"Apa ini?" Dion tiba-tiba menghampiri Gea sembari melemparkan phonsell milik Gea ke hadapannya. Roman wajah Dion tampak buruk dan terlihat murka.
Dari layar phonsell, tampak jelas sebuah foto yang memperlihatkan Dion dan Elana tengah bercumbu mesra. Menyadari Dion telah menangkapnya, Gea akhirnya tak bisa menyembunyikannya lagi.Setelah melihat Dion berselingkuh dengan Elana, Gea tidak ingin menjadi pihak yang lemah. Dia mulai melakukan aksi perlawanannya secara diam-diam untuk membalaskan dendamnya. Dia mulai menguntit dan memotret secara sembunyi-sembunyi setiap kali Dion dan Elana bertemu."Apa dia secantik itu?" sindir Gea."Apa maksudmu?" Dion terlihat sangat marah terhadap Gea karena sudah jelas Gea mengetahuinya, tetapi Gea dengan sengaja berpura-pura tidak tahu. Seakan Gea telah mempersiapkan rencana tersembunyi."Punya hak apa kau bertanya padaku? Harusnya aku yang menanyakan itu. Hanya karena kau tahu aku mencintaimu, bukan berarti kau bisa melakukan ini padaku. Aku tidak akan tinggal diam!" cetus Gea."Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Dion dengan nada yang semakin ditinggikan."Aku rasa semua itu akan cukup menjadikanmu orang yang bersalah. Ayo cerai!" cetus Gea."Tidak. Jangan harap aku akan menceraikanmu. Titik!" Karena tak ingin melanjutkan perdebatan, Dion sengaja pergi meninggalkan Gea begitu saja."Mas, mau ke mana kamu? Mas, aku belum selesai bicara. Mas ... Bajingan!" umpatnya. Gea sudah tak kuasa mengendalikan dirinya lagi. Perasaan memang senjata tajam yang menakutkan. Dia sangat mencintai Dion. Itulah mengapa dialah pihak yang paling tersakiti.Kesempatan hanya datang sekali. Sekali kepercayaan dikhianati, maka tidak akan ada kesempatan kedua kali. Gea bisa menerima banyak kesalahan yang dilakukan suaminya, kecuali perselingkuhan.Alasan Dion menolak gugatan cerai dari Gea yaitu bukan karena dia tidak ingin menceraikannya. Namun, karena rencananya untuk mengeruk habis harta Gea belum selesai. Menyadari Gea yang telah mengetahui isu perselingkuhannya dengan Elana, Dion menjadi sangat gusar dan takut rencananya akan gagal. Tampaknya, Dion tidak punya pilihan lain selain menggunakan satu-satunya cara untuk menyingkirkan Gea.Setelah beradu mulut dengan Gea, Dion pun keluar dari rumah untuk menemui Elana. Di persimpangan jalan di depan pagar rumahnya, tampak sebuah mobil sedan berwarna merah yang terparkir. Mobil itu adalah mobil Elana. Dia datang untuk menjemput Dion."Beby, kenapa lama sekali? Aku sudah lama menunggumu." Elana langsung menyambut Dion yang masuk ke dalam mobilnya.Dion tak mengatakan apa pun dan langsung memeluk tubuh Elana. Wangi parfum Elana sungguh menggoda. Membuat Dion terlena dan tak ingin berhenti menciumi tubuh Elana yang begitu memikat. Tingkah Dion sungguh membuat Elana tak berdaya. Dia merasa geli, tetapi sangat menikmati cumbuannya."Akh ... Beby." Elana menggeliat karena tak dapat menahan dirinya.Sementara Dion terus melanjutkan aksinya, bahkan semakin agresif. Di dalam mobil yang begitu sempit, Dion tak bisa lagi menahan hasratnya terhadap Elana. Dion membentangkan kedua kaki Elana dan mula melancarkan aksi panasnya, hingga mobil itu berguncang hebat.Mereka yang merasa kurang leluasa melakukannya di dalam mobil, mulai berpikir untuk melanjutkannya di sebuah hotel tempat biasa mereka bertemu dan bercumbu.Sesampainya di kamar hotel, mereka yang tak dapat menunda hasratnya lebih lama pun langsung melanjutkannya dengan lebih leluasa. Di tengah percumbuannya, tiba-tiba saja Elana meminta Dion untuk berhenti."Kenapa?" tanya Dion sembari mencuri-curi kesempatan untuk mencumbunya."Akh ..., geli." Elana tertawa kecil tatkala Dion meninggalkan tanda merah di lehernya. "Ayolah ... sebentar saja. Ada yang ingin kutanyakan," pinta Elana.Dion pun terpaksa harus berhenti, namun tanpa berpindah posisi. Elana masih berada di bawah kungkungannya, sementara Dion mulai serius mendengarkan perkataan Elana sembari menyingkirkan rambut Elana yang menghalangi wajah eloknya."Baiklah. Tanyakan saja yang ingin kau tanyakan." Mempersilakan Elana untuk mengajukan pertanyaan."Apa kau ada masalah?" Pertanyaan Elana sontak membuat roman wajah Dion pudar. "Sudah kuduga. Apa istri jelek itu membuatmu kesal? Apa dia memarahimu?" cecarnya.Setelah diam beberapa saat, Dion pun bangkit dan duduk di samping Elana yang masih terbaring. Kemudian, Elana pun turut bangkit dan duduk di samping Dion. Dia mengelus lengan Dion hingga membuat Dion menatap wajah Elana dengan penuh kasih sayang."Elana, maukah kau menikah denganku?" Begitu tiba-tiba, Dion melamar Elana hingga membuatnya tertegun tak bisa berkata-kata.Elana menatap lekat wajah Dion. Dia penasaran alasan Dion tiba-tiba melamarnya, ketika beberapa hari lalu Dion menyuruhnya untuk menunggu sebentar lagi. Dapat ditebak dengan jelas, pasti benar-benar telah terjadi masalah."Kenapa kau diam saja? Apa kau tidak ingin menikah denganku?" Dion tidak sabar menunggu jawaban Elana."Kenapa begitu tiba-tiba? Bagaimana dengan urusan yang kau katakan? Apa kau sudah menyelesaikannya?" cecar Elana karena dia begitu heran."Wanita itu ternyata telah mengetahui hubungan kita. Bahkan, dia telah mengumpulkan bukti untuk mengajukan gugatan. Aku tidak boleh membuatnya berhasil. Jika tidak, maka rencana yang telah kususun sejak lama akan sia-sia," tutur Dion."Lalu, apa yang kau rencanakan?" tanya Elana."Satu-satunya cara adalah mempercepatnya. Tidak ada cara lain lagi. Dia sendiri yang memaksaku untuk melakukannya," cetus Dion."Bagaimana caranya?" Elana begitu antusias mendengarkan rencana licik Dion."Kita tunggu saja. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menghambat tujuanku," cetusnya.Dion sengaja merahasiakan rencananya kepada Elana. Setelah itu, dia kembali menaklulkan Elana di atas ranjang hingga Elana menjerit kenikmatan karena benda keras tumpul milik Dion menusuknya.***Pertengkarannya dengan Dion membuat asam lambung Gea naik. Setelah semua yang menimpanya, Gea mulai kehilangan nafsu makan, padahal dia menyadari kondisi kesehatannya sendiri.Gea mengidap magkronis yang mengharuskannya untuk makan teratur. Jika telat sedikit saja, maka penyakitnya akan kambuh. Setiap kambuh, maka dia harus meminum banyak tablet obat yang diresepkan oleh dokter spesialis."Arghh ...." Gea mengerang kesakitan seraya berjalan dengan tertatih-tatih menuju laci tempat dia menyimpan obatnya.Setelah berhasil mendapatkannya, Gea pun langsung menelan obat itu. Anehnya, sakit yang dia rasakan bukannya mereda, tetapi malah semakin menjadi-jadi.Bukan hanya lambungnya saja yang terasa perih, melainkan sekujur tubuhnya terasa mati rasa. Kepalanya sakit tak tertahankan, hingga akhirnya dia terjatuh ke lantai."Sudah jam segini, kenapa belum juga ada makanan di meja? Gea, apa saja yang kau lakukan setiap hari, hah!" Di saat seperti itu, Ida masih sempat memarahi Gea yang belum sempat memasak untuk makan malam. Ida yang sudah tak sabar mengomeli Gea pun naik ke kamar Gea yang berada di lantai dua dan langsung membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu. "Aaaaa!!!" Ida terkejut histeris bukan main ketika melihat Gea yang terbaring di atas lantai, dengan mulut yang mengeluarkan buih.Pada malam pertengkaran Gea dengan Dion, Gea tidak menyangka jika malam itu adalah malam terakhirnya. Malam itu, Gea salah meminum obat dan membuatnya mati keracunan. Keesokan harinya setelah kepergiannya, keluarganya pun mengadakan pemakaman. Selain keluarganya dari pihak suaminya dan putranya yang masih belia, dia tidak memiliki keluarga lagi.Gea adalah putri tunggal dari keluarga konglomerat. Karena kepergian keluarganya mendahuluinya, dia menjadi satu-satunya pewaris sah yang mewarisi harta kekayaan keluarganya. Takdir tak bisa ditebak. Siapa yang menyangka bahwa dia pada akhirnya menjemput keluarganya. Satu-satunya pewaris harta yang sah adalah putranya. Namun karena usianya masih terlalu muda, maka semua harta yang dimiliki Gea jatuh ke tangan Dion yang menyandang status sebagai suami sahnya.Baru 2 minggu kepergian Gea berlalu, Dion sudah mulai merencanakan acara pernikahannya dengan Elana. Kebetulan yang tak bisa diprediksi, hingga membuat semua orang curiga dan menyebarkan
"Bukankah aku sudah mati? kenapa aku bisa hidup lagi?" Revista bergumam karena tidak percaya dengan keajaiban yang telah dia alami."Ada apa denganmu? apa kau merasa tidak nyaman?" tanya pria yang sejak tadi merasa tingkah laku Revista terlihat aneh.Revista reflek menatap pria yang berdiri di sampingnya. Pandangannya mulai tampak jelas tatkala menatapnya. Pria itu masih sangat muda, seumuran siswa SMA. Dia anak yang sangat tampan."Siapa kau?" tanya Revista penuh dengan kewaspadaan."Ah, maaf. Aku adalah orang yang menyelamatkanmu. Pertama kali menemukanmu, kau sudah terluka parah. Jadi, aku langsung membawamu ke rumah sakit," jelasnya."Kau ... kau yang menyelamatkanku?" tanya Revista ragu-ragu."Benar, itu aku," jawabnya sembari memancarkan keramahan di wajahnya. "Karena kau sudah siuman, bisakah aku meminta nomor telephon keluargamu?" pintanya.Di detik itu, Revista tertegun tanpa bisa berkata-kata ketika pemuda itu menyinggung tentang keluarga. Dia sadar bahwa dirinya adalah Gea,
"Berhenti di sana!" Suara seseorang yang menghentikan secara tiba-tiba.Revista yang kala itu tengah bersembunyi pun terpaksa harus menghentikan langkahnya ketika dia bermaksud untuk beranjak pergi dari sana. Sementara orang yang mencegahnya pergi ternyata adalah Elana yang tak sengaja melihatnya bersembunyi."Adik?" Elanabelum yakin karena dia hanya melihat bagian punggung Revista.'Adik? apa maksudnya?' Revista bertanya-tanya dalam batinnya.Kemudian, Revista mencekal lengan Revista dan memaksanya untuk berbalik menatapnya. "Sudah kuduga. Ini kamu, Rev!" ujarnya dengan semangat tatkala melihat wajah familiar di hadapannya.Revista semakin bingung ketika Elana tiba-tiba memeluknya dengan erat. Sementara hatinya merasa sangat jijik kala mendapati seorang wanita selingkuhan suaminya yang justru memeluknya saat ini.Gea sedikit pun tak menduga bahwa ia akan terlahir kembali di tubuh saudari kandung seorang wanita selingkuhan suaminya yang berkomplotan membunuhnya. Dia sangat yakin jika
"Ouch, sakit sekali kepalaku," rintih Dion sembari memegangi kepalanya yang terasa nyeri kala dia baru saja terbangun dari lelapnya.Pagi itu, di dalam ruangan yang sama, Elana tengah merias wajahnya di depan cermin. Dia bersiap-siap untuk datang ke kantor. Tatkala menyadari Dion telah terbangun, ia pun meliriknya sekilas dan menanyakan kondisinya."Kau sudah sadar? Kemarin kau terlalu banyak minum. Apa perut dan kepalamu baik-baik saja?" tanya Elana sembari memasang anting di telinganya."Emmh, ouh," gagap Dion. Ia masih terlihat celingukan karena baru saja terbangun dari tidurnya. "Apa kau sedang bersiap berangkat kerja?" tanya Dion."Tentu saja. Lalu apa lagi? Bagaimana denganmu? Apa kau ingin membolos?" timpal Elana seraya bangkit, lalu berjalan menghampiri Dion yang masih berbaring di atas ranjang. Elana melipat kedua lengannya seraya berkata, "Apa kau tidak bekerja?" tanyanya."Aduh, kepalaku sakit sekali. Sepertinya kemarin aku terlalu banyak minum alkohol. Perutku rasanya mual
Dalam lubuk hati Revista teramat gembira tatkala mendapati bahwa menaklukkan seorang pria murahan seperti Dion sangatlah mudah. Jika demikian, Revista merasa bahwa pembalasan dendam yang akan dia lakukan pasti akan berjalan sangat lancar. Namun, ia tetap tak boleh lengah agar semua yang dia lakukan tidaklah sia-sia."Kakak ipar, bukankah kau baru saja menikahi kakakku kemarin? aku rasa ... ini kurang pantas." Revista sengaja mengatakan perkataan untuk menarik ulur situasi."Elana maksudmu? Sepertinya aku yang terlalu bodoh. Jika aku bertemu denganmu duluan, sudah pasti aku tidak akan memilihnya. Pantas atau tidaknya, apa itu penting? sebelumnya kau sudah berjanji pandaku. Kau harus mengabulkan apa pun permintaanku," paksa Dion. Dengan sigap, Dion melingkarkan tangannya ke pinggang Revista, lalu menariknya dan mendekapnya hingga posisi mereka tak berjarak. Revista reflek menatap lekat wajah Dion. Wajah yang setiap hari dilihatnya, wajah yang tak bosan-bosannya dilihat setiap hari, waja
"Ah ... Kakak ipar, kau sangat berpengalaman," desah Revista di telinga Dion yang masih sangat bergairah menyetubuhi Revista dengan penuh kenikmatan."Kau sangat menggoda. Kau masih perawan, tapi ternyata tidak amatir. Kau lebih ahli dari yang kubayangkan," balas Dion.Kepuasan batin mereka akhirnya terpenuhi setelah mereka mencapai klimaks. Momen yang begitu menggairahkan di antara mereka akhirnya berakhir selama 20 menit lamanya mereka berhubungan.Masing-masing dari mereka pun memakai pakaiannya kembali, lalu beranjak pergi meskipun Dion sedikit enggan meninggalkan gadis secantik Revista yang baru saja dinikmati."Kakak ipar, ingat untuk merahasiakan hubungan kita," bisik Revista di telinga Dion sebelum dia beranjak keluar dari kamar mandi terlebih dahulu.Dion tak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi dengan jahilnya mengecup pipi Revista. Mereka berdua pun akhirnya berpisah setelahnya. 'Elana, tunggu saja. Akan kubuat kau merasakan yang telah kurasakan. Aku penasaran bagaimana re
"Sudahlah, aku sedang tidak ingin berdebat dengan siapa pun." Dion menyudahi permasalahan agar tidak semakin melebar. Kemudian, dia melirik Revista seraya berkata, "Kau tidak pergi? apa kau ingin dilempar tongkat lagi?" sindir Dion dengan perkataan pedasnya.Dion tak menunggu Revista beranjak terlebih dahulu, namun meninggalkannya begitu saja. Sementara Revista bukanlah seseorang yang tidak peka atau harus selalu diarahkan orang lain. Ia pun turut beranjak meninggalkan tempat dan Ida sendirian di sana."Mau ke mana kalian? Enak saja pergi begitu saja. Berhenti! Kubilang berhenti!" Ida mencoba menghentikan Dion dan Revista yang seakan tak menghargai keberadaan dirinya di sana. Namun percuma saja, keduanya tak menggubris perintah Ida dan terus berjalan pergi meninggalkannya. "Yang benar saja. Anak muda jaman sekarang memang tidak tahu etika!" marahnya meluapkan emosi yang sudah memuncak hingga ke ubun-ubun kepalanya.Pertengkaran yang tadinya hampir menjadi permasalahan serius akhirnya
Keluarga toxic yang penuh dengan orang-orang toxic sungguh membuat Revista geli. Setelah Dion menjadi ahli waris seluruh kekayaan Revista, dia semakin menjadi. Berhubung kedua Revista telah tiada, Dion menjadi semena-mena. Dia tak ingin mengurus anaknya lagi. Dion mengirim anaknya ke sekolah asrama, sesuai dengan permintaan dari Elana.Elana berkata bahwa dia muak melihat wajah yang mirip dengan Gea. Dia ingin menjadi ratu di rumahnya. Akan tetapi, jangan lupa. Jika di dalam rumah itu ada 2 ratu.Parang! Ida melempar wajan ke arah Elana yang sedang santai menggigit mentimun sambil bersandar di depan kulkas. Sontak, Elana pun terkejut dengan aksi yang dilakukan mertuanya."Bu, apa kau gila? Asal melempar wajan ke depan orang. Gimana coba kalau aku kena," protes Elana sembari menekuk wajahnya karena tidak terima."Dasar menantu durhaka. Kerjaannya tiap hari mantursing (mangan, turu, ngising). Kau kira Ibu ini pembantu, apa? Dulu masih mending Gea bantu-bantu ngurus rumah, walaupun kerja