Share

Bab 3

Pria itu bukanlah suaminya, melainkan kakak dari suaminya.

Dia adalah CEO Grup Hefaltia dan pria kaya termuda di Kota Samator.

Pria tampan dengan aura dingin itu menoleh, tatapan matanya yang dalam seperti batu obsidian sangat memikat hingga membuat orang sulit bernapas.

Lekuk wajahnya yang tegas dan berkarakter seperti diukir dengan sempurna dan sangat memukau.

Aura yang dipancarkan dari tubuhnya adalah aura pimpinan yang kuat.

Susi langsung gemetar di tempat ketika bertatapan dengan tatapan matanya yang dingin.

Pria ini selalu menunjukkan ekspresi tegas yang membuat orang segan dan takut.

Selama Susi bergabung dengan Keluarga Martin, orang yang paling ditakutinya adalah Nefan Martin. Susi selalu berhati-hati di depannya, bahkan tidak berani berbicara dengan suara yang kuat.

"Kakak!" Susi dengan canggung menganggukkan kepalanya sambil menyapa dengan sopan.

Nefan menyipitkan matanya menatap Susi yang canggung. Wajah Nefan yang tampan dengan penuh misteri terlintas oleh sebuah cahaya yang tidak biasa.

"Halo." Nefan terus menatapnya dengan tatapan yang dalam hingga ekspresi Susi yang canggung pun terpantul dari bola matanya.

Susi dengan kebingungan mendongak setelah merasakan dirinya terus ditatap oleh Nefan.

Ketika mereka saling bertatapan, mata Nefan seperti putaran tanpa akhir yang menyembunyikan semua perasaannya dengan dalam hingga tidak bisa ditebak oleh orang-orang. Senyuman tipis di sudut mulutnya bahkan tidak terlihat oleh orang.

Susi langsung menunduk dengan terkejut.

"Sayang!"

Suara manja seorang wanita tiba-tiba muncul dari belakang.

Seorang wanita dengan pakaian terusan merah ketat berjalan ke arah mereka.

Wanita itu adalah kakak iparnya Susi, istrinya Nefan yang bernama Rubi Leviana.

Rubi adalah artis terkenal yang baru saja mendapatkan penghargaan aktris terbaik dan menjadi aktris papan atas.

Di Keluarga Martin, Rubi sebagai menantu pertama lebih disayangi dibandingkan Susi.

Tanpa menyapa Susi, Rubi berjalan ke sisi Nefan dengan wajah tersenyum sambil memeluknya dan berkata dengan manja, "Sayang, hari ini aku ada audisi. Kamu antar aku, ya?"

....

Sebelum Nefan menjawabnya, Wenny Suwandy, ibu mertua Susi merangkul lengan ayah mertuanya, Johan Martin berjalan ke ruang makan.

"Rubi, kamu mau audisi?" tanya Wenny dengan senyuman lebar setelah mendengar kata-katanya tadi.

"Ya, Ibu. Kali ini adalah film baru dari Pak Fernando, dia bahkan ingin aku memerankan pemeran utama wanita," ujar Rubi dengan bangga.

Ketika Wenny masih muda, dia juga seorang aktris yang terkenal. Berada di industri yang sama membuat hubungan Wenny dan Rubi lebih dekat.

Rubi yang masih muda sudah terkenal di industri hiburan, bahkan mendapat julukan aktris terhebat membuat Wenny sangat bangga terhadapnya.

"Rubi, kamu memang sangat hebat!" ujar Wenny, kemudian melirik Susi yang berdiri di samping dengan ekspresi masam, "Susi, kamu harus banyak belajar dari Rubi."

"Ya, Ibu." Susi yang malu menolak pun hanya bisa menganggukkan kepalanya.

"Ayo makan dulu," ujar Johan dan duduk di tempatnya dengan penuh wibawa.

Para pembantu segera menyajikan sarapan yang mewah.

Sejak Susi menikah dengan Billy, dia tinggal di luar bersama suaminya. Akhir-akhir ini dia tinggal di Kediaman Martin karena mendengar mertuanya bilang kalau Billy segera kembali.

Susi tidak terbiasa menghadapi keramaian seperti ini. Dulu Billy selalu menemaninya, jadi dia tidak merasa tertekan sama sekali. Sekarang karena dia sendirian, dia pun merasa sangat gugup dan tertekan.

Akan tetapi, Susi mengerti tentang etika di meja makan.

Dia makan tanpa mengatakan apa pun, Rubi malah dengan bangga memamerkan prestasinya di industri hiburan kepada Wenny hingga hanya terdengar suara mereka berdua ketika makan.

Kini, sebuah suara yang penuh pesona memecahkan suasana di ruang makan.

"Maaf, aku datang telat."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status