Susi dengan bingung melihat ke arah jendela mobil.Jendela yang gelap membuatnya tidak bisa melihat jelas orang di dalam mobil.Susi pun lanjut berjalan sendirian.Tidak disangka mobil itu tidak langsung pergi, melainkan sengaja berjalan dengan sangat lambat dan mengikutinya sepanjang jalan.Susi sekali lagi menoleh dengan mengernyit melihat pelat mobil yang asing untuk memastikan kalau dirinya tidak mengenal pemilik mobil tersebut.Susi pun mengabaikannya dan sendirian berjalan.Susi setidaknya butuh waktu satu jam lebih untuk keluar dari area ini menuju stasiun bus di kaki gunung.Dia pasti sudah telat kalau lanjut ke perusahaan.Namun, Susi merasa telat bukanlah hal buruk. Lagi pula sekarang Susi bekerja di perusahaan milik ayahnya yang bajingan itu, datang atau tidak juga bukan hal penting, karena dia hanya perlu datang menunjukkan mukanya tanpa melakukan apa pun.Beberapa waktu lalu, Susi membuka siaran langsung di TikTok. Setiap kali dia sedang luang, dia pasti akan membuka siara
"Naik!" ujar Nefan dengan suara rendah yang tidak bisa dibantah dan aura yang sangat tegas."Nggak perlu repot, Kak Nefan," ujar Susi dengan mengedipkan matanya sambil melambaikan tangannya."Apakah perlu aku turun mengundangmu naik?" Nefan hanya menatapnya dengan ekspresi dingin yang tidak bisa ditebak.Susi melihat wajah tampan Nefan yang dingin dan kuat. Tatapannya yang dalam seperti kolam es ribuan tahun yang memantulkan ekspresi kaku Susi. Susi pun menggigit bibirnya yang merah dan berterima kasih, "Terima kasih, Kak Nefan."Setelah mengatakannya, Susi pun buka pintu belakang mobil.Susi dengan sadar duduk di tempat dengan jarak terjauh dari Nefan sambil tersenyum menyanjung.Namun, dalam hatinya malah merasa sangat tidak tenang.Bagaimana mungkin Nefan begitu baik memberikan tumpangan gratis untuknya?Susi melirik Nefan untuk menebak isi pikirannya.Nefan hanya mengeluarkan sepuntung rokok dan menyalakannya dengan santai. Ketika dia mengembuskan asap rokok, sebuah aura pria dewas
Perasaan itu seolah seperti telah mengkhianatinya.Susi menarik napas panjang dan menunjukkan ekspresi serius. "Kamu tenang saja. Nefan, aku mengerti untuk berjaga jarak, jadi ke depannya aku pasti akan jaga jarak saat bertemu denganmu."Barusan Susi selesai bicara, wajah Nefan malah semakin menakutkan! Kegelapan yang dipancarkan dari matanya seolah seperti kumpulan energi hitam yang berputar di atas kepalanya.Auranya yang kuat membuat suasana di dalam mobil menjadi aneh dan suram, seolah-olah suhu di sekitarnya turun drastis seperti terjun ke dalam gua es.Namun, Susi malah tidak menyadari keanehan apa pun. Dia dengan santai mengeluarkan kaca rias dari tasnya untuk memperbaiki riasannya.Dia sama sekali tidak memedulikan pria di sebelahnya.Sopir yang mengemudi di depan mobil malah sangat ketakutan.Dia melihat ekspresi Nefan yang perlahan-lahan berubah menjadi masam.Siapa pun yang membuat Nefan tidak senang akan berakibat buruk.Sopirnya dalam hati mulai mengkhawatirkan nasib Susi,
Jam masuk kerja sudah lewat ketika Susi tiba dengan tas kecilnya.Dia berjalan dengan santai dan naik lift ke atas. Saat dia melewati ruang rapat, dia bertemu dengan adik tirinya yang bernama Milano Sunardi."Hei Milano, kamu cepat sekali mulai menguasai perusahaan?" ujar Susi dengan senyuman yang penuh dengan penghinaan."Susi, kenapa kamu berbicara seperti ini dengan adikmu? Ayahmu yang menyuruhnya datang membantu pekerjaan di sini." Paman Handoko sang asisten direktur langsung membelanya."Ayahku benar-benar semakin tua semakin pikun. Ayahku menyuruhnya ke perusahaan? Apa yang bisa dibantu? Dia bahkan masih sangat muda," ujar Susi sambil melirik Milano."Kakak, bagaimanapun aku juga anak dari ayah, jadi aku memang harus datang ke perusahaan. Lagi pula, Grup Sunardi cepat lambat akan menjadi milikku," ujar Milano dengan gaya sombong memasukkan kedua tangan di saku celana."Benar, kamu adalah anak ayah, tapi kamu adalah anak haram! Kamu bersama ibumu yang rendahan itu berharap merebut
Susi menurunkan ponselnya sambil menunjukkan senyuman sinis.Ini bukan pertama kali Hendra membela putra dari selingkuhannya karena dia menyukai anak laki-laki.Dulu Hendra mengusir Susi dan ibunya keluar dari Kediaman Sunardi karena tidak rela melihat putra kesayangannya menderita, jadi dia pun langsung menjemput mereka ke Kediaman Sunardi.Susi dan ibunya bergelandangan di luar negeri, Hendra juga tidak peduli. Dalam hatinya hanya mementingkan putra yang akan melanjutkan generasi keluarga.Susi bahkan ingat dulu saat dirinya berusaha keras hingga mendapat penghargaan desain perhiasan internasional untuk menarik perhatiannya Hendra. Saat itu, untuk mempertahankan mitra kerja sama di perusahaan, Hendra terpaksa langsung ke Negara Romansia untuk menjemputnya. Akan tetapi, ketika Hendra melihat tempat tinggal mereka yang kumuh, Hendra bukannya merasa bersalah dan sedih, melainkan merasa jijik.Ya! Hendra sangat tidak menyukai tempat tinggal Susi yang buruk karena itu tidak sepadan dengan
Malam hari, Susi selesai kerja dan pulang ke rumah.Dalam vila begitu besar, ayah berengseknya bersama selingkuhan sekeluarga bertiga sedang bersenang-senang.Setelah Susi masuk, senyuman mereka bertiga langsung terhenti, tatapan terhadapnya seolah bermaksud kemunculannya hanya mengganggu kehidupan keluarga yang harmonis."Susi, kamu sudah kembali? Di dapur ada sup ginseng. Kamu sudah lama nggak pulang, jadi minumlah banyak yang bergizi," ujar Mega dengan nada yang lembut dan penuh perhatian yang palsu seakan-akan aksi mereka tadi hanyalah ilusinya Susi."Nggak perlu. Kalian makan saja," ujar Susi tanpa memedulikan Mega, dia pun lanjut duduk ke arah sofa di samping.Mega tidak menyerah begitu saja, dia paling pandai memerankan peran lembut dan bijaksana. Bagaimana mungkin dia melewatkan kesempatan ini?Mega mengambilkan semangkuk sup ginseng dan memberikannya kepada Susi."Aku sudah memasak berjam-jam sejak sore untukmu. Aku bahkan nggak mengizinkan Milano untuk minum sedikit pun. Ayo
"Apa yang terjadi, ya itu yang terjadi," ujar Susi tanpa menjelaskan apa pun."Dia adalah suamimu, masa kamu nggak tahu apa yang terjadi?" teriak Hendra dan mengerutkan alisnya dengan sangat dalam.Susi tersenyum menyindir sambil berkata, "Sejak kapan kamu begitu mengkhawatirkan kehidupan pernikahanku? Jangan-jangan kamu khawatir menantu kayamu direbut oleh wanita lain?""Kamu!" Wajah Hendra langsung menjadi pucat saat isi hatinya berhasil ditebak oleh Susi."Susi, kenapa kamu berbicara seperti ini dengan ayahmu? Ayahmu bertanya karena peduli padamu. Apa yang akan kamu lakukan kalau Billy benar-benar bersama wanita lain di luar?" ujar Mega seakan-akan sangat peduli."Ya Kak, kami semua sangat peduli padamu." Milano juga bersuara di saat yang tepat seolah mereka semua adalah satu keluarga.Susi hanya tertawa menghina karena tahu isi hati mereka.Mega dan Milano sudah lama mengincar harta dan perusahaan Keluarga Sunardi. Selama bertahun-tahun, mereka telah berhasil menipu Hendra. Awalnya
Susi tidak menyangka Jehian bisa tiba-tiba muncul di tempat ini.Teringat tadi pagi Susi baru menghajarnya, apakah Jehian akan menggunakan kesempatan sekarang untuk balas dendam pada Susi?Susi mulai ragu-ragu, tapi wartawan di belakang hampir mengejarnya."Berhenti, Nona Susi! Jangan kabur!"Susi mulai gemetaran melihat para wartawan yang semakin mendekat dan situasi yang semakin mendesak.Susi pun memutuskan untuk menyelamatkan nyawanya dulu.Dia langsung bertekad untuk masuk ke dalam mobil."Paman, tolong menyetir dengan cepat," ujar Susi saat duduk di sebelah pengemudi."Kenapa kamu begitu panik? Tunggu saja wartawan itu datang dan mengambil fotomu bersamaku. Bukankah itu ide yang bagus?" Jehian meliriknya dengan santai sambil memegang setir mobil."Apa kamu gila?!" Susi berteriak dengan emosi!"Aku nggak masalah, kok. Lagi pula aku memang setiap hari masuk berita utama topik hiburan, hanya saja besok tokoh utama wanitanya ganti menjadi dirimu," ujar Jehian dengan nada acuh tak acu