Tak pernah terlintas dalam benaknya bahwa seorang tipe suami idaman seperti Dion akan berselingkuh darinya. Mengetahui suaminya telah mengkhianatinya, Gea pun berencana membalaskan dendamnya. Namun sebelum dia berhasil merencanakan semuanya, Dion dengan kejamnya meracuninya. Sayangnya, akhir hidup Gea belum berakhir sampai di situ saja. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Akankah Gea berhasil membalaskan dendamnya?
View More"Apa itu sakit?" tanya Randi sembari mengoleskan obat di wajah Revista."Tidak, goresan kecil bukan apa-apa," jawabnya berusaha terlihat tegar."Pembohong besar. Kau tidak harus berkelahi dengan mereka. Aissh ... bodohnya. Aku memang tidak berguna. Harusnya aku yang menolongmu, malah kau yang menolongku." Randi menyalahkan dirinya. "Oh, ya. Sejak kapan kau belajar beladiri? sepertinya kau sangat hebat," tanyanya penasaran.'Tentu saja aku belajar saat menjadi Gea,' batinnya, "entahlah. Sudah cukup lama. Jika kau bersalah, bagaimana jika kau membantuku?" pintanya."Kau ingin meminta bantuanku? tentu saja aku akan menyetujuinya. Apa yang kauinginkan, katakan saja. Aku akan berusaha mewujudka. semuanya." Randi tampak sangat berinisatif."Ah ... itu ... ."Revista tiba-tiba melucuti pakaiannya di hadapan Randi, hingga reflek membuatnya memalingkan wajahnya karena malu. Namun, rasa penasarannya berontak, dan akhirnya netranya menilik ke arah Revista."Apa yang terjadi? apa mereka yang suda
Ketua geng yang bernama Zena, menjambak rambut Revista sembari menyeretnya ke gudang sekolah. Di dalam gudang itu sudah ada 3 orang laki-laki yang tengah menunggu di dalam sana. Kedua mata mereka membola tatkala melihat Zena tengah membawakan mangsa baru untuk mereka.Ketiga siswa laki-laki itu juga termasuk geng anak nakal. Geng motor jalanan yang senang menindas anak-anak lemah tak berdaya. Mereka sering tawuran dengan anak geng motor sekolah lain. Tidak sedikit pula dari mereka yang kerap mengancam dengan kekerasan, juga telah menghamili para siswi. Para siswi yang hamil itu terpaksa bunuh diri karena menahan rasa malu dan tidak berani mengatakan yang sejujurnya terhadap guru, termasuk orangtua mereka sendiri. Ketiga siswa itu bernama Egi, Wandi, dan Vino."Yuhu ... dapat mangsa dari mana lagi kamu, Zen?" ucap Wandi yang bersorak girang kala melihat Revista yang diseret menghadap mereka.'Apaan lagi ini? Nasibku sungguh sial. Bisa-bisanya jadi bahan bullyan para anak nakal ini,' ba
POV RevistaRasanya sekujur tubuhku sakit usai malam tadi. Apa lagi saat aku mengguyur tubuhku dengan air ketika mandi. Yah, ini sangat menyebalkan. Lagi-lagi aku harus berpura-pura menjadi siswi SMA dan berangkat ke sekolah.Untunglah luka dan memar di tubuhku di bagian dalam yang tak terlihat. Awwh, aku mengerang kesakitan setiap kali berjalanan. Aku tidak leluasa berjalan saat bagian tengah selangkanganku terasa sakit dan linu. Dion sialan itu memang pria bejat. Perlakuan kasarnya membuatku tak leluasa berjalan. Meskipun tubuh ini bukanlah milikku, tetapi orang yang dapat merasakan rasa sakit tetaplah aku. Ah, rasanya ingin membolos sekolah saja. Akan tetapi, berdiam di rumah pun tak ada gunanya. Justru telingaku akan panas jika terus mendengar ocehan mantan mertuaku yang tak henti mencari-cari kesalahanku."Eh, dasar anak kurang ajar!" cerca Ida.Nah, baru saja selesai ngomong. Manusia itu sudah memergokiku kala aku menuruni tangga rumah. Aku sengaja menulikan telingaku, seakan ta
Larut malam, Revista baru sampai di rumah. Rasanya sangat lelah setelah menempuh perjalanan panjang. Ia ingin bergegas beristirahat dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Tatkala dia membuka pintu kamarnya, dia dikejutkan oleh Dion yang telah stand by menunggunya. Raut wajah Dion tampak buruk kala mamandang Revista. Dion tampak tidak senang dan menekuk wajahnya sembari melipat kedua lengannya."Kakak ipar, kau mengejutkanku. Kenapa kau bisa ada di ... .""Kau terlambat." Dion memotong ucapan Revista dengan nada bicara ketusnya. Tatapannya menggelap. Dion tampak menakutkan dengan ekspresinya saat ini. "Emm, Sayang. Apa kau marah?" Revista berusaha menggoda Dion agar kemarahannya mereda. Revista meliuk-liukkan tubuhnya seraya berjalan menghampiri Dion. Ia duduk di pangkuan Dion sembari menatapnya penuh dengan hasrat."Karena sudah terlambat, maka terima hukumanmu!" Dion menyeret lengan Revista dan melemparkan tubuhnya ke atas kasur dengan cara kasar. Beruntung, Revista dilemparkan ke kas
Setelah dokter memeriksaku dengan benar, akhirnya aku pun berpamitan kepadanya untuk pulang. Awalnya dojter itu menyuruhku untuk menginap semalam. Akan tetapi, aku menolaknya dengan alasan tidak ingin membuat ibuku mengkhawatirkanku.Dokter tidak punya alasan lain untuk menolak permintaanku. Dokter pun mengizinkanku untuk pulang. Setelah itu dokter pun pergi dari ruangan.Beberapa saat kemudian, pria yang menolongku itu masuk. Aku pun segera menanyakan dimana pakaianku kepadanya. Namun dia menjawab bahwa pakaian sudah dibuangnya karena sudah tak layak pakai.Apa?Tidak layak pakai?Apa maksudnya bajuku itu jelek?Dia menghina cara berpakaianku?Aku pun hanya bisa mengernyitkan kedua alisku ketika mendengar perkataan dari pria itu. Lagian bisa-bisanya dia membuang pakaianku begitu saja tanpa izin dariku terlebih dahulu. "Ini. Kau bisa pakai ini!" ucap pria itu sembari memberiku sebuah tas belanja.Aku mengintip sedikit ke dalam tas belang itu. Aku masih ragu-ragu untuk menerima pember
"Apa kau tahu penyakit lain yang kau derita?" tanya dokter itu kepadaku."Ada apa denganku, Dok? Apa aku mengidap penyakit parah?" Revista bertanya balik dengan tatapan nanarnya. "Bukan penyakit serius, tapi tidak parah. Kulitmu rentan dengan air hujan. Ketika kau menyentuh air hujan, maka kau bisa langsung menggigil kedinginan dan seluruh tubuhmh akan dipenuhi ruam merah. Dan kemungkinan terburuknya, kau bisa koma selama beberapa lama, hingga ruam di tubuhmu menghilang sepenuhnya," jelasnya panjang lebar kepada doktor itu."Aneh sekali. Aku baru mendengar ada penyakit seperti itu. Apa itu artinya ... aku alergi air hujan?" tanya Revista penasaran.Revista tetap merasa tidak mengerti dengan penjelasan dokter mengenai penyakitnya aat itu. Bisa-bisanya ada manusia yang alergi air hujan. Apa yang dikatakan dokter itu benar?"Benar. Kau tidak boleh terkena air hujan." Dokter itu menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam otak Revista."Woah. Yang benar saja." Revista tak habis pikir dengan ke
"Lalu, jika aku baik-baik saja, kenapa kau tidak membawaku ke rumah saja?" tanyaku dengan alis yang dikerutkan.Aku masih saja curiga dengan niat pria yang membawaku ke rumahnya. Benar kan? Seharusnya jika tahu aku pingsan, kenapa tidak langsung memmbawaku ke rumah sakit saja? Ini malah ke rumahnya, dan bahkan kamarnya. Aku tidak bisa percaya begitu saja dan harus curiga. Dia bukanlah orang yang kukenal, aku tidak bisa percaya begitu saja dengan orang asing tanpa syarat.Pria itu hanya terhening dan tidak menjawabku. Hal itu yang membuatku semakin mencurigainya. Dia hanya terus menatapku dengan tatapan aneh dan dingin. Aku yang ditatapnya seperti itu pastilah sangat ketakutan dibuatnya. Tatapannya itu sangat ganas seperti serigala yang ingin memangsa domba kecil.Ya tuhan, tolong aku! Bawa aku keluar dari sini secara teleportasi. Tatapan dinginnya itu semakin lama akan membunuhku cepat atau lambat. Tuhan, maafkan aku yang bermental domba ini.Aku merasa sangat aneh dan ketakutan ketika
Pertanyaan yang tersimpan dalam benakku, sengaja kuurungkan. Sebab, aku rasa tak pantas menanyakan pertanyaan sensitif di awal pertemuan. Takut dia berpikir macam-macam."Jadi, apa yang ingin kau tanyakan kepadaku?" tanya pria itu kepadaku.Aku masih terbungkam membisu ketika pria itu bahkan sampai menajamkan netranya, menatap ke arahku. Gea ... Oh Gea ... Ayo katakan dengan tegas!"Begini... Bagaimana bisa aku berada di kamar anda?" tanyaku sembari memejamkan mata karena merasa malu."Oh... Aku kira apaan. Kau sepertinya tidak ingat apapun ya?" tanya pria itu kepadaku dengan heran.Ingat apapun?Apa maksud dari pertanyaannya itu padaku?Memangnya apa yang harus kuingat? Aku benar-benar tidak mengerti dengan pertanyaannya itu. Otakku traveling berfikir ke mana-kemana tentang pertanyaan yang diajukan oleh pria itu kepadaku."Permisi?"Pria itu melambai-lambaikan tangannya ke depan wajahku. Akan tetapi, aku masih sedang berada dalam fantasi lamunanku. Aku tidak sadar jika sedap tadi pr
Aku yang sudah lama tidak sadarkan diri akhirnya bangun setelah beberapa jam. Mataku masih kabur, tidak jelas ketika pertama kali aku membuka mataku. Aku melihat seseorang tengah berdiri di depan jendela dengan samar-samar. Dia adalah seorang pria. Dia tengah melihat ke arah jendela dengan piyama yang dikenakannya.Setelah ia tengah lama berdiri di depan jendela, ia pun akhirnya duduk di salah satu sofa kamar itu. Ia mengambil handphone miliknya dan memeriksa notifikasi yang berbunyi.Aku pun hanya bisa memperhatikan pria itu sambil berbaring di tempat tidurku. Sedangkan pria itu masih sibuk memainkan phonsell miliknya. Sepertinya ia belum sadar jika aku sudah terbangun.Aku juga tidak berani untuk membuka mulutku dan bertanya kepadanya. Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa aku bisa berakhir di tempat asing seperti ini? Bahkan di kamari ada seorang pria muda. Apa yang telah terjadi kepadaku.Oh tidak, tidak mungkin kan.... Tidak! Tentu saja tidak mungkin. Apa dia seorang gigolo?
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments