Susi menurunkan ponselnya sambil menunjukkan senyuman sinis.Ini bukan pertama kali Hendra membela putra dari selingkuhannya karena dia menyukai anak laki-laki.Dulu Hendra mengusir Susi dan ibunya keluar dari Kediaman Sunardi karena tidak rela melihat putra kesayangannya menderita, jadi dia pun langsung menjemput mereka ke Kediaman Sunardi.Susi dan ibunya bergelandangan di luar negeri, Hendra juga tidak peduli. Dalam hatinya hanya mementingkan putra yang akan melanjutkan generasi keluarga.Susi bahkan ingat dulu saat dirinya berusaha keras hingga mendapat penghargaan desain perhiasan internasional untuk menarik perhatiannya Hendra. Saat itu, untuk mempertahankan mitra kerja sama di perusahaan, Hendra terpaksa langsung ke Negara Romansia untuk menjemputnya. Akan tetapi, ketika Hendra melihat tempat tinggal mereka yang kumuh, Hendra bukannya merasa bersalah dan sedih, melainkan merasa jijik.Ya! Hendra sangat tidak menyukai tempat tinggal Susi yang buruk karena itu tidak sepadan dengan
Malam hari, Susi selesai kerja dan pulang ke rumah.Dalam vila begitu besar, ayah berengseknya bersama selingkuhan sekeluarga bertiga sedang bersenang-senang.Setelah Susi masuk, senyuman mereka bertiga langsung terhenti, tatapan terhadapnya seolah bermaksud kemunculannya hanya mengganggu kehidupan keluarga yang harmonis."Susi, kamu sudah kembali? Di dapur ada sup ginseng. Kamu sudah lama nggak pulang, jadi minumlah banyak yang bergizi," ujar Mega dengan nada yang lembut dan penuh perhatian yang palsu seakan-akan aksi mereka tadi hanyalah ilusinya Susi."Nggak perlu. Kalian makan saja," ujar Susi tanpa memedulikan Mega, dia pun lanjut duduk ke arah sofa di samping.Mega tidak menyerah begitu saja, dia paling pandai memerankan peran lembut dan bijaksana. Bagaimana mungkin dia melewatkan kesempatan ini?Mega mengambilkan semangkuk sup ginseng dan memberikannya kepada Susi."Aku sudah memasak berjam-jam sejak sore untukmu. Aku bahkan nggak mengizinkan Milano untuk minum sedikit pun. Ayo
"Apa yang terjadi, ya itu yang terjadi," ujar Susi tanpa menjelaskan apa pun."Dia adalah suamimu, masa kamu nggak tahu apa yang terjadi?" teriak Hendra dan mengerutkan alisnya dengan sangat dalam.Susi tersenyum menyindir sambil berkata, "Sejak kapan kamu begitu mengkhawatirkan kehidupan pernikahanku? Jangan-jangan kamu khawatir menantu kayamu direbut oleh wanita lain?""Kamu!" Wajah Hendra langsung menjadi pucat saat isi hatinya berhasil ditebak oleh Susi."Susi, kenapa kamu berbicara seperti ini dengan ayahmu? Ayahmu bertanya karena peduli padamu. Apa yang akan kamu lakukan kalau Billy benar-benar bersama wanita lain di luar?" ujar Mega seakan-akan sangat peduli."Ya Kak, kami semua sangat peduli padamu." Milano juga bersuara di saat yang tepat seolah mereka semua adalah satu keluarga.Susi hanya tertawa menghina karena tahu isi hati mereka.Mega dan Milano sudah lama mengincar harta dan perusahaan Keluarga Sunardi. Selama bertahun-tahun, mereka telah berhasil menipu Hendra. Awalnya
Susi tidak menyangka Jehian bisa tiba-tiba muncul di tempat ini.Teringat tadi pagi Susi baru menghajarnya, apakah Jehian akan menggunakan kesempatan sekarang untuk balas dendam pada Susi?Susi mulai ragu-ragu, tapi wartawan di belakang hampir mengejarnya."Berhenti, Nona Susi! Jangan kabur!"Susi mulai gemetaran melihat para wartawan yang semakin mendekat dan situasi yang semakin mendesak.Susi pun memutuskan untuk menyelamatkan nyawanya dulu.Dia langsung bertekad untuk masuk ke dalam mobil."Paman, tolong menyetir dengan cepat," ujar Susi saat duduk di sebelah pengemudi."Kenapa kamu begitu panik? Tunggu saja wartawan itu datang dan mengambil fotomu bersamaku. Bukankah itu ide yang bagus?" Jehian meliriknya dengan santai sambil memegang setir mobil."Apa kamu gila?!" Susi berteriak dengan emosi!"Aku nggak masalah, kok. Lagi pula aku memang setiap hari masuk berita utama topik hiburan, hanya saja besok tokoh utama wanitanya ganti menjadi dirimu," ujar Jehian dengan nada acuh tak acu
"Ahhh!"Susi dengan wajah pucat berkata, "Apa kamu sudah gila? Kamu sedang lawan arah! Kenapa kamu masih menyetir begitu cepat?!""Kenapa? Kamu takut mati?" tanya Jehian dengan tatapan santai."Ini terlalu berbahaya! Cepat berhenti!" Susi terus menatapnya dengan sangat tegang.Malam hari yang gelap, ditambahkan mobil juga tidak sedikit! Jehian malah masih berani lawan arah? Apa dia ingin menghancurkan semuanya?!"Duduk yang benar!" Jehian menyipitkan matanya sambil memegang erat setir. Bibir tipis tertutup rapat sambil menatap jalan di depan.Jehian menyetir dengan kecepatan paling tinggi, ditambah lagi lawan arah yang membuat Susi semakin ketakutan."Jehian, apa kamu sudah bosan hidup?!""Ahh! Kiri! Kiri ada mobil! Hati-hati!""Kanan! Kanan ada mobil lagi!""Tengah! Cepat ke tengah! Ada lampu mobil datang dari sana!"....Atap mobil itu terbuka sepenuhnya, angin malam yang tertiup ke dalam mulut terasa seperti pisau yang menyayat wajah.Kini Susi tidak memedulikan apa pun lagi. Dia ha
"Jehian, apa kamu cari mati?""Ahh! Cepat berhenti!"Susi bahkan tidak percaya apa yang telah dilihatnya! Siapa sangka kalau Jehian yang gila benar-benar mau menabrak truk di depan mata?Seluruh tubuh Susi gemetar dengan kesakitan, bahkan merasa keputusasaan yang tidak pernah ada.Tepat saat mobil super hampir menabrak truk besar, dalam detik-detik yang mendebarkan, Jehian tiba-tiba menginjak pedal gas dan dengan cekatan mengendalikan setir. Mobil super itu menjadi seperti roket yang melaju tanpa rasa takut, langsung melompat ke udara dan melayang melewati truk besar.Mulut Susi terbuka lebar, dia merasa napasnya sudah hampir berhenti.Di detik itu, Susi hanya bisa berteriak dan merasa ketakutan yang luar biasa.Sopir truk itu bahkan melongo dan menjadi tegang.Ini jelas-jelas bukan balapan, melainkan mengemudi dengan terbang.Angin malam yang menderu ke dalam mobil seperti godaan diam-diam yang membuat rambut Susi yang diikat terlepas.Bhumm!Mobil super mendarat di jalan raya tol.Je
Susi mengernyit sesaat, awalnya dia berpikir dirinya sedang mimpi.Namun, Susi semakin lama merasa semakin aneh.Napas pria yang hangat bercampur dengan bau rokok yang samar-samar diembuskan di kulit Susi yang putih.Susi merasakan badan kecilnya sudah diselimuti oleh bau pria yang kuat.Susi langsung terbangun dari mimpi dengan kebingungan.Dia langsung menjadi tegang karena dia tidak menyangka pria kemarin malam datang lagi."Siapa kamu? Lepaskan aku!" tegur Susi dengan malu dan marah.Pria itu tidak menjawab apa pun, melainkan hanya memeluk pinggangnya dari belakang dengan erat, kemudian mencium lehernya.Gerakan pria yang berani membuat tubuh Susi menjadi sangat tegang.Susi menggigit bibir sendiri sambil berkata, "Siapa kamu? Kalau kamu nggak mau melepaskanku, aku akan berteriak."Pria itu tetap tidak menjawabnya. Dia lanjut menundukkan kepala mencium leher dan punggung Susi, jari tangannya yang panjang dan besar terus menjelajahi tubuhnya.Wajah Susi tersipu hingga sangat merah.
Susi tidak bisa menggambarkan dengan jelas tentang apa yang dirasakannya. Dia langsung berjalan ke arah pintu tanpa menyapanya.Ketika melewati sisi mereka, Susi mendengar suara manjanya Rubi."Nefan, hari ini temani aku, ya? Beberapa hari lagi aku sudah mau syuting film baru, mungkin aku nggak punya waktu bersamamu lagi.""Oke," jawab Nefan dengan ekspresi santai."Sayang, kamu memang yang terbaik." Rubi menunjukkan ekspresi senang sambil merangkul leher Nefan. Dia kemudian menjinjitkan kakinya untuk mencium Nefan.Susi langsung berjalan ke arah pintu tanpa memedulikan mereka, dia pun tidak melihat tatapan dari Nefan terhadapnya.Susi berjalan menuju garasi untuk mengambil mobilnya, kemudian menyetir ke Grup Sunardi.Saat lampu merah, Susi mencoba menghubungi Billy.Tidak ada yang angkat.Setiba di kantor, Susi meneleponnya lagi, tapi ponsel Billy sudah dimatikan.Susi merasa ada yang aneh karena Billy tidak pernah tidak angkat teleponnya.Apakah ini karena perbedaan waktu? Sekarang d