Share

Bab 5. Kontrak

Penulis: Nafish Grey
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-21 14:58:49

Bam!

Ivy menendang pintu flat Kevin sampai bergetar kuat.

Kemarahannya sudah memuncak, tak cukup hanya mengkhianatinya, sekarang pria berengsek ini juga menjadikannya jaminan pinjaman.

"Kevin! Buka pintunya! Keluar kau! Sialan! Kevin!"

Bam!

Seorang penghuni di samping flat kevin keluar. "Hei! Jangan ribut-ribut di sini! Kau cari Kevin? Dia sudah pindah tadi sore!"

"A-apa?"

"Iya, dia sudah pindah, semua barang-barangnya sudah dibawa! Kalau kau punya masalah dengannya telepon dia!"

Sialnya lagi, bukan Ivy tak mencoba menghubungi Kevin, tapi pria itu sudah memblokir nomornya.

Ivy tak tahu harus bagaimana lagi, dia tak punya tempat tinggal dan tabungan. Managernya juga tak bersedia meminjamkannya uang, apalagi Molly yang harus menjadi tulang punggung keluarganya.

Gadis itu berjongkok memeluk tubuhnya, menangis tergugu. Uang dan kesucian, dia sudah kehilangan semuanya.

Sepasang kaki muncul dalam bidang pandang Ivy. Gadis itu menengadah, mengira Kevin telah kembali.

"Ka-kau ...." Matanya membelalak tak percaya melihat Daniel Forrester berdiri di hadapannya.

Pria tampan itu mengulurkan tangan. "Kenapa menangis di sini?"

Ivy cepat-cepat berdiri, mengabaikan tangan Daniel. Ia segera mengusap bekas air mata di wajahnya.

Daniel menatap tangannya yang kosong, ia tersenyum kecut, menarik kembali tangannya.

"Ke-kenapa kau juga di sini?" tanya Ivy, tak berani menatap mata zamrud Daniel.

"Aku sedang mengurus pembelian apartemen di sini. Flat ini ...." Daniel mengetuk flat Kevin. "Milikku sekarang."

"A-apa?!"

"Pemiliknya pasti sudah pindah, aku datang mengecek kondisinya." Tangan Daniel mempersilakan Ivy minggir.

Gadis itu menggeser langkahnya supaya pria itu bisa membuka pintu.

"Lalu kenapa kau berdiri di depan pintu flatku?" Daniel membuka pintu, Ivy mengintip ke dalam. Ruangan memang sudah kosong melompong, menyisakan perabot dasar seperti kursi dan tempat tidur.

"Pacarku tinggal di sini sebelumnya."

"Oh, begitu! Dia tak mengabarimu sudah pindah?"

Ivy menggeleng, masuk ke dalam memeriksa apa saja yang bisa menjadi petunjuk keberadaan Kevin.

"Dia ... melarikan diri?" Pertanyaan Daniel membuat Ivy menoleh canggung.

Daniel menatap wajah pucat Ivy. "Jadi benar? Dia meninggalkanmu?"

Perasaan sesak di dada Ivy semakin membuncah. Air mata lolos begitu saja.

Daniel mendekat, menarik Ivy ke dalam pelukan kuat. Gadis itu langsung memberontak. "Jangan! Lepaskan!"

"Tenanglah, aku tak akan macam-macam. Menangislah, bersandarlah padaku." Dengan lembut Daniel menepuk punggung Ivy.

Harusnya dia memberontak lebih keras, tapi perasaan terluka membuat tangisannya semakin keras. Dia tak punya siapa pun, tapi Daniel memberinya bahu untuk menangis.

"Kenapa kau melakukan itu padaku? Aku sudah menolaknya malam itu."

"Karena aku suka padamu, Ivy Gilmore. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku menginginkanmu."

"Aku tak punya apa pun, kalian sudah merengutnya dariku."

"Aku akan memberikan semua padamu, Ivy. Kau masih ingat tawaranku, jadilah gadisku."

Ivy mendorong tubuh Daniel marah. "Aku bukan jalang yang menjual tubuhku, malam itu adalah kesalahan."

"Aku tahu ... aku ingin kau menjadi Nyonya Forrester."

"A-apa?!" Ivy mengira dia salah dengar.

"Menikahlah denganku, aku akan membayar semua hutang-hutangmu, memberimu apartemen, dan juga hidup yang jauh lebih baik."

Bagaimana pria ini bisa tahu? "Kau mengecek latar belakangku."

Daniel tak memungkirinya, bibirnya hanya mengulas senyuman memesona. Ia menunduk sedikit supaya bisa menyejajarkan pandangan dengan Ivy karena perbedaan tinggi badan mereka.

"Kau juga bisa membalas Kevin. Aku tahu di mana dia berada."

"A-apa? Beri tahu aku ... aku ...."

"Kau bisa apa setelah bertemu dengannya? Kau tak punya apa pun Ivy." Perkataan Daniel menohok Ivy. Benar! Apa yang bisa dia lakukan seandanya menemukan Kevin, memaksa pria itu mengembalikan uangnya?

"Semua uangnya pasti sudah habis, apalagi dia sampai melakukan pinjaman atas namamu."

Rahang Ivy berkedut menyakitkan.

"Ivy, pikirkan dulu tawaranku. Tak ada ruginya menjadi Nyonya Forrester, bukan?"

"Kenapa harus aku? Kau bisa mendapatkan gadis mana pun!"

"Aku butuh wanita baik-baik untuk melahirkan keturunan Forrester."

Jantung Ivy berdetak tak karuan saat jemari Daniel menelusuri sisi wajahnya.

"Dan wanita itu kau, Ivy."

Ivy menggelengkan kepala, kengerian di malam itu saat menjadi objek seksual masih terbayang dalam benaknya. Pria ini, sudah meniduri begitu banyak wanita. Lalu kenapa? Kenapa dia belum menikah? Kenapa harus dirinya? Kenapa sekarang? Begitu banyak pertanyaan dan kecurigaan membuat Ivy takut mengambil kesempatan ini.

Bisakah dia mencintai Daniel sebagai suami?

"Akan kupikirkan dulu, sampai jumpa." Ivy berbalik hendak pergi.

Tangannya langsung ditarik kembali oleh Daniel. "Ini!" Pria itu menyelipkan kartu nama ke tangannya. "Hubungi aku jika kau sudah memutuskan."

Ivy mengangguk gugup, segera beranjak pergi dari kamar flat itu.

Pikirannya terasa kalut. Tak tahu harus melakukan apa, Ivy kembali ke apartemennya sendiri. Betapa terkejutnya dia sewaktu melihat semua barang-barangnya sudah dikeluarkan dari apartemen, tergeletak di luar pintu flatnya.

Sebuah tulisan ditempelkan di tasnya. Segera pergi dari sini!

Dengan tangan gemetar Ivy menelepon Molly. "Molly, boleh aku menginap di rumahmu?"

Molly terdiam cukup lama sebelum menjawab. "Sorry, Iv. Kau tahu rumahku tak besar, keluarga pamanku baru datang kemarin, mereka semua menginap di flatku."

"Oh ... begitu." Ivy menggigit bibirnya sampai terluka, air matanya kembali jatuh.

"Kau butuh uang? Aku akan kirim—"

"Tidak usah, Molly. Obat ibumu perlu ditebus 'kan?"

Molly terdiam. Helaan napas kedua sahabat itu terdengar keras di keheningan. "Sorry, Iv. Aku ...."

"Jangan meminta maaf. It's okay, jangan khawatir. Pasti ada jalan keluar." Ivy menggores kutikulanya sampai berdarah. "Sudah jammu ke bar kan? Sampai nanti ya." Ia mematika telepon sebelum isakan lolos dari mulutnya. Ivy tak ingin Molly mendengar tangisannya.

Ivy mengusap wajah, membawa satu tas berisi pakaiannya saja dan meninggalkan semua, dia lalu berjalan keluar dari lingkup apartemen.

Angin malam yang dingin menerpa tubuhnya. Ivy berdiri termenung, menatap lalu lintas, kendaraan melintas cepat di jalanan. Di dunia ini, siapa yang peduli padanya, semua orang sibuk dengan masalahnya masing-masing.

Gadis itu merogoh ke dalam saku, mengeluarkan kartu nama Daniel Forrester. Ragu-ragu, dia mulai menekan nomor pria itu di ponselnya.

Baru saja satu kali berdering, sambungan langsung diangkat di seberang sana.

"Hallo!" Suara bass pria itu terdengar.

Ivy menarik napas dalam, menelan saliva berulang kali.

"Hallo ...."

Ivy tersedak tangisannya sendiri setelah berusaha menekannya, entah kenapa, mendengar suara Daniel membuat emosinya yang tersimpan meledak.

"Ivy Gilmore? Ada apa? Kenapa kau menangis? Kau di mana?" Daniel terdengar khawatir.

Ivy memukul dadanya berulang kali, berusaha menahan tangisnya. "Daniel ... kau berjanji akan menjagaku?"

"Apa?!"

"Kau ... akan menikahiku dan menjagaku? Kau ... tak akan berpaling dariku?" Apa yang dia harapkan dari pria mesum ini? Ivy merasa kewarasannya sudah hilang. Begitu juga harapannya.

"Ya! Aku akan menjagamu, selamanya."

Ivy mengangguk kuat, menelan rasa takutnya. "Kalau begitu, aku bersedia menjadi Nyonya Forrester."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Obsessed with You   Bab 6. Basement

    Mobil La Rose Noire Droptail berwarna merah itu berhenti di depan Ivy. Pintunya terbuka dan menampilkan sepatu kulit mahal dari sang pemilik.Daniel Forrester berdiri di hadapan Ivy dengan tangan terulur padanya. "Aku datang menjemput pengantinku." Ia menunggu sampai Ivy menerima uluran tangannya. Dalam sekali sentakan, pria itu menarik Ivy ke dalam pelukan hangat."Daniel ...." Ivy terkesiap."Kau bisa menangis di dadaku." Dengan perlahan, pria tampan itu menepuk punggung Ivy.Rahang Ivy berkedut, menahan gejolak emosi. Air matanya tak bisa dibendung, dia kembali menangis pedih, memeluk tubuh Daniel seperti memeluk sekoci di lautan lepas. Pria ini, adalah tempat dia menggantungkan hidup, mulai dari sekarang."Ayo!" Daniel mengurai pelukan mereka, membukakan pintu bagi Ivy. Sang gadis begitu terpukau dengan interior mewah yang berwarna senada dengan cat mobil. Indah. Elegan. Mahal. Dia jadi takut mengotori jok, mengingat tadi sempat duduk di pinggir jalan."Kenapa? Kau tak suka denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Obsessed with You   Bab 7. Antara Ada dan Tiada

    Sret!Goresan pena membuat Ivy terkejut, bagaimana tidak, Daniel seolah tahu tandatangannya seperti apa. "Bagaimana kau ....""Kau yang menggoresnya sendiri, Iv. Aku hanya menuntun tanganmu ke sana." Dengan cepat Daniel meraih kembali surat perjanjian tersebut, yang langsung diserahkan kepada pelayannya. "Simpan di kamarku.""Baik, Tuan."Ivy merasa ragu, apa karena kepalanya pusing sampai dia seperti berhalusinasi? Apa memang benar dia yang menggores tanda tangan sendiri?"Ayo kita makan, setelah itu kau harus istirahat. Besok akan jadi hari yang panjang.""Kenapa?" tanya Ivy heran."Besok Christian, sekretarisku akan membawamu pergi berbelanja keperluan.""Bajuku masih ada, aku tak perlu apa pun." Daniel tertawa kecil, menangkupkan tangan dan bertopang dagu. "Semua bajumu sudah disingkirkan.""Apa?! Tasku tadi ....""Barusan aku menyuruh pelayan membuangnya.""Kenapa?! Baju-bajuku masih layak pakai!" Nada suaranya meninggi, dia tak suka Daniel bertindak sesukanya tanpa memberi tah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Obsessed with You   Bab 8. Rich! Rich!

    "Siapa?" tanya Ivy takut-takut. "Nona, saya mengantarkan minuman." Alis gadis itu berkerut heran, dia membuka pintu perlahan. Seorang pelayan membawakan nampan berisi minuman hangat yang masih mengepulkan uap panas. "Terima kasih." Apa setiap subuh tamu memang disuguhkan teh hangat? Ivy bertanya-tanya dalam hati. Si pelayan membungkuk dan berlalu. Ivy membawa tehnya masuk, merasa heran. Dia menyesap lamat-lamat sambil memperhatikan plafon. Bagaimana mereka bisa tahu dia sudah bangun? Tidak terlihat CCTV di ruangannya. Untungnya tehnya terasa enak, perlahan ... kekhawatiran Ivy mengendur bersama bau melati yang menenangkan. Sang gadis merasa ngantuk lagi, dia kembali berbaring setelah meletakkan cangkir teh di nakas. Ivy tertidur sampai seseorang mengetuk pintunya lagi. Pelayan memberitahunya jika sekretaris Daniel sudah tiba dan hendak membawanya pergi berbelanja. Sang gadis bergegas membersihkan diri dan mengganti baju yang sudah disediakan untuknya. Satu set gaun Chan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Obsessed with You   Bab 9. Balas Dendam

    "Tidak, Tuan Daniel belum pernah menikah, tapi sempat punya beberapa tunangan sebelumnya." "Beberapa?" tanya Ivy terkejut. Berarti tunangan pria ini lebih dari satu. "Ya. Tak sampai menikah, semua putus di tengah jalan." "Kenapa?" Christian membetulkan dasinya dengan sikap canggung. "Untuk masalah ini sebaiknya Nona Ivy menanyakan langsung pada Tuan Daniel, saya tidak mempunyai hak memberitahukannya." Pintu lift berdenting terbuka. Pria itu mempersilakan Ivy keluar. Sebuah limousine hitam terparkir di depan mansion. Christian berjalan mendahului Ivy, lalu membukakan pintu untuknya. Ivy mengangguk sopan dan masuk ke dalam. "Hi, Honey!" Suara Daniel menyapa telinga Ivy. Gadis itu meneguk saliva gugup, menatap terpukau pria tampan bermata hijau itu. Kemeja hitam yang membalut tubuh ramping Daniel membuat pria ini terlihat semakin mahal. "Kau bisa menelanku dengan bola matamu." Daniel terkekeh melihat ekspresi Ivy yang salah tingkah. "Ki-kita akan ke mana?" Ivy membuang wajah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Obsessed with You   Bab 10. Janji

    Keduanya pulang ke Mansion Forrester, tak jadi pergi ke restoran lain lagi. Daniel ternyata sudah meminta chef memasak hidangan untuk mereka. Ivy makan sedikit dan pamit ke kamarnya. Terlalu lelah dengan beban mental. Air matanya tak mau berhenti meskipun sang gadis mencoba mengalihkan pikiran. Mengingat masa-masa bahagia bersama Kevin. Lucu, bagaimana orang bisa berubah setelah bertahun-tahun bersama. Apakah Daniel juga akan meninggalkannya setelah bosan? Setelah dia memberi pria itu keturunan? Ivy menggigit bibirnya cemas, ketakutan dicampakkan membuatnya terjaga semalaman.Bolak-balik di tempat tidur membuat Ivy merasa semakin frustrasi, dia butuh udara segar supaya benaknya yang kacau bisa tenang.Ivy membuka pintu kamarnya perlahan, langkah kakinya menelusuri koridor yang hanya disinari cahaya redup dari lampu-lampu yang telah dimatikan satu persatu. Mansion yang biasanya ramai dan penuh kehidupan kini terasa begitu sepi dan menakutkan.Langkahnya bergema di lantai marmer yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Obsessed with You   Bab 11. Hari Pernikahan

    Hari itu, matahari bersinar terang menyinari taman Mansion Forrester yang telah dihias dengan ribuan bunga dan lentera. Ivy dalam gaun pengantin putihnya yang mengalir lembut, melangkah pasti menuju altar yang terletak di bawah pohon oak rindang.Setiap langkahnya dipandu oleh alunan musik orkestra yang menggema melalui taman. Rambut Ivy yang dikepang dengan indah, berkilauan di bawah sinar matahari, memantulkan nuansa keemasan. Di tangan kanannya, dia memegang buket bunga lili dan mawar putih, simbol kemurnian dan keanggunan. Senyumnya, meskipun lembut, menyembunyikan kegugupan yang menerpa hati. Para tamu yang berdiri di kedua sisi lorong menyaksikan dengan kagum saat gadis itu berjalan melewati mereka. Sorot mata mereka penuh harapan dan kebahagiaan. Namun, ada juga yang menyimpan rasa iri dan bisik-bisik kecil tentang betapa beruntungnya Ivy. Gadis yang tak punya latar belakang ini berhasil menaklukkan konglomerat pujaan para wanita.Saat mendekati altar, tatapan Ivy tertuju pad

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Obsessed with You   Bab 12. Malam Pertama

    "Kenapa? Kau tak mau? Tak perlu malu, kita sudah sah menjadi suami-istri."Ivy menelan ludah gugup. Sebagai istri memang kewajibannya melayani suami dengan baik. Soal perut ataupun ranjang. Ivy dulu bertekad akan menjadi istri yang baik bagi Kevin. Selalu mengurus pria itu tanpa pamrih.Kini, dia telah menjadi Nyonya Forrester. Dia juga harus melayani Daniel sepenuh hati.Ivy maju menyentuh bagian menonjol Daniel. Dengan giginya, gadis itu menggigit ujung ritsleting, mulai menarik turun.Pemandangan erotis di depannya membuat Daniel excited. Apalagi sewaktu jemari Ivy menyentuh pinggangnya, menurunkan celana Daniel perlahan. Ivy membuka celana dalam Daniel, tonggak besar pria itu langsung menampar wajahnya, membuat Ivy terkesiap terkejut.Daniel tertawa kecil, ia membelai sisi wajah Ivy. Tangan besarnya lalu mengelus bibir sang gadis, memaksa Ivy membuka mulutnya. Dua jari Daniel bermain di sana, berusaha melebarkan mulut istrinya."Jangan memakai gigimu, anggap saja lolipop." Dirty

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Obsessed with You   Bab 13. Pelayanan Seorang Istri

    Ivy bangun sebelum Daniel, sang gadis buru-buru ke kamar mandi, membersihkan bekas percintaan mereka semalam. Ia menatap pada kaca di wastafel, merasa malu saat menyadari Daniel meninggalkan begitu banyak jejak merah di leher dan dadanya.Ivy menggigit bibir, bagian bawahnya masih terasa basah, setiap kali mengingat bagaimana benda perkasa Daniel menerobos ke sana. Ternyata sex dengan pria itu tak semenakutkan saat pertama kali.Tangan Ivy menyentuh area pribadinya malu-malu. Kedua pahanya terasa pegal dan inti tubuhnya sedikit perih, mungkin karena gesekan terus menerus dalam jangka waktu lama.Ivy menggeleng, mengambil tisu dan membersihkan area bawahnya. Setelah itu ia memilih pakaian yang dibelikan Daniel di walk in closet. Ia mematut dirinya di kaca besar, pakaiannya sangat anggun, khas old money. Ternyata selera Daniel seperti ini. Tak buruk juga, bentuk tubuh Ivy yang indah membuat tampilan pakaian semakin mewah.Ivy kemudian memoles wajahnya dengan skincare dan make up tipis.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07

Bab terbaru

  • Obsessed with You   Bab 95. Kerja sama

    "Jika bukan kau, Amy ....""Apa yang sebenarnya terjadi?" Nicolas masih tak mengerti jelas dengan tingkah aneh Christian. Dia kira Christian merebut Ivy darinya dan diserahkan pada Daniel, tapi pria itu malah datang mencarinya dengan raut penuh kekhawatiran.Christian menatapnya sejenak. Mungkin bisa menjadikan Nicolas sebagai rekan lagi. Dia sudah cukup menoleransi sikap gila Amy, kali tak akan lagi. Christian merasa sudah melakukan bagiannya dalam menebus rasa bersalahnya."Ada darah di rumah yang ditempati Ivy, tapi aku belum pasti darah siapa?""Apa?! Oh tidak, tidak! Bagaimana dengan Dean?" Nicolas panik, tangannya mencengkeram ujung baju, sedikit gemetar."Entahlah, aku tak tahu." Christian sama sekali tak peduli dengan nasib Dean, dia hanya khawatir dengan nasib Ivy."Aku akan meminta bantuan Mr. Sean. Apa kau yakin Amy pelakunya? Siapa tahu Daniel yang sudah menculik Ivy.""Mungkin saja, tapi Daniel tak akan pernah melukai Ivy.""Kau yakin sekali. Mungkin saja dia dendam karen

  • Obsessed with You   Bab 94. Menyelamatkannya

    Ivy membekap mulutnya tak percaya, antara lega dan takjub. Daniel berhasil menahan serangan pria itu dan malah membalikkan serangan dengan memuntir lengan si pria hingga menusuk dirinya sendiri.Temannya tak tinggal diam, ia langsung menyerang Daniel menggunakan pisau dapur."Daniel awas!" teriak Ivy histeris.Satu hal yang mereka tak tahu, Daniel bukan orang sembarangan. Dia sudah terbiasa dengan kerasnya dunia hitam hingga mempelajari banyak jenis beladiri.Buk! Prak!Pria satunya lagi terkapar di lantai dengan tangan kanan patah. Keduanya mengaduh kesakitan.Daniel berjongkok, menjambak rambut pria yang ia patahkan lengannya. "Siapa yang menyuruhmu?"Pria itu membungkam mulutnya, tapi matanya jelas memperlihatkan ketakutan mencekam."Oh, jadi kau memilih mati daripada berbicara?" Dengan kasar, Daniel mengambil pisau dan menggores lengan pria itu.Si pria mengerang semakin keras. "Le-lepaskan kami! Kami hanya orang suruhan!" Keningnya sudah banjir oleh keringat."Siapa yang menyuruh

  • Obsessed with You   Bab 93. Niat Jahat

    Ivy menarik napas panjang saat ia membuka pintu rumah kecilnya. Bau kayu tua dan aroma lavender dari lilin yang biasa ia nyalakan menyambutnya. Hari ini, ia siap menghadapi kebenaran. Ya! Semua tentang Christian dan Nicolas. Bagaimana mereka bisa saling mengenal, bagaimana Christian tahu Nicolas meracuninya.Ia meletakkan recorder di atas meja, menyalakan lampu ruang tamu yang remang, dan mulai berjalan ke dapur untuk mengambil air. Akan tetapi, langkahnya terhenti saat mendengar suara aneh dari luar jendela—seperti langkah berat, diseret.Tok! Tok! Tok!Ketukan keras mengentak pintu depan. Ivy mendekat, jantungnya mulai berdebar tak karuan. Sebelum sempat bertanya siapa di balik pintu, suara keras menghantam kayu, pintu didobrak paksa.“Apa yang—?!”Dua pria bertubuh besar berpakaian gelap masuk dengan cepat. Tanpa mengucapkan sepatah kata, mereka langsung merusak isi rumah. Vas hancur, lampu terlempar ke lantai, dan recorder jatuh ke lantai, ditendang ke dinding sampai hancur.Ivy m

  • Obsessed with You   Bab 92. Sang Penerima

    Amy duduk anggun di ruang baca pribadi miliknya, lampu gantung kristal memantulkan cahaya temaram ke rambutnya yang ditata rapi. Di tangannya, secangkir teh melati menghangatkan jemari. Pintu diketuk pelan, lalu seorang pria bersetelan gelap masuk membawa amplop cokelat tebal.“Saya membawa kabar terbaru, Nyonya.”Amy menaruh cangkirnya ke atas meja kecil, mengambil amplop itu dengan anggun, sorot matanya tajam penuh ekspektasi. Ia membuka perlahan dan menarik beberapa lembar foto.Satu per satu, foto-foto itu ia amati. Wajahnya datar, sampai matanya menangkap gambar Christian—berdiri di depan gerbang sebuah kompleks sederhana, mengenakan pakaian kasual. Beberapa foto lain memperlihatkannya keluar dari rumah kecil yang tampak akrab bagi Amy.Tatapannya membeku saat melihat Ivy muncul di foto berikutnya. Rambut Ivy terikat rapi, wajahnya pucat, tapi tetap terlihat memesona. Ia menggendong seorang bayi dan berdiri di depan rumah itu bersama Christian.Senyum tipis mulai membentuk di bib

  • Obsessed with You   Bab 91. Pertemuan tak Terduga

    Daniel terbangun dengan sakit kepala kuat, ia terkejut menyadari seseorang berada di sampingnya.Wanita itu meringkuk tak berdaya, kedua pergelangan tangannya lebam, begitu juga dengan sudut bibir yang pecah dan rambut berantakan."Siapa kau?" tanyanya heran. Sama sekali tak mengingat apa yang telah dia lakukan semalam, tangan Daniel terulur hendak menyentuhnya. Wajah wanita itu tampak familier.Si wanita menangis histeris, menggeleng kuat ketakutan."Fuck!" Daniel memaki kesal. Christian membawanya ke sini dan dia lagi lagi lepas kontrol. Ah! Kebiasaan buruknya sepertinya kembali lagi."Ivy ...," lirihnya galau.Daniel meraih bajunya buru-buru, ia membuka pintu ruang VIP itu. Anak buahnya menunggu sigap."Urus semuanya!" perintah Daniel, berjalan cepat menuju pintu keluar."Baik, Bos." Salah satu anak buahnya masuk ke dalam kamar, melemparkan uang pada wanita itu dan beranjak pergi."Mana Christ?" tanya Daniel setelah masuk ke dalam mobilnya. "Tuan Christ sudah menunggu di mansion."

  • Obsessed with You   Bab 90. Back to Abnormal

    Lampu-lampu neon kelab malam berpendar liar dalam bayangan gelap ruangan. Musik mengentak telinga, aroma alkohol dan parfum mahal memenuhi udara. Daniel duduk di sofa VIP, dasi longgar tergantung di leher, matanya setengah tertutup karena pengaruh alkohol.Christian duduk di seberangnya, gelas wine di tangan. Tatapannya santai, menilik pada gadis-gadis seksi yang tengah menari liar. “Kau butuh melepaskan semua itu dari pikiranmu, Tuan” ujarnya, mengisyaratkan pada pelayan untuk menuangkan lagi minuman.Daniel menghela napas berat. “Aku kehilangan Ivy, Christ. Tak ada yang lebih buruk dari itu.” Gelasnya sudah kosong, entah sudah ke berapa kali di menambah minuman keras itu.“Tuan, kau dulu tak peduli pada hal begini. Wanita bagimu hanya objek. Mereka bisa datang dan pergi, ucap Christian. Benar! Jika itu dirinya yang dulu, Daniel mungkin tak akan terpuruk begini. Ivy sudah pernah lari darinya, bukan tak mungkin dia memang sengaja menghilang lagi. Apa Nicolas berhasil meluluhkan hati

  • Obsessed with You   Bab 89. Anak Lain

    Di ruang bawah tanah mansion Forrester, cahaya lampu redup berpendar pucat. Udara lembap dan bau keringat bercampur darah memenuhi ruangan. Di tengahnya, Daniel berdiri dengan wajah garang, kemejanya kusut, dan tangan kanannya masih berlumur darah.Seorang anak buahnya tergeletak di lantai, tubuhnya memar dan berdarah. Dua orang lainnya berlutut di sudut ruangan, gemetar ketakutan.“Dua bulan,” desis Daniel, suaranya tenang, dingin. “Sudah dua bulan kalian mencari ... dan tak satu pun dari kalian bisa membawanya kembali!”“Tu-tuan Forrester, kami—”Buk!Daniel memukul anak buahnya sekuat tenaga sampai pria itu muntah darah. "Sialan! Kalian sama sekali tidak becus!"Buk!Sebuah tendangan keras menghantam pria itu, membuatnya jatuh dengan teriakan parau. Daniel mencengkeram kerah bajunya, menariknya hingga hidung mereka nyaris bersentuhan.“Ivy adalah milikku,” ucap Daniel, matanya merah penuh amarah. “Kalau kalian tak bisa menemukannya, maka kalian tak layak hidup!”Anak buah lain menc

  • Obsessed with You   Bab 88. Ingatan

    Amy duduk di balkon kamar, angin sore meniup lembut gaun hamilnya. Wajahnya lelah, tapi matanya masih menyimpan api ambisi yang belum padam. Di hadapannya, Christian berdiri dengan tangan menyelip di saku celana, ekspresinya datar, penuh perhitungan.“Aku ingin kau menjauhkan Ivy dari Daniel,” ujar Amy pelan. “Aku tak peduli bagaimana caranya. Asal mereka tak pernah bertemu lagi.”Christian memiringkan kepala. “Dan jika aku menolak?”Amy menatapnya tajam. “Aku tahu cukup banyak rahasiamu untuk menghancurkan kredibilitasmu di depan Daniel.”Christian tertawa pelan, tak terintimidasi. “Baiklah. Aku akan urus.”Namun saat ia meninggalkan balkon itu, senyumnya berubah samar. Bukan Ivy yang harus dijauhkan, tapi kenyataan yang harus dihadapi Daniel.***Beberapa hari kemudian, Daniel tengah berjalan bersama Amy di sebuah toko bayi ternama. Amy memaksa Daniel menemaninya memilih pakaian dan perlengkapan bayi. Meski enggan, Daniel menuruti demi menjaga ketenangan.Amy tengah sibuk memilih pa

  • Obsessed with You   Bab 87. Jejak

    "Tidak ada! Dia tak ada di manapun! Ayah aku harus bagaimana?" Nicolas terpuruk di tengah jalan, tak tahu harus mencari di mana. Mr. Jacob menghela napas keras. "Christian pasti sudah membawanya. Sekarang kita datangi Mr. Sean."Nicolas merasa separuh jiwanya telah hilang, dia tampak linglung."Ayo, Nak. Kita harus merebut kembali menantu dan cucuku, apa pun yang terjadi." Mr. Jacob menarik putranya bangkit, menyeretnya ke mobil. Mereka lalu melaju menuju tempat tinggal Mr. Sean.Sean tak menyangka bakal mendapat tamu tak diundang. Kedua pria itu masuk ke dalam ruangannya dengan wajah muram, terutama Nicolas."Ada apa? Kenapa wajah kalian begitu? Apa obatnya tak berefek?"Mr. Jacob mendesah sambil memijit pelipisnya. "Justru obat itu berhasil. Hanya saja, hari ini menantuku sudah kabur dibawa orang.""Oh." Alis Mr. Sean terangkat tinggi. Ia menangkupkan tangan di atas meja kerjanya. "Kau yakin menantumu tak melarikan diri sendiri?""Ceritakan apa yang Ivy katakan padamu, Nic." Mr. Ja

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status