Share

Bab 8

Tatapan Jehian tiba-tiba menjadi sangat semangat.

Dia mengira Susi sudah menemukan jawabannya.

Jehian memainkan alisnya dan tersenyum lebar sambil berkata, "Oke!"

Tatapan Susi segera terlintas oleh sebuah kilatan yang licik.

Susi pelan-pelan mencondongkan badan untuk mendekati Jehian, kemudian dia berjinjit dan meletakkan kedua tangannya di atas pundak Jehian.

"Paman, aku mulai, ya." Susi mengedipkan matanya dengan senyuman menggoda.

Jehian tercengang oleh senyumannya ini.

Ternyata inilah yang disebut senyuman yang mampu menaklukkan hati.

Susi sengaja lanjut mendekatinya, kemudian mengembuskan napas hangat ke sisi wajahnya yang tampan.

Jehian hanya merasakan gelombang listrik yang mengalir di seluruh tubuhnya dan api yang mulai membara.

Sekarang siapa yang sedang menggoda?

Kenapa sepertinya Jehian yang dipermainkan?

Jehian adalah pria nakal yang sering bermain wanita, tapi ini pertama kalinya ada wanita yang berani menggodanya.

Dia mulai menyipitkan matanya, bahkan ekspresi puas yang langka pun muncul di wajahnya.

Susi merangkul lehernya dengan tatapan yang menggoda.

Semakin mendekati Jehian, Susi semakin merasakan hawa panas dari badan Jehian.

Ketika jarak bibir mereka hanya satu sentimeter, Susi dengan jelas merasakan Jehian menekan perut bagian bawahnya.

'Dasar berengsek!'

Susi dalam hati mengomel.

Bagaimanapun Jehian adalah paman Susi, tidak disangka dia bisa punya reaksi seperti ini terhadap istri keponakan sendiri.

Dasar pria berengsek!

Meskipun dalam hatinya sangat jijik, Susi tetap menunjukkan senyuman sopan.

"Paman, tutup matamu, ya," ujar Susi dengan nada manja.

Jehian menatapnya dengan sangat santai seakan-akan menantikan apa yang akan dilakukan Susi.

Barusan Jehian memejamkan matanya, Susi segera mengeluarkan lidah untuk mengejeknya.

"Apa yang kamu lakukan? Cepat cium!" Jehian tiba-tiba mendesaknya dengan suara yang menggoda dan napas hangat.

"Aku yakin kamu pasti nggak akan melupakan ciuman ini selamanya." Susi langsung mendongak sambil menunjukkan senyuman iblis.

Setelah itu, Susi mengangkat lututnya dan menendang ke bagian bawah Jehian dengan kuat.

"Sialan!" Jehian merasakan kesakitan luar biasa! Dia tidak menyangka Susi berani menendangnya.

"Akhir-akhir ini lagi musim sakit di bagian telur. Apakah ini sulit dilupakan?" Susi langsung tersenyum bahagia dan bangga sudah berhasil balas dendam.

Teringat perlakuan Jehian terhadapnya kemarin malam membuatnya tetap tidak puas, Susi bahkan merasa sebuah tendangan belum cukup.

Maka itu, Susi lanjut mengangkat kakinya dan menendang beberapa kali ke arah bokong Jehian.

"Kamu ... kamu!" Jehian sangat marah! Dia ingin langsung menahan Susi, tapi kesakitan dari bagian bawah membuatnya tidak bisa bergerak.

Hahaha! Melihatnya kesakitan memang sangat memuaskan!

Susi menepuk-nepuk tangannya karena merasa jijik sudah menyentuhnya, dia bahkan lanjut mengejek Jehian yang kesakitan.

"Sampai jumpa! Lihat saja apa kamu ke depannya masih berani mempermainkanku! Huh!"

Susi mengambil tasnya dan langsung pergi dengan cepat.

Susi berlari dengan sangat panik seakan-akan takut dikejar oleh Jehian atau ditangkap oleh anak buahnya.

Susi berlari sambil menoleh ke belakang untuk melihat ada yang mengejarnya atau tidak.

Untung saja tidak ada yang mengejarnya.

Ketika Susi baru merasa tenang, dia tiba-tiba menabrak ke sebuah dada kekar dan lebar.

"Ugh!" Susi merintih kesakitan sambil mengelus keningnya.

Saat Susi mau menegur orang yang menghalangi jalannya ....

Susi mendongak dan bertatapan dengan sepasang mata yang menakutkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status