Home / Rumah Tangga / Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya / Bab. 01. Bawa Gembel Ke Pesta?

Share

Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya
Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya
Author: Kurnia

Bab. 01. Bawa Gembel Ke Pesta?

Author: Kurnia
last update Last Updated: 2024-07-10 12:23:07

"Lihat! Siapa yang datang?" seru Bu Helena.

Cani dan suaminya berjalan mendekati Bu Helena. Seperti biasa, Cani langsung mencium punggung tangan sang ibu.

Namun, ketika suami Cani ingin menyentuh jari Bu Helena. Wanita itu langsung menarik tangannya, sambil melempar tatapan jijik ke arah sang menantu.

"Haduh! Ngapain sih, Mbak! Kamu pakek datang segala? Sudah aku bilang, enggak usah datang! Sebenarnya kamu baca pesan grup WA keluarga atau enggak, sih?" cerca Victory.

Bu Helena merupakan ibu tiri Cani. Sedangkan Victory adalah adik kandung tunggal bapak. Maksudnya, Victory dan Cani beda ibu, namun satu bapak. Dalam kata lain, Bu Helena menikah dengan ayah Cani, lalu melahirkan Victory.

"Ya … Nggak masalah dong, kalau aku hadir. Aku pengen lihat adikku menikah," terang Cani tersenyum ramah.

Victory berdecap. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Han, suami Cani.

"Lagian ngapain, Mbak ke sini bawa gembel? Bikin makin malu saja," ucap Victory sambil menatap rendah Han.

Meskipun Cani sudah tahu julukan itu untuk suaminya. Tapi dia tetap bertanya, "Siapa yang bawa gembel?"

"Kamu bawa gembel! Suamimu itu gembel. Pengacara, pengangguran banyak acara," hina Victory.

"Berapa kali harus aku katakan? Suamiku bukan pengangguran. Dia bekerja. Jadi, jangan memanggilnya begitu." Dengan sabar Cani memberi pengertian.

Kebencian Victory pada kakak iparnya yang miskin tak pernah padam. Kemiskinan itu bagaikan noda yang tak bisa dihapus dari pandangannya, mencemari setiap pertemuan mereka.

"Kamu pasti iri, melihat pernikahan adikmu yang mewah. Sedangkan kamu hanya menikah di KUA tanpa menggelar pesta resepsi." Salah satu kakak Cani mulai berkomentar.

"Aku sama sekali enggak iri. Waktu itu Bapak lagi sakit, dan nggak punya biaya buat gelar pesta pernikahanku," jelas Cani.

"Halah! Alasan! Mangkanya, kalau dibilangin itu nurut. Coba kamu mau menikah sama lelaki pilihan ibu. Pasti nasibmu nggak bakal kayak gini, Mbak," timpal Victory.

"Adikmu benar. Tapi sayangnya, kamu lebih milih menikah sama pemuda miskin, tidak berguna. Ketimbang sama juragan buah pilihanku," sambung Bu Helena.

"Aku percaya sama Bapak. Mangkanya aku enggak ragu menikahi Mas Han," tandas Cani.

"Batu banget kalau dibilangin. Padahal bukti nyata itu ada. Lihat hidupmu sekarang, engak kaya-kaya, kan? Buat makan aja susah," cibir Bu Helena.

“Sabar, Sayang,” bisik Han tepat di telinga Cani.

Hinaan membabi buta dari keluarga Cani membanjiri ruangan. Namun, Han tetap teguh, sesekali mengelus punggung tangan Cani, jari-jarinya seperti tali pengikat yang menahan Cani dari jurang keputusasaan.

"Gimana kalau kamu bercerai saja?" usul Bu Helena.

Cani menghembuskan napas. Kalimat itu lagi yang keluar dari bibir Bu Helena.

Ibu tirinya benar-benar tidak berkenan untuk menjaga perasaan Han.

"Maaf ya, Ibu. Aku nggak bisa bercerai. Aku sayang banget sama Mas Han," tutur Cani berusaha membela sang suami.

Cani mengelus lengan kekar Han sambil sesekali menyandarkan kepalanya pada pundak Han.

"Idih, mau muntah," ucap Victory memandang jijik kemesraan Han, dan Cani.

"Cari suami itu kayak aku, Mbak. Seorang pengusaha kelapa sawit yang sukses," ujar Victory membanggakan suaminya.

"Iya, aku percaya kok. Tapi suamimu tua, loh," celetuk Cani.

Kalimat yang dilontarkan Cani seperti racun yang menusuk jantung Victory. Ia tak akan membiarkan siapa pun menghina suaminya dengan sebutan "tua". Meskipun itu sebuah kenyataan.

"Heh! Suamiku itu masih berusia tiga puluh tahun! Dari mananya tua?" bentak Victory.

"Dibandingkan denganmu yang masih berusia sembilan belas tahun." Rupanya Cani tak mau kalah.

Karena Victory kesal dengan Cani. Wanita itu meminta ibunya untuk mengusir sang kakak.

"Aku baru sampai kok disuruh pulang?" Cani enggan untuk pergi.

"Mending kamu minggat. Daripada bikin onar," usir Bu Helena.

"Siapa juga yang bikin onar? Aku datang baik-baik," tukas Cani.

"Ada apa sih? Kok kalian berisik banget? Sampai kedengeran dari jauh."

Indra berjalan mendekat. Ia adalah suami Victory, pria yang dikabarkan memiliki kekayaan tak terhingga. Seorang pria matang yang memancarkan aura tenang yang memikat sekaligus menakutkan. Terkesan seperti batu permata yang indah namun menyimpan rahasia di dalamnya.

"Aduh, jadi malu. Ini loh, Mas. Mbak Cani datang bersama suaminya yang kere," terang Victory pada Indra.

"Oh ... Pantesan bikin heboh. Saudaramu norak semua ya, Dek?" Indra mencibir tingkah keluarga istrinya.

"Sifat dan sikap mereka berdua tak jauh beda. Pantas saja berjodoh," batin Cani menggerutu.

Indra beralih pada Han. Mereka pernah bertemu sebelumnya. Dan pandangan Indra terhadap Han tetap sama. Merendahkan.

"Datang ke acara mewah kayak gini. Tapi penampilanmu busuk banget, Han. Mikir lah pakek otak kecilmu." Seperti sebuah kebiasaan, Indra selalu mencela Han.

"Katanya berkelas. Tapi omongannya kayak nggak pernah sekolah," batin Cani kesal.

Berbeda dengan Cani yang geregetan pengen nampol wajah tua Indra. Han justru bersikap santai. Orang seperti Indra memang senang jika lawannya melawan.

"Yang aku pakai hari ini adalah baju terbaik yang aku miliki. Maaf jika tidak sesuai keinginanmu." Untuk pertama kalinya Han membalas perkataan seseorang di pesta ini.

"Sikapmu kayak orang berpendidikan. Padahal cuma tamatan SMP." Bu Helena mencibir Han.

"Biasanya orang seperti itu, suka berlagak layaknya old money," timpal Indra.

"Kalau dilihat-lihat, Mas Han emang sok cool selama ini. Padahal enggak punya duit," ledek Victory.

Gelak tawa saudara-saudara Cani menyambut penghinaan Victory terhadap Han, membentuk kontras yang menyayat dengan wajah Cani yang menegang. Ocehan Victory bagaikan pisau yang mengiris-iris harga diri Cani. Sementara tawa itu menjadi pengingat akan ketidakberdayaan Cani.

"Han, kamu sekarang bekerja di mana?" Pertanyaan Indra pada Han menghentikan tawa mereka.

"Masih di tempat yang sama. Menjadi satpam di pabrik sepatu," jawab Han tenang.

"Bukannya satpam gajinya dikit ya? UMR, kan? Mending kamu kerja jadi buruh di perkebunanku," tawar Indra.

Ajakan itu terdengar bagus. Namun, Indra mengucapkannya dengan nada mengejek. Sudah jelas jika Indra tak bersungguh-sungguh. Dan hanya ingin mempermainkan Han.

"Makasih atas tawarannya, wahai adik ipar tajir. Tapi sayang sekali. Kontrak kerja Mas Han masih panjang. Jadi nggak mungkin keluar, terus pindah ke tempat lain," sosor Cani.

Akhirnya atensi Indra teralihkan pada Cani.

"Mas, dia ini Mbak Cani. Mbakku yang nikah sama cowok homeless," terang Victory.

"Sayang sekali. Padahal Mbakmu ini punya paras yang cantik. Tapi kelihatan jelek. Mungkin karena nggak dimodalin sama suaminya," urai Indra seenaknya.

"Ya nggak mungkin dimodalin," sahut Bu Helena membenarkan Indra.

"Mbak Cani menyia-nyiakan kecantikannya demi menikahi Mas Han," ledek Victory.

"Nanti aku kenalin temanku yang punya kebun jeruk. Kalau beruntung, Mbakmu bisa jadi istri kedua temanku," tutur Indra.

Lama-kelamaan Cani merasa jengah dengan segala ocehan tidak bermutu keluarganya. Dia yang tidak betah pun memutuskan untuk undur diri.

Sebelum pergi, Cani memberi amplop pada adiknya. Begitu pun dengan Han yang memberi amplop pada Indra.

Tanpa Cani duga, Indra membuang amplop pemberian Han dengan kasar, lalu menginjaknya tanpa ampun. Gerakannya yang penuh penghinaan itu, bagaikan sebuah tamparan keras bagi hati Cani yang rapuh. Perilaku Indra bagaikan pisau yang merobek jiwanya.

Indra pasti sengaja.

Cani melirik sang suami yang menatap datar kelakuan tak terpuji Indra.

"Loh? Kok diinjak amplopnya, Mas?" tanya Victory pada suaminya.

Cani berhenti berjalan saat mendengar suara Victory yang sepertinya sengaja dibuat lantang.

"Isinya paling cuma uang lima puluh ribu. Uang sekecil itu tidak berarti," jawab Indra.

Cani membalikkan badannya. Ia kembali melangkah mendekati sepasang pengantin.

Sekuat tenaga Cani menahan kesedihan yang bercampur dengan amarah.

"Jangan lihat dari nominalnya. Uang lima puluh ribu sangat berarti bagi kami," tegas Cani.

"Oh? Sangat berarti ya? Ya sudah, Mbak Cani bisa ambil kembali. Silahkan. Aku nggak butuh."

Bersambung…

Related chapters

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 02. Disinggung Soal Rumah Warisan

    Rasa amarah membara di dada Cani. Tatapannya tajam, menusuk ke arah Victory yang berdiri di hadapannya. Wajah Victory, yang biasanya memancarkan keceriaan, kini terlihat begitu menyebalkan di mata Cani. "Aku ingin sekali menghancurkan wajahmu yang menyebalkan itu!" desis Cani, tangannya mengepal erat. "Ngomong apa sih, Mbak? Orang miskin bisa apa? Ambil lagi nih uangmu!" Victory melempar amplop pemberian Cani tepat mengenai wajah Cani. Cani berusaha keras untuk menahan diri, meski tingkah Victory sudah keterlaluan. "Gayamu, Dek. Padahal dulu uang segitu sudah banyak buat kamu. Sekarang kamu sombong banget," ujar Cani. Cani agak miris melihat kelakukan congkak keluarganya. Mereka seakan melupakan kehidupan mereka sebelumnya. Terutama untuk Ibu Tiri dan adiknya. "Apaan sih, Mbak. Dulu ya dulu. Manusia itu mengalami peningkatan sosial. Bukan penurunan sosial kayak kamu!" ketus Victory. "Sayang, ayo kita pulang saja," ajak Han menggenggam lengan Cani. "Pulang sana! Aku udah

    Last Updated : 2024-07-10
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 03. Niat Busuk Victory dan Bu Helena

    Dengan santai Han menjawab, “Aku tidak dipecat, Sayang. Hari ini atasan di pabrik datang. Sehingga karyawan tidak diperkenankan untuk lembur. Mangkanya aku bisa pulang lebih awal.” Cani menghela napas panjang, rasa lega membanjiri hatinya. Suaminya ternyata tidak dipecat. "Oh ... Kirain dipecat,” sahut Mbak Fatin. “Tapi, kalau enggak lembur bayarannya makin dikit. Mana ada duit buat beli rumah keprabon,” lanjutnya mencibir. “Membeli rumah Keprabon?” tanya Han mengernyitkan dahi. Cani enggan berdebat, dengan lembut meminta Han masuk rumah. Tanpa membantah, Han menurutinya. “Kita bisa bicarakan ini nanti, Mbak. Lagi pula, Mas Han nggak ada hubungannya dengan warisan keluarga kita. Aku harap, Mbak Fatin tidak menyudutkan Mas Han,” tegas Cani. Dengan langkah cepat, Cani bergegas menuju rumah, ia tak mau berlama-lama menunggu tanggapan kakaknya. Begitu masuk ke dalam rumah, Cani sudah disambut oleh Han yang ternyata menunggunya. “Maksud dari mbakmu apa, Sayang?” tanya Han bersuara l

    Last Updated : 2024-07-10
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 04. Mengukur Ulang Tanah Warisan

    Perdebatan sengit tak terhindarkan. Saudara Cani yang lain mulai ikut menyudutkan Cani. Menyalahkan Cani, dan menuduh Cani serakah. "Rumah keprabon harus dibagi!" bentak Mbak Fatin. “Sebelum ayah meninggal. Ayah sudah membagi tanah kosong samping rumah. Sedangkan rumah ini adalah hakku. Ayah sendiri yang mengatakannya,” tegas Cani. “Mana buktinya kalau ayah kasih rumah ini sama kamu? Jangan asal ngoceh kamu!” tuntut Mbak Fatin. Cani menatap kakak pertamanya, dan Bu Helena yang menjadi saksi waktu itu. Cani meminta dua orang itu mengungkapkan kebenaran. Namun, keduanya mengelak pernyataan Cani. Bu Helena malah menuduh jika Cani suka ngarang. “Kok tega kalian bohong?” Cani putus asa. Cani mencegah Han yang ingin membantu dirinya berbicara. Cani tidak ingin Han diserang oleh saudara-saudaranya yang beringas. Alhasil, Han pun tak bisa mengeluarkan pendapatnya. Padahal Han sudah geregetan. “Kamu yang bohong! Mana ada ayahmu ngasih rumah keluarga kepadamu! Dasar halu!” cela Bu Helena

    Last Updated : 2024-07-10
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 05. Rumah Keprabon Menjadi Milik Cani

    Dengan senyuman tipis, Han menjawab, “Uang ini milikku, Sayang.” Sontak Cani terkejut sekaligus tak percaya. Masa iya, suaminya memiliki uang sebanyak ini? Dari mana coba? “Mas Han jangan bohong ... Sekarang, Mas jawab jujur, dapat uang ini dari mana?” tanya Cani sedikit mendesak Han agar segera menjawab dengan benar. Han menatap Cani intens. Sebelum menjawab, Han sempat menghela napas terlebih dahulu. “Jangan mikir aneh-aneh. Uang ini dari hasil penjualan tanah,” terang Han. “Apa? Tanah yang di mana? Kamu menjual tanah siapa?” cecar Cani gelisah. Han menggelengkan kepala pelan. Tangannya meremat pundak Cani, meminta Cani untuk tetap tenang. Han dengan santai memberi tahu Cani, jika uang yang ia bawa, ia dapatkan dari penjualan tanah peninggalan neneknya yang telah diwariskan kepadanya. “Tanah peninggalan nenek? Kok, Mas nggak pernah kasih tahu aku sebelumnya? Mas mau main rahasia nih sama aku?” sungut Cani sedikit kesal dan merajuk. Han segera meminta maaf pada Cani, dan menj

    Last Updated : 2024-07-10
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 06. Mas Han Pengen WC Duduk

    “Ngomong apa kamu, Han ... Han ....” ejek Indra. “Emang siapa? Saksi yang mengeluarkan kesaksian palsu? Ada-ada saja. Dasar orang miskin,” hina Indra terkekeh dengan tingkah norak Han. “Biasa, baru punya uang tiga ratus juta. Mangkanya sok,” sahut Bu Helena. Han hanya menanggapi ocehan mereka dengan senyuman tipis. “Alhamdullilah ... Semua sudah beres. Sekarang, tanah beserta rumah ini telah resmi menjadi milikku,” ujar Cani merasa lega. Victory menatap sinis kakaknya. Tentu saja, dia tidak senang. “Aku pengen tanya sama kamu, Mas Han.” Victory memandang Han. “Mau tanya apa? Silakan,” jawab Han. “Kamu masih punya tabungan kah? Laku berapa tanah milik nenekmu?” tanya Victory sambil mengangkat dagu. Menunjukkan keangkuhannya. Victory sangat penasaran akan hal tersebut. Sampai-sampai, dia tidak mampu menahan diri untuk tidak bertanya. “Aku tidak punya tabungan. Hasil dari jual tanah, sudah aku berikan untuk membayar kalian,” tutur Han. Victory tersenyum pu

    Last Updated : 2024-07-11
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 07. Mbak Fatin Boleh Jualan Lagi Kok!

    “Jangan ngomong gitu, Mbak. Nggak baik,” ucap Cani. Mbak Fatin melihat meja dagangan Cani yang kosong. “Keripikmu terjual habis lagi?” tanya Mbak Fatin. Cani mengangguk kemudian menjawab, “Iya, Mbak. Tadi ada yang borong.”Mbak Fatin berdecap tidak suka. Mbak Fatin menyuruh Cani untuk melanjutkan kegiatan berberes. Karena Mbak Fatin enggan berlama-lama melihat sang adik. “Aku boleh bantuin kamu, Mbak?” tawar Cani berniat untuk membantu kakaknya membereskan barang. “Heh! Gak usah nyentuh barangku!” bentak Mbak Fatin. “Sana kamu masuk ke rumahmu! Kamu sudah selesai beresin barangmu sendiri ‘kan!” tekannya. Cani terkejut. Pasalnya, ini pertama kalinya bagi Cani mendengar bentakan sang kakak. “Mbak Fatin kok berubah banget ya?” batin Cani bertanya-tanya. “Mbak Fatin kasar sekali?” protes Cani. “Aku berubah juga semua gara-gara kamu! Coba kalau kamu mau menjual rumah ini ke suami Victory. Aku nggak mungkin tertekan seperti ini!” cerocos Mbak Fatin. “Kok nyalahin aku? Aku hanya me

    Last Updated : 2024-07-12
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 08. Dagangan Cani Ditutup Sosok Hitam Besar

    Mbak Fatin menoleh ke arah Cani yang bersuara lantang. “Ya lumayan. Baru dapat dua ratus ribu doang,” jawab Mbak Fatin enteng. “Mbak Fatin mau makan nggak? Kalau mau aku ambilkan.” Cani menawari Mbak Fatin. “Ogah! Palingan juga makanan nggak enak! Aku alergi makan makanan orang susah,” tolak Mbak Fatin congkak. Tingkah tidak tahu diri yang selalu ditampilkan Mbak Fatin. Sukses membuat Han tergelitik. Namun Han terus berusaha menahan diri agar tidak tertawa. “Ya sudah kalau, Mbak Fatin nggak mau makan. Aku makan dulu, Mbak. Tolong jagain warungku sebentar,” pesan Cani. “Ngapain aku jagain warungmu? Kalau mau makan, tinggal aja! Lagian, nggak bakal ada yang beli juga. Keripik pisangmu apek!” cakap Mbak Fatin asal. “Memangnya kamu siapa? Nyuruh aku jagain daganganmu? Bikin kesal saja,” gerutu Mbak Fatin tidak senang. Cani memilih untuk tak menghiraukan Mbak Fatin. Dia ingin makan bersama suami dan para tukang di ruang tamu rumah. Kedatangan Cani disambut baik oleh beberapa tukan

    Last Updated : 2024-07-12
  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 09. Mbak Fatin Main Halus

    Sampainya di depan rumah. Cani turun dari atas motor. Tubuhnya berbalik menghadap Han yang masih di atas motor. “Tapi, kali ini aku nggak mau diam saja. Kayaknya mereka memang sengaja, ingin membangunkan singa yang tertidur,” tandas Cani. Han tertawa mendengar ucapan Cani. Wajah Cani tak ada gahar-gaharnya. Justru terlihat makin imut di mata Han. “Singa? Daripada singa. Kamu lebih terlihat seperti kucing, Sayang,” kelakar Han. “Apaan sih, Mas Han! Aku singa kok! Bukan kucing!” sanggah Cani mengerucutkan bibir. Senyuman Han makin lebar. Istrinya sangat menggemaskan. Cani yang merajuk, berjalan memasuki rumah dengan hentakan kaki. Bukannya takut istrinya marah. Han justru terus menggoda Cani. “Pelan-pelan jalannya. Awas nanti jatuh,” kata Han melihat istrinya seperti anak kecil. Setelah mengunci pintu rumah. Han menghampiri istrinya yang kini duduk santai di atas ranjang. “Jadi, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Han. Cani menengok ke samping. Matanya menatap Han dengan intens

    Last Updated : 2024-07-13

Latest chapter

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 139. Kembalinya Cani Kepelukan Han

    "Bergantian? Aku bersedia," sahut Rio. "Gila kamu ya! Mana sudih aku berbagi," sosor Han menarik Cani cukup kencang hingga Cani langsung tersentak kepelukannya. "Cani hanya milikku, sialan," tegas Han melempar tatapan sinis pada saudara kembarnya. Zeilla memutar kedua matanya malas. Ia tahu persis sisi lain dari adiknya yang seperti anak kecil. Tapi, satu hal yang mengejutkan, Rio ternyata tak jauh beda dari Han. “Kania, kamu tahu sendiri kalau aku tidak memiliki teman selain kamu. Sekarang suamimu pun ingin merebutmu dariku,” ujar Rio sengaja mengeluarkan ekspresi memelas.Han berdecap ketika Cani menunjukkan gelagat iba pada Rio.“Kamu nggak kasihan sama aku?” tanya Rio penuh harap. “Kalau kamu ikut suamimu, pasti dia nggak bakal izinin kita bertemu,” imbuhnya.Cani hanya terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa. Pertemuannya dengan Han juga sangat mengejutkan. Bisa dibilang, Cani malu bertatap muka dengan suaminya, karena ia telah ditiduri pria lain, Rio.Di sisi lain, Cani juga

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 138. Pertemuan Cinta Segitiga

    Rio memperhatikan Cani yang sedang sibuk memilih-milih pakaian yang pantas untuk ia kenakan di pertemuan nanti. Ada raut kesedihan yang Rio perlihatkan, jelas Rio tidak rela melepas Cani. Rio berjalan perlahan ke arah Cani, kemudian memeluk erat perut Cani, meletakkan kepalanya pada pundak wanita yang membuatnya tergila-gila itu. "Rio? Kok peluk aku? Aku lagi memilih baju loh. Katanya mau ngajak aku jalan-jalan," protes Cani berusaha melepaskan diri dari Rio. Rio sengaja tidak memberitahu Cani jika hari ini, Cani akan dikembalikan kepada Han. Rio tidak rela. "Aku masih ingin bersamamu, Kania," bisik Ruo menciumi pipi Cani. Cani menggelengkan kepalanya, bermaksud menghindari kecupan Rio. Entah sejak kapan hubungan keduanya terasa begitu dekat. Rio yang awalnya menjadi ancaman, kini berbalik 360 derajat. "Rio ... Nanti make up-ku berantakan, loh ...." keluhnya memukul-mukul prlan punggung tangan Rio yang melingkar di perutnya. "Panggil aku Mas juga. Sama seperti kamu memanggil s

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 137. Saudara Kembar Bertemu Lagi

    Matahari sore menerobos celah tirai sutra tebal, menyorot debu-debu halus yang menari-nari di udara ruangan pribadi Han. Ruangan itu sendiri, mewah dan dingin, mencerminkan pemiliknya, seorang pemimpin kartel yang kejam namun terselubung di balik topeng keanggunan.Di sofa kulit berwarna gelap, duduklah dua sosok yang kontras, yakni Zeilla, Presiden Meksiko dengan aura kepemimpinan yang kuat, dan Han, adik kembarnya yang terbungkus aura misterius dan bahaya.Udara di antara mereka dipenuhi ketegangan yang tak terucapkan, lebih dari sekadar canggung, itu adalah keheningan yang dipenuhi sejarah perselisihan."Kau terlihat baik, Han," ucap Zeilla memecah keheningan yang mencekam. Ia tersenyum tipis, sebuah senyum yang tak mampu menyembunyikan kekhawatiran di baliknya.Han hanya berdehem, matanya menatap ke arah jendela, mengamati kota yang terbentang di bawahnya."Seperti yang kau lihat," jawab Han singkat, tanpa sedikitpun minat.Han tampak acuh, seolah kehadiran Zeilla tak lebih dari

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 136. Selamat Tinggal Haily

    Gerimis mengguyur Dermaga Tua, air laut beriak pelan menghantam tumpukan kayu lapuk. Hime berdiri tegak dengan mantel hitamnya yang membalut tubuh rampingnya.Dinginnya angin laut menusuk kulitnya, namun amarahnya lebih menusuk lagi.Tak berselang lama, Haily datang terlambat dari jadwal perjanjian mereka. Ia dalam kondisi basah kuyup, dan rambutnya melekat di wajahnya yang pucat."Kenapa kamu berani mengkhianatiku, Haily?" suara Hime tajam, menusuk seperti pisau. "Kamu bicara pada Han tentang Cani."Haily yang bingung menggelengkan kepala dengan mata berkaca-kaca. "Kamu ngomong apa sih?" tanya Haily tidak mengerti. "Tidak usah berlagak seperti orang bodoh," ketus Hime, menggertak. "Sumpah! Aku tidak pernah bertemu Han. Lagian, ngapain juga aku bertemu denganya?" Haily menyangkalnya. Karena memang itu kenyataannya. "Bohong!" Hime mendekat, tangannya mengepal."Han tahu semuanya. Dia tahu kita terlibat dalam penculikan Cani. Han bilang kamu yang membocorkannya!""Apaan, sih? Han ya

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 135. Eila, Si Pelayan Gila Fantasi

    Satu per satu pelayan datang, mereka berkumpul lalu berbaris rapi di depan Cani dan Rio. Rio meminta Mizu mengambil pistol kesayangannya yang sering ia pakai ketika beraksi. Sebagai anak buah, Mizu hanya bisa menurut, meski di benaknya terdapat banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Rio. Mizu kembali dengan membuka kotak berisi sentaja, lalu menyerahkannya pada Rio. Melihat Rio memasukkan beberapa peluru pada pistol tersebut, para pelayan menjadi gugup, dan takut. "Kania, tunjuk pelayang yang sudah menyakitimu," pinta Rio berusara lembut. Cani belum mengetahui bahwa Rio memegang senjata di tangan kirinya. "Kania ...." Rio memanggilnya pelan. Kani yang bingung perlahan menggerakkan tangannya, jari telunjuknya mengacung pada salah satu pelayan secara acak. Dan .. Detik itu juga ... BANG! Suara tembakan terdengar hingga membuat semua orang di sana panik, tak terkecuali Cani yang berteriak kencang ketika melihat kening pelayan yang ia tunjuk berlubang sebelum pel

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 134. Kemunculan Zeilla

    Ada apa dengan Bosnya? Tindakan Rio tidak seperti biasanya. Kendati merasa heran, Mizu tak mau ambil pusing, dan lebih memilih membereskan kekacauan yang dibuat Rio. Mizu juga mewanti-wanti anah buahnya yang lain agar menjaga sikap mereka, dan sebisa mungkin tidak membuat Rio kesal atau marah. Keesokan harinya, Cani terbangun dari tidurnya ketika seorang pelayan menguncang tubuhnya dengan kasar. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terisi, Cani memperhatian gerak-gerik pelayan yang terlihat kesal. "Enak ya? Jadi pemuas nafsu Tuan Rio?" sungutnya melempar tatapan sengit pada Cani. Cani terkejut atas pernyataan lantang pelayan itu. "Wanita sepertimu tidak layak tidur di kamar Tuan Rio!" teriaknya menoyor kepala Cani hingga Cani terhuyung ke samping. Tak sampai di situ, pelayan tersebut meraih kedua lengan Cani, lalu menarik Cani ke depan, membiarkan Cani terjungkal di atas karpet berbulu. Pantat Cani yang terekspos, mengeluarkan cairan putih milik Rio yang tidak mampu ia bendung.

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   133. Hasrat Yang Tersalurkan

    Dengan kesadahan yang hampir sirna, Xixu panik melihat Mizu berjalan mendekati Cani yang berada di pangkuan Rio. "Bagaiman, Bos?" Alis Mizu bergerak naik turun, bermaksud menggoda Bosnya. "Jangan menodai istri Tuan Han!" Xixu berteriak kencang, membuat Mizu kembali padanya dan langsung menampar pipi Xixu. "Sepertinya obat yang aku beri terlalu sedikit," ketus Mizu tersenyum miring. Mizu memerintahkan anak buahnya beraksi lebih brutal dari sebelumnya. "Kalau bisa, sampai kelamin jalang ini hancur," desisnya. Perintah Mizu langsung dilaksanakan, jeritan mulai terdengar dari mulut kecil Xixu. Sementara Cani tak sanggup menyaksikan penderitaan Xixu. "Hentikan ...." lirih Cani menundukkan kepala. Pelayan yang masih ada di sana, justru sangat menikmati tontonan yang tersaji di depan mereka, di mana Xixu yang digagahi oleh banyak pria. Cani merasakan pelukan Rio makin mengerat, seolah ingin mencekiknya. "Kania ...." Rio memaksa Cani untuk menatap matanya yang sendu,

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   132. Hukuman Menyedihkan Xixu 18+

    Ketika malam semakin larut, ketika kondisi kediaman Rio makin sepi, Xixu menyelinap masuk ke dalam ruangan pribadi Rio. Sebelumnya, Xixu sudah mematikan seluruh kamera CCTV melalui ruang kontrol yang ada di ruang bawah tanah kastil. Tanpa membuang-buang waktu, Xixu langsung menggeledah seisi ruangan. Tak lupa, ia mengenakan pakaian tertutup serba hitam. Xixu tidak mungkin membiarkan sidik jarinya tertinggal. Saat sedang asyik membuka berbagai macam dokumen di dalam laptop Rio yang berhasil Xixu rentas, tanpa Xixu sadari, Mizu berdiri di belakang Xixu dengan senjata yang siap melubangi kepala Xixu. "Apa yang kau lakukan?" tanya Mizu santai. Xixu tersentak, tubuhnya tiba-tiba kaku tak kala merasakan dinginnya ujung pistol yang menempel di kulit lehernya. Secara perlahan, Xixu mencoba meraih pisau kecil yang telah ia siapkan sebelumnya di dalam kantong celananya. Akan tetapi, gerakannya langsung dihentikan oleh Xixu. Mizu mencengkeram pergelangan tangan Xixu, mengunci pegerakan Xi

  • Suami Miskinku Ternyata Mafia Kaya   Bab. 131. Rio Mulai Terobsesi

    Rio memutuskan untuk melihat langsung tempat kejadian. Begitu sampai di sana, Rio benar-benar dibuat bingung. Rio mengamati anak buahnya yang sedang membersihkan lokasi. Terdapat banyak darah yang menghiasi pelabuhan miliknya. "Han seperti kembali ke masa sebelum dia menjadi Godfather. Apakah Kania setara dengan Tuan Felix?" Rio terus bertanya-tanya serta menerka-nerka mengenai alasan dibalik tindakan Han. "Bukankah Godfather secara tidak langsung menyatakan perang?" celetuk Mizu. "Kita harus melapor pada Pemimpin Kartel," usulnya khawatir. "Jangan sampai peristiwa ini sampai ke telinga Pemimpin. Aku ingin bermain-main dengan Godfather." Rio melarang. Ia tersenyum lebar, darahnya mendidih akibat terlalu senang. "Akhirnya! Setelah tujuh tahun hidup dalam kebosanan, aku bisa merasakan gairahku bangkit!" Rio terlihat sangat menyeramkan di mata para anak buahnya. Mereka sadar jika monster yang selama ini tertidur, kini telah bangun. Tak hanya satu monster, melainkan dua monster. At

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status