Siapa yang menyangka bermula dari dikira Host oleh tamu VIP di sebuah bar tenar, hidup Ivy Gilmore menjadi porak-poranda. Daniel Forrester, sang tamu VIP adalah Ceo dari perusahaan besar yang terobsesi padanya. Daniel terlalu sempurna untuk menjadi pendamping Ivy, sampai gadis itu tak mengerti kenapa Daniel tertarik padanya hanya karena kesalahan satu malam. Siapa yang menyangka di balik wajah tampan Daniel, pria mapan itu ternyata menyimpan sejuta rahasia yang membuat Ivy merinding ketakutan. Cinta dan obsesi tak ada bedanya bagi Daniel, apa pun akan dia lakukan demi mendapatkan Ivy Gilmore. Bisakah Ivy lepas dari pesona sang Ceo ataukah ia malah terjerat cinta penuh obsesi itu?
View MoreDaniel terbangun dari tidurnya yang panjang dengan kepala yang berat, matanya perlahan membuka. Pandangannya samar, dan tubuhnya terasa lemah. Namun saat ia mencoba bergerak, rasa sakit mengingatkannya pada kenyataan—ia baru saja melewati waktu yang lama dalam ketidakberdayaan. Ketika matanya akhirnya menatap wajah Ivy yang ada di dekatnya, ada sedikit ketenangan dalam dirinya. Namun, rasa tenang itu hanya sesaat. Ivy, yang berdiri di samping tempat tidurnya, merasakan perubahan sikap Daniel. Biasanya, matanya akan dipenuhi dengan kehangatan dan cinta, tetapi kali ini, hanya ada kehampaan di sana. Mata Daniel yang biasanya penuh gairah kini terlihat dingin dan jauh."Ivy," suara Daniel terdengar serak, penuh kebingungan. Ia mencoba duduk, tapi tubuhnya masih lemah. "Ya!" Saking bahagianya Ivy sampai memeluk Daniel erat-erat. Lupa bahwa suaminya baru saja membuka mata. "Nyonya, Dokter di sini!" Jenna berseru sambil masuk diikuti oleh dokter dan perawat yang memang standby sewaktu Da
Amy menguji batas kesabaran Ivy dengan mengambil alih semua peran yang biasanya gadis itu lakukan.Amy melangkah masuk ke kamar Daniel tanpa memberikan kesempatan bagi Ivy untuk mengatakan apa pun. Dengan senyum yang penuh percaya diri, dia memerintahkan pelayan yang ada di sana untuk menyiapkan segala keperluan dan memperbaiki kamar, seolah dia adalah orang yang paling berhak di situ."Ambil air hangat untukku, pastikan semuanya teratur!" perintah Amy tegas. Sang pelayan, meski ragu, segera melakukan apa yang diperintahkan.Ivy berdiri beberapa langkah di belakang, merasakan ketegangan yang semakin memuncak di dadanya. Dia menatap Amy tak percaya. Amy bergerak begitu bebas, seolah dia adalah pemilik ruangan ini, sementara Ivy—sebagai istri Daniel—hanya bisa diam di sudut, menjadi orang tersisih.Amy duduk di sisi tempat tidur Daniel tanpa ragu. Dengan gerakan lembut tapi penuh kontrol, dia mulai menyeka tubuh Daniel dengan kain basah, membersihkan wajah pria itu dengan cara yang sang
Ivy dengan rutin membersihkan tubuh Daniel telaten. Matanya berkaca-kaca setiap kali mengusap wajah suaminya.Ia merindukan suara Daniel, tangan hangatnya, juga kecupan mesra pria itu. "Buka matamu, apa kau tak merindukanku?"Air matanya mengalir turun, ia membawa tangan Daniel menyentuh perutnya sendiri. "Anak kita makin bertumbuh, dia butuh dirimu, Daniel. Please, kembalilah.""Nyonya." Jenna masuk ke dalam ruangan. "Ada tamu yang datang.""Siapa?" Ivy menghapus jejak air mata di wajahnya.Jenna tampak gugup."Ada apa, Jenna?" Ivy menoleh ke arah pelayan pribadinya."Mrs. Forrester datang berkunjung.""Apa?!" Mata Ivy melebar tak percaya. Kenapa wanita itu datang lagi setelah berulah?"Apa saya harus mengusirnya?" tanya Jenna cemas, dia tak ingin nyonyanya menghadapi stres di kala hamil muda."Tidak! Aku akan menemuinya." Ivy merapikan gaunnya, bergegas keluar ruangan. Baru saja beberapa langkah, matanya membelalak saat mengenali seseorang. Jenna mengikuti pandangan nyonyanya. "I
Christian menatap ke bawah, ke arah dadanya, tapi dia tak merasakan sakit. Apa yang terjadi? Christian menoleh, melihat sang gadis menatapnya nanar, memegang dadanya yang berlumuran darah segar."Apa yang—" Christian membuang uangnya, berlari menyambut tubuh gadis malang itu yang jatuh tak berdaya."Dia mau membunuhmu, ja-jadi aku menembaknya. Ini bukan salahku, aku hanya menolongmu!" Seorang pemuda berteriak histeris, dia belum pernah menembakkan pistol, tangannya masih gemetar hebat.Mata gadis itu nanat menatap Christian. "Please! Please!" Ia mencengkeram baju Christian erat, meninggalkan jejak darah di sana. "Please, aku tak mau mati, please. Ugh! Sakit! Sakit sekali!""Hei kau! Panggil ambulans!" teriak Christian, tapi pemuda yang menembak gadis itu tak bisa bergerak, tampak syok."Sialan!" Christian tak membawa ponselnya hari ini, dia berusaha menekan luka si gadis agar darah tak semakin banyak keluar."Aku akan mati, aku akan mati!" Si gadis mulai menangis histeris."Sialan! He
"Kau sampai dengan cepat." Christian tertawa renyah.Amy mendorongnya menjauh. "Ah, aku mungkin sedang horny.""Kau memikirkan Daniel saat bercinta denganku?" Pria itu mengangkat alisnya, tampak muram."Tidak, apa kau tuli? Aku menyebut namamu, tak seperti dirimu yang menyebut nama gadis lain saat bersamaku." Amy berguling ke samping, lalu naik ke atas tubuh Christian."Ah, kau membahasnya lagi.""Aku masih marah setiap kali mengingatnya. Ivy ... Ivy, aahhh ...." Amy mengejek Christian.Wajah Christian memerah malu. "Jangan menyebut namanya.""Kenapa? Karena dia sudah menolakmu?""Karena kau tak pantas menyebut namanya.""Sialan kau, Ti!" Amy menjambak rambut Christian, ia menurunkan wajah dan menggigit bibirnya."Jadi kau pantas menyebut namanya?" Amy membawa keperkasaan Christian kembali memasuki dirinya. "Tidak. Aku pun tak pantas, pendosa sepertiku." Christian mendesah, leher jenjangnya terekspos saat ia mendongak ke atas. Amy mulai bergerak, turun naik, seperti menunggangi kuda
Amy diajari banyak hal, mengalami banyak kegiatan seksual yang bahkan tak pernah dia pikirkan sebelumya. Dari diikat, dicambuk, dipukul, sampai pada dicekik. Mr. Forrester begitu ahli sehingga Amy tak merasa tersiksa. Sensasi bercinta dengan pria itu membuatnya kecanduan. Lambat laun, Amy menjadi menyimpang. Dia tak bisa lagi melakukan hubungan sex tanpa kekerasan.Praktik masokis dari Mr. Forrester berhasil membuatnya Amy yang polos berubah. Pria itu memang menepati janjinya, membeli Amy dari Helga, tapi dia juga melatih Amy menjadi alat transaksi bagi kliennya. Amy belajar berbicara manis, bertindak manipulatif sehingga lawan mudah dilumpuhkan. Dengan kekayaan dari Mr. forrester, Amy menjadi semakin bersinar. Semua pakaian mewah, perhiasan, tas, mobil. Mr. Forrester memberikan apa yang Amy mau.Namun Amy baru menyadari, pria itu tak pernah terikat dengan satu wanita. Mr. Forrester punya beberapa wanita lain di luar sana. Mulanya Amy merasa marah, tertipu, menyangka pria ini mempe
Amy tak menyangka pria tampan itu akan memilihnya malam ini. Masih banyak gadis baru dan primadona berwajah cantik dibanding dirinya. Apa yang pria berpenampilan menarik itu lihat dari dirinya? Amy tak mengerti.Helga juga terkejut, tapi tak berani membantah Mr. Forrester."Lepaskan rantainya, bawa dia ke kamar paling bagus di gedung ini.""Baik, Tuan." Anak buah Helga segera bertindak, membuka rantai Amy dan membawanya ke dalam gedung di sebelah. Mr. Forrester mengikuti dengan rapat di belakang mereka. Amy selalu merasa dunia ini keras dan dingin, terutama ketika berhadapan dengan pria-pria yang hanya melihatnya sebagai objek. Sejak pertama kali bekerja di distrik pelacuran, ia tak pernah tahu apa itu perlakuan lembut atau perhatian tanpa pamrih. Setiap sentuhan yang ia terima selalu kasar, tanpa emosi, dan cenderung penuh paksaan. Namun, malam itu, semuanya berubah.Mr. Forrester, pria yang datang dengan sikap penuh percaya diri, berbeda dari semua yang pernah Amy temui. Begitu d
Pria itu tinggi besar, tubuhnya kekar, dengan otot-otot yang mencolok di balik pakaian yang agak kusut. Matanya tajam, penuh rasa percaya diri yang menakutkan. Rambutnya pendek dan berantakan, dan dia membawa bau khas pria yang baru saja minum, ditambah dengan aroma yang lebih tajam—sebuah campuran alkohol dan rokok.Amy melihat kancing kemeja pria itu sebagian terbuka, memperlihatkan kulit yang dipenuhi tato. “Aku dengar kamu baru di sini, ya?” Suaranya berat dan rendah, seolah menekan, memberi kesan bahwa dia tidak ingin ada penolakan. Amy merasakan perutnya mual. Dia berusaha tetap tenang. Jelas Amy tak akan punya kesempatan jika melawan pria besar ini. Ia mengangguk pelan sebagai jawaban."Kau masih perawan?" Tentu saja ini hanya pertanyaan retorik karena tak mungkin si pria besar tak memastikan dulu dengan pemilik rumah bordil.Lagi lagi Amy mengangguk. "Kita langsung mulai saja ya, aku tak punya banyak waktu. Putriku merayakan ulang tahun malam ini, dia kira-kira berusia sama
Amy baru berusia 14 tahun saat dia dibawa ke rumah bordil oleh ayahnya sendiri. Tidak! Ayah tirinya. Karena ayahnya sendiri entah siapa. Ibunya memilih diam ketika Amy menjerit ketakutan, berharap wanita yang melahirkannya akan menyelamatkannya. Sayangnya tidak! Amy tahu hal itu mustahil, tapi dari lubuk hatinya, dia masih berharap. Ya! Dia masih berharap."Ah, akhirnya kau membawa putrimu juga!" Wanita pemilik rumah bordil itu menyambut ayahnya dengan wajah berbinar. Pundi-pundi uang akan mengalir deras, mengingat gadis muda yang diincarnya akhirnya datang. Ya! Amy muda begitu menawan, rambut cokelatnya dan mata biru yang indah. Hidungnya mancung, bibirnya penuh, dengan lekuk tubuh memukau walaupun usianya masih sangat muda."Berikan uang yang kau janjikan padaku!""Sabar! Biar kuperiksa dulu apa dia masih perawan." Wanita pemilik rumah bordil itu menarik lengan Amy yang sudah gemetar ketakutan."Dia masih perawan!" teriak ayah tirinya berang. "Kau tak percaya padaku, Helga?""Tida
"Aku suka padamu, mau jadi pacarku?"Kantong makanan Ivy jatuh, matanya terasa buram melihat sang kekasih tengah memeluk seorang gadis di depan pintu apartemen pria itu."Bagaimana dengan pacarmu?""Aku tak mencintainya lagi."Ivy menggeleng kuat, pedih mencengkeram dadanya. Ia berusaha bernapas susah payah. Air mata jatuh berderai ketika sang gadis berlari pergi membawa hatinya yang hancur."Molly, kau di bar?" Ivy terisak, mengusap air mata sambil masuk ke dalam taxi yang baru saja berhenti."Ya! Tapi di bar lagi sibuk, ada tamu VIP yang datang! Kenapa?"Ivy menggeleng, suaranya tercekat air mata."Iv, ada apa?" Suara ribut terdengar di latar belakang sambungan telepon sahabatnya."Aku ke sana ya.""Ok, nanti aku coba curi waktu buat nemuin kamu.""Ok." Ivy mematikan ponsel dan menangis tergugu. Perjalanan cintanya selama 5 tahun sudah hancur, sang kekasih ternyata mengkhianatinya.***Bar Stars."5 tahun kami pacaran Molly! Si sialan itu bilang tak mencintaiku lagi!" Ivy menegak te...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments