TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 10 ( Kejanggalan )Lima juta uang yang banyak bagi aku. Tiap bulan saja hanyadiberi dua juta. Ini lima juta buat kontrakkan siapa? Setiap hari Mas Argapulang meskipun pergi lagi dan pulang larut. Atau jangan-jangan ia bayarkontrakkan buat wanita lain?Kwitansi itu aku masukan ke saku. Biar nanti di rumah MasArga menjelaskan tentang ini. Sebaiknya aku lanjut pergi ke kantor dankosentrasi bekerja. Selalu berusaha mensugesti diri agar urusan rumah jangansampai dibawa ke kantor. Sulit, tapi harus.***“Bu Sarah pake motor sport? Apa nggak takut jatuh?” Susimenyambutku dengan melongo saat kami sama-sama baru sampai di parkiran kantor.“Alhamdulillah selamat, Sus,” jawabku di se
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 11 ( Permintaan Mas Arga)Kenapa Mas Arga bicara kalau ia sedang ada di rumah? Takmungkin aku salah lihat. Kami hidup berumah tangga bukan setahun atau duatahun. Umur Tia saja sudah dua belas tahun.“Jangan bercanda, Mas,” ucapku menanggapi. Mana tahu Mas Argasedang bercanda meskipun ia terdengar tak bercanda.“Aduh, Sarah. Kamu kenapa sih? udah deh, aku mau keluardulu. Pak Rudi memintaku datang ke rumahnya.”“Tapi, motor aku pakai, Mas.”“Aku naik ojol aja. Ntar nggak usah tunggu aku. Kemungkinanpulang larut.”“Dan pasti bawa kunci cadangan.” Aku menyambung ucapannya.ini sudah kebiasaan yang hinggap
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 12 ( Diamku Tetap Dengan Keputusanku, Mas )Aku terdiam terpana melihat Mas Arga. Bisa-bisanya ia masihberpikir kredit mobil. Sementara selama ini aku minta uang untuk keperluansekolah anak, ia mengeluh dengan perkataan pedas. Bahkan memintaku cari kerjaagar bisa membantunya.“Masak Istriku manager tapi aku masih pakek motor? Kan malu,Sarah.” Enteng sekali Mas Arga berucap seolah gaya hidup lebih penting daripadamemenuhi kebuthuan sehari-hari.Astaga, magrib belum habis tapi tensi darahku mendadak naik.Dikiranya aku kerja mau beli mobil untuk dia agar bisa belagak depan orang.Kalau aku punya uang beli mobil, pasti atas nama Ibu atau Bapakku. Bukanberarti tak menghargai suami, tapi setelah beberapa kejadian belakang ini, akuharus berpikir panjang.
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 13 ( Pengakuan pengawas Lapangan )“Ya setujui aja apa salahnya? Besok aku akan ajukan kredit.Kamu cukup tanda tangan aja.”Aku tetap tidak menjawab. Percuma membantah dalam ucapan, iapasti kukuh agar aku setujui. Mau ia datangkan surveyor sepuluh orang dariperusahaan leasing, aku tetap dengan pendirianku. Lah aku yang kerja kenapa iayang mengendalikan penghasilan aku. Tidak bisa begitu dong.***Pagi ini saat sarapan bersama, tak ada pembahasan lagi tentangkredit mobil. Mas Arga menikmati serapannya dan bahkan ia terlihat cerah denganmemakai jam baru. Katanya jam itu bonus dari Pak Rudi karena telah mencarikanrumah kontrakkan rahasia. Apa mungkin suamiku bersekongkol melindungi perselingkuhanPak Rudi hingga istrinya mar
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 14 ( Kedatangan Suami Ke Kantor )Dilema antara pekerjaan dan status sebagai istri. Seandainyayang melakukan kecurangan bukan suamiku, mungkin dengan sigap aku selesaikantanpa kompromi dulu. Aku pernah melakukan ini sebelumnya. Kini kasus yanghampir sama ditemuai dan salah satu pelakunya adalah suamiku.Tuhan ..., aku sangat bingung dengan semua ini.“Bu Sarah, ada yang cari.” Baru saja menginjakkan kaki dikantor. Susi memberitahu jika ada yang mencari.“Siapa, Sus?” tanyaku sambil melihat ke kursi tamu. Takterlihat ada tamu.“Suami Ibu, tapi katanya sebentar lagi balik ke sini.”Mas Arga? Mau apa ia mencariku ke kantor? Apa
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 15 ( Menghajar Pak Rudi )Tidak kuhalangi saat Mas Arga pulang sebentar hanya mengambilbeberapa pakaiannya. Bahkan ia bicara seolah tidak membutuhkan aku, dan lebihnyaman jika berada di luar sana. Semakin ke sini sikapnya sangat terlihategois.Tidak kupungkiri ada rasa sesak di dada, kala mendapatisuami lebih mempertahankan keinginannya demi bisa dipandang ‘wah’ depanteman-temannya. Bahkan ia sendiri tidak mengukur kemampuan. Jika ia mau menginapdi rumah Pak Rudi, ya silahkan saja. Aku tak akan menghalangi, tentu aku jugaakan tetap dengan pendirianku. Jika aku tunduk sekarang, untuk selanjutnya iaakan semakin menjadi.“Ya, Tuhan, rumah tangga macam apa yang sedang aku jalani?”Hanya bisa mengurut dada sambil bergumam.
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 16 ( Suami di depan mata, tapi aku merasa asing )Paling sulit beradu mulut dengan lelaki seperti Pak Rudi.Bahkan ia bicara lebih banyak ketimbang aku seorang perempuan. Jika aku maintangan, hanya itu yang bisa aku lakukan membalasakan sakit hati. Mau berdebatpanjang, percuma. Justru tanganku lebih cepat bertindak ketimbang beradu mulut.Toh yang kerja di sini kebanyakan lebih kenal dia ketimbang aku.“Rasakan! Suamimu sebentar lagi marah,” geramnya, terlihatsenang dengan kedatangn Mas Arga. Aku hanya membalas dan tetap menantangmatanya. Jangan kira aku takut. Baru sekali gerakan ia sudah kalah. Mulut sajayang diperbanyak.Kerja di lapangan yang membawahi banyak lelaki perlu punyakemampuan bela diri. Tidak bermodalkan otak saja bekerja, tapi juga tenaga.Yang dihadapi di lapangan manusia berotot. Beda kerja yang fokus di kantor dancukup main telepon dengan dandan cantik. Awal mula masuk ke dunia kerja sep
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 17 ( Akhirnya Suami Menyesal Aku Kerja )Dulu aku diminta cari kerja karena ia tak mampu memenuhikebutuhan hingga sering minta bantuan ibunya. Sekarang setelah aku dapat kerjadan punya jabatan yang banyak diimpikan orang, ia malah ingin aku berhenti dantentu demi membela atasannya. Apa yang diberi Pak Rudi hingga Mas Arga sangattunduk. Ada rahasia apa di antara mereka?“Apa kamu nggak dengar? Aku ingin kamu berhenti kerja dancukup urus anak aja di rumah!” Mas Arga mengucapkan lagi, dan bahkan lebihlantang.“Kenapa aku harus berhenti kerja, Mas?” Aku tetap besuaratenang.“Harus aku jabarkan ada istri yang sudah menginjak hargadiri suami depan orang banyak?”&ldq
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPART 119 [Aku sudah menceraikan Ririn, Mamiku sudah meninggal.Sekarang aku sendirian, Sarah. Hanya berharap di sisa hidupku yang sepi, bisamelihat anakku tumbuh besar dan memanggilku ’papa’. Semoga kamu berbaik hatimembiarkan aku memenuhi kewajiban pada anak kita][Aku tidak akan memaksamu menerimaku lagi, meskipun sangatberharap. Aku sadar salah dengan lari dari tanggung jawab sebagai suami hinggasurat cerai kita keluar. Aku salah mempermainkanmu dan justru akulah yang kinidipermainkan nasib dengan kehilangan Mami, ulah dari wanita pilihan Mami.Mungkin ini karma bagi kami yang menyakitimu. Untuk minta maaf lagi rasanyamalu dan aku tak pantas mendapatkan itu]Dua pesan dari Mas Ismail masuk ke ponsel kala aku sedangmenyusui anak. Nama putraku adalah ‘Muhamad Abqari’. Melihat ia sedangmenikmati air susu, ada rasa bersalah kalau menjauhkannya dari Mas Ismail. Aku sangategois jika melakukan itu.[Aku tak akan memisahkanmu dari anakmu, Mas. Lakukanlah
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 118 (Ditalak di Penjara)Pov Ismail“Loh, kenapa ditolak, Tia? Oma memberikan karena Tia sudahmenjadi seorang kakak.”“Papa Ismail, aku nggak mau mencoreng maaf yang tulus dengansebuah bayaran. Jika aku menerima warisan itu berarti aku menjual ucapan maaf.Bukankah saling memaafkan harus ikhlas?”Di sini aku merasa malu. Anak yang masih berusia belia saja,bisa mengucapkan hal yang tak terpikirkan olehku. Malu ini karena kalah daripemikirannya. Entah bagaimana Sarah mendidiknya hingga ia seperti manusia yangtidak silau dengan harta.“Tia bisa gunakan uang itu buat kuliah keluar negeri atau....”“Maaf, Pa. Jika aku mengandalkan uang itu buat pendidikandan memenuhi semua kebutuhanku, aku akan jadi malas di usia muda karena sudahmerasa punya. Aku takut terlena dan lupa belajar.”Tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ini benar-benar langka.Jarang anak seusia Tia berpikir seperti ini.Aku menoleh ke Sarah. “Sarah, tolong bujuk Tia,” pintaku.“Maaf, Mas. Ak
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPART 117 (Lebih Baik Begini)Ini yang membuatku sulit, Tia berpendapat yang belum tentu bisa aku lakukan. Ada sifat dari Mas Ismail yang membuatku tak bisa menjalani rumah tangga dengannya. Aku akui ia berbakti pada orang tuanya. Ia lelaki yang setia dengan istri hingga dalam rumah tangga tak pernah terdengar selingkuh. Tetapi, satu sikap yang membuat semua itu tak berarti. Yaitu, tidak punya pendirian, dan tidak bisa mengambil sikap tegas memutuskan dalam sebuah masalah. Padahal ia seorang pemimpin rumah tangga. Yang lebih parahnya, ia bersikap tanpa memperdulikan efek dari apa yang dilakukan hingga penyesalan itu datang kala semua sudah terjadi.“Nak, Mama yang tau semuanya. Jika kamu berpendapat seperti itu, Mama hargai dan ini juga membuka hati Mama agar tidak memisahkan antar anak dan Bapak.”“Mama nggak mau menerima Papa Ismail lagi?”“Tidak semudah itu. Ada hal yang belum bisa Mama ceritakan.”“Tia ngerti, Ma. Tia hanya melihat di luar aja hi
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 116 (Ucapan Tia Yang Tak Terduga)“Sarah, menurutmu gimana dengan Bobi?”Aku sedang menyusui tiba-tiba mengalihkan pandangan ke Emak.“Maksud Emak apa?”“Masa nggak ngerti maksud Emak? Kamu pasti tau lah arah pembicaraanini.”Emak bicara langsung-langsung saja. Bahkan ini agakterdengar sensitif untuk dibahas.“Kok malah diam? Kamu tu bukan anak kecil lagi pakai malusegala.” Emak menatapku. Waduh, Emak tahu saja apa yang aku rasakan.Menghela napas panjang, sejenak berpikir lagi dengan jawabanyang akan dilontarkan. Aku tak mau gegabah memutuskan karena sudah dua kaligagal dalam rumah tangga. Ditambah sekarang sudah punya dua orang anak. Kalaumenikah lagi, belum tentu suamiku nanti menerima wanita janda yang sudah punyaanak dua. Lagian anakku masih bayi dan butuh biaya besar.“Kalau kamu nggak yakin nggak masalah. Emak ngerti yang kamupikirkan. Hanya aja, jangan jadikan gagal berumah tangga dua kali itu ketakutanbuat maju menjalani jika ada yang
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 115 (Sial!)Pov Siska / Kakaknya RirinSebenarnya aku sangat jijik masuk dan duduk di rumah ini. Lantainyasaja lebih bagusan kandang anjingku di rumah. Tikar ini juga sangat jelek danpasti banyak yang duduk dengan kaki kotor. Iiih! Geli sekali duduk di sini. Kalaubukan demi Ririn, ogah menginjakan kaki di sini. Huh! Sial!“Tolong bujuk Ismail agar mencabut tuntutan. Ririn hanyakorban sama sepertimu, Sarah.” Dengan muka sedih, aku memohon ke Sarah. Namun,sialan, itu nenek lampir kenapa dari tadi membuat aku kesal saja. Ia selalumenjawab dan lebih cepat berucap daripada anaknya.“Maaf, sepertinya salah alamat. Aku dan Mas Ismail sudahtidak ada hubungan lagi hingga ingin membujuknya.”“Iya, aku tau itu. Tapi hanya kamu yang bisa didengar Ismailsekarang ini. Ia masih mengharapkanmu dan pasti mau kalau kamu yang minta.Tolonglah, Sarah ..., hanya kamu yang bisa menolong adikku saat ini.”“Hey! Apa kamu udah gila? Adikmu hampir saja menembak Sarahdan
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 114 (Kedatangan Kakaknya Ririn)“Mbak yakin kita segera meninggalkan rumah sakit ini?” tanyapak Bobi setelah kami turun ke lantai satu rumah sakit.“Ya, Pak. Aku harus ngapain lagi di sini?”“Bukan begitu, Pak Ismail sepertinya ....” Ucapan Pak Bobitidak dilanjut. Terlihat ada keraguan.“Ia hanya mantan suami dalam pernikahan kilat, Pak,” ujarkumenjelaskan. Aku tahu ia merasa tidak enak karena mengira aku akan kembali padaMas Ismail.“Pernikahan kilat?” Pak Bobi menatapku dengan alis bertaut.“Hanya suami yang beberapa malam saja.”Tidak ada yang perlu disembunyikan. Jika aku mencoba membukahati dengan Pak Bobi, ia harus tahu semua kisah hidupku agar tak ada dusta diantara kami. Jika sekarang aku memutuskan membuka hati, agar berita tidakmenyudutkan aku seolah seperti penghancur rumah tangga Mas Ismail dan Ririn.Berita yang tersebar bermacam-macam, ada yang mengatakan kalau aku bukanpelakor dan sebaliknya.“Bu Sarah, apakah kami bisa wawancara
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 113 (Di Rumah Sakit)“Bu Sarah datang ke rumah sakit buat membesuk korban?” tanyasalah seorang wartawan.“Mmm ....”Terdiam dalam bingung, para wartawan mengerumuni untukdiwawancara. Di luar dugaan, tak menyangka kedatangan ke sini ingin berobat,justru bertemu dengan beberapa wartan. Apa yang harus dijawab?Akan tetapi, siapa korban penembakan yang dimaksud? Saatkejadian tadi, hanya atap rumah yang tertembak. Masa ada korban? Ataujangan-jangan ..., oh iya, tadi Ririn pernah berkata kalau ia telahmenyingkirkan seseorang. Ya Tuhan, apakah Mas Ismail?“Bu Sarah, benarkah cinta segi tiga ini membuat Dokter Ririnmenjadi stres? Apakah Pak Ismail telah menceraikan Dokter Ririn demi bisabersama Bu Sarah?”“Apa?”Ini sudah keterlaluan. Nama baikku tercemar ulah konflikrumah tangga mantan suami kedua.“Maaf, sepertinya ini salah paham, saya tidak tahu denganinsiden penembakan, dan siapa yang ditembak?”“Loh, bukankah ibu dari Pak Ismail tertembak dan sek
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 112 (Surat Dari Mas Arga)“Arga sudah meninggal, Sarah ....” Ibu mantan mertuaterdengar terisak di ponsel.Innalillahiwainnalilahirojiuun ..., berita ini berhasilmembuatku meneteskan air mata. Kenangan akan bersama dia dulunya terbayang.Tidak dipungkiri dulu pernah mencintainya. Bahkan ia lelaki yang pertamaberhasil meluluhkan hati ini dengan rasa bahagia kala dilamar. Aku merasawanita beruntung, namun ....“Bu, apa sakit Mas Arga selama ini?” tanyaku dengan suaraserat.“HIV, tapi kamu jangan khawatir, ia minta tinggal di salahsatu kontrakan samping rumah agar kami tidak tertular. Ia sangat menjaga jarak,Sarah.”“Datanglah ke sini, ada titipan dari Arga.”***Tidak banyak yang hadir di acara pemakaman Mas Arga. Paratetangga hanya singgah sebentar lalu pergi. Kabar Mas Arga sakit karenapenyimpangan sexsual, seolah membuat mereka takut tertular. Wajar para tetanggabegitu karena video Mas Arga sudah beberapa kali viral.“Ini titipan Arga, Sarah.”
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 111 (Perlawanan)Tok tok tok!“Buka pintunya, Sarah!”Emak masih berteriak sambil mengetuk pintu karena pintubelum dibukakan. Ririn tampak tegang sambil menoleh ke pintu lalu ke arahkubergantian. Bisa dilihat ia mulai panik.“Awas Kalian teriak?” ancamnya tetap menodongkan pistol.“Kamu mau apa dengan semua ini?” Aku berusaha mengajak Ririnkomunikasi agar ia lengah hingga aku bisa bertindak.Tiba-tiba bayiku menangis hingga pandangannya tertuju kekamar. Lalu Ririn mencoba mendekati pintu kamar.“Jangan sakiti anakku, Rin! Kalau kamu marah denganku,tembak aku.”Ririn menghentikan langkahnya. “Tentu aku akan menembakmu.Tapi sebelum itu akan kumusnahkan buah cinta kalian biar aku menang.”Astaga, ia tampak stres dengan ambisi berusaha memenangkansebuah pertandingan. Bukankah ia seorang dokter hingga lebih tahu obat penyakitmental apalagi fisik. Sepertinya ilmu tidak berguna hingga ia terlihat sangatmemprihatinkan.“Ma, ia mau tembak dedek,” bisik