Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya

Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya

last update최신 업데이트 : 2025-04-19
에:  Kurnia연재 중
언어: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
6 평가. 6 리뷰
161챕터
7.0K조회수
읽기
서재에 추가

공유:  

보고서
개요
목록
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.

Selalu dihina dan direndahkan oleh seluruh anggota keluarga karena menikah dengan lelaki miskin. Cani justru mendapatkan kehidupan yang luar biasa. Namun, Hal tersebut justru makin membuat ibu tiri dan adik Cani tidak senang. mereka berusaha untuk merengut kebahagiaan Cani. Mampukah Cani dan Han mempertahankan rumah tangga mereka? Dan, bisakah Cani menerima sosok Han yang sebenarnya?

더 보기

1화

Bab. 01. Bawa Gembel Ke Pesta?

"Lihat! Siapa yang datang?" seru Bu Helena.

Cani dan suaminya berjalan mendekati Bu Helena. Seperti biasa, Cani langsung mencium punggung tangan sang ibu.

Namun, ketika suami Cani ingin menyentuh jari Bu Helena. Wanita itu langsung menarik tangannya, sambil melempar tatapan jijik ke arah sang menantu.

"Haduh! Ngapain sih, Mbak! Kamu pakek datang segala? Sudah aku bilang, enggak usah datang! Sebenarnya kamu baca pesan grup WA keluarga atau enggak, sih?" cerca Victory.

Bu Helena merupakan ibu tiri Cani. Sedangkan Victory adalah adik kandung tunggal bapak. Maksudnya, Victory dan Cani beda ibu, namun satu bapak. Dalam kata lain, Bu Helena menikah dengan ayah Cani, lalu melahirkan Victory.

"Ya … Nggak masalah dong, kalau aku hadir. Aku pengen lihat adikku menikah," terang Cani tersenyum ramah.

Victory berdecap. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Han, suami Cani.

"Lagian ngapain, Mbak ke sini bawa gembel? Bikin makin malu saja," ucap Victory sambil menatap rendah Han.

Meskipun Cani sudah tahu julukan itu untuk suaminya. Tapi dia tetap bertanya, "Siapa yang bawa gembel?"

"Kamu bawa gembel! Suamimu itu gembel. Pengacara, pengangguran banyak acara," hina Victory.

"Berapa kali harus aku katakan? Suamiku bukan pengangguran. Dia bekerja. Jadi, jangan memanggilnya begitu." Dengan sabar Cani memberi pengertian.

Kebencian Victory pada kakak iparnya yang miskin tak pernah padam. Kemiskinan itu bagaikan noda yang tak bisa dihapus dari pandangannya, mencemari setiap pertemuan mereka.

"Kamu pasti iri, melihat pernikahan adikmu yang mewah. Sedangkan kamu hanya menikah di KUA tanpa menggelar pesta resepsi." Salah satu kakak Cani mulai berkomentar.

"Aku sama sekali enggak iri. Waktu itu Bapak lagi sakit, dan nggak punya biaya buat gelar pesta pernikahanku," jelas Cani.

"Halah! Alasan! Mangkanya, kalau dibilangin itu nurut. Coba kamu mau menikah sama lelaki pilihan ibu. Pasti nasibmu nggak bakal kayak gini, Mbak," timpal Victory.

"Adikmu benar. Tapi sayangnya, kamu lebih milih menikah sama pemuda miskin, tidak berguna. Ketimbang sama juragan buah pilihanku," sambung Bu Helena.

"Aku percaya sama Bapak. Mangkanya aku enggak ragu menikahi Mas Han," tandas Cani.

"Batu banget kalau dibilangin. Padahal bukti nyata itu ada. Lihat hidupmu sekarang, engak kaya-kaya, kan? Buat makan aja susah," cibir Bu Helena.

“Sabar, Sayang,” bisik Han tepat di telinga Cani.

Hinaan membabi buta dari keluarga Cani membanjiri ruangan. Namun, Han tetap teguh, sesekali mengelus punggung tangan Cani, jari-jarinya seperti tali pengikat yang menahan Cani dari jurang keputusasaan.

"Gimana kalau kamu bercerai saja?" usul Bu Helena.

Cani menghembuskan napas. Kalimat itu lagi yang keluar dari bibir Bu Helena.

Ibu tirinya benar-benar tidak berkenan untuk menjaga perasaan Han.

"Maaf ya, Ibu. Aku nggak bisa bercerai. Aku sayang banget sama Mas Han," tutur Cani berusaha membela sang suami.

Cani mengelus lengan kekar Han sambil sesekali menyandarkan kepalanya pada pundak Han.

"Idih, mau muntah," ucap Victory memandang jijik kemesraan Han, dan Cani.

"Cari suami itu kayak aku, Mbak. Seorang pengusaha kelapa sawit yang sukses," ujar Victory membanggakan suaminya.

"Iya, aku percaya kok. Tapi suamimu tua, loh," celetuk Cani.

Kalimat yang dilontarkan Cani seperti racun yang menusuk jantung Victory. Ia tak akan membiarkan siapa pun menghina suaminya dengan sebutan "tua". Meskipun itu sebuah kenyataan.

"Heh! Suamiku itu masih berusia tiga puluh tahun! Dari mananya tua?" bentak Victory.

"Dibandingkan denganmu yang masih berusia sembilan belas tahun." Rupanya Cani tak mau kalah.

Karena Victory kesal dengan Cani. Wanita itu meminta ibunya untuk mengusir sang kakak.

"Aku baru sampai kok disuruh pulang?" Cani enggan untuk pergi.

"Mending kamu minggat. Daripada bikin onar," usir Bu Helena.

"Siapa juga yang bikin onar? Aku datang baik-baik," tukas Cani.

"Ada apa sih? Kok kalian berisik banget? Sampai kedengeran dari jauh."

Indra berjalan mendekat. Ia adalah suami Victory, pria yang dikabarkan memiliki kekayaan tak terhingga. Seorang pria matang yang memancarkan aura tenang yang memikat sekaligus menakutkan. Terkesan seperti batu permata yang indah namun menyimpan rahasia di dalamnya.

"Aduh, jadi malu. Ini loh, Mas. Mbak Cani datang bersama suaminya yang kere," terang Victory pada Indra.

"Oh ... Pantesan bikin heboh. Saudaramu norak semua ya, Dek?" Indra mencibir tingkah keluarga istrinya.

"Sifat dan sikap mereka berdua tak jauh beda. Pantas saja berjodoh," batin Cani menggerutu.

Indra beralih pada Han. Mereka pernah bertemu sebelumnya. Dan pandangan Indra terhadap Han tetap sama. Merendahkan.

"Datang ke acara mewah kayak gini. Tapi penampilanmu busuk banget, Han. Mikir lah pakek otak kecilmu." Seperti sebuah kebiasaan, Indra selalu mencela Han.

"Katanya berkelas. Tapi omongannya kayak nggak pernah sekolah," batin Cani kesal.

Berbeda dengan Cani yang geregetan pengen nampol wajah tua Indra. Han justru bersikap santai. Orang seperti Indra memang senang jika lawannya melawan.

"Yang aku pakai hari ini adalah baju terbaik yang aku miliki. Maaf jika tidak sesuai keinginanmu." Untuk pertama kalinya Han membalas perkataan seseorang di pesta ini.

"Sikapmu kayak orang berpendidikan. Padahal cuma tamatan SMP." Bu Helena mencibir Han.

"Biasanya orang seperti itu, suka berlagak layaknya old money," timpal Indra.

"Kalau dilihat-lihat, Mas Han emang sok cool selama ini. Padahal enggak punya duit," ledek Victory.

Gelak tawa saudara-saudara Cani menyambut penghinaan Victory terhadap Han, membentuk kontras yang menyayat dengan wajah Cani yang menegang. Ocehan Victory bagaikan pisau yang mengiris-iris harga diri Cani. Sementara tawa itu menjadi pengingat akan ketidakberdayaan Cani.

"Han, kamu sekarang bekerja di mana?" Pertanyaan Indra pada Han menghentikan tawa mereka.

"Masih di tempat yang sama. Menjadi satpam di pabrik sepatu," jawab Han tenang.

"Bukannya satpam gajinya dikit ya? UMR, kan? Mending kamu kerja jadi buruh di perkebunanku," tawar Indra.

Ajakan itu terdengar bagus. Namun, Indra mengucapkannya dengan nada mengejek. Sudah jelas jika Indra tak bersungguh-sungguh. Dan hanya ingin mempermainkan Han.

"Makasih atas tawarannya, wahai adik ipar tajir. Tapi sayang sekali. Kontrak kerja Mas Han masih panjang. Jadi nggak mungkin keluar, terus pindah ke tempat lain," sosor Cani.

Akhirnya atensi Indra teralihkan pada Cani.

"Mas, dia ini Mbak Cani. Mbakku yang nikah sama cowok homeless," terang Victory.

"Sayang sekali. Padahal Mbakmu ini punya paras yang cantik. Tapi kelihatan jelek. Mungkin karena nggak dimodalin sama suaminya," urai Indra seenaknya.

"Ya nggak mungkin dimodalin," sahut Bu Helena membenarkan Indra.

"Mbak Cani menyia-nyiakan kecantikannya demi menikahi Mas Han," ledek Victory.

"Nanti aku kenalin temanku yang punya kebun jeruk. Kalau beruntung, Mbakmu bisa jadi istri kedua temanku," tutur Indra.

Lama-kelamaan Cani merasa jengah dengan segala ocehan tidak bermutu keluarganya. Dia yang tidak betah pun memutuskan untuk undur diri.

Sebelum pergi, Cani memberi amplop pada adiknya. Begitu pun dengan Han yang memberi amplop pada Indra.

Tanpa Cani duga, Indra membuang amplop pemberian Han dengan kasar, lalu menginjaknya tanpa ampun. Gerakannya yang penuh penghinaan itu, bagaikan sebuah tamparan keras bagi hati Cani yang rapuh. Perilaku Indra bagaikan pisau yang merobek jiwanya.

Indra pasti sengaja.

Cani melirik sang suami yang menatap datar kelakuan tak terpuji Indra.

"Loh? Kok diinjak amplopnya, Mas?" tanya Victory pada suaminya.

Cani berhenti berjalan saat mendengar suara Victory yang sepertinya sengaja dibuat lantang.

"Isinya paling cuma uang lima puluh ribu. Uang sekecil itu tidak berarti," jawab Indra.

Cani membalikkan badannya. Ia kembali melangkah mendekati sepasang pengantin.

Sekuat tenaga Cani menahan kesedihan yang bercampur dengan amarah.

"Jangan lihat dari nominalnya. Uang lima puluh ribu sangat berarti bagi kami," tegas Cani.

"Oh? Sangat berarti ya? Ya sudah, Mbak Cani bisa ambil kembali. Silahkan. Aku nggak butuh."

Bersambung…

펼치기
다음 화 보기
다운로드

최신 챕터

독자들에게

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

댓글

default avatar
riankustiana.rk
gada lanjutan nya kah
2024-10-31 15:41:51
1
user avatar
Mirielle
baguss banget. up yang banyak kak...
2024-07-28 16:27:10
1
user avatar
Iftiati Maisyaroh
Wuuuiiih kereeen Kak ... Ditunggu updatenya ...
2024-07-12 21:30:38
1
user avatar
Ririichan13
seru nihhh
2024-07-12 07:24:09
1
user avatar
Kurnia
Hallo para pembaca ... Ini novel ketigaku. Terima kasih telah mampir. Jangan lupa beri aku banyak cinta ...
2024-07-12 01:03:48
1
user avatar
Adny Ummi
seruu iniii jangan lama-lama up nya, Thoorr!
2024-07-11 18:09:38
1
161 챕터
Bab. 01. Bawa Gembel Ke Pesta?
"Lihat! Siapa yang datang?" seru Bu Helena. Cani dan suaminya berjalan mendekati Bu Helena. Seperti biasa, Cani langsung mencium punggung tangan sang ibu. Namun, ketika suami Cani ingin menyentuh jari Bu Helena. Wanita itu langsung menarik tangannya, sambil melempar tatapan jijik ke arah sang menantu. "Haduh! Ngapain sih, Mbak! Kamu pakek datang segala? Sudah aku bilang, enggak usah datang! Sebenarnya kamu baca pesan grup WA keluarga atau enggak, sih?" cerca Victory. Bu Helena merupakan ibu tiri Cani. Sedangkan Victory adalah adik kandung tunggal bapak. Maksudnya, Victory dan Cani beda ibu, namun satu bapak. Dalam kata lain, Bu Helena menikah dengan ayah Cani, lalu melahirkan Victory. "Ya … Nggak masalah dong, kalau aku hadir. Aku pengen lihat adikku menikah," terang Cani tersenyum ramah. Victory berdecap. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Han, suami Cani. "Lagian ngapain, Mbak ke sini bawa gembel? Bikin makin malu saja," ucap Victory sambil menatap rendah Han. Meskipun Ca
last update최신 업데이트 : 2024-07-10
더 보기
Bab. 02. Disinggung Soal Rumah Warisan
Rasa amarah membara di dada Cani. Tatapannya tajam, menusuk ke arah Victory yang berdiri di hadapannya. Wajah Victory, yang biasanya memancarkan keceriaan, kini terlihat begitu menyebalkan di mata Cani. "Aku ingin sekali menghancurkan wajahmu yang menyebalkan itu!" desis Cani, tangannya mengepal erat. "Ngomong apa sih, Mbak? Orang miskin bisa apa? Ambil lagi nih uangmu!" Victory melempar amplop pemberian Cani tepat mengenai wajah Cani. Cani berusaha keras untuk menahan diri, meski tingkah Victory sudah keterlaluan. "Gayamu, Dek. Padahal dulu uang segitu sudah banyak buat kamu. Sekarang kamu sombong banget," ujar Cani. Cani agak miris melihat kelakukan congkak keluarganya. Mereka seakan melupakan kehidupan mereka sebelumnya. Terutama untuk Ibu Tiri dan adiknya. "Apaan sih, Mbak. Dulu ya dulu. Manusia itu mengalami peningkatan sosial. Bukan penurunan sosial kayak kamu!" ketus Victory. "Sayang, ayo kita pulang saja," ajak Han menggenggam lengan Cani. "Pulang sana! Aku udah
last update최신 업데이트 : 2024-07-10
더 보기
Bab. 03. Niat Busuk Victory dan Bu Helena
Dengan santai Han menjawab, “Aku tidak dipecat, Sayang. Hari ini atasan di pabrik datang. Sehingga karyawan tidak diperkenankan untuk lembur. Mangkanya aku bisa pulang lebih awal.” Cani menghela napas panjang, rasa lega membanjiri hatinya. Suaminya ternyata tidak dipecat. "Oh ... Kirain dipecat,” sahut Mbak Fatin. “Tapi, kalau enggak lembur bayarannya makin dikit. Mana ada duit buat beli rumah keprabon,” lanjutnya mencibir. “Membeli rumah Keprabon?” tanya Han mengernyitkan dahi. Cani enggan berdebat, dengan lembut meminta Han masuk rumah. Tanpa membantah, Han menurutinya. “Kita bisa bicarakan ini nanti, Mbak. Lagi pula, Mas Han nggak ada hubungannya dengan warisan keluarga kita. Aku harap, Mbak Fatin tidak menyudutkan Mas Han,” tegas Cani. Dengan langkah cepat, Cani bergegas menuju rumah, ia tak mau berlama-lama menunggu tanggapan kakaknya. Begitu masuk ke dalam rumah, Cani sudah disambut oleh Han yang ternyata menunggunya. “Maksud dari mbakmu apa, Sayang?” tanya Han bersuara l
last update최신 업데이트 : 2024-07-10
더 보기
Bab. 04. Mengukur Ulang Tanah Warisan
Perdebatan sengit tak terhindarkan. Saudara Cani yang lain mulai ikut menyudutkan Cani. Menyalahkan Cani, dan menuduh Cani serakah. "Rumah keprabon harus dibagi!" bentak Mbak Fatin. “Sebelum ayah meninggal. Ayah sudah membagi tanah kosong samping rumah. Sedangkan rumah ini adalah hakku. Ayah sendiri yang mengatakannya,” tegas Cani. “Mana buktinya kalau ayah kasih rumah ini sama kamu? Jangan asal ngoceh kamu!” tuntut Mbak Fatin. Cani menatap kakak pertamanya, dan Bu Helena yang menjadi saksi waktu itu. Cani meminta dua orang itu mengungkapkan kebenaran. Namun, keduanya mengelak pernyataan Cani. Bu Helena malah menuduh jika Cani suka ngarang. “Kok tega kalian bohong?” Cani putus asa. Cani mencegah Han yang ingin membantu dirinya berbicara. Cani tidak ingin Han diserang oleh saudara-saudaranya yang beringas. Alhasil, Han pun tak bisa mengeluarkan pendapatnya. Padahal Han sudah geregetan. “Kamu yang bohong! Mana ada ayahmu ngasih rumah keluarga kepadamu! Dasar halu!” cela Bu Helena
last update최신 업데이트 : 2024-07-10
더 보기
Bab. 05. Rumah Keprabon Menjadi Milik Cani
Dengan senyuman tipis, Han menjawab, “Uang ini milikku, Sayang.” Sontak Cani terkejut sekaligus tak percaya. Masa iya, suaminya memiliki uang sebanyak ini? Dari mana coba? “Mas Han jangan bohong ... Sekarang, Mas jawab jujur, dapat uang ini dari mana?” tanya Cani sedikit mendesak Han agar segera menjawab dengan benar. Han menatap Cani intens. Sebelum menjawab, Han sempat menghela napas terlebih dahulu. “Jangan mikir aneh-aneh. Uang ini dari hasil penjualan tanah,” terang Han. “Apa? Tanah yang di mana? Kamu menjual tanah siapa?” cecar Cani gelisah. Han menggelengkan kepala pelan. Tangannya meremat pundak Cani, meminta Cani untuk tetap tenang. Han dengan santai memberi tahu Cani, jika uang yang ia bawa, ia dapatkan dari penjualan tanah peninggalan neneknya yang telah diwariskan kepadanya. “Tanah peninggalan nenek? Kok, Mas nggak pernah kasih tahu aku sebelumnya? Mas mau main rahasia nih sama aku?” sungut Cani sedikit kesal dan merajuk. Han segera meminta maaf pada Cani, dan menj
last update최신 업데이트 : 2024-07-10
더 보기
Bab. 06. Mbak Fatin Diusir
“Ngomong apa kamu, Han ... Han ....” ejek Indra. “Emang siapa, saksi yang mengeluarkan kesaksian palsu? Ada-ada saja. Dasar orang miskin,” hinanya terkekeh dengan tingkah norak Han. “Biasa ... Baru punya uang tiga ratus juta. Mangkanya sok sekali,” sahut Bu Helena. Han hanya menanggapi ocehan mereka dengan senyuman tipis. "Fiuh ... Akhirnya semua sudah beres. Sekarang, tanah beserta rumah ini telah resmi menjadi milikku,” ujar Cani bernapas lega. Victory langsung menatap sinis kakaknya. Ia terlihat tak senang dengan kehabagiaan Cani. "Aku pengen tanya sama kamu, Mas Han.” Victory beralih memandang Han. “Mau tanya apa? Silakan,” balas Han. “Kamu masih punya tabungan lain, kah? Laku berapa tanah milik nenekmu?” tanya Victory sambil mengangkat dagu, menunjukkan keangkuhannya. Victory pasti sangat penasaran akan hal itu, sampai-sampai dia tak mampu menahan diri untuk tidak bertanya. “Aku sudah tidak punya tabungan. Hasil dari jual tanah, sudah aku gunakan untuk membayar kalian,”
last update최신 업데이트 : 2024-07-11
더 보기
Bab. 07. Mbak Fatin Boleh Jualan Lagi
“Jangan ngomong gitu, Mbak. Nggak baik,” tegur Cani. Mbak Fatin melihat meja dagangan Cani yang kosong. “Keripikmu terjual habis lagi?” tanya Mbak Fatin. Cani mengangguk kemudian menjawab, “Iya, Mbak. Tadi ada yang borong.” Mbak Fatin berdecap tidak suka. Ia menyuruh Cani untuk melanjutkan kegiatan berberes, karena Mbak Fatin enggan berlama-lama melihat sang adik. “Aku boleh bantuin kamu, Mbak?” tawar Cani berniat untuk membantu kakaknya membereskan barang. “Heh! Nggak usah nyentuh barangku!” bentak Mbak Fatin. “Sana kamu masuk ke rumahmu! Kamu sudah selesai beresin barangmu sendiri ‘kan!” tekannya. Cani terkejut. Pasalnya, ini pertama kalinya bagi Cani mendengar bentakan Mbak Fatin. “Mbak Fatin kasar sekali?” protes Cani. “Aku kasar juga semua gara-gara kamu! Coba kalau kamu mau menjual rumah ini ke suami Victory. Aku nggak mungkin tertekan seperti ini!” cerocos Mbak Fatin. “Loh? Kok nyalahin aku? Aku hanya menjalaninya sesuai dengan yang seharusnya,” timpal Cani tidak mau d
last update최신 업데이트 : 2024-07-12
더 보기
Bab. 08. Dagangan Cani Ditutup Sosok Hitam Besar
Mbak Fatin menoleh ke arah Cani yang bersuara lantang. “Ya lumayan. Baru dapat dua ratus ribu doang,” jawab Mbak Fatin enteng. “Mbak Fatin mau makan siang? Kalau mau aku ambilkan.” Cani menawari Mbak Fatin. “Ogah! Palingan juga makanan nggak enak! Aku alergi makan makanan orang susah,” tolak Mbak Fatin congkak. Tingkah tidak tahu diri yang selalu ditampilkan Mbak Fatin, sukses membuat Han tergelitik. Namun Han terus berusaha menahan diri agar tidak tertawa. “Ya sudah, kalau Mbak Fatin nggak mau makan. Aku makan siang dulu. Tolong jagain warungku sebentar,” pesan Cani. “Ngapain aku jagain warungmu? Kalau mau makan, ya sudah makan saja! Lagian, nggak bakal ada yang beli daganganmu. Keripik pisangmu apek!” cakap Mbak Fatin asal. "Sebentar saja, Mbak." “Memangnya kamu siapa? Nyuruh aku jagain daganganmu? Bikin kesal saja,” gerutu Mbak Fatin tidak senang. Cani memilih untuk tak menghiraukan Mbak Fatin. Ia ingin makan bersama suami dan para tukang di ruang tamu rumah. Kedatangan Can
last update최신 업데이트 : 2024-07-12
더 보기
Bab. 09. Melabrak Mbak Fatin Yang Main Halus
Sampainya di depan rumah. Cani turun dari atas motor. Tubuhnya berbalik menghadap Han yang masih di atas motor. “Tapi, kali ini aku nggak mau diam saja. Kayaknya mereka memang sengaja ingin membangunkan singa yang tertidur,” ujar Cani. Han tertawa mendengar ucapan Cani. Wajah Cani tak ada gahar-gaharnya. Justru terlihat makin imut di mata Han. “Singa? Daripada singa. Kamu lebih terlihat seperti kucing, Sayang,” kelakar Han. “Ih ... Aku singa! Bukan kucing!” sanggah Cani mengerucutkan bibir. Senyum Han makin lebar. Istrinya sangat menggemaskan. Cani yang merajuk, berjalan memasuki rumah dengan hentakan kaki. Bukannya takut istrinya marah, Han justru terus menggoda Cani. “Pelan-pelan jalannya. Awas nanti jatuh,” kata Han melihat istrinya seperti anak kecil. Setelah mengunci pintu rumah, Han menghampiri istrinya yang kini duduk santai di atas ranjang. “Jadi, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Han. Cani menengok ke samping, matanya menatap Han dengan intens. “Lihat saja besok,
last update최신 업데이트 : 2024-07-13
더 보기
Bab. 10. Mbak Fatin Menyambut Karma
“Huh? Apa, Mas? Coba ulang, barusan ngomong apa? Tadi ada truk lewat. Jadi suara Mas Han tidak kedengeran!” Han tersenyum tipis. Dia menggelengkan kepala. “Lupakan saja, Sayang. Aku juga sudah lupa,” kata Han. “Iiihhh ... Apa sih? Baru juga bentar! Sudah lupa saja,” gerundel Cani. Cani tak mau ambil pusing. Dia lebih memilih untuk mengakhiri obrolan. Dan menyandarkan kepala pada punggung suaminya. *** Keesokan hari. Cani meminta sang suami untuk membereskan barang milik Mbak Fatin yang masih ada di depan rumahnya, seperti kursi dan meja kayu. Han menyewa sebuah tosa untuk mengembalikan barang tersebut. Setelah Han kembali dari mengantar barang Mbak Fatin. Mereka mulai membersihkan toko. Cani berniat menggunakan toko tersebut untuk berjualan. Daripada dianggurin. "Kenapa toko ini lama dibiarkan tak terpakai?” tanya Han masih penasaran. Sebenarnya, pertanyaan seperti itu pernah Han pertanyakan pada Cani. Namun, waktu itu Cani enggan menjawab. “Ibu tiriku tidak memperbolehkan t
last update최신 업데이트 : 2024-07-13
더 보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status