Seulas senyum terukir di wajah seorang wanita yang baru saja turun dari taksi di persimpangan jalan. Dengan membawa bekal di tangannya, dia berjalan menuju kantor tempat suaminya bekerja. Langkah demi langkah dia jalani dengan hati gembira.
"Mas Dion pasti suka dengan kebab yang kubuatkan," ucapnya seraya berjalan memasuki perusahaan tempat suaminya bekerja.Sayangnya, senyum yang tadinya terukir indah di wajahnya berubah pudar tatkala melihat suaminya yang tengah bermesraan dengan wanita lain di dalam ruang kerjanya.Pintu ruang kerjanya sedikit terbuka dan dari celah itu, dia tak sengaja mengintip perihal mengejutkan yang terjadi di dalam ruangan kerja suaminya. Betapa hancur hatinya ketika melihat suami yang sangat dicintainya tengah bercumbu mesra dengan wanita lain yang tampak jauh lebih muda darinya. Dia sengaja bersembunyi di balik pintu karena terlalu syok untuk menghadapinya.Gea adalah istri sah Dion yang telah dinikahinya selama 10 tahun. Selama mereka menikah, Dion selalu bersikap baik kepadanya dan senantiasa menunjukkan kasih sayang yang begitu tulus terhadapnya dan keluarganya. Tak pernah terlintas dalam benaknya jika tipe suami yang begitu sempurna akhirnya berselingkuh dengan wanita lain.Karena tak kuasa untuk menghadapinya, Gea sengaja berpura-pura tidak tahu dan menelephon Dion, "Halo, Mas. Kamu di mana?" Gea mencoba mengatur nada bicaranya agar terkesan lebih alami."Halo, Sayang. Aku di kantor. Memangnya ke mana lagi?" jawab Dion dari seberang telephon. Dia pun berusaha untuk tampak alami, seperti tidak ada hal mencurigakan yang tengah dia lakukan."Apa aku boleh ke sana? Aku ingin mengantarkan kebab kesukaanmu." Gea sengaja menguji Dion.Mendengar hal itu, Dion segera memperbaiki posisi duduknya. Sementara wanita yang berada di pangkuannya dimintanya untuk bangkit."Emm ... Sayang. Nggak perlu repot-repot deh. Nanti kamu capek. Perjalanan ke kantorku kan lumayan jauh. Aku makan bareng di kantin aja sama temen kerja. Kamu istirahat di rumah aja, ya. Kalau gitu, aku lanjut kerja ya. Bye ... .""Mas, aku ... ." Belum sempat Gea melanjutkan perkataannya, Dion sudah menutup telephonnya. "Kamu bohong, Mas," gumamnya dengan rasa putus asa.Hati Gea semakin hancur kala Dion sengaja membohonginya tanpa rasa bersalah. Perjalanannya ke kantor dengan membawa bekal demi suaminya menjadi sia-sia. Pada akhirnya, Gea terpaksa pulang dengan rasa sakit yang semakin mengiris-iris ke dalam daging tubuhnya.Sementara Dion yang telah menutup telephon dari Gea pun langsung melanjutkan percumbuannya dengan wanita selingkuhannya yang berusia jauh lebih muda dari Gea. Ternyata yang dikatakan orang memang tidak pernah salah. Sampai kapan pun, seorang pria hanya menyukai gadis muda dan cantik. Tidak seperti Gea yang telah berumur kepala 4."Apa aku sudah tidak cantik lagi?" Gea mulai menyalahkan dirinya dan takdirnya. Menua adalah hal yang wajar, tetapi kenyataan selalu ingin dihajar.Wanita yang berselingkuh dengan Dion adalah seorang karyawan magang yang berada di bawah bimbingan Dion. Karena tertarik dengan wajah tampannya, wanita yang bernama Elana sengaja menggodanya. Walaupun Elana pribadi sudah tahu jika Dion telah menikah dan memiliki seorang istri."Apa tadi itu istrimu?" tanya Elana kepada Dion sembari mengalungkan tangannya di leher Dion.Kemudian, Dion mengangkat tubuh Elana dan mendudukkannya di atas meja kerjanya. Dia pun menjawab, "Benar, dia wanita tua yang kumaksud." Jawaban Dion sengaja menjelek-jelekkan Gea agar Elana merasa bahagia.Elana tersenyum nakal ketika mendengar pria yang dicintainya menjelek-jelekkan istrinya sendiri."Ayolah ... Dia adalah istrimu," goda Elana dengan kesan mengejek Dion."Katakan saja kalau kau cemburu. Dia hanya wanita yang kunikahi, tapi kaulah wanita yang kucintai. Jangan khawatir, kau tetaplah pemenangnya." Dion merayu Elana dengan kata-kata termanisnya agar Elana percaya kepadanya.Elana tersenyum, lalu mengecup bibir Dion. Kemudian, Dion membalas kecupan itu lebih agresif. Dion sangat ahli melakukannya, karena itulah Elana selalu merasa puas setiap kali berhubungan dengan Dion. Setelah beberapa lama mereka melakukannya, akhirnya mereka berhenti karena lelah.Elana pun kembali membuka pembicaraan, "Jadi, kapan kau akan menceraikannya?" tanyanya.Dion mengelus wajah Elana dan menjawab, "Setelah aku mengeruk habis semua hartanya. Kapan pun kau mau, pasti akan kulakukan," jawabnya sembari mencium lembut bibir Elana."Emh..., dasar nakal." Elana semakin menggodanya dengan mengeluarkan lenguhan-lenguhan seksi untuk membangkitkan birahi Dion.Ketika Dion perlahan membuka kancing kemeja Elana, Elana sengaja menghentikan aksi Dion dan membuatnya semakin tersiksa."Ukh..., apa kau yakin ingin melakukannya di kantor?" godanya sembari memajukan dadanya hingga menyentuh dada bidang Dion.Nafas Dion semakin memburu ketika dua buah bantal empuk itu menyentuhnya. "Akh .. Aku bisa gila. Aku tidak bisa menahannya lagi. Akan kubuat kau berteriak meminta ampun," cetus Dion.Dion yang sudah tidak bisa menahan birahinya pun akhirnya mulai mengangkat rok mini yang dikenakan Elana. Ruangan Dion sengaja ditutup rapat agar siapa pun tak dapat melihat perbuatan memalukan yang mereka lakukan.***Sesampainya di rumah, Gea bahkan tak bisa luput dari omelan mertuanya yang sedikit pun tak pernah menyukainya. Mertuanya yang tak lain adalah ibu dari suaminya yang berselingkuh, selalu mencercanya dan mengatainya tak pernah benar dalam bekerja. Terkadang bahkan dia berkata telah menyesal menikahkan putranya dengan menantu kaya yang tidak bisa apa-apa."Dari mana saja kamu? Sudah tahu kerjaan numpuk di rumah, bisa-bisanya main keluar. Tidak masalah kalau tidak bisa menjadi menantu yang baik, tapi setidaknya harus menjadi istri dan ibu yang baik. Sudah jam segini, kenapa anakmu belum kau jemput?" Mertua Gea yang bernama Ida itu langsung mengomeli Gea dengan liur berhamburan mengenani wajah Gea setibanya dia di rumah."Bu, aku capek. Bisakah kau berhenti mengomel?" pinta Gea tanpa menatap wajah ibu mertuanya."Capek? Capek ngapain? Setiap hari cuma rebahan aja capek. Itu cucian piring, cucian baju masih numpuk. Rumah juga belum disapuin. Kamu sebenarnya bisa kerja nggak sih?" Ida semakin mengomeli Gea dengan nada tinggi."Diam! Aku capek banget. Kalau Ibu bisa, kerjain aja sendiri. Ngapain nyuruh orang?!" Gea kehilangan kontrol emosinya karena dia benar-benar lelah.Sentakan dari Gea membuat Ida reflek terdiam. Dia tertegun karena baru kali ini Gea berani melawannya, bahkan sampai membentaknya. Sementara Gea pun mengambil kesempatan untuk berlalu pergi meninggalkannya."Eh, mau ke mana kamu? Saya belum selesai bicara. Dasar tidak sopan! Berani sekali kau membentakku!" Ida terus mengomel sendirian, bahkan ketika Gea tak mempedulikannya. "Awas saja kalau Dion pulang nanti. Akan kusuruh dia menceraikannya." Ucapan Ida terdengar jelas di telinga Gea.Gea terus berjalan menuju kamarnya dan mengunci pintu rapat-rapat."Memang pantas dia adalah anaknya. Mereka sama-sama manusia terburuk. Dia tidak perlu menceraikanku, aku yang akan lebih dulu menceraikannya. Bajingan!" Gea menggerutu kesal."Apa ini?" Dion tiba-tiba menghampiri Gea sembari melemparkan phonsell milik Gea ke hadapannya. Roman wajah Dion tampak buruk dan terlihat murka. Dari layar phonsell, tampak jelas sebuah foto yang memperlihatkan Dion dan Elana tengah bercumbu mesra. Menyadari Dion telah menangkapnya, Gea akhirnya tak bisa menyembunyikannya lagi. Setelah melihat Dion berselingkuh dengan Elana, Gea tidak ingin menjadi pihak yang lemah. Dia mulai melakukan aksi perlawanannya secara diam-diam untuk membalaskan dendamnya. Dia mulai menguntit dan memotret secara sembunyi-sembunyi setiap kali Dion dan Elana bertemu. "Apa dia secantik itu?" sindir Gea."Apa maksudmu?" Dion terlihat sangat marah terhadap Gea karena sudah jelas Gea mengetahuinya, tetapi Gea dengan sengaja berpura-pura tidak tahu. Seakan Gea telah mempersiapkan rencana tersembunyi."Punya hak apa kau bertanya padaku? Harusnya aku yang menanyakan itu. Hanya karena kau tahu aku mencintaimu, bukan berarti kau bisa melakukan ini padaku. Aku tidak
Pada malam pertengkaran Gea dengan Dion, Gea tidak menyangka jika malam itu adalah malam terakhirnya. Malam itu, Gea salah meminum obat dan membuatnya mati keracunan. Keesokan harinya setelah kepergiannya, keluarganya pun mengadakan pemakaman. Selain keluarganya dari pihak suaminya dan putranya yang masih belia, dia tidak memiliki keluarga lagi.Gea adalah putri tunggal dari keluarga konglomerat. Karena kepergian keluarganya mendahuluinya, dia menjadi satu-satunya pewaris sah yang mewarisi harta kekayaan keluarganya. Takdir tak bisa ditebak. Siapa yang menyangka bahwa dia pada akhirnya menjemput keluarganya. Satu-satunya pewaris harta yang sah adalah putranya. Namun karena usianya masih terlalu muda, maka semua harta yang dimiliki Gea jatuh ke tangan Dion yang menyandang status sebagai suami sahnya.Baru 2 minggu kepergian Gea berlalu, Dion sudah mulai merencanakan acara pernikahannya dengan Elana. Kebetulan yang tak bisa diprediksi, hingga membuat semua orang curiga dan menyebarkan
"Bukankah aku sudah mati? kenapa aku bisa hidup lagi?" Revista bergumam karena tidak percaya dengan keajaiban yang telah dia alami."Ada apa denganmu? apa kau merasa tidak nyaman?" tanya pria yang sejak tadi merasa tingkah laku Revista terlihat aneh.Revista reflek menatap pria yang berdiri di sampingnya. Pandangannya mulai tampak jelas tatkala menatapnya. Pria itu masih sangat muda, seumuran siswa SMA. Dia anak yang sangat tampan."Siapa kau?" tanya Revista penuh dengan kewaspadaan."Ah, maaf. Aku adalah orang yang menyelamatkanmu. Pertama kali menemukanmu, kau sudah terluka parah. Jadi, aku langsung membawamu ke rumah sakit," jelasnya."Kau ... kau yang menyelamatkanku?" tanya Revista ragu-ragu."Benar, itu aku," jawabnya sembari memancarkan keramahan di wajahnya. "Karena kau sudah siuman, bisakah aku meminta nomor telephon keluargamu?" pintanya.Di detik itu, Revista tertegun tanpa bisa berkata-kata ketika pemuda itu menyinggung tentang keluarga. Dia sadar bahwa dirinya adalah Gea,
"Berhenti di sana!" Suara seseorang yang menghentikan secara tiba-tiba.Revista yang kala itu tengah bersembunyi pun terpaksa harus menghentikan langkahnya ketika dia bermaksud untuk beranjak pergi dari sana. Sementara orang yang mencegahnya pergi ternyata adalah Elana yang tak sengaja melihatnya bersembunyi."Adik?" Elanabelum yakin karena dia hanya melihat bagian punggung Revista.'Adik? apa maksudnya?' Revista bertanya-tanya dalam batinnya.Kemudian, Revista mencekal lengan Revista dan memaksanya untuk berbalik menatapnya. "Sudah kuduga. Ini kamu, Rev!" ujarnya dengan semangat tatkala melihat wajah familiar di hadapannya.Revista semakin bingung ketika Elana tiba-tiba memeluknya dengan erat. Sementara hatinya merasa sangat jijik kala mendapati seorang wanita selingkuhan suaminya yang justru memeluknya saat ini.Gea sedikit pun tak menduga bahwa ia akan terlahir kembali di tubuh saudari kandung seorang wanita selingkuhan suaminya yang berkomplotan membunuhnya. Dia sangat yakin jika
"Ouch, sakit sekali kepalaku," rintih Dion sembari memegangi kepalanya yang terasa nyeri kala dia baru saja terbangun dari lelapnya.Pagi itu, di dalam ruangan yang sama, Elana tengah merias wajahnya di depan cermin. Dia bersiap-siap untuk datang ke kantor. Tatkala menyadari Dion telah terbangun, ia pun meliriknya sekilas dan menanyakan kondisinya."Kau sudah sadar? Kemarin kau terlalu banyak minum. Apa perut dan kepalamu baik-baik saja?" tanya Elana sembari memasang anting di telinganya."Emmh, ouh," gagap Dion. Ia masih terlihat celingukan karena baru saja terbangun dari tidurnya. "Apa kau sedang bersiap berangkat kerja?" tanya Dion."Tentu saja. Lalu apa lagi? Bagaimana denganmu? Apa kau ingin membolos?" timpal Elana seraya bangkit, lalu berjalan menghampiri Dion yang masih berbaring di atas ranjang. Elana melipat kedua lengannya seraya berkata, "Apa kau tidak bekerja?" tanyanya."Aduh, kepalaku sakit sekali. Sepertinya kemarin aku terlalu banyak minum alkohol. Perutku rasanya mual
Dalam lubuk hati Revista teramat gembira tatkala mendapati bahwa menaklukkan seorang pria murahan seperti Dion sangatlah mudah. Jika demikian, Revista merasa bahwa pembalasan dendam yang akan dia lakukan pasti akan berjalan sangat lancar. Namun, ia tetap tak boleh lengah agar semua yang dia lakukan tidaklah sia-sia."Kakak ipar, bukankah kau baru saja menikahi kakakku kemarin? aku rasa ... ini kurang pantas." Revista sengaja mengatakan perkataan untuk menarik ulur situasi."Elana maksudmu? Sepertinya aku yang terlalu bodoh. Jika aku bertemu denganmu duluan, sudah pasti aku tidak akan memilihnya. Pantas atau tidaknya, apa itu penting? sebelumnya kau sudah berjanji pandaku. Kau harus mengabulkan apa pun permintaanku," paksa Dion. Dengan sigap, Dion melingkarkan tangannya ke pinggang Revista, lalu menariknya dan mendekapnya hingga posisi mereka tak berjarak. Revista reflek menatap lekat wajah Dion. Wajah yang setiap hari dilihatnya, wajah yang tak bosan-bosannya dilihat setiap hari, waja
"Ah ... Kakak ipar, kau sangat berpengalaman," desah Revista di telinga Dion yang masih sangat bergairah menyetubuhi Revista dengan penuh kenikmatan."Kau sangat menggoda. Kau masih perawan, tapi ternyata tidak amatir. Kau lebih ahli dari yang kubayangkan," balas Dion.Kepuasan batin mereka akhirnya terpenuhi setelah mereka mencapai klimaks. Momen yang begitu menggairahkan di antara mereka akhirnya berakhir selama 20 menit lamanya mereka berhubungan.Masing-masing dari mereka pun memakai pakaiannya kembali, lalu beranjak pergi meskipun Dion sedikit enggan meninggalkan gadis secantik Revista yang baru saja dinikmati."Kakak ipar, ingat untuk merahasiakan hubungan kita," bisik Revista di telinga Dion sebelum dia beranjak keluar dari kamar mandi terlebih dahulu.Dion tak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi dengan jahilnya mengecup pipi Revista. Mereka berdua pun akhirnya berpisah setelahnya. 'Elana, tunggu saja. Akan kubuat kau merasakan yang telah kurasakan. Aku penasaran bagaimana re
"Sudahlah, aku sedang tidak ingin berdebat dengan siapa pun." Dion menyudahi permasalahan agar tidak semakin melebar. Kemudian, dia melirik Revista seraya berkata, "Kau tidak pergi? apa kau ingin dilempar tongkat lagi?" sindir Dion dengan perkataan pedasnya.Dion tak menunggu Revista beranjak terlebih dahulu, namun meninggalkannya begitu saja. Sementara Revista bukanlah seseorang yang tidak peka atau harus selalu diarahkan orang lain. Ia pun turut beranjak meninggalkan tempat dan Ida sendirian di sana."Mau ke mana kalian? Enak saja pergi begitu saja. Berhenti! Kubilang berhenti!" Ida mencoba menghentikan Dion dan Revista yang seakan tak menghargai keberadaan dirinya di sana. Namun percuma saja, keduanya tak menggubris perintah Ida dan terus berjalan pergi meninggalkannya. "Yang benar saja. Anak muda jaman sekarang memang tidak tahu etika!" marahnya meluapkan emosi yang sudah memuncak hingga ke ubun-ubun kepalanya.Pertengkaran yang tadinya hampir menjadi permasalahan serius akhirnya