Home / Rumah Tangga / Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya / Bab. 07. Mbak Fatin Boleh Jualan Lagi Kok!

Share

Bab. 07. Mbak Fatin Boleh Jualan Lagi Kok!

Author: Kurnia
last update Last Updated: 2024-07-12 18:57:07

“Jangan ngomong gitu, Mbak. Nggak baik,” ucap Cani.

Mbak Fatin melihat meja dagangan Cani yang kosong.

“Keripikmu terjual habis lagi?” tanya Mbak Fatin.

Cani mengangguk kemudian menjawab, “Iya, Mbak. Tadi ada yang borong.”

Mbak Fatin berdecap tidak suka. Mbak Fatin menyuruh Cani untuk melanjutkan kegiatan berberes. Karena Mbak Fatin enggan berlama-lama melihat sang adik.

“Aku boleh bantuin kamu, Mbak?” tawar Cani berniat untuk membantu kakaknya membereskan barang.

“Heh! Gak usah nyentuh barangku!” bentak Mbak Fatin. “Sana kamu masuk ke rumahmu! Kamu sudah selesai beresin barangmu sendiri ‘kan!” tekannya.

Cani terkejut. Pasalnya, ini pertama kalinya bagi Cani mendengar bentakan sang kakak.

“Mbak Fatin kok berubah banget ya?” batin Cani bertanya-tanya.

“Mbak Fatin kasar sekali?” protes Cani.

“Aku berubah juga semua gara-gara kamu! Coba kalau kamu mau menjual rumah ini ke suami Victory. Aku nggak mungkin tertekan seperti ini!” cerocos Mbak Fatin.

“Kok nyalahin aku? Aku hanya me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 08. Dagangan Cani Ditutup Sosok Hitam Besar

    Mbak Fatin menoleh ke arah Cani yang bersuara lantang. “Ya lumayan. Baru dapat dua ratus ribu doang,” jawab Mbak Fatin enteng. “Mbak Fatin mau makan nggak? Kalau mau aku ambilkan.” Cani menawari Mbak Fatin. “Ogah! Palingan juga makanan nggak enak! Aku alergi makan makanan orang susah,” tolak Mbak Fatin congkak. Tingkah tidak tahu diri yang selalu ditampilkan Mbak Fatin. Sukses membuat Han tergelitik. Namun Han terus berusaha menahan diri agar tidak tertawa. “Ya sudah kalau, Mbak Fatin nggak mau makan. Aku makan dulu, Mbak. Tolong jagain warungku sebentar,” pesan Cani. “Ngapain aku jagain warungmu? Kalau mau makan, tinggal aja! Lagian, nggak bakal ada yang beli juga. Keripik pisangmu apek!” cakap Mbak Fatin asal. “Memangnya kamu siapa? Nyuruh aku jagain daganganmu? Bikin kesal saja,” gerutu Mbak Fatin tidak senang. Cani memilih untuk tak menghiraukan Mbak Fatin. Dia ingin makan bersama suami dan para tukang di ruang tamu rumah. Kedatangan Cani disambut baik oleh beberapa tukan

    Last Updated : 2024-07-12
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 09. Mbak Fatin Main Halus

    Sampainya di depan rumah. Cani turun dari atas motor. Tubuhnya berbalik menghadap Han yang masih di atas motor. “Tapi, kali ini aku nggak mau diam saja. Kayaknya mereka memang sengaja, ingin membangunkan singa yang tertidur,” tandas Cani. Han tertawa mendengar ucapan Cani. Wajah Cani tak ada gahar-gaharnya. Justru terlihat makin imut di mata Han. “Singa? Daripada singa. Kamu lebih terlihat seperti kucing, Sayang,” kelakar Han. “Apaan sih, Mas Han! Aku singa kok! Bukan kucing!” sanggah Cani mengerucutkan bibir. Senyuman Han makin lebar. Istrinya sangat menggemaskan. Cani yang merajuk, berjalan memasuki rumah dengan hentakan kaki. Bukannya takut istrinya marah. Han justru terus menggoda Cani. “Pelan-pelan jalannya. Awas nanti jatuh,” kata Han melihat istrinya seperti anak kecil. Setelah mengunci pintu rumah. Han menghampiri istrinya yang kini duduk santai di atas ranjang. “Jadi, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Han. Cani menengok ke samping. Matanya menatap Han dengan intens

    Last Updated : 2024-07-13
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 10. Mbak Fatin Menyambut Karma

    “Huh? Apa, Mas? Coba ulang, barusan ngomong apa? Tadi ada truk lewat. Jadi suara, Mas Han tidak kedengeran!”Han tersenyum tipis. Dia menggelengkan kepala. “Lupakan saja, Sayang. Aku juga sudah lupa,” kata Han. “Iiihhh ... Apa sih? Baru juga bentar! Sudah lupa saja,” gerundel Cani. Cani tak mau ambil pusing. Dia lebih memilih untuk mengakhiri obrolan. Dan menyandarkan kepala pada punggung suaminya. Keesokan hari. Cani meminta sang suami untuk membereskan barang milik Mbak Fatin yang masih ada di depan rumahnya. Seperti kursi dan meja kayu. Han menyewa sebuah tosa untuk mengembalikan barang tersebut. Setelah Han kembali dari mengantar barang Mbak Fatin. Mereka mulai membersihkan toko. Cani berniat menggunakan toko tersebut untuk berjualan. Daripada dianggurin. “Kenapa toko ini, lama dibiarkan tak terpakai?” tanya Han masih penasaran. Sebenarnya, pertanyaan seperti itu pernah Han pertanyakan pada Cani. Namun, waktu itu Cani enggan menjawab. “Ibu tiriku tidak memperbolehkan tok

    Last Updated : 2024-07-13
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 11. Meninggalnya Mbak Fatin. Goodbye, Mbak

    Mbak Fatin mengungkapkan rasa malunya pada Cani. Karena hanya Cani yang bersedia menemaninya di rumah sakit. Bahkan, dengan senang Hati Cani merawat anak Mbak Fatin, tanpa diminta. “Kenapa kamu tidak menertawakan kondisiku?” ucap Mbak Fatin. Suaranya terdengar lirih. Kini Mbak Fatin tengah berbaring lemas, di atas ranjang rumah sakit. Cani tersenyum lembut sambil mengelus kening Mbak Fatin. “Orang lagi kena musibah, kok diketawain?” balas Cani. “Apa yang terjadi, Mbak? Kenapa, Mbak bisa seperti ini? Terus, suamimu ada di mana?” cecar Cani ingin tahu. “Aku memergoki suamiku bercinta dengan wanita lain,” lirih Mbak Fatin. Mbak Fatin terdiam cukup lama. Cani sengaja tak memaksa Mbak Fatin untuk langsung bercerita. Toh, kondisi Mbak Fatin belum sepenuhnya pulih. “Kami bertengkar hebat. Lalu dia pergi entah ke mana. Setelah kepergiannya. Banyak debt collector datang untuk menagih hutang suamiku. Aku sangat tertekan,” urai Mbak Fatin. “Dadakku sesak setiap kali aku mengingat kelak

    Last Updated : 2024-07-14
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 12. Mister X, Si Penagih Hutang Dadakan

    “Astagfirullah ... Nggak perlu sampai ngatain anak orang idiot!” murka Cani. “Aku yang bakal merawat Roni!” Cani paling tidak bisa melihat anak kecil ditindas atau dihina. “Oh ... Mbak Cani mau merawat Roni? Bagus lah ... Sekalian, bayarin biaya anak pertama Mbak Fatin yang lagi mondok. Biar tambah miskin,” ledek Victory. “Merawat seorang anak nggak bakal mungkin bisa bikin makin miskin,” tandas Cani. “Malah enak. Hidupku bakal dipenuhi keberkahan,” tambahnya. “Halah!! Banyak omong! Yaudah sana! Pungut tuh anak! Palingan juga bakal jadi beban doang,” komentar Bu Helena sinis. Cani terus beristigfar setiap kali Bu Helena berbicara. Karena semua yang keluar dari mulut wanita setengah baya itu, tak patut untuk didengar. “Sekarang kalian pulang gih! Rumah ini mau aku kosongin,” usir Victory. “Kita juga mau pulang. Setelah mengambil baju-baju, dan surat penting anak-anak Mbak Fatin,” sosor Cani. “Yaudah! Buruan! Ambil semua kain lusuh itu!” dengus Bu Helena. Cani bergegas mengambi

    Last Updated : 2024-07-14
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 13. Ancaman Mematikan Untuk Mister X

    “Apa maksudmu, Sayang?” Han sungguh tidak mengerti. Cani tak menjawab. Ia justru mengalihkan perhatiannya pada Roni yang masih digendong Han. “Roni, ayo kita makan siang bersama,” ajak Cani. Roni menggelengkan kepala. “Loh, kenapa?” tanya Cani. “Maci ngantuk,” jawab Roni setelah menguap. “Yaudah, ayo balik tidur. Sini ... Bulek temani.”Dalam budaya jawa, Bulek merupakan sebutan untuk tante. Roni meminta turun dari gendongan. Han pun menuruti. Han membiarkan Cani dan Roni menuju ke kasur lantai yang berada di belakang etalase. “Mas Han, tolong jaga toko sebentar. Aku mau menemani Roni tidur,” pesan Cani. “Iya, Sayang. Kamu juga, sekalian tidur siang. Yang tadi, bisa kita lanjut omongin nanti,” balas Han mengerti. Cani mengangguk. “Terima kasih, Mas,” ucap Cani berbaring di atas kasur. Beberapa menit berlalu. Tak butuh waktu lama bagi Roni, untuk kembali terlelap. Anak kecil itu pasti sering tidur siang. “Sayang,” panggil Han lirih. Cani menoleh ke belakang. Menyaksikan ka

    Last Updated : 2024-07-15
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 14. Mister X Memilih Pilihan Tepat

    Mister X mengeluarkan air mata. Dirinya sangat ketakutan ketika melihat anak buah Han mengeluarkan tali tambang. Saking takutnya, sampai pipis di celana. “Bukankah, uang bisa melakukan segalanya? Kalau kamu mati. Aku bisa mengambil anakmu. Dan menjualnya,” dalih Han sengaja. “Anak yang malang ... Indra tidak mungkin merawat anakmu. Memangnya siapa dirimu? Hanya pesuruh,” lanjut Han. Mister X makin tertekan. Ditambah, rematan di bahunya belum terlepas. Mister X bisa merasakan jika tulangnya mungkin saja remuk. Han sedikit melonggarkan cengkeramannya. Namun, Han segera mengentak tangannya. Hingga tubuh Mister X berubah posisi menjadi berlutut. Tenaga Han sungguh luar biasa. Han berjongkok guna menyejajarkan posisi dengan Mister X. “Urusan kita selesai,” tandas HanHan kembali berdiri. Dia melempar tatapan kepada anak buahnya. “Sisanya aku serahkan ke kalian. Selamat bersenang-senang ... Tapi, jangan ada pertumpahan darah,” pesan Han pada mereka. Sebelum benar-benar pergi. Han se

    Last Updated : 2024-07-15
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 15. Acara Makan Malam Berujung Tawuran

    “Sekali lagi aku minta maaf atas nama perusahaan. Karena telah membuat anda tidak nyaman,” lanjut Putri menegaskan. “Iya, nggak masalah kok. Setiap orang pernah melakukan kesalahan. Manusiawi,” timpal Cani mengerti. Han sudah menduga jika Cani tak mungkin marah. “Kalau begitu, saya pamit undur diri. Masih banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan,” ucap Putri berpamitan. Putri sempat melirik Han. Kemudian berlalu pergi. “Mas sadar nggak? Wanita barusan rambutnya pirang. Hidung mancung. Terus matanya biru. Tapi, namanya Putri. Aneh banget ....” komentar Cani heran. Han sedikit gelagapan. “Apanya yang aneh, Sayang? Jaman makin maju. Aku rasa, sekarang tidak ada wanita muda yang tidak pandai merias wajah,” kilah Han memberi pandangan pada Cani. Namun, sepertinya Cani enggan menelan penjelasan Han. Dia memiliki pemikirannya sendiri. “Masak sih? Berarti Mbak Putri jago banget merias. Sampai-sampai wajahnya mirip banget sama bule,” ujar Cani. Han tersenyum hambar. Dia tak tahu har

    Last Updated : 2024-07-16

Latest chapter

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 149. Karena Han Lupa

    “Sebenarnya siapa kau?” Albert mendesak Eila supaya lekas menjawab pertanyaannya. Eila yang gelagapan pun menjelaskan bahwa ia tidak memiliki hubungan khusus dengan Rio. Soal dirinya dan Rio yang berciuman mesra, itu hanya sekedar keisengan yang dilakukan Rio untuk mempermainkan harga diri dan memberinya tekanan. “Aku adalah mantan pelayan di rumah Tuan Rio, sebelumnya aku pernah membuatnya ingin membunuhku. Untungnya, aku diselamatkan oleh Nyonya Cani,” imbuh Eila menundukkan kepala. Albert memandang Eila dengan menyipitkan mata. “Jadi, kamu bukan mata-mata yang dikirim Rio?” tanyanya. “Mata-mata? Saya tidak berani macam-macam, Tuna ....” Eila menyanggah dengan cepat. “Hidup saya, saya dedikasikan seluruh hidup saya untuk mengabdi pada Nyonya Cani,” tandasnya menggebu sambil menepuk dadanya. Tak mendapati gelagat kebohongan dari Eila, Mau tak mau Albert melepaskan cengkeram

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 148. Rio Ikut Turun Tangan

    Sebelumnya, Rio sudah menyerahkan sempel DNA Haily yang dimiliki pihak Kartel, agar dokter bisa mencocokkan apakah kepala yang ditemukan benar Haily atau bukan.Dan ... Setelah menunggu berjam-jam, akhirnya penantian mereka membuahkan hasil yang mengejutkan. Dokter penyatakan jika kepala tersebut milik Haily, terbukti dengan hasil DNA yang 100 persen cocok. Data tersebut juga membuktikan bahwa asumsi Han bukan hanya bualan. Kini, tak ada alasan bagi Rip untuk tidak memercayai Han. "Jadi, Haily benar-benar sudah tewas? Pantas ia sulit dihubungi pemimpin," gerutu Rio menyentuh dagunya. "Sekarang yang menjadi teka-teki, siapa pelakunya?" sambung Han setelah menghembuskan napas lelah. Berhunung Haily berada di bawah kendali dan tanggung jawab Kartel nomor satu, di mana Rio menjadi petinggi di sana, Rio tak mungkin tinggal diam, dan membiarkan masalah ini sampai ke tangan pemimpin Kartel sebelum berhasil dipecahkan. "Ak

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 147. Penemuan Kepala

    Setelah mendengar kabar mengerikan itu—penemuan kepala manusia di pantai pangkalan militer milik Kartel Black Ice—Han langsung bergegas.Mobil jipnya meluncur cepat, meninggalkan Cani yang berdiri di balik pintu rumah mewah mereka.Sebelum Han benar-benar pergi, Cani meminta Han untuk mengirim pesan apabila sudah mengetahui identitas dari si pemilik kepala. Setelah Han menyanggupi, barulah Cani membiarkan suaminya berlalu. Cani, dengan gaun sutra biru lautnya yang berkilauan, menatap kepergian Han dengan mata berkaca-kaca. Kecemasannya menggunung. "Kepala itu ... Mungkinkah milik Mbak Hime?" Hime, wanita yang telah dianggapnya sebagai kakak sendiri. Kenangan bersama Hime berputar di benak Cani. Tawa mereka, air mata mereka, pelukan hangat di bawah pohon randu ....Kemungkinan terburuk itu menghantui pikiran Cani. Rumah mewah milik Keluarga Ditmer terasa seperti penjara. Sedari tadi Cani tak berhenti mondar-mandir,

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 146. Keisengan Rio Pada Eila

    Eila berdiri di ambang pintu kamar Rio, jantungnya berdebar-debar seperti drum perang. Udara di dalam terasa dingin, menusuk hingga ke tulang, seakan mencerminkan sikap dingin mantan majikannya itu. Seragam pelayannya yang sederhana terasa semakin mencolok di tengah kemewahan ruangan yang dipenuhi perabotan antik dan karya seni bernilai jutaan dolar. Aroma parfum mahal yang menyengat hidungnya tak mampu menutupi bau samar ketakutan yang menyelimuti dirinya. Suara Kepala Pelayan, nyaring dan tegas, masih bergema di telinganya. Perintah itu, singkat dan lugas, telah mengantarnya ke tempat ini, ke hadapan bayangan masa lalunya yang kelam. Ia menghela napas, mencoba menenangkan diri sebelum melangkah masuk. Rio duduk di kursi besar berlapis kulit, siluetnya terukir jelas oleh cahaya redup yang menerpa dari jendela besar di belakangnya.Tatapan Rio tajam, menusuk, seperti pisau yang siap menghujam. Eila merasakan bulu kuduknya merinding. I

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 145. Xander, Pria pengagum Hime

    Sosok itu tertawa keras. "Aku sudah berjanji padamu. Siapa pun yang menghambat jalanmu, pasti akan aku singkirkan."Hime tercengang mendengar jawaban pria tersebut. "Xander ... Kamu gila. Xixu adalah adik kandungmu." Hime tak habis pikir. "Meskipun itu ibuku, jika ia membuatku jengkel, aku tak 'kan ragu untuk melenyapkannya," tandas Xander. Xander menarik pinggang Hime hingga kedua tubuh menempel. "Aku dengar, kamu sudah bercerai dengan Marci," bisik Xander menyatukan kedua kening. Hime menyeringai. "Kamu selalu mengetahui semua tentangku. Dasar penguntit," katanya mendorong pundak Xander agar menjauh. Hime tahu jika Xander sudah lama tergila-gila padanya. Bahkan sejak mereka masih belia, namun sayang, Hime selalu menolak cinta Xander, dan justru lebih memilih menikah dengan Marci yang juga pernah menyatakan cintanya pada Hime. “Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Hime. 

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 144. Kematian Xixu

    Pernyataan Albert mengenai Xixu yang pernah melenyapkan seseorang lewat makanan mungkim benar. Terbukti dengan beberapa remaja yang jatuh pingsan setelah memakan masakan Xixu dan Eila. Mereka langsung dilarikan ke rumah sakit milik Keluarga Ditmer. Untungnya kondisi mereka baik-baik saja, setelah menerima perawatan. Sementara di rumah, Cani tak memperbolehkan Xixu maupun Eila untuk memasak lagi. Dua wanita itu menunduk, menunjukkan rasa bersalah mereka. "Ada masalah apa?" tanya Hime menghampiri Cani yang duduk bersama dua pelayannya. "Bukan masalah besar. Kamu tidak perlu tahu," sahut Xixu. "Aku tidak berbicara dengan bawahan," timpal Hime melemar tatapan sengit ke arah Xixu."Kamu juga bawahan," celetuk Xixu tak mau kalah dari Hime. Eila yang tak ingin ikut campur, memutuskan untuk pergi secara diam-diam. "Sejak kapan aku menjadi bawahan?" sungut Hime meremehkan Xixu. Cani menepuk punggung tang

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 143. Cani Sakit?

    "Maya siapa?" tanya Cani pada Xixu. "Nama asli wanita di depan anda adalah Maya," jawab Xixu. Hime terkekeh, "Suami palsu?" Ia berhenti sejenak, lalu kembali melanjutkan, "Sayangnya, aku dan Marci benar-benar menikah."Dilihat dari cara mereka berdua berinteraksi, Cani bisa menyimpulkan bahwa Hime dan Xixu sepertinya tidak saling menyukai satu sama lain. "Tapi aku bersyukur, aku sudah bebas sekarang," imbuh Hime. "Bebas gimana, Mbak?" tanya Cani merasa aneh dengan perkataan Hime. Sebelum menjawab, Hime mengalihkan pandangannya pada Cani. "Aku dan Marci sudah resmi bercerai. Aku yang menceraikannya."Pernyataan tegas Hime membuat Cani dan Xixu terkejut. Awalnya mereka mengira jika Hime hanya sekedar bercanda, namun setelah Hime membeberkan beberapa bukti dari ponselnya, barulah dua wanita itu percaya. "Ke-kenapa, Mbak?" tanya Cani khawatir. "Gara-gara Pak Marci yang disuruh menjaga Victory?" Tak s

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 142. Kebebasan Xixu Dari Cengkeraman Rio

    Tanpa basa-basi lebih lama, Han menyalurkan nafsunya seperti orang kesetanan. Ia tidak peduli meski Cani memintanya untuk lembut. Han tidak bisa, ia menggebu-gebu. Cani hanya pasrah, menerima segala kenikmatan yang diberikan Han, sambil terus mendesah, memanggil-manggil nama suaminya tercinta. Respons Cani membuat gairah Han makin naik. Goyangannya jadi tak beraturan. Di sini Han menunjukkan sisi egoisnya, ia hanya mementingkan kepuasannya saja. Seakan menjadikan Cani sebagai objek belaka. Namun ... Cani justru bertingkah lebih binal dari biasanya. Ia seperti lenih senang jika Han beringas. "Mas Han ... Enak!" racaunya. Kedua matanya juling, berubah menjadi warna putih. Han mencengkeram pinggang Cani agar miliknya tertanam lebih dalam. Sambil sesekali menampar pantat berisi Cani. Keduanya terlena dalam suasana panas penuh gairah. Ketika sedang asyik mendesah, Cani terkejut dengan kedatangan anak buah Han. Namun begitu mereka melihat Cani dan Han yang sedang bercinta, mereka lan

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 141. Perceraian Hime dan Marci

    Hime terlihat begitu menikmati suasa pedesaan Meksiko di sore hari. di mana matahari mulai tenggelam, langit berwarna jingga dan ungu. Udara hangat dan tenang. Hime duduk di atas tembok rendah, memandang ke arah ladang jagung yang luasSetelah puas dengan apa yang ia lakukan, Hime beranjak dari tempatnya untuk menemui Han. Ada sesuatu yang ingin ia katakan pada lelaki yang sudah ia snggap sebagai keluarganya itu. Begitu sampai di ruang kerja Han, tanpa membuang-buang waktu, Hime langsung memberitahu Han mengenai keinginannya untuk pergi ke Indonesia. "Beri aku alasan yang tepat," pinta Han. "Aku sangat merindukan suamiku. Bolehkah aku bertemu dengannya?" dalih Hime. "Aku juga akan membawa beberapa anak buah," imbuhnya. Han memandang Hime, ada kecurigaan yang terlihat dari raut wajahnya. Hal itu wajar, mengingay Hime yang pernah bermain di belakanhnya. Namun, pada akhirnya Han tetap mengizinkan Hime untuk menemui suaminya. "Terima kasih," ucap Hime. Sebelum Hime meninggalkan rua

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status