TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MAS
Part 12 ( Diamku Tetap Dengan Keputusanku, Mas )
Aku terdiam terpana melihat Mas Arga. Bisa-bisanya ia masihberpikir kredit mobil. Sementara selama ini aku minta uang untuk keperluansekolah anak, ia mengeluh dengan perkataan pedas. Bahkan memintaku cari kerjaagar bisa membantunya.
“Masak Istriku manager tapi aku masih pakek motor? Kan malu,Sarah.” Enteng sekali Mas Arga berucap seolah gaya hidup lebih penting daripadamemenuhi kebuthuan sehari-hari.
Astaga, magrib belum habis tapi tensi darahku mendadak naik.Dikiranya aku kerja mau beli mobil untuk dia agar bisa belagak depan orang.Kalau aku punya uang beli mobil, pasti atas nama Ibu atau Bapakku. Bukanberarti tak menghargai suami, tapi setelah beberapa kejadian belakang ini, akuharus berpikir panjang.
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 13 ( Pengakuan pengawas Lapangan )“Ya setujui aja apa salahnya? Besok aku akan ajukan kredit.Kamu cukup tanda tangan aja.”Aku tetap tidak menjawab. Percuma membantah dalam ucapan, iapasti kukuh agar aku setujui. Mau ia datangkan surveyor sepuluh orang dariperusahaan leasing, aku tetap dengan pendirianku. Lah aku yang kerja kenapa iayang mengendalikan penghasilan aku. Tidak bisa begitu dong.***Pagi ini saat sarapan bersama, tak ada pembahasan lagi tentangkredit mobil. Mas Arga menikmati serapannya dan bahkan ia terlihat cerah denganmemakai jam baru. Katanya jam itu bonus dari Pak Rudi karena telah mencarikanrumah kontrakkan rahasia. Apa mungkin suamiku bersekongkol melindungi perselingkuhanPak Rudi hingga istrinya mar
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 14 ( Kedatangan Suami Ke Kantor )Dilema antara pekerjaan dan status sebagai istri. Seandainyayang melakukan kecurangan bukan suamiku, mungkin dengan sigap aku selesaikantanpa kompromi dulu. Aku pernah melakukan ini sebelumnya. Kini kasus yanghampir sama ditemuai dan salah satu pelakunya adalah suamiku.Tuhan ..., aku sangat bingung dengan semua ini.“Bu Sarah, ada yang cari.” Baru saja menginjakkan kaki dikantor. Susi memberitahu jika ada yang mencari.“Siapa, Sus?” tanyaku sambil melihat ke kursi tamu. Takterlihat ada tamu.“Suami Ibu, tapi katanya sebentar lagi balik ke sini.”Mas Arga? Mau apa ia mencariku ke kantor? Apa
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 15 ( Menghajar Pak Rudi )Tidak kuhalangi saat Mas Arga pulang sebentar hanya mengambilbeberapa pakaiannya. Bahkan ia bicara seolah tidak membutuhkan aku, dan lebihnyaman jika berada di luar sana. Semakin ke sini sikapnya sangat terlihategois.Tidak kupungkiri ada rasa sesak di dada, kala mendapatisuami lebih mempertahankan keinginannya demi bisa dipandang ‘wah’ depanteman-temannya. Bahkan ia sendiri tidak mengukur kemampuan. Jika ia mau menginapdi rumah Pak Rudi, ya silahkan saja. Aku tak akan menghalangi, tentu aku jugaakan tetap dengan pendirianku. Jika aku tunduk sekarang, untuk selanjutnya iaakan semakin menjadi.“Ya, Tuhan, rumah tangga macam apa yang sedang aku jalani?”Hanya bisa mengurut dada sambil bergumam.
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 16 ( Suami di depan mata, tapi aku merasa asing )Paling sulit beradu mulut dengan lelaki seperti Pak Rudi.Bahkan ia bicara lebih banyak ketimbang aku seorang perempuan. Jika aku maintangan, hanya itu yang bisa aku lakukan membalasakan sakit hati. Mau berdebatpanjang, percuma. Justru tanganku lebih cepat bertindak ketimbang beradu mulut.Toh yang kerja di sini kebanyakan lebih kenal dia ketimbang aku.“Rasakan! Suamimu sebentar lagi marah,” geramnya, terlihatsenang dengan kedatangn Mas Arga. Aku hanya membalas dan tetap menantangmatanya. Jangan kira aku takut. Baru sekali gerakan ia sudah kalah. Mulut sajayang diperbanyak.Kerja di lapangan yang membawahi banyak lelaki perlu punyakemampuan bela diri. Tidak bermodalkan otak saja bekerja, tapi juga tenaga.Yang dihadapi di lapangan manusia berotot. Beda kerja yang fokus di kantor dancukup main telepon dengan dandan cantik. Awal mula masuk ke dunia kerja sep
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 17 ( Akhirnya Suami Menyesal Aku Kerja )Dulu aku diminta cari kerja karena ia tak mampu memenuhikebutuhan hingga sering minta bantuan ibunya. Sekarang setelah aku dapat kerjadan punya jabatan yang banyak diimpikan orang, ia malah ingin aku berhenti dantentu demi membela atasannya. Apa yang diberi Pak Rudi hingga Mas Arga sangattunduk. Ada rahasia apa di antara mereka?“Apa kamu nggak dengar? Aku ingin kamu berhenti kerja dancukup urus anak aja di rumah!” Mas Arga mengucapkan lagi, dan bahkan lebihlantang.“Kenapa aku harus berhenti kerja, Mas?” Aku tetap besuaratenang.“Harus aku jabarkan ada istri yang sudah menginjak hargadiri suami depan orang banyak?”&ldq
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 18 ( Cukup Sudah )Bagiku tak masalah jika Pak Rudi dipecat atau diberi suratperingatan oleh atasanya. Itu pantas ia dapat karena mulut penyebar beritabohong. Hanya saja, kenapa Mas Arga masih membelanya? Jika alasan karenabawahan, apakah harus dibiarkan diinjak?Selesai mengerjakan laporan proyek, aku izin keluar kantordengan alasan pergi berkunjung ke proyek lain. Padahal tidak, aku ingin menemuiSisil, karyawan distributor tempat pengambilan bahan-bahan proyek pesantren. Mungkindengan bicara langsung aku bisa menekannya dan mengukap kasus ini. Tentu akuada tujuan.***“Ada yang bisa yang saya bantu, Bu?” Sisil menyambutku saataku duduk di kursi depan mejanya, di mana biasa orang memesan barang didistributor ini.
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 19 ( Ajakan Istri Rudi )Pagi ini Ibu Mertua ke sekolah Tia. Ada undangan rapat orangtua, dan tanpa diminta Ibu Mertua yang mewakili aku. Ya, namanya cucukesayangan. Lagian setelah pensiun, Ibu fokus dengan Tia. Makanya jika akukerja tak perlu khawatir meninggalkan anak.“Bu, aku ingin bicara.”“Nanti aja ya, Ibu terburu-buru, Sarah,” jawab Ibu Mertua.“Nek! Cepatan dong.” Terdengar Tia memanggil Ibu Mertua.“Tuh, Tia udah nunggu di depan.” Lalu Ibu Mertua berlalusambil menenteng tas kecil. Terpaksamengundur waktu berbicara. Pagi ini Ibu Mertua tampak senang siap-siap kesekolah anakku.***
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 20 ( Jantungku Terasa Mau Copot )“Lihat, itu baju wanita terjemur.” Fina menunjuk jemuran didepan rumah itu. Benar, ada pakaian dalam serta baju tidur wanita. Sepertinyaitu baju tidur yang pernah dibeli Mas Arga. Warnanya masih kuingat. Aku yakinada wanita di dalam. Bahkan baju itu terjemur berdampingan dengan baju MasArga.“Jadi benar itu rumah buat suami kita selingkuh, Fin?” Akuberusaha menata hati agar tenang. Meskipun semalam sudah berusaha kuat akan perpisahan,tapi tetap saja ada rasa sesak, apalagi sudah melihat langsung.“Ayo kita masuk diam-diam lewat pintu samping, semoga sajatidak dikunci,” ajak Fina.“Tunggu, Fin.” Aku menahan tangan Fina.