Susi yang terkejut hampir saja berdiri.Siapa yang berani menggoda Susi dengan terang-terangan di ruang makan yang ramai?"Susi, ada apa denganmu?" tanya Wenny dengan ragu melihat ekspresi Susi yang berubah."Nggak, aku baik-baik saja." Susi dengan panik menggelengkan kepalanya, rasa bersalah yang kuat membuat wajahnya menjadi pucat.Terutama sepasang kaki di bawah meja yang tidak berhenti menyentuh punggung kakinya, bahkan mulai bergerak ke bagian paha yang memakai kaus kaki hitam membuat Susi sangat tercengang dan menjadi tegang.Rubi melihat perubahan ekspresi Susi pun menyindir, "Ibu nggak tahu apa yang terjadi padanya? Dia pasti sudah melihat berita skandal Billy di surat kabar pagi ini.""Skandal suamiku?" Perhatian Susi langsung teralihkan, bahkan melihat Rubi dengan terkejut."Kenapa? Sepertinya kamu belum tahu, ya?" Rubi langsung memberikan surat kabar, bahkan membuka bagian berita hiburan.Susi mengambil surat kabar itu dengan bingung. Hampir semua berita hiburan dipenuhi den
Susi mulai melawan dengan rasa malu, tapi dia tidak berani melakukan gerakan yang terlalu besar karena takut mengejutkan kedua mertuanya yang sedang makan.Siapa sangka, semakin dirinya melawan, sepasang kaki itu menjadi semakin keterlaluan.Kaki itu bahkan sengaja mengelus bagian dalam pahanya hingga membuat wajahnya terus-menerus tersipu kemerahan"Ayah, Ibu, aku sudah kenyang. Aku pergi kerja dulu." Susi segera menyelesaikan sarapannya dan berdiri untuk berpamitan dengan kedua mertuanya.Johan menganggukkan kepalanya mengizinkannya untuk pergi.Susi barusan saja membalikkan badannya langsung mendengar Wenny yang mengomel."Dia memang nggak sopan sekali. Kita yang tua belum selesai makan, dia malah menyelesaikan makanannya dan pergi duluan.""Betul, Ibu. Ibu, jangan pedulikan dia, ya," ujar Rubi dari sampingnya.Susi hanya tersenyum dengan cuek. Sejak menikah dan bergabung dengan Keluarga Martin, Susi sudah terbiasa dengan kebencian Wenny dan Rubi kepadanya.Mereka punya alasan untuk
Jantung Susi tiba-tiba terasa berhenti sesaat.Tatapannya menjadi kacau ketika teringat kejadian memalukan kemarin malam.Apakah pria kemarin malam adalah Jehian?"Paman, kemarin ... kamu ... aku ...." Susi menarik napas panjang untuk menanyakan dengan jelas.Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari belakang.Badan Susi langsung menjadi tegang dan tidak berani menanyakan lagi ketika mendengar suara dari belakang."Lepaskan aku!" Susi mengernyit sambil memelototinya saat memberi isyarat mulut.Susi tidak bisa menjelaskan dengan jelas kalau Keluarga Martin melihat mereka berdua bermesraan di garasi."Kamu takut?" Jehian melihat kepanikan Susi, tapi dia tetap merangkul pinggangnya dengan kuat.Bibir Jehian yang seksi menunjukkan senyuman samar-samar hingga ekspresinya terlihat sangat jahat.Susi mengernyit dan ingin melawan, tapi sekuat apa pun perlawanan yang dilakukan tetap saja tidak bisa terlepas dari pelukan Jehian.Susi sangat kesal, jantungnya berdetak semakin kencang ketika men
Tatapan Jehian tiba-tiba menjadi sangat semangat.Dia mengira Susi sudah menemukan jawabannya.Jehian memainkan alisnya dan tersenyum lebar sambil berkata, "Oke!"Tatapan Susi segera terlintas oleh sebuah kilatan yang licik.Susi pelan-pelan mencondongkan badan untuk mendekati Jehian, kemudian dia berjinjit dan meletakkan kedua tangannya di atas pundak Jehian."Paman, aku mulai, ya." Susi mengedipkan matanya dengan senyuman menggoda.Jehian tercengang oleh senyumannya ini.Ternyata inilah yang disebut senyuman yang mampu menaklukkan hati.Susi sengaja lanjut mendekatinya, kemudian mengembuskan napas hangat ke sisi wajahnya yang tampan.Jehian hanya merasakan gelombang listrik yang mengalir di seluruh tubuhnya dan api yang mulai membara.Sekarang siapa yang sedang menggoda?Kenapa sepertinya Jehian yang dipermainkan?Jehian adalah pria nakal yang sering bermain wanita, tapi ini pertama kalinya ada wanita yang berani menggodanya.Dia mulai menyipitkan matanya, bahkan ekspresi puas yang l
"Kak ... Kak Nefan." Jantung Susi berdebar sesaat, pupil matanya melebar tanpa sadar. Sebenarnya dia ingin langsung memanggil nama Nefan, tapi teringat hubungan mereka sekarang, dia pun langsung menyapanya dengan sopan.Nefan memakai setelan jas hitam elite buatan tangan, ditambah dengan posturnya yang tegap dan wajah yang tajam memancarkan aura petinggi yang mulia.Wajah Susi kejang selama sesaat hingga memerlukan waktu untuk mengembalikan senyumannya.Susi lebih memilih menabrak tahu daripada begitu kebetulan menabrak ke dalam pelukannya Nefan.Jangan-jangan suara langkah kaki tadi adalah kelakuannya Nefan? Apakah dia melihat adegan Susi dan Jehian tadi?"Kamu mau ke mana?" ujar Nefan dengan nada cuek dengan mata terlintas oleh sebuah cahaya dan pandangan cuek dari ketinggian."Aku mau pergi bekerja." Susi melambaikan tangannya dan pergi dengan panik.Meskipun dulu hubungan mereka adalah pasangan kekasih, Susi pada akhirnya menikah dengan adiknya karena jebakan obat.Sejak saat itu,
Susi dengan bingung melihat ke arah jendela mobil.Jendela yang gelap membuatnya tidak bisa melihat jelas orang di dalam mobil.Susi pun lanjut berjalan sendirian.Tidak disangka mobil itu tidak langsung pergi, melainkan sengaja berjalan dengan sangat lambat dan mengikutinya sepanjang jalan.Susi sekali lagi menoleh dengan mengernyit melihat pelat mobil yang asing untuk memastikan kalau dirinya tidak mengenal pemilik mobil tersebut.Susi pun mengabaikannya dan sendirian berjalan.Susi setidaknya butuh waktu satu jam lebih untuk keluar dari area ini menuju stasiun bus di kaki gunung.Dia pasti sudah telat kalau lanjut ke perusahaan.Namun, Susi merasa telat bukanlah hal buruk. Lagi pula sekarang Susi bekerja di perusahaan milik ayahnya yang bajingan itu, datang atau tidak juga bukan hal penting, karena dia hanya perlu datang menunjukkan mukanya tanpa melakukan apa pun.Beberapa waktu lalu, Susi membuka siaran langsung di TikTok. Setiap kali dia sedang luang, dia pasti akan membuka siara
"Naik!" ujar Nefan dengan suara rendah yang tidak bisa dibantah dan aura yang sangat tegas."Nggak perlu repot, Kak Nefan," ujar Susi dengan mengedipkan matanya sambil melambaikan tangannya."Apakah perlu aku turun mengundangmu naik?" Nefan hanya menatapnya dengan ekspresi dingin yang tidak bisa ditebak.Susi melihat wajah tampan Nefan yang dingin dan kuat. Tatapannya yang dalam seperti kolam es ribuan tahun yang memantulkan ekspresi kaku Susi. Susi pun menggigit bibirnya yang merah dan berterima kasih, "Terima kasih, Kak Nefan."Setelah mengatakannya, Susi pun buka pintu belakang mobil.Susi dengan sadar duduk di tempat dengan jarak terjauh dari Nefan sambil tersenyum menyanjung.Namun, dalam hatinya malah merasa sangat tidak tenang.Bagaimana mungkin Nefan begitu baik memberikan tumpangan gratis untuknya?Susi melirik Nefan untuk menebak isi pikirannya.Nefan hanya mengeluarkan sepuntung rokok dan menyalakannya dengan santai. Ketika dia mengembuskan asap rokok, sebuah aura pria dewas
Perasaan itu seolah seperti telah mengkhianatinya.Susi menarik napas panjang dan menunjukkan ekspresi serius. "Kamu tenang saja. Nefan, aku mengerti untuk berjaga jarak, jadi ke depannya aku pasti akan jaga jarak saat bertemu denganmu."Barusan Susi selesai bicara, wajah Nefan malah semakin menakutkan! Kegelapan yang dipancarkan dari matanya seolah seperti kumpulan energi hitam yang berputar di atas kepalanya.Auranya yang kuat membuat suasana di dalam mobil menjadi aneh dan suram, seolah-olah suhu di sekitarnya turun drastis seperti terjun ke dalam gua es.Namun, Susi malah tidak menyadari keanehan apa pun. Dia dengan santai mengeluarkan kaca rias dari tasnya untuk memperbaiki riasannya.Dia sama sekali tidak memedulikan pria di sebelahnya.Sopir yang mengemudi di depan mobil malah sangat ketakutan.Dia melihat ekspresi Nefan yang perlahan-lahan berubah menjadi masam.Siapa pun yang membuat Nefan tidak senang akan berakibat buruk.Sopirnya dalam hati mulai mengkhawatirkan nasib Susi,