Home / Rumah Tangga / Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya / Bab. 05. Rumah Keprabon Menjadi Milik Cani

Share

Bab. 05. Rumah Keprabon Menjadi Milik Cani

Author: Kurnia
last update Last Updated: 2024-07-10 15:58:58

Dengan senyuman tipis, Han menjawab, “Uang ini milikku, Sayang.”

Sontak Cani terkejut sekaligus tak percaya. Masa iya, suaminya memiliki uang sebanyak ini? Dari mana coba?

“Mas Han jangan bohong ... Sekarang, Mas jawab jujur, dapat uang ini dari mana?” tanya Cani sedikit mendesak Han agar segera menjawab dengan benar.

Han menatap Cani intens. Sebelum menjawab, Han sempat menghela napas terlebih dahulu.

“Jangan mikir aneh-aneh. Uang ini dari hasil penjualan tanah,” terang Han.

“Apa? Tanah yang di mana? Kamu menjual tanah siapa?” cecar Cani gelisah.

Han menggelengkan kepala pelan. Tangannya meremat pundak Cani, meminta Cani untuk tetap tenang.

Han dengan santai memberi tahu Cani, jika uang yang ia bawa, ia dapatkan dari penjualan tanah peninggalan neneknya yang telah diwariskan kepadanya.

“Tanah peninggalan nenek? Kok, Mas nggak pernah kasih tahu aku sebelumnya? Mas mau main rahasia nih sama aku?” sungut Cani sedikit kesal dan merajuk.

Han segera meminta maaf pada Cani, dan menjelaskan mengenai alasan, mengapa ia baru sempat memberi tahu Cani sekarang. Han juga berusaha meyakinkan Cani jika dirinya saja lupa telah memiliki tanah warisan.

Mendengar ocehan Han yang begitu meyakinkan, dan masuk di akal pikirannya, wajah cemberut Cani pun memudar, digantikan dengan sebuah senyuman.

Han mengutarakan keinginannya untuk membantu Cani menyelesaikan permasalahan keluarga. Maka dari itu, Han menjual tanah warisannya. Han juga mengatakan jika tanah tersebut terjual dengan harga pantas.

Han berharap Cani tak lagi memikirkan mengenai tempat tinggal. Han ingin Cani hidup bahagia bersama dirinya, sesuai dengan janji Han di awal pernikahan mereka.

Cani sangat terharu dengan tindakan, dan pengorbanan suaminya. Han rela menjual tanah miliknya demi kepentingan Cani.

“Kamu bisa menggunakan uang ini untuk membeli rumah ayahmu,” ujar Han mengangguk kecil.

Air mata Cani meluncur begitu saja.

Melihat kekasih hatinya menangis. Han langsung menarik Cani ke dalam pelukannya.

“Apakah kamu mengingat perkataan yang aku ucapkan di malam pertama kita?” tanya Han tiba-tiba.

Kepala Cani menggeleng di dada Han. Pikiran Cani tak fokus karena sibuk meluapkan isi hatinya lewat tangisan tanpa suara.

“Aku akan selalu membuatmu bahagia, Sayang,” bisik Han mencium ubun-ubun Cani.

Cani melepas pelukannya pada tubuh kekar Han. Ia ingin melihat wajah tampan sang suami yang terus tersenyum.

“Undang seluruh saudaramu ke sini. Bayar mereka semua. Jangan lupa meminta Pak Lurah untuk menjadi saksi." Han memberi Cani arahan.

Cani menganggukkan kepala. “Terima kasih, Mas Han.” Cani kembali memeluk suaminya. Kali ini pelukan itu makin erat.

***

“Ada apa ini? Meminta kami untuk datang? Kamu pikir, kamu siapa?” ketus Bu Helena.

Orang pertama yang hadir, Bu Helena beserta anak dan menantu kesayangannya. Tak lama kemudian disusul oleh saudara-saudara Cani yang lain.

Dengan riang gembira Cani menyambut kedatangan keluarganya. Tak lupa, Cani juga menyajikan cemilan enak untuk mereka.

“Loh? Kok ada Pak Lurah, dan Pak RT juga?” tanya Mbak Fatin terkejut melihat kehadiran dua orang penting di desa.

“Emangnya hari ini, hari Tuan Indra membeli rumah, ya?” Mbak Fatin bingung karena tidak ada yang menanggapi, atau menjawab pertanyaannya.

Cani berdehem lalu memulai mengungkapkan maksud, dan tujuannya mengadakan pertemuan keluarga ini.

“Terima kasih telah datang. Aku ingin mengubah keputusanku. Aku tidak akan pernah menjual rumah ini kepada Indra,” lontar Cani, suaranya terdengar tegas dan lantang.

Pernyataan Cani membuat mereka semua terkejut.

Detik setelahnya, Victory malah meledek Cani yang plin-plan seperti orang bermuka dua yang omongannya tidak bisa dipegang.

“Maumu apa sih, Mbak? Mau bikin suamiku marah? Suamiku sudah menyiapkan uang buat beli rumah ini!” murka Victory.

“Siapa juga yang mau bikin suamimu marah? Dari awal aku memang tidak mau menjual rumah ini. Mangkanya, aku memutuskan untuk membeli rumah ini,” tegas Cani.

Suara tawa terdengar nyaring, itu suara Indra. Lelaki berwajah tua itu tak bisa menahan gelitik yang dia rasakan atas pernyataan-pernyataan omong kosong Cani.

“Mbakmu kok unik, Dek?” cibir Indra menatap Victory.

“Mbak Cani mau beli pakai apa? Memangnya punya duit?” ejek Victory tak habis pikir.

“Punya duit kok," jawab Cani.

"Idih, duit dari mana? Ngutang?" Victory tak kuasa untuk mencibir.

"Mas Han dapat rezeki dari jual tanah miliknya yang ada di kota. Uangnya aku gunakan untuk menebus rumah ini,” jelas Cani dengan bangga mengatakannya.

“Huh? Mas Han punya tanah? Punya banyak tanah?” cecar Victory menatap sengit Han, tatapannya seakan memaksa Han untuk berbicara.

Han menjelaskan kepada semua orang bahwa ia hanya memiliki satu bidang tanah warisan dari neneknya.

Jawaban Han agaknya membuat Victory bernapas lega.

“Mas Han menjual tanah di kota untuk membeli rumah jelek ini? Kenapa kalian enggak pindah saja ke sana?” cibir Victory memutar kedua bola matanya, heran.

“Ya sudah, mana uanganya! Jangan cuma modal omongan saja!” sela Bu Helena.

Cani mengambil koper yang sedari tadi berada di bawah kursi. Lalu meletakkan koper tersebut di atas meja. Begitu koper terbuka, semua pasang mata di sana langsung tertuju pada lembaran uang seratus ribu yang bersinar terang.

Cani meminta maaf karena telah mengurus surat perjanjian jual beli rumah tanpa sepengetahuan keluarga. Seharusnya Cani tak perlu meminta maaf, toh, mereka juga tidak memberi tahu Cani mengenai rumah keprabon yang harus dibagi.

Bu Helena terlihat kesal, ia tidak menyangka jika Han memiliki tanah warisan. Rencananya untuk mendepak Cani dari rumah ini harus gagal.

“Aku membeli rumah ini sesuai dengan kesepakatan kita sebelumnya. Tiga ratus juga rupiah,” kata Cani tersenyum.

Saudara-saudara Cani saling melirik satu sama lain, seolah sedang berbicara melalui penglihatan mereka. Sedangkan Indra menatap Cani dengan penuh kebencian.

“Untuk para mbakku, dan Masku yang sangat aku hormati. Aku nggak tahu, apakah sebelum melakukan ini padaku, kalian menerima uang dari Indra atau tidak, yang pasti, aku bakal bagi uang ini ke kalian sesuai dengan nominal yang tertera di surat perjanjian,” beber Cani membalik keadaan.

“Sombong kamu. Baru dapat uang segitu aja tingkahnya sudah melebihi orang kaya beneran,” cemooh Mbak Fatin.

Indra yang sudah kepalang malu, memutuskan untuk menjadi orang pertama yang meninggalkan tempat. Harga dirinya jelas tergores. Terlebih, sedari tadi Han tak berhenti menatapnya. Seakan memberi Indra sebuah tekanan, dan anehnya, Indra tak berkutik dengan tatapan Han.

“Sayang, jangan pergi dulu. Uangnya belum dibagi loh. Kamu tega ninggalin aku? Nanti aku pulang naik apa?” Victory menahan Indra yang sudah berada di ambang pintu rumah.

“Jangan pergi, Indra. Kamu bisa menjadi saksi,” pinta Cani.

Senyuman di wajah Cani benar-benar membuat Indra muak. Pada akhirnya, demi menemani Victory, Indra kembali ke tempat duduknya.

Han mengeluarkan ponsel jelek miliknya, ia mulai memotret kegiatan pembagian uang, dan penandatanganan surat-surat penting yang dilakukan keluarga Cani.

Han akan menggunakan foto itu sebagai barang bukti. Tak lupa, Han juga merekam beberapa bagian percakapan mereka.

“Buat apa kamu lakuin itu, Han? Kurang kerjaan. Kamu nggak percaya sama para saksi?” Indra mencibir kelakukan Han.

"Untuk mengantisipasi saksi yang mungkin akan mengungkapkan kesaksian palsu di masa depan.”

Bersambung ...

Related chapters

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 06. Mas Han Pengen WC Duduk

    “Ngomong apa kamu, Han ... Han ....” ejek Indra. “Emang siapa? Saksi yang mengeluarkan kesaksian palsu? Ada-ada saja. Dasar orang miskin,” hina Indra terkekeh dengan tingkah norak Han. “Biasa, baru punya uang tiga ratus juta. Mangkanya sok,” sahut Bu Helena. Han hanya menanggapi ocehan mereka dengan senyuman tipis. “Alhamdullilah ... Semua sudah beres. Sekarang, tanah beserta rumah ini telah resmi menjadi milikku,” ujar Cani merasa lega. Victory menatap sinis kakaknya. Tentu saja, dia tidak senang. “Aku pengen tanya sama kamu, Mas Han.” Victory memandang Han. “Mau tanya apa? Silakan,” jawab Han. “Kamu masih punya tabungan kah? Laku berapa tanah milik nenekmu?” tanya Victory sambil mengangkat dagu. Menunjukkan keangkuhannya. Victory sangat penasaran akan hal tersebut. Sampai-sampai, dia tidak mampu menahan diri untuk tidak bertanya. “Aku tidak punya tabungan. Hasil dari jual tanah, sudah aku berikan untuk membayar kalian,” tutur Han. Victory tersenyum pu

    Last Updated : 2024-07-11
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 07. Mbak Fatin Boleh Jualan Lagi Kok!

    “Jangan ngomong gitu, Mbak. Nggak baik,” ucap Cani. Mbak Fatin melihat meja dagangan Cani yang kosong. “Keripikmu terjual habis lagi?” tanya Mbak Fatin. Cani mengangguk kemudian menjawab, “Iya, Mbak. Tadi ada yang borong.”Mbak Fatin berdecap tidak suka. Mbak Fatin menyuruh Cani untuk melanjutkan kegiatan berberes. Karena Mbak Fatin enggan berlama-lama melihat sang adik. “Aku boleh bantuin kamu, Mbak?” tawar Cani berniat untuk membantu kakaknya membereskan barang. “Heh! Gak usah nyentuh barangku!” bentak Mbak Fatin. “Sana kamu masuk ke rumahmu! Kamu sudah selesai beresin barangmu sendiri ‘kan!” tekannya. Cani terkejut. Pasalnya, ini pertama kalinya bagi Cani mendengar bentakan sang kakak. “Mbak Fatin kok berubah banget ya?” batin Cani bertanya-tanya. “Mbak Fatin kasar sekali?” protes Cani. “Aku berubah juga semua gara-gara kamu! Coba kalau kamu mau menjual rumah ini ke suami Victory. Aku nggak mungkin tertekan seperti ini!” cerocos Mbak Fatin. “Kok nyalahin aku? Aku hanya me

    Last Updated : 2024-07-12
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 08. Dagangan Cani Ditutup Sosok Hitam Besar

    Mbak Fatin menoleh ke arah Cani yang bersuara lantang. “Ya lumayan. Baru dapat dua ratus ribu doang,” jawab Mbak Fatin enteng. “Mbak Fatin mau makan nggak? Kalau mau aku ambilkan.” Cani menawari Mbak Fatin. “Ogah! Palingan juga makanan nggak enak! Aku alergi makan makanan orang susah,” tolak Mbak Fatin congkak. Tingkah tidak tahu diri yang selalu ditampilkan Mbak Fatin. Sukses membuat Han tergelitik. Namun Han terus berusaha menahan diri agar tidak tertawa. “Ya sudah kalau, Mbak Fatin nggak mau makan. Aku makan dulu, Mbak. Tolong jagain warungku sebentar,” pesan Cani. “Ngapain aku jagain warungmu? Kalau mau makan, tinggal aja! Lagian, nggak bakal ada yang beli juga. Keripik pisangmu apek!” cakap Mbak Fatin asal. “Memangnya kamu siapa? Nyuruh aku jagain daganganmu? Bikin kesal saja,” gerutu Mbak Fatin tidak senang. Cani memilih untuk tak menghiraukan Mbak Fatin. Dia ingin makan bersama suami dan para tukang di ruang tamu rumah. Kedatangan Cani disambut baik oleh beberapa tukan

    Last Updated : 2024-07-12
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 09. Mbak Fatin Main Halus

    Sampainya di depan rumah. Cani turun dari atas motor. Tubuhnya berbalik menghadap Han yang masih di atas motor. “Tapi, kali ini aku nggak mau diam saja. Kayaknya mereka memang sengaja, ingin membangunkan singa yang tertidur,” tandas Cani. Han tertawa mendengar ucapan Cani. Wajah Cani tak ada gahar-gaharnya. Justru terlihat makin imut di mata Han. “Singa? Daripada singa. Kamu lebih terlihat seperti kucing, Sayang,” kelakar Han. “Apaan sih, Mas Han! Aku singa kok! Bukan kucing!” sanggah Cani mengerucutkan bibir. Senyuman Han makin lebar. Istrinya sangat menggemaskan. Cani yang merajuk, berjalan memasuki rumah dengan hentakan kaki. Bukannya takut istrinya marah. Han justru terus menggoda Cani. “Pelan-pelan jalannya. Awas nanti jatuh,” kata Han melihat istrinya seperti anak kecil. Setelah mengunci pintu rumah. Han menghampiri istrinya yang kini duduk santai di atas ranjang. “Jadi, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Han. Cani menengok ke samping. Matanya menatap Han dengan intens

    Last Updated : 2024-07-13
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 10. Mbak Fatin Menyambut Karma

    “Huh? Apa, Mas? Coba ulang, barusan ngomong apa? Tadi ada truk lewat. Jadi suara, Mas Han tidak kedengeran!”Han tersenyum tipis. Dia menggelengkan kepala. “Lupakan saja, Sayang. Aku juga sudah lupa,” kata Han. “Iiihhh ... Apa sih? Baru juga bentar! Sudah lupa saja,” gerundel Cani. Cani tak mau ambil pusing. Dia lebih memilih untuk mengakhiri obrolan. Dan menyandarkan kepala pada punggung suaminya. Keesokan hari. Cani meminta sang suami untuk membereskan barang milik Mbak Fatin yang masih ada di depan rumahnya. Seperti kursi dan meja kayu. Han menyewa sebuah tosa untuk mengembalikan barang tersebut. Setelah Han kembali dari mengantar barang Mbak Fatin. Mereka mulai membersihkan toko. Cani berniat menggunakan toko tersebut untuk berjualan. Daripada dianggurin. “Kenapa toko ini, lama dibiarkan tak terpakai?” tanya Han masih penasaran. Sebenarnya, pertanyaan seperti itu pernah Han pertanyakan pada Cani. Namun, waktu itu Cani enggan menjawab. “Ibu tiriku tidak memperbolehkan tok

    Last Updated : 2024-07-13
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 11. Meninggalnya Mbak Fatin. Goodbye, Mbak

    Mbak Fatin mengungkapkan rasa malunya pada Cani. Karena hanya Cani yang bersedia menemaninya di rumah sakit. Bahkan, dengan senang Hati Cani merawat anak Mbak Fatin, tanpa diminta. “Kenapa kamu tidak menertawakan kondisiku?” ucap Mbak Fatin. Suaranya terdengar lirih. Kini Mbak Fatin tengah berbaring lemas, di atas ranjang rumah sakit. Cani tersenyum lembut sambil mengelus kening Mbak Fatin. “Orang lagi kena musibah, kok diketawain?” balas Cani. “Apa yang terjadi, Mbak? Kenapa, Mbak bisa seperti ini? Terus, suamimu ada di mana?” cecar Cani ingin tahu. “Aku memergoki suamiku bercinta dengan wanita lain,” lirih Mbak Fatin. Mbak Fatin terdiam cukup lama. Cani sengaja tak memaksa Mbak Fatin untuk langsung bercerita. Toh, kondisi Mbak Fatin belum sepenuhnya pulih. “Kami bertengkar hebat. Lalu dia pergi entah ke mana. Setelah kepergiannya. Banyak debt collector datang untuk menagih hutang suamiku. Aku sangat tertekan,” urai Mbak Fatin. “Dadakku sesak setiap kali aku mengingat kelak

    Last Updated : 2024-07-14
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 12. Mister X, Si Penagih Hutang Dadakan

    “Astagfirullah ... Nggak perlu sampai ngatain anak orang idiot!” murka Cani. “Aku yang bakal merawat Roni!” Cani paling tidak bisa melihat anak kecil ditindas atau dihina. “Oh ... Mbak Cani mau merawat Roni? Bagus lah ... Sekalian, bayarin biaya anak pertama Mbak Fatin yang lagi mondok. Biar tambah miskin,” ledek Victory. “Merawat seorang anak nggak bakal mungkin bisa bikin makin miskin,” tandas Cani. “Malah enak. Hidupku bakal dipenuhi keberkahan,” tambahnya. “Halah!! Banyak omong! Yaudah sana! Pungut tuh anak! Palingan juga bakal jadi beban doang,” komentar Bu Helena sinis. Cani terus beristigfar setiap kali Bu Helena berbicara. Karena semua yang keluar dari mulut wanita setengah baya itu, tak patut untuk didengar. “Sekarang kalian pulang gih! Rumah ini mau aku kosongin,” usir Victory. “Kita juga mau pulang. Setelah mengambil baju-baju, dan surat penting anak-anak Mbak Fatin,” sosor Cani. “Yaudah! Buruan! Ambil semua kain lusuh itu!” dengus Bu Helena. Cani bergegas mengambi

    Last Updated : 2024-07-14
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 13. Ancaman Mematikan Untuk Mister X

    “Apa maksudmu, Sayang?” Han sungguh tidak mengerti. Cani tak menjawab. Ia justru mengalihkan perhatiannya pada Roni yang masih digendong Han. “Roni, ayo kita makan siang bersama,” ajak Cani. Roni menggelengkan kepala. “Loh, kenapa?” tanya Cani. “Maci ngantuk,” jawab Roni setelah menguap. “Yaudah, ayo balik tidur. Sini ... Bulek temani.”Dalam budaya jawa, Bulek merupakan sebutan untuk tante. Roni meminta turun dari gendongan. Han pun menuruti. Han membiarkan Cani dan Roni menuju ke kasur lantai yang berada di belakang etalase. “Mas Han, tolong jaga toko sebentar. Aku mau menemani Roni tidur,” pesan Cani. “Iya, Sayang. Kamu juga, sekalian tidur siang. Yang tadi, bisa kita lanjut omongin nanti,” balas Han mengerti. Cani mengangguk. “Terima kasih, Mas,” ucap Cani berbaring di atas kasur. Beberapa menit berlalu. Tak butuh waktu lama bagi Roni, untuk kembali terlelap. Anak kecil itu pasti sering tidur siang. “Sayang,” panggil Han lirih. Cani menoleh ke belakang. Menyaksikan ka

    Last Updated : 2024-07-15

Latest chapter

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 139. Kembalinya Cani Kepelukan Han

    "Bergantian? Aku bersedia," sahut Rio. "Gila kamu ya! Mana sudih aku berbagi," sosor Han menarik Cani cukup kencang hingga Cani langsung tersentak kepelukannya. "Cani hanya milikku, sialan," tegas Han melempar tatapan sinis pada saudara kembarnya. Zeilla memutar kedua matanya malas. Ia tahu persis sisi lain dari adiknya yang seperti anak kecil. Tapi, satu hal yang mengejutkan, Rio ternyata tak jauh beda dari Han. “Kania, kamu tahu sendiri kalau aku tidak memiliki teman selain kamu. Sekarang suamimu pun ingin merebutmu dariku,” ujar Rio sengaja mengeluarkan ekspresi memelas.Han berdecap ketika Cani menunjukkan gelagat iba pada Rio.“Kamu nggak kasihan sama aku?” tanya Rio penuh harap. “Kalau kamu ikut suamimu, pasti dia nggak bakal izinin kita bertemu,” imbuhnya.Cani hanya terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa. Pertemuannya dengan Han juga sangat mengejutkan. Bisa dibilang, Cani malu bertatap muka dengan suaminya, karena ia telah ditiduri pria lain, Rio.Di sisi lain, Cani juga

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 138. Pertemuan Cinta Segitiga

    Rio memperhatikan Cani yang sedang sibuk memilih-milih pakaian yang pantas untuk ia kenakan di pertemuan nanti. Ada raut kesedihan yang Rio perlihatkan, jelas Rio tidak rela melepas Cani. Rio berjalan perlahan ke arah Cani, kemudian memeluk erat perut Cani, meletakkan kepalanya pada pundak wanita yang membuatnya tergila-gila itu. "Rio? Kok peluk aku? Aku lagi memilih baju loh. Katanya mau ngajak aku jalan-jalan," protes Cani berusaha melepaskan diri dari Rio. Rio sengaja tidak memberitahu Cani jika hari ini, Cani akan dikembalikan kepada Han. Rio tidak rela. "Aku masih ingin bersamamu, Kania," bisik Ruo menciumi pipi Cani. Cani menggelengkan kepalanya, bermaksud menghindari kecupan Rio. Entah sejak kapan hubungan keduanya terasa begitu dekat. Rio yang awalnya menjadi ancaman, kini berbalik 360 derajat. "Rio ... Nanti make up-ku berantakan, loh ...." keluhnya memukul-mukul prlan punggung tangan Rio yang melingkar di perutnya. "Panggil aku Mas juga. Sama seperti kamu memanggil s

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 137. Saudara Kembar Bertemu Lagi

    Matahari sore menerobos celah tirai sutra tebal, menyorot debu-debu halus yang menari-nari di udara ruangan pribadi Han. Ruangan itu sendiri, mewah dan dingin, mencerminkan pemiliknya, seorang pemimpin kartel yang kejam namun terselubung di balik topeng keanggunan.Di sofa kulit berwarna gelap, duduklah dua sosok yang kontras, yakni Zeilla, Presiden Meksiko dengan aura kepemimpinan yang kuat, dan Han, adik kembarnya yang terbungkus aura misterius dan bahaya.Udara di antara mereka dipenuhi ketegangan yang tak terucapkan, lebih dari sekadar canggung, itu adalah keheningan yang dipenuhi sejarah perselisihan."Kau terlihat baik, Han," ucap Zeilla memecah keheningan yang mencekam. Ia tersenyum tipis, sebuah senyum yang tak mampu menyembunyikan kekhawatiran di baliknya.Han hanya berdehem, matanya menatap ke arah jendela, mengamati kota yang terbentang di bawahnya."Seperti yang kau lihat," jawab Han singkat, tanpa sedikitpun minat.Han tampak acuh, seolah kehadiran Zeilla tak lebih dari

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 136. Selamat Tinggal Haily

    Gerimis mengguyur Dermaga Tua, air laut beriak pelan menghantam tumpukan kayu lapuk. Hime berdiri tegak dengan mantel hitamnya yang membalut tubuh rampingnya.Dinginnya angin laut menusuk kulitnya, namun amarahnya lebih menusuk lagi.Tak berselang lama, Haily datang terlambat dari jadwal perjanjian mereka. Ia dalam kondisi basah kuyup, dan rambutnya melekat di wajahnya yang pucat."Kenapa kamu berani mengkhianatiku, Haily?" suara Hime tajam, menusuk seperti pisau. "Kamu bicara pada Han tentang Cani."Haily yang bingung menggelengkan kepala dengan mata berkaca-kaca. "Kamu ngomong apa sih?" tanya Haily tidak mengerti. "Tidak usah berlagak seperti orang bodoh," ketus Hime, menggertak. "Sumpah! Aku tidak pernah bertemu Han. Lagian, ngapain juga aku bertemu denganya?" Haily menyangkalnya. Karena memang itu kenyataannya. "Bohong!" Hime mendekat, tangannya mengepal."Han tahu semuanya. Dia tahu kita terlibat dalam penculikan Cani. Han bilang kamu yang membocorkannya!""Apaan, sih? Han ya

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 135. Eila, Si Pelayan Gila Fantasi

    Satu per satu pelayan datang, mereka berkumpul lalu berbaris rapi di depan Cani dan Rio. Rio meminta Mizu mengambil pistol kesayangannya yang sering ia pakai ketika beraksi. Sebagai anak buah, Mizu hanya bisa menurut, meski di benaknya terdapat banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Rio. Mizu kembali dengan membuka kotak berisi sentaja, lalu menyerahkannya pada Rio. Melihat Rio memasukkan beberapa peluru pada pistol tersebut, para pelayan menjadi gugup, dan takut. "Kania, tunjuk pelayang yang sudah menyakitimu," pinta Rio berusara lembut. Cani belum mengetahui bahwa Rio memegang senjata di tangan kirinya. "Kania ...." Rio memanggilnya pelan. Kani yang bingung perlahan menggerakkan tangannya, jari telunjuknya mengacung pada salah satu pelayan secara acak. Dan .. Detik itu juga ... BANG! Suara tembakan terdengar hingga membuat semua orang di sana panik, tak terkecuali Cani yang berteriak kencang ketika melihat kening pelayan yang ia tunjuk berlubang sebelum pel

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 134. Kemunculan Zeilla

    Ada apa dengan Bosnya? Tindakan Rio tidak seperti biasanya. Kendati merasa heran, Mizu tak mau ambil pusing, dan lebih memilih membereskan kekacauan yang dibuat Rio. Mizu juga mewanti-wanti anah buahnya yang lain agar menjaga sikap mereka, dan sebisa mungkin tidak membuat Rio kesal atau marah. Keesokan harinya, Cani terbangun dari tidurnya ketika seorang pelayan menguncang tubuhnya dengan kasar. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terisi, Cani memperhatian gerak-gerik pelayan yang terlihat kesal. "Enak ya? Jadi pemuas nafsu Tuan Rio?" sungutnya melempar tatapan sengit pada Cani. Cani terkejut atas pernyataan lantang pelayan itu. "Wanita sepertimu tidak layak tidur di kamar Tuan Rio!" teriaknya menoyor kepala Cani hingga Cani terhuyung ke samping. Tak sampai di situ, pelayan tersebut meraih kedua lengan Cani, lalu menarik Cani ke depan, membiarkan Cani terjungkal di atas karpet berbulu. Pantat Cani yang terekspos, mengeluarkan cairan putih milik Rio yang tidak mampu ia bendung.

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   133. Hasrat Yang Tersalurkan

    Dengan kesadahan yang hampir sirna, Xixu panik melihat Mizu berjalan mendekati Cani yang berada di pangkuan Rio. "Bagaiman, Bos?" Alis Mizu bergerak naik turun, bermaksud menggoda Bosnya. "Jangan menodai istri Tuan Han!" Xixu berteriak kencang, membuat Mizu kembali padanya dan langsung menampar pipi Xixu. "Sepertinya obat yang aku beri terlalu sedikit," ketus Mizu tersenyum miring. Mizu memerintahkan anak buahnya beraksi lebih brutal dari sebelumnya. "Kalau bisa, sampai kelamin jalang ini hancur," desisnya. Perintah Mizu langsung dilaksanakan, jeritan mulai terdengar dari mulut kecil Xixu. Sementara Cani tak sanggup menyaksikan penderitaan Xixu. "Hentikan ...." lirih Cani menundukkan kepala. Pelayan yang masih ada di sana, justru sangat menikmati tontonan yang tersaji di depan mereka, di mana Xixu yang digagahi oleh banyak pria. Cani merasakan pelukan Rio makin mengerat, seolah ingin mencekiknya. "Kania ...." Rio memaksa Cani untuk menatap matanya yang sendu,

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   132. Hukuman Menyedihkan Xixu 18+

    Ketika malam semakin larut, ketika kondisi kediaman Rio makin sepi, Xixu menyelinap masuk ke dalam ruangan pribadi Rio. Sebelumnya, Xixu sudah mematikan seluruh kamera CCTV melalui ruang kontrol yang ada di ruang bawah tanah kastil. Tanpa membuang-buang waktu, Xixu langsung menggeledah seisi ruangan. Tak lupa, ia mengenakan pakaian tertutup serba hitam. Xixu tidak mungkin membiarkan sidik jarinya tertinggal. Saat sedang asyik membuka berbagai macam dokumen di dalam laptop Rio yang berhasil Xixu rentas, tanpa Xixu sadari, Mizu berdiri di belakang Xixu dengan senjata yang siap melubangi kepala Xixu. "Apa yang kau lakukan?" tanya Mizu santai. Xixu tersentak, tubuhnya tiba-tiba kaku tak kala merasakan dinginnya ujung pistol yang menempel di kulit lehernya. Secara perlahan, Xixu mencoba meraih pisau kecil yang telah ia siapkan sebelumnya di dalam kantong celananya. Akan tetapi, gerakannya langsung dihentikan oleh Xixu. Mizu mencengkeram pergelangan tangan Xixu, mengunci pegerakan Xi

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 131. Rio Mulai Terobsesi

    Rio memutuskan untuk melihat langsung tempat kejadian. Begitu sampai di sana, Rio benar-benar dibuat bingung. Rio mengamati anak buahnya yang sedang membersihkan lokasi. Terdapat banyak darah yang menghiasi pelabuhan miliknya. "Han seperti kembali ke masa sebelum dia menjadi Godfather. Apakah Kania setara dengan Tuan Felix?" Rio terus bertanya-tanya serta menerka-nerka mengenai alasan dibalik tindakan Han. "Bukankah Godfather secara tidak langsung menyatakan perang?" celetuk Mizu. "Kita harus melapor pada Pemimpin Kartel," usulnya khawatir. "Jangan sampai peristiwa ini sampai ke telinga Pemimpin. Aku ingin bermain-main dengan Godfather." Rio melarang. Ia tersenyum lebar, darahnya mendidih akibat terlalu senang. "Akhirnya! Setelah tujuh tahun hidup dalam kebosanan, aku bisa merasakan gairahku bangkit!" Rio terlihat sangat menyeramkan di mata para anak buahnya. Mereka sadar jika monster yang selama ini tertidur, kini telah bangun. Tak hanya satu monster, melainkan dua monster. At

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status