Share

LANGKAH PERTAMA

"Berhenti di sana!" Suara seseorang yang menghentikan secara tiba-tiba.

Revista yang kala itu tengah bersembunyi pun terpaksa harus menghentikan langkahnya ketika dia bermaksud untuk beranjak pergi dari sana. Sementara orang yang mencegahnya pergi ternyata adalah Elana yang tak sengaja melihatnya bersembunyi.

"Adik?" Elanabelum yakin karena dia hanya melihat bagian punggung Revista.

'Adik? apa maksudnya?' Revista bertanya-tanya dalam batinnya.

Kemudian, Revista mencekal lengan Revista dan memaksanya untuk berbalik menatapnya.

"Sudah kuduga. Ini kamu, Rev!" ujarnya dengan semangat tatkala melihat wajah familiar di hadapannya.

Revista semakin bingung ketika Elana tiba-tiba memeluknya dengan erat. Sementara hatinya merasa sangat jijik kala mendapati seorang wanita selingkuhan suaminya yang justru memeluknya saat ini.

Gea sedikit pun tak menduga bahwa ia akan terlahir kembali di tubuh saudari kandung seorang wanita selingkuhan suaminya yang berkomplotan membunuhnya. Dia sangat yakin jika kematiannya berhubungan erat dengan Dion, karena saat ini dialah yang paling diuntungkan.

'Tapi kenapa? Kenapa sekarang aku hidup di tubuh seorang adik dari wanita yang paling kubenci? apa alasannya?' batinnya.

Begitu banyak misteri yang tidak bisa diatasi lewat logika. Namun, di sisi lain Gea merasa peluangnya menjadi lebih besar.

"Elana," panggil seorang pria yang ternyata adalah Dion sembari menyentuh pundak Elana.

Wajah Dion yang terlihat jelas dari dekat, membuat Revista semakin geram. Jelas-jelas kedua musuhnya saat ini tepat di hadapannya. Sayangnya, Revista tak bisa berbuat apa-apa.

Tatkala Dion datang, Elana pun melepaskan pelukannya terhadap Revista.

"Aku mencarimu ke mana-mana. Ternyata kau ada di sini. Apa yang kau lakukan? Dan ... siapa dia?" cecar Dion dengan beberapa pertanyaan.

"Ah, aku tadi hanya mencari tempat yang lebih sepi dan tak sengaja bertemu dengannya. Kebetulan sekali. Oh ya, kenalin. Ini adikku, Revista." Elana memperkenalkan Revista kepada Dion.

Dion menatap Revista dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan penuh dengan nafsu. Tatapannya tak bisa berbohong jika dia tertarik terhadap tubuh Revista yang baginya lebih cantik dan seksi.

'Memang seorang adik kebanyakan lebih cantik dari kakaknya. Seharusnya aku bertemu adiknya lebih dulu,' batin Dion mulai meracau.

"Beb? Beby?" Elana membangunkan Dion dari lamunannya.

"Eh? Kenapa?" Dion tampak gugup ketika Elana menyadarkannya.

"Apa yang kau lamunkan?" tanya Elana, penuh dengan rasa penasaran.

"Bukan apa-apa. Karena adikmu sudah datang, bawa dia masuk. Dia pasti lelah," himbaunya.

Setelah itu, Elana mengajak Revista untuk memasuki rumahnya dan menempatkannya di salah satu kamar tamu. Sementara Elana dan Dion pun kembali menyambut para tamu di acara pernikahan mereka yang hampir usai.

Pada akhirnya, Gea kembali ke rumahnya sendiri, meskipun menyandang identitas lain. Perlahan dia merebahkan tubuhnya yang terasa letih di atas kasur, lalu tersenyum licik karena merasa puas.

Gea tidak tahu jika alur hidupnya akan semenarik ini. Sangat berkesan. Dia bahkan bisa dengan mudah mendekati kedua musuhnya sebagai orang terdekatnya saat ini.

"Tidak kuduga. Ternyata sekarang aku adalah adik wanita itu. Revista ... gadis ini ternyata memiliki wajah dan tubuh yang begitu menggoda. Aku bisa langsung tahu ketika lelaki berengsek itu memandangi tubuhku. Dia pasti terpesona. Jika aku bisa menggodanya, pasti akan lebih menarik," gumamnya.

Revista mulai merencanakan aksi seperti apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Dia pun mulai bangkit untuk merias dirinya menjadi secantik mungkin.

Dia sangat familiar dengan setiap sudut dan segala sesuatu yang ada di rumahnya. Dia mengendap-endap agar tak ada seorang pun yang dapat melihat aksinya.

"Siapa kau? Apa yang kau lakukan di sini?!"

Sudah sangat berhati-hati, masih saja ketahuan oleh orang lain. Revista sangat familiar dengan suara orang itu. Dia adalah ibu Dion, ibu mertuanya di kehidupan sebelumnya.

Revista pun berbalik dan tersenyum ramah kepada Ida, "Aku ... Aku adik Elana yang baru saja tiba," jawabnya dengan jujur.

"Ternyata adik wanita itu. Dia pasti sudah merasa rumah ini adalah miliknya. Bisa-bisanya membawa keluarganya ke rumah ini. Hekh! Dia pikir dia nyonya, apa? Dia pasti telah menyihir anak durhaka itu. Dia bahkan tidak ragu mengusir ibunya keluar demi penyihir itu!" Ida tampak tidak senang ketika mendengar nama Elana, karena dia pun tak puas terhadap menantunya saat ini. Dia terus mengomel hingga membuat telinga Revista panas mendengar suaranya yang nyaring.

Sebenarnya, Ida tidak setuju ketika Dion ingin menikahi Elana. Dia menentang keras pernikahan mereka. Namun karena Dion mengancam ingin mengusir Ida keluar rumah, Ida terpaksa menyetujui pernikahan mereka.

Revista yang sudah tidak tahan menghadapi ocehan Ida pun perlahan undur diri setelah sebelumnya dia berhasil mendapatkan barang yang dia inginkan. Tanpa menunda waktu, dia mulai bergegas melancarkan rencananya.

Kebetulan sekali, Revista tak sengaja bertemu dengan Dion ketika akan kembali ke kamarnya. Dengan niat liciknya, dia mendekati Dion dan mulai menyentuh tubuh Dion yang saat itu tengah mabuk dan berbau alkohol.

"Bukankah kau adik Elana? Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Dion sembari mengelus-elus wajah Revista dengan nafsu yang membara. Dia tidak tahan kala melihat wajah Revista yang begitu mempesona.

"Kakak, menurutmu ... bagaimana denganku jika dibandingkan dengan Elana?" tanya Revista dengan suara menggoda.

"Jika aku bertemu denganmu lebih dulu, aku pasti akan memilihmu," cetus Dion seraya mengangkat tubuh Revista memasuki kamar Revista dan menguncinya.

Kemudian, Dion melemparkan tubuh Revista ke atas ranjang dan mulai menaikinya. Dion tampaknya mabuk berat sebelum Revista berniat melancarkan rencananya.

"Adik, apa kau siap bermain denganku?" Dion berbisik di telinga Revista.

Revista tersenyum kecut ketika mendengar perkataan Dion yang begitu mesra. "Jadi seperti ini ketika kau bermain dengan para wanita," gumamnya.

Hasratnya semakin bangkit. Dion mulai melancarkan aksi nakalnya. Dia mengangkat rok mini yang dikenakan Revista secara kasar, lalu mencekal kedua pergelangan tangan Revista. Ketika Dion mengecup bibirnya, Revista dengan sengaja memasukkan obat bius ke mulut Dion hingga membuatnya tumbang tak sadarkan diri.

"Tenang saja. Kali ini aku tidak ingin membunuhmu. Permainan tidak akan menarik jika dilakukan dengan mudah," ucap Revista sembari mengulas senyum licik di ujung bibirnya.

Dion gagal menyentuh Revista karena berhasil ditumbangkan. Revista mendorong tubuh Dion hingga jatuh dari atas ranjang. Melihat wajahnya yang memar, dia merasa sangat girang. Kemudian, dia menyeret tubuh Dion keluar dari kamarnya, lalu meninggalkannya begitu saja di luar kamarnya.

Seorang beberapa saat kemudian, Elana yang sejak tadi mencari Dion akhirnya menemukannya tergeletak di luar kamar Revista.

"Beby, apa yang kau lakukan di sini? Sudah kuduga kau pasti bakal mabuk. Tadi kau terlalu banyak bersulang dengan para tamu," ucap Elana. Karena Dion tak meresponnya, Elana pun memapahnya menuju kamarnya. Sedangkan Revista tertawa terbahak-bahak karena merasa dirinya telah menang selangkah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status