsung menarik tangannya, sambil melempar tatapan jijik ke arah sang menantu. "Aduh! Ngapain sih, Mbak! Kamu pakek datang segala? 'Kan sudah kubilang, enggak usah datang! Sebenarnya kamu baca pesan grup WA atau enggak sih?" cerocos Victory. Bu Helena merupakan ibu tiri Cani. Sedangkan Victory adalah adik kandung tunggal bapak. Maksudnya, Victory dan Cani beda ibu. Namun satu bapak. Bu Helena menikah dengan ayah Cani, lalu melahirkan Victory. "Ya … Nggak masalah dong, kalau aku hadir. Aku pengen lihat adikku menikah," terang Cani tetap tersenyum. Victory berdecap. Dia mengalihkan pandangannya kepada Han, suami Cani. "Lagian ngapain, Mbak ke sini bawa gembel? Bikin malu saja," ucap Victory sambil menatap rendah Han. Meskipun Cani sudah tahu ju
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen