TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MAS

TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MAS

last updateLast Updated : 2022-05-01
By:  Rita FebriyeniCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
119Chapters
109.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Jangan minta aja yang bisa! Makanya cari kerja dan bantu aku cari uang!" Dalam amarah, Mas Arga memintaku bekerja. Oke, akan kutunjukkan seperti apa istri wanita karir. "Jangan menyesal memintaku bekerja, Mas." Ternyata, ini awal dari terbongkarnya kebusukan Mas Arga yang merubah jalan hidupku, dengan mempertemukan dalam kisah yang lain.

View More

Chapter 1

Part 1 Suami Menyuruhku Cari Kerja

 

 

"Mas, uang LKS Tia belum dibayar, besok ia terima rapor dan harus lunas."

 

"Berapa?" tanya mas Arga sambil memasang sepatu.

 

"Sembilan puluh enam ribu, Mas. Ditambah uang seragam lima ratus ribu."

 

"Kok banyak kali? Bukankah uang seragam sudah dibayar waktu itu?" Alisnya bertaut menatapku.

 

"Tapi itu cuma empat ratus ribu, Mas. Mana cukup. Totalnya sembilan ratus ribu."

 

"Waduh! Aku nggak punya uang sebanyak itu. Kamu kan tau gajiku kecil. Makanya kamu bantuin aku cari uang, ini malah duduk di rumah, buat apa sarjana ujung-ujungnya jadi ibu rumah tangga."

 

Ini perkataan yang sering aku dengar dari mulut mas Arga. Semenjak aku berhenti kerja karena keguguran. Padahal anak kami hanya seorang dan sekarang baru kelas satu SMP. Tujuanku agar bisa punya keturunan lagi, dan ini juga keinginan ibu mertua. Namun kenyataanya dengan berhenti kerja, perekonomianku susah. Dan sampai sekarang juga tak kunjung hamil, padahal aku tidak KB. 

 

Dulu saat memutuskan berhenti kerja, itu karena ucapan ibu mertua. Ia janji akan memberikan biaya dapur tiga juta perbulan. Aku percaya karena ia terima pensiunan perbulannya, ditambah ada tiga petak rumah kontrakkan di samping rumah ini. Namun hingga sekarang, ucapan ibu mertua tidak terbukti. 

 

"Aku juga udah cari kerja, bahkan sudah beberapa kali tes, tapi belum juga ada hasilnya, Mas," lirihku menahan hati.

 

"Makanya jangan berhenti kerja. Ini malah sok banyak duit kayak orang kaya aja. Lihat istri teman-temanku banyak jadi wanita karir, bahkan sudah punya rumah dan mobil." 

 

"Tapi ini juga keinginan Ibu, Mas."

 

"Emang yang biayain hidupmu Ibuku? Mikir pakek otak, bukan pake dengkul." Lalu ia berlalu keluar kamar.

 

"Jangan menangis, Sarah. Kamu udah biasa mendengarnya," bathinku mensugesti diri agar tidak meneteskan air mata.

 

Aku sudah tak punya tabungan lagi. Dulu sebagian uang jamsostek hasilku bekerja sudah terpakai buat membangun kamar baru di rumah ini. Tak mungkin Tia masih tidur denganku dan mas Arga. Lagian biaya keseharian hanya dari uang dua juta yang diberikan mas Arga. Padahal di rumah ini ada ibu mertua dan adik iparku yang sudah bekerja. 

 

Pernah aku mengeluh biaya dapur, ibu mertua mengabaikannya. Bahkan ia bicara sumbing dengan mengatakan jika aku istri yang tidak bisa berhemat. Menjawab, tetap saja aku yang disalahkan. Bahkan Andi--adik iparku tak segan-segan berdebat seperti mulut perempu*n. Ya, Andi lelaki kem*yu.

 

Aku keluar kamar, tapi tak melihat mas Arga. Terlihat motor masih ada di teras karena pintu terbuka lebar. Lalu aku ke ruang tengah ingin memastikan keberadaanya. Bagaimanapun juga, aku harus mencium punggung tangannya sebelum ia berangkat kerja.

 

"Itulah, Bu. Sarah tak bisa berhemat. Padahal gajiku sudah sepenuhnya ia yang pegang."

 

Deg!

 

Langkahku terhenti saat melewati pintu kamar ibu mertua. Terdengar suara mas Arga mengeluh tentang diriku. 

 

"Kok Sarah gitu? Bukankah Ibu sudah kasih tiga juta tiap bulan agar sebagian gajimu bisa untuk kebutuhan lain. Toh yang bayar listrik dan air, Andi kok," kata ibu mertua.

 

Darahku berdesir mendengar perkataan ibu mertua. Aku tak pernah menerima uang tiga juta darinya, apalagi setiap bulan. Kenapa ia bicara dengan mas Arga seolah aku sudah sering menerimanya. Bahkan aku hanya menerima uang dua juta setiap bulan dari gaji mas Arga. Dan yang aku tahu gaji suamiku itu hanya dua juta lima ratus ribu perbulan.

 

"Itulah, Bu. Aku tu capek dengar keluhannya. Ini uang seragam sekolah Tia masih utang, belum lagi uang LKS."

 

"Ya udah, ini satu juta, cepat bayarin, jangan sampai istrimu malah makek untuk yang lain. Gimanapun juga pendidikan anakmu penting."

 

Aku segera berlari ke kamar sebelum mas Arga tahu aku menguping. Terduduk di tepi ranjang, dada ini terasa sesak. Kenapa mereka bicara seolah aku yang menghabiskan uang buat berfoya-foya. Apa ibu mertua tak lihat keseharianku hingga ucapan itu tak ragu dilontarkan. Dan mas Arga? Kenapa ia mengeluh ke ibunya seolah aku istri tak becus mengolah keuangan. Bukankah ia tahu berapa banyak uang yang aku pegang.

 

"Sarah, ini uang buat sekolah Tia. Itu aku lebihin sedikit agar bisa beli ayam buat masak." Tiba-tiba mas Arga masuk kamar, lalu memberikan uang padaku.

 

"Ya, Mas," jawabku menerima uang itu.

 

"Aku berangkat kerja dulu, hari ini aku pulang larut karna harus lembur. Kamu nggak usah tunggu karna aku bawa kunci cadangan."

 

Setelah mencium punggung tangan mas Arga, ia berlalu pergi dengan motor. Motor sport itu hasil dari keringatku dulu bekerja. Sementara motor bebek milik mas Arga sudah dijual dan dibelikan perhiasan. Namun perhiasan itu akhirnya habis buat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

 

Kuhitung uang yang diberikan mas Arga. Semua uang lembaran lima puluh ribu. Tapi, hanya berjumlah delapan ratus ribu. Bukankah tadi aku dengar ibu mertua memberi uang satu juta?

 

Aku kembali ke kamar. Memikirkan tentang komunikasi mas Arga dengan ibunya. Dan yang kutangkap, ada sebuah kebohongan menjadikanku kambing hitam. Tapi siapa yang berbohong? Ibu mertua atau suamiku? Tapi apa tujuannya? Bukankah aku menantu di rumah ini.

 

Tiba-tiba lamunanku terhenti mendengar ponsel berdering. Kulihat layar ponsel, nomor yang pernah menghubungiku beberapa kali. Segera aku terima.

 

"Halo," ucapku di ponsel.

 

Alhamdulillah, ternyata ini panggilan keempat. Panggilan buat wawancara akhir. Ini perusahaan besar yang pernah bekerja sama dengan perusahaanku dulu bekerja. Bahkan aku kenal pimpinannya karena sering menghubunginya untuk masalah proyek. Tadinya aku tak yakin karena banyak saingan yang lebih muda. Tepatnya gadis-gadis baru tamat sarjana. 

 

"Mau ke mana, Sar?" tanya ibu mertua. Mungkin melihat aku sudah rapi, dan sedang memasang sepatu hak tinggi yang biasa kupakai dulunya waktu kerja.

 

"Aku mau pergi tes kerja, Bu," jawabku.

 

"Kamu tu udah dapat senang mau-maunya cari uang di luar. Sebaiknya minum rebusan kacang ijo biar rahimmu subur. Berapa umurmu sekarang? Nanti nggak bisa punya anak lagi loh."

 

Ibu mertua tak suka aku bekerja. Tapi suamiku justru ingin aku bekerja. Dua pendapat bertentangan namun tetap saja menyudutkanku. Aku bisa maklum kenapa ibu mertua ingin aku hamil lagi. Andi tak pernah bawa perempuan ke rumah. Padahal ia sudah mapan, kerja PNS. Mungkinkah ada pengaruh dengan sikap kemayunya? Entahlah.

 

***

 

"Alhamdulillah, benar aku diterima, Pak?"

 

"Iya, aku harap kamu tak lupa cara menangani proyek. Dan selama kita kerja sama dulu, sudah cukup aku tau kinerjamu, Sarah," jawab pak Ismail terdengar santai. Kami sering bercanda dulunya hingga suasana tidak kaku. Bahkan aku juga kenal baik dengan istrinya.

 

Aku meneteskan air mata. Tak menyangka jika kesempatan itu masih ada. Kini aku bisa kerja seperti dulu dengan jabatan manajer.  Alhamdulillahirabil'alamiin.

 

"Mas Arga, aku sudah dapatkan kerja, akan kuperlihatkan seperti apa seorang istri, wanita karir sebenarnya. Terima kasih memintaku agar bekerja lagi," bathinku.

 

---

 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
sandha tarigan
ceritanya seru
2023-04-09 18:15:28
0
user avatar
Mayda Kyoto
bagus cerita nya..sedih rumit dan kasihan..
2023-02-19 21:31:40
0
default avatar
agusriyantoita
sangat bagus ...
2022-06-08 09:20:48
1
user avatar
Zubaidah Mahrup
seruuuuuuu.. semangat thoooorr
2022-05-24 17:08:43
3
119 Chapters
Part 1 Suami Menyuruhku Cari Kerja
  "Mas, uang LKS Tia belum dibayar, besok ia terima rapor dan harus lunas." "Berapa?" tanya mas Arga sambil memasang sepatu. "Sembilan puluh enam ribu, Mas. Ditambah uang seragam lima ratus ribu." "Kok banyak kali? Bukankah uang seragam sudah dibayar waktu itu?" Alisnya bertaut menatapku. "Tapi itu cuma empat ratus ribu, Mas. Mana cukup. Totalnya sembilan ratus ribu." "Waduh! Aku nggak punya uang sebanyak itu. Kamu kan tau gajiku kecil. Makanya kamu bantuin aku cari uang, ini malah duduk di rumah, buat apa sarjana ujung-ujungnya jadi ibu rumah tangga." Ini perkataan yang sering aku dengar dari mulut mas Arga. Semenjak aku berhenti kerja karena keguguran. Padahal anak kami hanya seorang dan sekarang baru kelas satu SMP.
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more
Part 2 Bertanya
 Mungkin ini namanya sudah jalan takdir agar aku menjadiwanita karir. Tuntutan dari suami agar aku membantunya mencari uang akan akulakukan. Tapi tentu bukan uang untuknya. Uang istri ya punya istri dong. Akankutampar ucapan suami dengan karirku. Ia yang meminta, dengan senang hati akuberi.Ada rasa sakit bersemayam di hati. Aku seorang istri dimintamelakukan kewajiban yang seharusnya kewajiban penuh seorang suami. Sebenarnyabukan karena aku keberatan bekerja, tapi cara mas Arga yang membuatku merasatertampar. Ucapannya dengan nada merah seolah aku harus wajib mencari uang. Adarasa sesak dan ada rasa bebas.“Apa Arga tau kamu keluar hari ini, Sar?” tanya ibu mertua.“Belum tau, Bu. Tapi aku yakin Mas Arga pasti mengizinkankarena ini juga keinginannya,” jawabku sambil melepaskan s
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more
Part 3 Memberanikan Mengungkap
 “Percayalah, nggak mungkin aku bohong. Lah kamu istriku yangudah kasih aku seorang putri cantik. Lagian nggak mungkin aku menjelekkan Ibukusendiri.”Kuperhatikan ekspresi mas Arga. Ia tak terlihat sedangberbohong. Tapi bukan berarti aku percaya begitu saja. Mungkin lebih baikmencari cara lain membuktikannya. Ya, akan kupertemukan mereka dan bertanyalangsung. Mungkin sebagian orang masalah ini tak perlu diurus, tapi bagiku inisebuah tuduhan yang tidak kulakukan. Rasanya sesak dan menyakitkan. Jika akutetap ingin mencari kebenaran, itu karena ingin membersihkan namaku meskipunresikonya mas Arga marah besar.“Oke, nanti kita bahas lagi depan Ibu dan Andi. Biar semuajelas dan aku tak jadi tersangka. Kamu kira enak dituduh melakukan sesuatu yangtidak dilakukan, Mas? Rasanya sakit.&rd
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more
Part 4 Silahkan Lanjutkan Omong Kosongmu, Mas
 Dengan rasa kesal aku perangkat kerja tanpa menghiraukanpanggilan mas Arga. Entah apa yang mereka bertiga ucapkan setelah kepergianku, akutak peduli! Toh selama ini mereka juga sering membicarakan aku dibelakang.Mungkin berusaha ‘masa bodoh’ akan membuat lebih kebal dalam menyikapi rasasedih.***Seperti dulu, aku punya ruangan sendiri. Bahkan kantor ini lebihbagus dari kantorku yang lama. Selesai acara perkenalan meskipun aku sudahbanyak yang kenal mereka, baru aku bisa duduk. Baru saja duduk, aku sudahdisuguhi tumpukan file bermacam proyek. Baik proyek yang sedang berjalan maupunyang akan dikerjakan. Aku harus profesional. Untuk masalah di rumah harusdikesampingkan dulu. Kepercayaan pak Ismail memberiku jabatan ini akan selaludijaga.“Bu Sarah, ini daftar nama para pekerja lapangan
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more
Part 5 Santai Saja, Mas
 Mendengar obrolan mas Arga dengan teman-temannya, membuataku ingin giat kerja agar bisa mandiri. Akan kubeli mobil atas nama Ibu ataubapakku agar tidak dipandang rendah. Insya Allah ....“Berapa, Mbak!” sahutku sambil berdiri. Sengaja suaradikeraskan agar Mas Arga mendengar. Seketika suara tak jauh di belakangkuterdiam. Entah bagaimana ekspresi wajah Mas Arga. Aku sih santai saja. Lagianaku dalam situasi kerja. Ya anggap saja berusaha profesional.“Lima ribu, Bu,” jawab mbak warung.Setelah membayar, aku membalikan badan ingin menuju pintukeluar. Dengan santainya aku melangkah seperti tak melihat Mas Arga. Tepatnyapura-pura tak kenal. Namun ia terlihat mangap, pasti terkejut. Aku sih cuekbebek.“Hey, Ga! Kok malah lihatin wanita itu?&rd
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more
Part 6 Wanita Bukan Berarti Tak Bisa
 Sebenarnya komunikasi itu penting dalam hubungan suami istri. Bukan masalah anak atau keluarga saja, tapi juga tentang dunia kerja suami atau sebaliknya. Tapi yang aku alami tidak seperti itu. Bahkan hari pertamaku kerja, Mas Arga tak tahu posisiku. Yang ada dipikirannya bisa kredit mobil dari gajiku. Terus, ini masalah menghargai. Pak Rudi seperti kurang menghargaiku setelah tahu aku istri Mas Arga. Apa karena Mas Arga bawahannya? Tapi ini hanya perusahaan swasta. Toh belum tentu bekerja lama. Bisa jadi dunia berputar, dan yang dulu bawahan bisa jadi atasan. Kecuali perusahasn itu milik sendiri. Jika status hanya pegawai, tidak usah berlagak sok. Bukan berarti tidak tegas. Asal sesuai SOP perusahaan. "Jangan bercanda, Sar. Ini posisi buat pria loh." Bahkan setelah aku jujur, Mas Arga tidak juga percaya. "Bentar, aku telpon Pak Ismail dulu. Nggak
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more
Part 7 Memberitahu Ibu Mertua
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 7 ( Memberitahu Ibu Mertua )Mas Arga terpana dengan muka merah setelah aku berucapdengan nada cemooh. Entah kenapa bibir ini tiba-tiba berucap membalasperkataanya saat di warung kopi tadi. Bahkan setiap kata dan caranya bicaramasih terniang. Dengan bangganya mengatakan jika ia sesak melihatku karenaselalu minta uang.“Itu, itu hanya bercanda, Sarah.” Suara Mas Arga terdengarpelan.   “Oh ya? Termasuk uang lima juta gajimu yang sudah akuhabiskan, Mas?”Bahkan saat aku menatap matanya, ia beralih pandang seakantak mau membalas tatapanku. Tumben tak berkutik. Biasanya aku bicara satu, iamalah malah sepuluh. Dan mulutnya hampir sama seperti Andi adiknya. BedanyaAndi lelaki kemayu sementara Mas Arga tam
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more
Part 8 Mencoba
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPART 8 ( Mencoba )Ibu hanya diam saja. Bahkan tak ada sepatah kata pun terucapmenanggapi. Entah apa yang ia pikirkan, aku hanya berusaha membuka sikapputranya yang  selama ini menjadikankutertuduh. Iya, Mas Arga suamiku. Tapi apa begitu sikap seorang suami yang baik?Dan rasa lelah hati mulai mendekap.Aku berdiam di kamar. Rasanya sesak jika terus melihatkesedihan Ibu Mertua. Permintaanya hanya satu, yaitu aku hamil lagi. Bahkanaset warisan dari Bapak Mertua, rela diserahkan padaku asalkan berhenti kerja.Hanya saja, kenapa Ibu Mertua tidak menyerahkannya pada Mas Arga? Inginbertanya tapi aku rasa itu sudah tak penting.“Ibu kenapa sih? Aku baru pulang udah marah-marah. Aku udahbanyak masalah di tempat kerja, Ibu malah ngomel terus.” Terdengar suara MasArga
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more
Part 9 Kwitansi
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 9 ( Kwitansi ) Wanita itu terlihat marah-marah sambil menunjuk Mas Arga. Namun Mas Arga memalingkan wajah kesal dengan diam sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya, dan mulai bicara di ponsel. Melihat itu semua, aku memakir mobil di tepi jalan dan ingin menghampiri mereka. Siapa wanita memakai jilbab merah itu?Akan tetapi baru saja beberapa langkah dari mobil, tiba-tiba datang seorang berkendara motor. Ialu parkir tepat depan wanita itu. Aku mempercepat langkah hingga kini sudah berada di belakang Mas arga. “Mas Arga.” Mas Arga memalingkan wajah ke belakang.  “Sa-Sarah?” Matanya membulat sempurna. Aku yakin ia terkejut karena tiba-tiba aku berada di belakangnya. Ponselnya langsung dimasukan ke saku celana. “Kamu ngapain sih? Ma
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more
Part 10 Kejanggalan
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 10 ( Kejanggalan )Lima juta uang yang banyak bagi aku. Tiap bulan saja hanyadiberi dua juta. Ini lima juta buat kontrakkan siapa? Setiap hari Mas Argapulang meskipun pergi lagi dan pulang larut. Atau jangan-jangan ia bayarkontrakkan buat wanita lain?Kwitansi itu aku masukan ke saku. Biar nanti di rumah MasArga menjelaskan tentang ini. Sebaiknya aku lanjut pergi ke kantor dankosentrasi bekerja. Selalu berusaha mensugesti diri agar urusan rumah jangansampai dibawa ke kantor. Sulit, tapi harus.***“Bu Sarah pake motor sport? Apa nggak takut jatuh?” Susimenyambutku dengan melongo saat kami sama-sama baru sampai di parkiran kantor.“Alhamdulillah selamat, Sus,” jawabku di se
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status