Share

Bab 4

Pria itu adalah paman bungsu di Keluarga Martin, dia adalah Jehian Martin, adiknya Johan.

Meskipun Jehian adalah adiknya Johan, dikarenakan mereka tidak dilahirkan dari ibu yang sama dan usia Jehian yang berbeda jauh dari Johan, bahkan hanya lebih besar beberapa tahun dari Nefan, jadi dia sampai sekarang masih lajang.

"Jehian, kamu kemarin malam ke mana sampai pulang begitu larut malam?" tanya Wenny dengan mengernyitkan alisnya.

Jehian bukan anak muda lagi, tapi dia sangat nakal, sering bermain wanita di luar, bahkan jarang pulang ke rumah. Mereka sekeluarga bahkan sering tidak melihat bayangannya ketika makan bersama.

"Kak Wenny, kamu memfitnahku, loh. Kemarin malam aku nggak ke luar, aku hanya di rumah. Benar 'kan, Susi?" Ketika Jehian berbicara, dia terus tersenyum licik terhadap Susi dan menanya dengan nada aneh.

Susi langsung terkejut, dia pun menebak sesuatu.

Apa maksud dari Jehian?

Apakah pria kemarin malam adalah Jehian?

Pikiran ini langsung membuat wajah Susi menjadi pucat! Dalam sekejap dirinya seperti burung yang berhenti di tempat karena ketakutan.

Jehian adalah adik dari ayah mertuanya, Johan. Bahkan secara garis senioritas posisinya Jehian lebih tinggi satu tingkat dari Susi. Kalau Susi benar-benar bersamanya kemarin malam, bukankah hubungan itu akan sangat kacau?

Perasaan Susi menjadi sangat kacau, bahkan badannya menjadi kaku dan pikiran pun menjadi kosong.

"Susi?!" ujar Wenny setelah tidak mendapat jawaban dari Susi.

Susi seperti kehabisan tenaga hingga terdiam di tempat sambil meratapi penyesalannya. Dia sama sekali tidak menyadari mertuanya yang memanggilnya dan semua orang yang memandangnya.

Di saat ini, tiba-tiba seseorang menendang kakinya dari bawah.

Susi langsung sadar dan berkata, "Hah?!"

Susi mendongak dengan frustrasi sambil melihat ke arah Nefan.

Tendangan itu jelas-jelas ditendang dari depannya.

Namun, saat Susi sadar dan melihat ke arah Nefan, dia malah melihatnya sedang menyantap sarapan dengan ekspresi tenang dan memancarkan aura yang membuat orang segan.

Sepertinya bukan Nefan yang menendangnya.

Apakah masih ada orang lain?

Di tempat ini selain Nefan, hanya ada Johan, Wenny dan Rubi. Apakah tadi salah satu di antara mereka yang memberikan kode?

Ketika Susi sedang kebingungan, Wenny berkata, "Susi, apa yang terjadi padamu hari ini? Kenapa kamu terus melamun? Kamu mengabaikan Jehian, bahkan kupanggil juga hanya diam?"

"Maaf Ibu, tadi aku sedang memikirkan sesuatu," ujar Susi dengan canggung.

Wenny dengan ekspresi masam berkata, "Apa yang kamu pikirkan?"

"Aku ...."

"Billy sudah perjalanan bisnis setengah tahun, ya? Kurasa Susi sedang merindukan suaminya," ujar Jehian dengan nada canda sambil menatapnya dengan senyuman seakan-akan membantunya menjawab.

Siapa sangka, jawaban Jehian malah membuat Susi menjadi lebih canggung.

Susi mendongak menatap Jehian, dia malah melihat Jehian yang memainkan mata padanya dengan ekspresi nakal.

Susi benar-benar sangat terkejut! Susi khawatir masalah aneh apa yang akan disebabkan Jehian yang nakal ini di depan begitu banyak orang.

Susi buru-buru menundukkan kepalanya dan tidak memedulikannya lagi.

"Kamu memang nggak punya sopan santun." Wenny sejak awal tidak menyukainya pun meliriknya dengan tatapan tidak senang.

Jehian meletakkan kedua tangan di dalam saku celana sambil duduk dengan senyuman nakal.

Pembantunya memberikan alat makan kepada Jehian, tapi dia tidak makan, melainkan terus menatap Susi.

Susi merasa merinding seluruh tubuh karena tatapan panas dari Jehian.

Karena takut ada orang di meja makan yang menyadari keanehannya, Susi pun memanggilnya, "Paman."

Barusan saja Susi menyapa, di bawah meja tiba-tiba muncul kaki seorang pria menyentuh punggung kakinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status