Share

Bab 7

Jantung Susi tiba-tiba terasa berhenti sesaat.

Tatapannya menjadi kacau ketika teringat kejadian memalukan kemarin malam.

Apakah pria kemarin malam adalah Jehian?

"Paman, kemarin ... kamu ... aku ...." Susi menarik napas panjang untuk menanyakan dengan jelas.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari belakang.

Badan Susi langsung menjadi tegang dan tidak berani menanyakan lagi ketika mendengar suara dari belakang.

"Lepaskan aku!" Susi mengernyit sambil memelototinya saat memberi isyarat mulut.

Susi tidak bisa menjelaskan dengan jelas kalau Keluarga Martin melihat mereka berdua bermesraan di garasi.

"Kamu takut?" Jehian melihat kepanikan Susi, tapi dia tetap merangkul pinggangnya dengan kuat.

Bibir Jehian yang seksi menunjukkan senyuman samar-samar hingga ekspresinya terlihat sangat jahat.

Susi mengernyit dan ingin melawan, tapi sekuat apa pun perlawanan yang dilakukan tetap saja tidak bisa terlepas dari pelukan Jehian.

Susi sangat kesal, jantungnya berdetak semakin kencang ketika mendengar suara langkah kaki yang semakin lama semakin dekat.

"Sebenarnya aku boleh melepaskanmu, kok." Jehian menyadari ketegangan dan kekhawatiran dari Susi. Dia tiba-tiba mencondongkan badannya hingga wajahnya yang tampan itu hampir menempel di wajah Susi. Setelah itu, Jehian menunduk dan mendekatkan bibirnya ke telinga Susi, sambil membisikkan dengan suara menggoda yang bisa mengguncang jiwa, "Selama kamu janji datang ke kamarku malam ini."

Setelah mendengarnya, ekspresi Susi langsung berubah. Dia dengan tidak percaya melihat Jehian sambil menegur, "Aku adalah istri keponakanmu. Kenapa kamu ... begitu terhadapku?"

"Apa yang kulakukan padamu? Aku hanya menyuruhmu datang ke kamarku, kamu kira apa yang akan kulakukan?" ujar Jehian dengan tatapan nakal yang menawan itu.

Susi menelan air liur dan menggelengkan kepalanya berkata, "Nggak, aku nggak memikirkan apa pun."

Dalam hatinya malah mengomel kata-kata ambigu dari Jehian yang hampir membuat Susi salah paham.

"Atau kamu ingin aku melakukan sesuatu padamu?" Jehian semakin mendekatkan wajahnya yang tampan, suaranya yang malas dengan penuh kejahilan terdengar begitu menggoda. Dia menatap Susi dengan tatapan tidak biasa.

"Nggak, aku nggak menginginkan apa pun." Susi hampir saja muntah darah mendengar kata-katanya, dia pun menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat.

Jehian menatapnya dengan senyuman yang menggoda dan suara serak seperti minuman anggur yang lembut. "Aku tahu Billy sudah perjalanan bisnis hampir setengah tahun, jadi kalian sudah setengah tahun nggak berhubungan tubuh. Kalau kamu merasa kesepian dan sulit untuk menahannya, kamu boleh mencariku. Aku pasti akan memuaskanmu."

"Kamu!" Susi dalam seketika sangat emosi hingga napasnya berhenti dan seluruh tubuh yang menjadi sangat tegang.

Susi tidak menyangka kalau Jehian bisa mengatakan kata-kata begitu gila.

"Kamu mau lepaskan aku atau nggak?" tanya Susi dengan kesal dan mengepalkan tangannya dengan erat.

"Aku menunggumu di kamarku malam ini," ujar Jehian sambil menundukkan kepala dan mendekati telinganya. Napas hangat Jehian tersembur di wajah Susi, dia bahkan lanjut berkata dengan suara yang serak, "Sekarang ciumlah aku sebagai kompensasi."

"Kamu jangan keterlaluan!" Sekarang tidak hanya wajah Susi yang memerah, bibirnya bahkan bergetar saat berteriak.

"Kamu nggak mau menciumku juga nggak masalah, aku yang menciummu saja," ujar Jehian dengan nada menjengkelkan dan senyuman yang sinis.

Susi mengamuk hingga dadanya bergerak dengan intens. Dia tidak pernah bertemu dengan pria yang tidak tahu malu seperti Jehian. Percuma dia adalah seniornya Susi.

Siapa sangka dia bisa menggoda istri dari keponakan sendiri!

Susi menahan emosinya, awalnya dia ingin langsung menampar Jehian saja, tapi setelah dipikirkan cara itu terlalu lembut untuk Jehian.

Ini sangat tidak masuk akal kalau hanya membiarkan Jehian mengganggunya, tapi dirinya tidak bisa melawan.

Setelah memikirkannya, Susi tersenyum licik dan berkata, "Paman, biarkan aku yang lebih muda ini untuk menciummu saja."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status