Share

Bab 5. Kontrak

Penulis: Nafish Grey
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-21 14:58:49

Bam!

Ivy menendang pintu flat Kevin sampai bergetar kuat.

Kemarahannya sudah memuncak, tak cukup hanya mengkhianatinya, sekarang pria berengsek ini juga menjadikannya jaminan pinjaman.

"Kevin! Buka pintunya! Keluar kau! Sialan! Kevin!"

Bam!

Seorang penghuni di samping flat kevin keluar. "Hei! Jangan ribut-ribut di sini! Kau cari Kevin? Dia sudah pindah tadi sore!"

"A-apa?"

"Iya, dia sudah pindah, semua barang-barangnya sudah dibawa! Kalau kau punya masalah dengannya telepon dia!"

Sialnya lagi, bukan Ivy tak mencoba menghubungi Kevin, tapi pria itu sudah memblokir nomornya.

Ivy tak tahu harus bagaimana lagi, dia tak punya tempat tinggal dan tabungan. Managernya juga tak bersedia meminjamkannya uang, apalagi Molly yang harus menjadi tulang punggung keluarganya.

Gadis itu berjongkok memeluk tubuhnya, menangis tergugu. Uang dan kesucian, dia sudah kehilangan semuanya.

Sepasang kaki muncul dalam bidang pandang Ivy. Gadis itu menengadah, mengira Kevin telah kembali.

"Ka-kau ...." Matanya membelalak tak percaya melihat Daniel Forrester berdiri di hadapannya.

Pria tampan itu mengulurkan tangan. "Kenapa menangis di sini?"

Ivy cepat-cepat berdiri, mengabaikan tangan Daniel. Ia segera mengusap bekas air mata di wajahnya.

Daniel menatap tangannya yang kosong, ia tersenyum kecut, menarik kembali tangannya.

"Ke-kenapa kau juga di sini?" tanya Ivy, tak berani menatap mata zamrud Daniel.

"Aku sedang mengurus pembelian apartemen di sini. Flat ini ...." Daniel mengetuk flat Kevin. "Milikku sekarang."

"A-apa?!"

"Pemiliknya pasti sudah pindah, aku datang mengecek kondisinya." Tangan Daniel mempersilakan Ivy minggir.

Gadis itu menggeser langkahnya supaya pria itu bisa membuka pintu.

"Lalu kenapa kau berdiri di depan pintu flatku?" Daniel membuka pintu, Ivy mengintip ke dalam. Ruangan memang sudah kosong melompong, menyisakan perabot dasar seperti kursi dan tempat tidur.

"Pacarku tinggal di sini sebelumnya."

"Oh, begitu! Dia tak mengabarimu sudah pindah?"

Ivy menggeleng, masuk ke dalam memeriksa apa saja yang bisa menjadi petunjuk keberadaan Kevin.

"Dia ... melarikan diri?" Pertanyaan Daniel membuat Ivy menoleh canggung.

Daniel menatap wajah pucat Ivy. "Jadi benar? Dia meninggalkanmu?"

Perasaan sesak di dada Ivy semakin membuncah. Air mata lolos begitu saja.

Daniel mendekat, menarik Ivy ke dalam pelukan kuat. Gadis itu langsung memberontak. "Jangan! Lepaskan!"

"Tenanglah, aku tak akan macam-macam. Menangislah, bersandarlah padaku." Dengan lembut Daniel menepuk punggung Ivy.

Harusnya dia memberontak lebih keras, tapi perasaan terluka membuat tangisannya semakin keras. Dia tak punya siapa pun, tapi Daniel memberinya bahu untuk menangis.

"Kenapa kau melakukan itu padaku? Aku sudah menolaknya malam itu."

"Karena aku suka padamu, Ivy Gilmore. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku menginginkanmu."

"Aku tak punya apa pun, kalian sudah merengutnya dariku."

"Aku akan memberikan semua padamu, Ivy. Kau masih ingat tawaranku, jadilah gadisku."

Ivy mendorong tubuh Daniel marah. "Aku bukan jalang yang menjual tubuhku, malam itu adalah kesalahan."

"Aku tahu ... aku ingin kau menjadi Nyonya Forrester."

"A-apa?!" Ivy mengira dia salah dengar.

"Menikahlah denganku, aku akan membayar semua hutang-hutangmu, memberimu apartemen, dan juga hidup yang jauh lebih baik."

Bagaimana pria ini bisa tahu? "Kau mengecek latar belakangku."

Daniel tak memungkirinya, bibirnya hanya mengulas senyuman memesona. Ia menunduk sedikit supaya bisa menyejajarkan pandangan dengan Ivy karena perbedaan tinggi badan mereka.

"Kau juga bisa membalas Kevin. Aku tahu di mana dia berada."

"A-apa? Beri tahu aku ... aku ...."

"Kau bisa apa setelah bertemu dengannya? Kau tak punya apa pun Ivy." Perkataan Daniel menohok Ivy. Benar! Apa yang bisa dia lakukan seandanya menemukan Kevin, memaksa pria itu mengembalikan uangnya?

"Semua uangnya pasti sudah habis, apalagi dia sampai melakukan pinjaman atas namamu."

Rahang Ivy berkedut menyakitkan.

"Ivy, pikirkan dulu tawaranku. Tak ada ruginya menjadi Nyonya Forrester, bukan?"

"Kenapa harus aku? Kau bisa mendapatkan gadis mana pun!"

"Aku butuh wanita baik-baik untuk melahirkan keturunan Forrester."

Jantung Ivy berdetak tak karuan saat jemari Daniel menelusuri sisi wajahnya.

"Dan wanita itu kau, Ivy."

Ivy menggelengkan kepala, kengerian di malam itu saat menjadi objek seksual masih terbayang dalam benaknya. Pria ini, sudah meniduri begitu banyak wanita. Lalu kenapa? Kenapa dia belum menikah? Kenapa harus dirinya? Kenapa sekarang? Begitu banyak pertanyaan dan kecurigaan membuat Ivy takut mengambil kesempatan ini.

Bisakah dia mencintai Daniel sebagai suami?

"Akan kupikirkan dulu, sampai jumpa." Ivy berbalik hendak pergi.

Tangannya langsung ditarik kembali oleh Daniel. "Ini!" Pria itu menyelipkan kartu nama ke tangannya. "Hubungi aku jika kau sudah memutuskan."

Ivy mengangguk gugup, segera beranjak pergi dari kamar flat itu.

Pikirannya terasa kalut. Tak tahu harus melakukan apa, Ivy kembali ke apartemennya sendiri. Betapa terkejutnya dia sewaktu melihat semua barang-barangnya sudah dikeluarkan dari apartemen, tergeletak di luar pintu flatnya.

Sebuah tulisan ditempelkan di tasnya. Segera pergi dari sini!

Dengan tangan gemetar Ivy menelepon Molly. "Molly, boleh aku menginap di rumahmu?"

Molly terdiam cukup lama sebelum menjawab. "Sorry, Iv. Kau tahu rumahku tak besar, keluarga pamanku baru datang kemarin, mereka semua menginap di flatku."

"Oh ... begitu." Ivy menggigit bibirnya sampai terluka, air matanya kembali jatuh.

"Kau butuh uang? Aku akan kirim—"

"Tidak usah, Molly. Obat ibumu perlu ditebus 'kan?"

Molly terdiam. Helaan napas kedua sahabat itu terdengar keras di keheningan. "Sorry, Iv. Aku ...."

"Jangan meminta maaf. It's okay, jangan khawatir. Pasti ada jalan keluar." Ivy menggores kutikulanya sampai berdarah. "Sudah jammu ke bar kan? Sampai nanti ya." Ia mematika telepon sebelum isakan lolos dari mulutnya. Ivy tak ingin Molly mendengar tangisannya.

Ivy mengusap wajah, membawa satu tas berisi pakaiannya saja dan meninggalkan semua, dia lalu berjalan keluar dari lingkup apartemen.

Angin malam yang dingin menerpa tubuhnya. Ivy berdiri termenung, menatap lalu lintas, kendaraan melintas cepat di jalanan. Di dunia ini, siapa yang peduli padanya, semua orang sibuk dengan masalahnya masing-masing.

Gadis itu merogoh ke dalam saku, mengeluarkan kartu nama Daniel Forrester. Ragu-ragu, dia mulai menekan nomor pria itu di ponselnya.

Baru saja satu kali berdering, sambungan langsung diangkat di seberang sana.

"Hallo!" Suara bass pria itu terdengar.

Ivy menarik napas dalam, menelan saliva berulang kali.

"Hallo ...."

Ivy tersedak tangisannya sendiri setelah berusaha menekannya, entah kenapa, mendengar suara Daniel membuat emosinya yang tersimpan meledak.

"Ivy Gilmore? Ada apa? Kenapa kau menangis? Kau di mana?" Daniel terdengar khawatir.

Ivy memukul dadanya berulang kali, berusaha menahan tangisnya. "Daniel ... kau berjanji akan menjagaku?"

"Apa?!"

"Kau ... akan menikahiku dan menjagaku? Kau ... tak akan berpaling dariku?" Apa yang dia harapkan dari pria mesum ini? Ivy merasa kewarasannya sudah hilang. Begitu juga harapannya.

"Ya! Aku akan menjagamu, selamanya."

Ivy mengangguk kuat, menelan rasa takutnya. "Kalau begitu, aku bersedia menjadi Nyonya Forrester."

Bab terkait

  • Obsessed with You   Bab 6. Basement

    Mobil La Rose Noire Droptail berwarna merah itu berhenti di depan Ivy. Pintunya terbuka dan menampilkan sepatu kulit mahal dari sang pemilik.Daniel Forrester berdiri di hadapan Ivy dengan tangan terulur padanya. "Aku datang menjemput pengantinku." Ia menunggu sampai Ivy menerima uluran tangannya. Dalam sekali sentakan, pria itu menarik Ivy ke dalam pelukan hangat."Daniel ...." Ivy terkesiap."Kau bisa menangis di dadaku." Dengan perlahan, pria tampan itu menepuk punggung Ivy.Rahang Ivy berkedut, menahan gejolak emosi. Air matanya tak bisa dibendung, dia kembali menangis pedih, memeluk tubuh Daniel seperti memeluk sekoci di lautan lepas. Pria ini, adalah tempat dia menggantungkan hidup, mulai dari sekarang."Ayo!" Daniel mengurai pelukan mereka, membukakan pintu bagi Ivy. Sang gadis begitu terpukau dengan interior mewah yang berwarna senada dengan cat mobil. Indah. Elegan. Mahal. Dia jadi takut mengotori jok, mengingat tadi sempat duduk di pinggir jalan."Kenapa? Kau tak suka denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Obsessed with You   Bab 7. Antara Ada dan Tiada

    Sret!Goresan pena membuat Ivy terkejut, bagaimana tidak, Daniel seolah tahu tandatangannya seperti apa. "Bagaimana kau ....""Kau yang menggoresnya sendiri, Iv. Aku hanya menuntun tanganmu ke sana." Dengan cepat Daniel meraih kembali surat perjanjian tersebut, yang langsung diserahkan kepada pelayannya. "Simpan di kamarku.""Baik, Tuan."Ivy merasa ragu, apa karena kepalanya pusing sampai dia seperti berhalusinasi? Apa memang benar dia yang menggores tanda tangan sendiri?"Ayo kita makan, setelah itu kau harus istirahat. Besok akan jadi hari yang panjang.""Kenapa?" tanya Ivy heran."Besok Christian, sekretarisku akan membawamu pergi berbelanja keperluan.""Bajuku masih ada, aku tak perlu apa pun." Daniel tertawa kecil, menangkupkan tangan dan bertopang dagu. "Semua bajumu sudah disingkirkan.""Apa?! Tasku tadi ....""Barusan aku menyuruh pelayan membuangnya.""Kenapa?! Baju-bajuku masih layak pakai!" Nada suaranya meninggi, dia tak suka Daniel bertindak sesukanya tanpa memberi tah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Obsessed with You   Bab 8. Rich! Rich!

    "Siapa?" tanya Ivy takut-takut. "Nona, saya mengantarkan minuman." Alis gadis itu berkerut heran, dia membuka pintu perlahan. Seorang pelayan membawakan nampan berisi minuman hangat yang masih mengepulkan uap panas. "Terima kasih." Apa setiap subuh tamu memang disuguhkan teh hangat? Ivy bertanya-tanya dalam hati. Si pelayan membungkuk dan berlalu. Ivy membawa tehnya masuk, merasa heran. Dia menyesap lamat-lamat sambil memperhatikan plafon. Bagaimana mereka bisa tahu dia sudah bangun? Tidak terlihat CCTV di ruangannya. Untungnya tehnya terasa enak, perlahan ... kekhawatiran Ivy mengendur bersama bau melati yang menenangkan. Sang gadis merasa ngantuk lagi, dia kembali berbaring setelah meletakkan cangkir teh di nakas. Ivy tertidur sampai seseorang mengetuk pintunya lagi. Pelayan memberitahunya jika sekretaris Daniel sudah tiba dan hendak membawanya pergi berbelanja. Sang gadis bergegas membersihkan diri dan mengganti baju yang sudah disediakan untuknya. Satu set gaun Chan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Obsessed with You   Bab 9. Balas Dendam

    "Tidak, Tuan Daniel belum pernah menikah, tapi sempat punya beberapa tunangan sebelumnya." "Beberapa?" tanya Ivy terkejut. Berarti tunangan pria ini lebih dari satu. "Ya. Tak sampai menikah, semua putus di tengah jalan." "Kenapa?" Christian membetulkan dasinya dengan sikap canggung. "Untuk masalah ini sebaiknya Nona Ivy menanyakan langsung pada Tuan Daniel, saya tidak mempunyai hak memberitahukannya." Pintu lift berdenting terbuka. Pria itu mempersilakan Ivy keluar. Sebuah limousine hitam terparkir di depan mansion. Christian berjalan mendahului Ivy, lalu membukakan pintu untuknya. Ivy mengangguk sopan dan masuk ke dalam. "Hi, Honey!" Suara Daniel menyapa telinga Ivy. Gadis itu meneguk saliva gugup, menatap terpukau pria tampan bermata hijau itu. Kemeja hitam yang membalut tubuh ramping Daniel membuat pria ini terlihat semakin mahal. "Kau bisa menelanku dengan bola matamu." Daniel terkekeh melihat ekspresi Ivy yang salah tingkah. "Ki-kita akan ke mana?" Ivy membuang wajah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Obsessed with You   Bab 10. Janji

    Keduanya pulang ke Mansion Forrester, tak jadi pergi ke restoran lain lagi. Daniel ternyata sudah meminta chef memasak hidangan untuk mereka. Ivy makan sedikit dan pamit ke kamarnya. Terlalu lelah dengan beban mental. Air matanya tak mau berhenti meskipun sang gadis mencoba mengalihkan pikiran. Mengingat masa-masa bahagia bersama Kevin. Lucu, bagaimana orang bisa berubah setelah bertahun-tahun bersama. Apakah Daniel juga akan meninggalkannya setelah bosan? Setelah dia memberi pria itu keturunan? Ivy menggigit bibirnya cemas, ketakutan dicampakkan membuatnya terjaga semalaman.Bolak-balik di tempat tidur membuat Ivy merasa semakin frustrasi, dia butuh udara segar supaya benaknya yang kacau bisa tenang.Ivy membuka pintu kamarnya perlahan, langkah kakinya menelusuri koridor yang hanya disinari cahaya redup dari lampu-lampu yang telah dimatikan satu persatu. Mansion yang biasanya ramai dan penuh kehidupan kini terasa begitu sepi dan menakutkan.Langkahnya bergema di lantai marmer yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Obsessed with You   Bab 11. Hari Pernikahan

    Hari itu, matahari bersinar terang menyinari taman Mansion Forrester yang telah dihias dengan ribuan bunga dan lentera. Ivy dalam gaun pengantin putihnya yang mengalir lembut, melangkah pasti menuju altar yang terletak di bawah pohon oak rindang.Setiap langkahnya dipandu oleh alunan musik orkestra yang menggema melalui taman. Rambut Ivy yang dikepang dengan indah, berkilauan di bawah sinar matahari, memantulkan nuansa keemasan. Di tangan kanannya, dia memegang buket bunga lili dan mawar putih, simbol kemurnian dan keanggunan. Senyumnya, meskipun lembut, menyembunyikan kegugupan yang menerpa hati. Para tamu yang berdiri di kedua sisi lorong menyaksikan dengan kagum saat gadis itu berjalan melewati mereka. Sorot mata mereka penuh harapan dan kebahagiaan. Namun, ada juga yang menyimpan rasa iri dan bisik-bisik kecil tentang betapa beruntungnya Ivy. Gadis yang tak punya latar belakang ini berhasil menaklukkan konglomerat pujaan para wanita.Saat mendekati altar, tatapan Ivy tertuju pad

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Obsessed with You   Bab 12. Malam Pertama

    "Kenapa? Kau tak mau? Tak perlu malu, kita sudah sah menjadi suami-istri."Ivy menelan ludah gugup. Sebagai istri memang kewajibannya melayani suami dengan baik. Soal perut ataupun ranjang. Ivy dulu bertekad akan menjadi istri yang baik bagi Kevin. Selalu mengurus pria itu tanpa pamrih.Kini, dia telah menjadi Nyonya Forrester. Dia juga harus melayani Daniel sepenuh hati.Ivy maju menyentuh bagian menonjol Daniel. Dengan giginya, gadis itu menggigit ujung ritsleting, mulai menarik turun.Pemandangan erotis di depannya membuat Daniel excited. Apalagi sewaktu jemari Ivy menyentuh pinggangnya, menurunkan celana Daniel perlahan. Ivy membuka celana dalam Daniel, tonggak besar pria itu langsung menampar wajahnya, membuat Ivy terkesiap terkejut.Daniel tertawa kecil, ia membelai sisi wajah Ivy. Tangan besarnya lalu mengelus bibir sang gadis, memaksa Ivy membuka mulutnya. Dua jari Daniel bermain di sana, berusaha melebarkan mulut istrinya."Jangan memakai gigimu, anggap saja lolipop." Dirty

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Obsessed with You   Bab 13. Pelayanan Seorang Istri

    Ivy bangun sebelum Daniel, sang gadis buru-buru ke kamar mandi, membersihkan bekas percintaan mereka semalam. Ia menatap pada kaca di wastafel, merasa malu saat menyadari Daniel meninggalkan begitu banyak jejak merah di leher dan dadanya.Ivy menggigit bibir, bagian bawahnya masih terasa basah, setiap kali mengingat bagaimana benda perkasa Daniel menerobos ke sana. Ternyata sex dengan pria itu tak semenakutkan saat pertama kali.Tangan Ivy menyentuh area pribadinya malu-malu. Kedua pahanya terasa pegal dan inti tubuhnya sedikit perih, mungkin karena gesekan terus menerus dalam jangka waktu lama.Ivy menggeleng, mengambil tisu dan membersihkan area bawahnya. Setelah itu ia memilih pakaian yang dibelikan Daniel di walk in closet. Ia mematut dirinya di kaca besar, pakaiannya sangat anggun, khas old money. Ternyata selera Daniel seperti ini. Tak buruk juga, bentuk tubuh Ivy yang indah membuat tampilan pakaian semakin mewah.Ivy kemudian memoles wajahnya dengan skincare dan make up tipis.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07

Bab terbaru

  • Obsessed with You   Bab 36. Cari Dia!

    Ivy melangkah ke depan cermin besar di walk in closet, memastikan penampilannya sempurna. Riasannya sederhana, rambutnya dibiarkan tergerai dengan lembut, dan ia mengenakan gaun hitam yang selama ini selalu disukai Daniel. Ia menatap dirinya sejenak, lalu menarik napas panjang. Ini adalah langkah pertama dalam rencana yang telah disiapkannya. Hari ini, aku akan pergi, batinnya.Setelah puas mematut diri, Ivy berjalan ke kamar di basement. Menatap wajah tampan Daniel yang tengah tertidur lelap di ranjang. Pria itu terlihat damai saat tidur. Jemari Ivy terulur, hendak menyentuh suaminya, tapi Ivy menarik diri seketika.Tidak! Dia tak ingin membangunkan Daniel. Ivy menggertakkan gigi, ia berbalik cepat dan kembali ke lantai atas.Jenna sudah menunggunya saat pintu dibuka. "Aku akan pergi membeli barang sebentar, jika Tuan bangun, sarapannya dipanaskan saja.""Baik, Nyonya. Saya akan memanggil sopir."Ivy mengangguk pelan. Tak berapa lama kemudian sopir sudah menyiapkan mobil, menunggu I

  • Obsessed with You   Bab 35. Kepercayaan

    Ivy terkesiap mendengar pernyataan Daniel. Gerakannya berhenti tiba-tiba. Kemarahan merosot naik. Kenapa sampai akhir pria ini berusaha menipunya. Dia memberi tekanan pada leher Daniel, semakin kuat bersama emosi yang campur aduk."Ukh!" Tubuh Daniel mengejang, paru-parunya membutuhkan udara.Suara gemerincing rantai terdengar nyaring saat refleks kedua tangan Daniel memberontak.Ivy sudah gelap mata, kebencian menguasai hati gadis itu. Sampai akhirnya Daniel mencapai klimaks, menyemburkan benih ke dalam tubuh Ivy dan membuatnya terkesiap. Barulah cengkeraman Ivy mengendur.Daniel batuk-batuk hebat. Ia bukannya marah malah tertawa parau. "Ah, jadi begini rasanya.""Kau tak takut?" tanya Ivy tak percaya.Daniel menggeleng kuat. "Aku pernah hampir mati beberapa kali, sama sekali tak membuatku takut.".Ivy menarik dirinya, berbaring di samping Daniel. "Lalu ... apa yang kau takutkan?""Kau." Daniel merengkuh tubuh Ivy."Jangan bercanda.""Aku serius, Iv. Aku takut kau pergi dari hidupku?

  • Obsessed with You   Bab 34. I Love You

    Ivy mundur menjauh, menatap wajah Christian lamat-lamat. Pria itu tersenyum kecil, menegakkan tubuh dan berdeham."Christ, aku tak sebaik itu ...."Christian mengangguk, seolah mengiyakan, tapi Ivy bisa melihat ketidaksetujuan di bola mata pria itu."Aku juga, tak sebaik kelihatannya." Christian menghela napas. "Ah, kita harus berangkat sekarang Nyonya.""Ok." Ivy berjalan cepat demi mengusir rasa canggungnya.Keduanya tiba di mansion Forrester, Daniel sudah menunggu di sana."Bagaimana harimu?" Daniel menarik Ivy dengan sikap posesif. Matanya menyelidik, menerka apa yang ada di pikiran Christian.Pria itu menunduk, menyembunyikan ekspresinya. "Kalau begitu saya permisi dulu.""Christ!""Ya, Tuan." Christian menunggu dengan patuh."Lain kali, kau tak perlu mengantar Ivy pergi berbelanja lagi."Ivy menatap suaminya heran. "A-aku tak boleh keluar lagi?" tanyanya cemas, jika begitu, semua rencananya selama ini akan sia-sia."Bukan, Sayang. Kau bisa berbelanja sendiri sekarang." Daniel me

  • Obsessed with You   Bab 33. Its You

    Suasana taman bermain itu tampak cerah dengan orang-orang yang menikmati hari mereka. Namun, bagi Daniel, ini adalah salah satu hari terburuk dalam hidupnya. "Ivy!" teriaknya, suaranya menggema di antara riuhnya taman. Ia berlari dari satu permainan ke permainan lainnya, matanya menatap sekeliling dengan gelisah. "Ivy! Di mana kau?"Rasa panik mulai merayapi dirinya. Biasanya, Ivy selalu ada di dekatnya, selalu mematuhi segala permintaannya—tapi kali ini, dia hilang tanpa jejak.Daniel berhenti sejenak, mencoba untuk menarik napas. Memeriksa sekali lagi ke seluruh area taman. Lalu, dengan kecepatan yang semakin meningkat, dia melangkah menyusuri jalan setapak di taman, berbicara dengan beberapa orang yang terlihat ada di sekitar, bertanya apakah mereka melihat istrinya."Kau lihat gadis dengan pakaian warna gelap, tinggi segini ...." Rata-rata menjawab dengan gelengan.Setiap detik terasa seperti selamanya, dan ketakutan mulai meresap. “Jangan bilang dia pergi ... jangan bilang dia .

  • Obsessed with You   Bab 32. Sandiwara

    Jika dia tak muntah, apa kebohongan Daniel tetap berlanjut? Ivy menggigit bibirnya hingga terluka. Vitamin yang dia minum jelas mengandung obat tidur. Sekarang, bagaimana caranya dia melarikan diri? Daniel tak benar-benar mencintainya, suatu hari ketika dia bosan, pria itu akan membuang Ivy, berselingkuh dengan wanita lain. Ivy tak sanggup sakit hati lagi.Jika sekarang Ivy menunjukkan bahwa ia tahu, Daniel pasti menggunakan cara lain menjebak simpatinya lagi. Tidak! Ivy tak ingin jatuh semakin dalam. Ia memegang dadanya yang berdenyut nyeri. Mencintai Daniel adalah kesalahan. Dia harus mematikan perasaan ini. Ivy terduduk di tempat tidur, kepalanya berdenyut menyakitkan."Kau ingin menaklukkanku, tidak ... aku yang akan membuatmu jatuh cinta padaku, lalu ... aku akan meninggalkanmu," gumam Ivy.Hari-hari berlanjut seperti biasa, tak ada perubahan dalam sikap maupun pelayanan Ivy. Malah wanita cantik itu semakin perhatian. Mansion yang selama ini dingin dan sepi, terasa lebih hidup

  • Obsessed with You   Bab 31. Kenyataan Pahit

    "Hah! Mengotori tanganku saja." Daniel mendesah kesal, mengibaskan tangannya yang terkena darah Kevin."Biarkan aku yang menanganinya." Suara Christ terdengar dingin. Ia menjambak rambut Kevin, mengekspos leher pria itu. "Haruskah kita potong lidahnya?" Matanya beralih menatap Daniel. "Supaya dia tak bisa berbicara lagi."Daniel tertawa kecil, membuat bulu kuduk Ivy merinding ketakutan, tawa penuh dengan cemooh. "Jangan dulu, aku tak mengerti kenapa Ivyku yang manis bisa jatuh hati dengan sampah modelan begini.""Kau yang sampah!" teriak Kevin, meski kondisinya menyedihkan, dia masih berusaha mempertahankan ego. Darah mengalir dari hidungnya yang terluka, mengotori bagian depan bajunya."Kau kira Ivy-ku yang manis akan percaya dengan kata-katamu, setelah apa yang kau lakukan padanya?"Kevin menggertakkan gigi. "Aku mengenalnya lebih lama, dia pasti percaya padaku. Ivy pasti masih mencintaiku!""Cinta? Jangan membuatku tertawa, Kevin." Daniel menepuk pipi Kevin main-main. "Ivy sudah me

  • Obsessed with You   Bab 30. Tidurlah

    Ivy tak menyangka, jika hidupnya yang biasa saja, walaupun penuh kesusahan akan berakhir dengan penyimpangan.Tak pernah terlintas dalam pikiran sekali pun, membiarkan tubuhnya menjadi objek seksual seorang pria, tapi melihat wajah Daniel yang penuh hasrat, membangkitkan sisi liar dalam diri Ivy.Dia hanya manusia normal, yang tak lepas dari jerat nafsu. Dan pria tampan ini menginginkannya, membutuhkan bantuannya. Ivy melupakan semua sakit hatinya, bertahan dalam jerat bernama pernikahan.Ivy sudah bersumpah setia dalam janji pernikahan. Hal sakral yang seharusnya membuatnya bertahan meskipun sulit. Ia gadis tulus, selalu berkorban untuk orang lain dan menjadi people pleaser selama ini. Selama dibutuhkan, selama seseorang menginginkannya, Ivy akan berjuang.Menyedihkan memang, tapi begitulah yang dipelajari gadis malang itu. Tumbuh tanpa orang tua dan dukungan, membuat selalu menekan perasaannya sendiri.Mungkin ini juga yang dilihat Daniel pada dirinya. Mereka sama-sama kesepian, tum

  • Obsessed with You   Bab 29. Peraturan Pertama

    Daniel menatapnya bingung. "Aku bosan," ujar Amy. Untuk memuaskan wanita yang sudah berpengalaman tentu tak mudah, Daniel merasa tertantang. "Aku harus melakukan apa?"Senyum terbit di bibir merah Amy. "Tampar wajahku.""Apa?!" Daniel membelalak tak percaya."Kau lupa peraturan kita?" Amy mengernyit tak senang, dia tak pernah marah, atau menaikkan nada suara. Hanya dengan ekspresi ringan dari wajahnya sudah membuat Daniel cemas. "Jangan bertanya dan jangan membantah.""Good boy, apa yang kau tunggu?"Ragu-ragu, Daniel mengangkat tangannya. Plak!Tamparan ringan mendarat di pipi Amy. Tak cukup kuat dan sakit. Wanita itu mendesah kecewa. "Apa kau banci?" tanyanya sarkasm.Harga diri Daniel tertohok. Plak!Dia menampar lebih kuat. Kali ini seringai senang terbit di bibir wanita cantik itu. "Lagi!"Plak!Wajahnya memerah, kepalanya tersentak ke kiri. "Lagi! Lebih kuat!"Plak! Daniel menampar dengan segenap kekuatannya. Amy mengejang liar, menjepit lebih kuat. "Sambil bergerak. Puk

  • Obsessed with You   Bab 28. Masa Lalu (2)

    Ketika Daniel sudah beranjak remaja. Suatu malam, ia sedang duduk di meja belajar, mencoba mengerjakan pekerjaan rumahnya, saat ibu tirinya tiba-tiba muncul di pintu.Pakaiannya begitu terbuka, lingerie hitam di balik gaun malam model kimono panjang. Ia sengaja membuka gaun tersebut, menaruh ke ranjang. Ibu tirinya menarik kursi, duduk di sebelah Daniel. "Sudah malam, masin belajar?"Daniel menghindari tatapan ibu tirinya, merasa semakin gelisah. "Besok ada ulangan."Tangan Ibu Tirinya tiba-tiba berlabuh di paha Daniel. "Ayahmu tak pulang malam ini."Daniel muda bukannya tidak mengerti, dia anak yang cerdas. Sikap ibu tirinya terlalu posesif. Mulanya Daniel mengira semua itu karena Ibu tirinya—Amy—menyayanginya seperti putranya sendiri. Namun belakangan, sentuhan Amy terasa berbeda. Apalagi saat ayahnya mulai jarang pulang ke rumah karena sibuk keluar negeri."Ya," jawab Daniel singkat, tak bisa fokus belajar. Ia meneguk saliva, berusaha menenangkan degup jantung."Jangan begadang, ta

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status