Clara dan Georgino yang sama-sama ogah untuk menikah justru terikat dalam sebuah pernikahan akibat dijodohkan oleh orang tua mereka. Seperti kata pepatan 'Cinta tumbuh karena terbiasa' Diawal pernikahan cinta diantara mereka belum tumbuh dan malah sering bertengkar layaknya kucing dan tikus, tetapi karena Clara dan Georgino sering bersama-sama lama kelamaan cinta itu akhirnya mulai tumbuh. Hubungan yang semula harmonis, mendadak terancam gara-gara datangnya orang ketiga akibat kesalahputusan yang dibuat Clara ketika Georgino datang membawa seorang gadis yang tak sengaja ditolongnya ketika pulang dari perjalanan bisnis. Apakah Clara mampu mempertahankan rumah tangganya bersama Georgino? Apakah Georgino akan justru tergoda dari jerat orang ketiga yang selalu mengambil kesempatan untuk menggodanya? Penasaran? Ayo baca dan tunggu kisah selanjutnya tentang Clara dan Georgino di novel ‘Menikahi Dosen Tampan Menyebalkan’ FB : Lovenic Author
View More“Baiklah, besok aku akan pergi ke sana.” Clara menutup panggilan telponnya. Clara menoleh ketika pintu kamarnya terbuka. Ada Georgino yang berdiri di sana lalu berjalan pelahan memasuki kamar.Seperti tidak ada niat untuk menyambut kepulangan sang suami, dia melangkah acuh menuju kasur dan duduk ditepi ranjang kemudian memainkan ponselnya.Georgino di dekat meja untuk meletakkan tas kerjanya di sana.“Apa masih sakit?”Clara tidak menjawab, dia sibuk memainkan ponselnya. Georgino mendekat, "Hei", panggil Georgino. "Aku sedang berbicara denganmu.”"Oh. Kau memanggilku— sorry, saking sibuknya dengan ponsel.” Clara berpura-pura seakan-akan tidak mendengarnya tadi.Clara mengalihkan pandangannya dan jadi salah tingkah karena Georgino hanya diam namun terus memandangnya dengan tajam. “Kenapa kau menatapku seperti itu?” Clara tidak tahan lagi saat ditatap seperti itu oleh Georgino.Pria itu mengabaikannya, Georgino masih menatap Clara dengan intens. "Apa masih sakit?" Georgino kembali bert
“Ra, bisa diam napa, gue jadi pusing lihat lo mondar-mandir gitu.”Karina menoleh menghadap Tasya lalu menatap Clara lagi. “Betul tuh. Apa udah nggak sakit lagi. Lo kan baru siap coblos semalam?”Keduanya sedari tadi sibuk memperhatikan Clara yang mondar-mandir seperti setrika sejak mereka memberitaukan bahwa Georgino bersama Kiara diperpustakaan.‘Sial. Udah dapat enaknya aja, berani juga dia asik-asik’an dengan si Kiara itu.’“Kalian tidak berbohong, kan? Mereka nggak ngapa-ngapain, kan?” tanyanya yang tidak tahan lagi karena penasaran di dorong rasa cemburu. Maybe.“Tadi sih nggak ada. Cuma Kiara aja nabrak kak Darian habis itu dia pergi, makanya kami bisa bertemu dengan pak Gino.” sahut Karina.“Tapi bisa aja, kan pas kita pergi dia jumpai pak Gino lagi.” timpal Tasya membuat Karina terlebih Clara menatap heran ke arah gadis itu.“Lo kok gitu sih Sya.” Karina memukul kakinya Tasya.Tasya terkekeh ditempatnya melihat Clara yang sudah meringkuk di sofa panjang di depannya. Dari waj
Clara sudah berada di dalam kamarnya lagi tengah berbaring memeluk gulingnya dengan erat sembari memikirkan sesuatu yang membebani pikirannya.“Kenapa ya? Heran aja gitu, tumben-tumbenan aja dia mau balik ke sini. Biasa juga harus dipaksa dulu, itupun kalau boleh dihitung biasanya cuma setahun sekali, udah kayak anniversary aja.” Clara bergumam pelan.Suara ketukan pintu membuat Clara menoleh ke arah pintu. “Siapa?” Clara bertanya pada dirinya sendiri. “Mama kan baru pergi lagi? Apa bibi? Tapi ngapain?”Meski merasa malas, Clara memaksa dirinya berjalan membuka pintu kamar. Saat pintu terbuka, Clara dengan wajah melongoh terkejut melihat kehadiran kedua sahabatnya.“Hai.” sapa Karina.“Kalian sejak—Maksudku ngapain kalian kesini?”Karina tidak menjawab, dia tersenyum-senyum sendiri karena sikap Clara yang sangat menggemaskan saat ini. Clara terlihat lucu dimatanya kalau sedang dalam mode blo-on“Gila. Rumah suami lo besar juga ya. Rumah orang tua gue nggak ada apa-apanya.” decak Karin
“Semoga tim kak Darian menang. Sayang kita nggak bisa datang, mana si Clara juga ijin nggak masuk lagi.” tutur Karina.“Katanya sih sakit.” timpal Tasya. “Tapi sumpah deh aku jera kalau mau ngajak dia ke bar lagi. Tatapan pak Gino waktu itu seram. Untung si Clara bertingkah, jadi bisa ngalihin perhatian dia.”“Masa sih.” seru Karina tidak percaya.“Kau mah nggak tau. Kan kau lagi mabuk juga waktu itu.”Di kampus, Tasya dan Karina sudah berjalan keluar dari gedung fakultas mereka. Untuk hari ini mereka hanya satu jadwal matkul saja. Jadi setelah tidak memiliki kegiatan lagi.“Kita mau kemana?”“cari makan dulu, siap itu kita pergi lihat Clara.”“Memang kau tau dia tinggal dimana?”“Kan bisa ditanya nanti sama Clara lewat telpon, kalau nggak sharelock.”Langkah keduanya mendadak terhenti ketika melihat sosok pria yang sangat dia kenal.“Pak Gino.”Tasya dan Karina saling tatap-tatapan. Sepertinya pikiran mereka saling terhubung hingga tanpa dikomando terlelebih dahulu, baik Karina dan
“Apa yang kau kau lakukan di dalam sana? Udah lumutan aku gara-gara nungguin kalian.”Georgino malas menanggapinya, dia menatap Haris dengan raut wajah datar. “Berisik.” ucapnya singkat, namun wajahnya tampak begitu kesal. “Kalau kau memang nggak mau kerja samaku lagi mending kembali ke Singapura sana.”Haris mencebikkan bibirnya. “Santai napa bos. Sensi amat.”Georgino mengulurkan tangannya mengambil paper bag yang dipegang sama Haris. Dia membukanya untuk memeriksa barang yang dibawakan oleh asistennya itu.“Pakaian dari rumah, kan?”“Iya. Aku mana tau ukuran baju istrimu, jadi mending ke rumah aja, eh syukurnya ada nyonya besar di rumah. Jadi gampang deh, yang susahnya cuma nungguin kalian di sini.”“Orangtuaku udah pulang?” Georgino mengabaikan ucapan terakhir dari Haris.“Sudah, makanya pakaian nona Clara mamamu yang ngambilin.”“Oke, terima kasih. Kalau begitu kau boleh pulang.”“Tentu saja... eh tapi kalian mau pulang sekarang, kan? Mamamu tadi nanyain. Kau sih orang nelpon ngg
Keesokan harinya Clara terbangun dari tidurnya, dia memegang kepalanya yang serasa mau pecah. Sementara disebelahnya, Georgino merasa masih ngantuk, langsung menarik Clara ke dalam dekapannya. "Jangan bergerak. Lebih baik kau tidur lagi.”Mendengar suara serak Georgino membuat mata Clara melotot sempurna. Dia menoleh dan melihat Georgino dalam keadaan shirtless alias bertelanjang dadanya.Merasakan ada sensasi hangat yang terhantar karena tubuh mereka saling bersentuhan, sontak Clara menyibak selimut dan melihat tubuhnya dalam keadaan polos yang sedang didekap oleh Georgino.“Akkkhhh.”Clara menjerit kala melihat sesuatu tersembunyi di dalam selimut dan sukses membuat Clara kembali menutup selimutnya. Clara segera terduduk membuat tidur Georgino jadi terganggu.“Kenapa kau berisik sekali?!”“Apa yang sudah kau lakukan padaku?” cecar Clara dengan tatapan sinis bercampur marah.“Memangnya apa yang sudah kulakukan padamu?”Clara menggeram tak percaya. Ingin bertanya, justru pria itu ya
“Clara! Gadis ini,” Georgino merasa mendadak merasa pusing menghadapi tingkah Clara.Gadis itu memisahkan diri dari Georgino yang sedang melakukan check in hotel. Mau tidak mau Georgino harus datang menjemput Clara yang terlihat menunjuk ke arah dinding.“Apa yang kau lakukan di sini?”Clara melihat Georgino sebentar lalu tersenyum senang.“Aku mau lukisan ini. Cantik.”Menyadari Clara ingin menggapai lukisan itu, Georgino pun dengan cepat mencegah. Tanpa berpikir panjang Georgino langsung menarik tangan Clara menuju meja resepsionis.Sedari tadi tingkah mereka tak luput dari perhatian dari para resepsionis di sana. Georgino kembali lanjut menyelesaikan adminitrasinya sementara Clara terkurung karena dikekep oleh oleh salah satu tangan Georgino. Antisipasi agar Clara tidak berulah lagi.“Dia istri saya.”Georgino akhirnya kembali membuka suaranya dan memberitau kalau perempuan yang ada disampingnya itu adalah istrinya. Pasalnya sedari tadi resepsionis hotel itu terus menatap aneh ke a
Acara seminar sudah selesai, Darian terburu-buru meninggalkan kampus. Mobilnya keluar dari parkiran dan melaju meninggalkan kawasan kampus.. Ia membawanya mobilnya dengan kecepatan tinggi karena terburu-buru mengejar sesuatu.Tiba-tiba ketika di gerbang kampus, ada seorang gadis yang berjalan keluar tanpa memperhatikan jalannya karena fokus memainkan ponsel. Darian yang telat menyadarinya langsung membantir stir tapi naas, mobilnya ternyata tetap mengenai gadis itu hingga tak sadarkan diri.Darian mendapati ada luka di dahi dan pelipisnya, tapi dia mencoba untuk mengabaikannya dan langsung turun dan keluar untuk menemui orang itu.“Sial. Dia pinsan lagi.” Umpat Darian saat melihat gadis itu tertidur tengkurap di jalan.Darian mendekat dan membalikan tubuh korban dari mobilnya. Darian seperti pernah melihat dan mengenali gadis itu.Darian menatap ke sekelilingnya. Melihat tidak ada orang pada moment itu, Darian pun buru-buru membawanya masuk ke dalam mobil. Jika ada yang tau, bisa ruy
“Mama mau kemana?”Sepulang dari kampus Clara melihat mertuanya tampak bersiap-siap hendak pergi ke suatu tempat.“Sayang, apa sudah siap?” Tiba-tiba Reinard muncul menghampiri istrinya dan menantunya. “Eh kamu sudah pulang,” ucap Reinard saat baru menyadari keberadaan Clara.“Iya Pa.” balas Clara sekenanya. “Ini Papa dan Mama pada mau kemana?”“Mau ke Singapura sayang,” jawab Carissa sambil membetulkan dasi yang dikenakan oleh Reinard.“Singapura? Ngapain Ma? Ada urusan kerja ya?”“Iya, sekalian juga menghadiri acara pernikahan putri dari rekan kerja papamu.”Clara hanya mengangguk. “Memang berapa hari mama dan papa di sana?”“Paling dua tiga hari sayang. Sehabis pesta, besoknya kami langsung pulang.” jawab Carissa sementara Reinard sedang sibuk menghubungi seseorang di ponselnya.“Bukan besok ya pestanya?”Carissa mengeleng. “Lusa. Kalau besok Mama dan Papa liburan dulu.”“Seandainya Gino nggak ada kegiatan seminar, udah kamu dan Gino yang mama suruh pergi ke sana,” tambah Carissa
“Clara, cepat bangun! Bukain pintunya.” Suara teriakan dari mama Clara terus terdengar diiringi dengan beberapa ketukan pada pintu kamar bertuliskan ‘Kamar Princess Clara Magenta’ Tapi sang pemilik kamar justru mengabaikan panggilan mamanya. Gadis itu sebenarnya sudah terbangun tapi kelopak matanya serasa enggan untuk terbuka. Rasanya malas sekali untuk bangun. Jadi Clara membiarkan mamanya terus berteriak di sana. Perkara kena semprot omelan mamanya, itu urusan belakangan saja. Yang jelas Clara ingin tidur kembali. Tapi sialnya, suara mamanya terus terdengar. Mama Clara tampak masih betah berada di pintu dan terus mencoba membangunkannya. Kring... Sial. Clara mengumpat dalam hatinya. Baik mamanya maupun alarm di kamarnya, memang tidak bisa membiarkannya untuk tidur sebentar saja. Bukannya bangun, Clara malah menyumpal kedua telingannya dengan menggunakan bantal. Ia gelojotan, malas untuk bangun pagi. “Clara ini untuk yang terakhir kalinya mama memanggilmu. Jangan sampai mama...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments