Home / Romansa / Obsessed with You / Bab 3. Bertemu Lagi

Share

Bab 3. Bertemu Lagi

Author: Nafish Grey
last update Last Updated: 2025-01-21 14:58:42

Bip! Bip!

Daniel menatap layar di ponselnya, sebuah titik merah berkedip dan bergerak menjauh dari Mansion Forrester.

Bibirnya tertarik membentuk senyuman lebar. Dia tak menyangka gadis cantik di bar murahan itu akan kabur setelah sadar, bahkan setelah melihat kamar mewah yang ia tempati.

Biasanya gadis-gadis menunggu kehadirannya, bernegosiasi tentang cinta atau uang, tapi Ivy berbeda. Seperti kelinci yang ketakutan, gadis itu memilih kabur.

Seorang yang berjiwa pemburu seperti Daniel lebih tertarik pada mangsa yang memberontak daripada yang pasrah. Ia menjilat bibirnya sambil tersenyum penuh minat. "Ivy, kau tak akan bisa lari dariku."

Bip!

Pelacak tersebut berdenyut, menuju apartemen di pusat kota.

Ivy membuka pancuran, meringkuk gemetar di bawah curahan air hangat. Ia menggosok tubuhnya berulang kali sampai memerah.

Plak!

Sang gadis menampar pipinya sendiri. "Bodoh! Dasar bodoh!" Kenapa dia harus mabuk? Kenapa dia tak bisa melawan? Ivy mengencam ketidakberdayaannya.

Bam! Bam!

Gedoran di pintu membuat sang gadis melonjak terkejut. Ia bergegas mematikan pancuran, meraih handuk, lalu memakai piama.

"Si-siapa?"

Ketukan semakin keras.

Bam! Bam!

Ivy mulai mundur selangkah, tak berani membuka pintu.

"Si-siapa?" tanyanya lagi.

"Buka!" Suara seorang wanita membuat Ivy langsung mengembuskan napas lega. Gadis itu bergegas membuka pintu.

Seorang wanita paruh baya bertubuh tambun berkecak pinggang di depan pintu flatnya. Matanya mendelik tak senang. "Mana bayaran?"

"Bukannya sudah dibayar, Bu?"

"Mana ada, kalau sudah bayar ga mungkin saya tagih. Kamu sudah dua bulan nunggak loh!"

"Apa?! Ta-tapi ...." Ivy sudah menyerahkan sewa apartemennya ke tangan Kevin setiap bulan, pria itu yang mengatakan akan mengurus semua pengeluarannya, sisanya akan menjadi tabungan bersama untuk menikah nanti.

"Jadi gimana?! Bayar engga hari ini?"

"Tapi Bu."

"Ga ada tapi-tapian, kalau nanti malam belum ada uangnya, kamu keluar dari flat ini!" Pemilik apartemen mendengkus dan berlalu.

Ivy merosot jatuh, ia mengusap wajahnya, memukul dada yang berdenyut nyeri. "Kevin, kau ...." Rahangnya berdenyut menyakitkan menahan air mata.

***

Hotel Delta.

Ivy berlari terburu-buru ke kamar Suite .

"Kenapa baru datang? Rapikan tempat tidurnya!" Seorang wanita paruh baya memarahi Ivy.

"Maaf, maaf." Ivy mengikat rambutnya ekor kuda sambil tersenyum canggung. Ia segera bekerja merapikan seluruh bagian kamar yang akan dipakai sore ini.

"Sisa kamar mandi saja, kamu yang bereskan ya!" Wanita itu meninggalkan Ivy sendirian.

Ivy segera beranjak ke kamar mandi, ia menghela napas berat, karena kejadian semalam, dia sampai terlambat bekerja. "Mungkin aku bisa meminjam dari Pak Richard," gumamnya penuh harap.

Sang gadis terus bekerja keras. Tanpa dia sadari, di balik kalung yang dia pakai, sebuah alat pelacak kecil tertanam di sana.

Daniel melangkah menuju suite yang sudah dia pesan bersama sekretaris dan dua orang bodyguard.

"Kamar terbaik di sini setara bintang 3, Bos. Kita bisa memesan hotel lain." Christian merasa aneh, kenapa Daniel memilih hotel murahan ini.

Daniel tak menjawab, dia malah menjentikkan jari sewaktu mereka sampai di depan kamarnya. "Apa jadwal hari ini?"

"Pertemuan nanti malam di jam 9. Mereka sudah punya uangnya."

"Ok. Kalian pergilah beristirahat, jam 8 jemput aku."

"Baik, Bos!"

Daniel membuka pintu kamar, menatap ke layar ponsel dan berjalan menuju kamar mandi dengan senyum terkembang lebar.

Brak!

Ivy melonjak terkejut, sikat jatuh dari tangannya. Dia berbalik cepat, melihat ke arah sumber suara.

Ivy belum pernah melihat rupa setampan itu sebelumnya. Hidung yang mancung, rahang kokoh, juga mata tajam yang sewarna zamrud.

"Ivy?!" Daniel mengikis jarak di antara mereka, membuat Ivy mundur hingga memepet dinding kamar mandi.

"Siapa?!" Ivy berdeham bingung.

Daniel menggeleng tak percaya, bukan hanya meninggalkannya, gadis ini juga melupakan wajah tampannya.

Pria bertubuh tinggi itu mendekatkan wajahnya, membuat Ivy menahan napas seketika. Hidung mereka hampir bersentuhan.

"Kau melupakanku? Secepat itu?"

"T-Tuan! Anda pasti salah orang, aku—" Belum selesai kalimat Ivy, Daniel sudah menanamkan ciuman pada bilah bibirnya yang terbuka, membuat gadis itu terdiam. Memori kejadian semalam menghantamnya telak, mengingatkannya kembali dengan pertukaran saliva bersama pria tampan bernama Daniel.

"Sekarang kau ingat siapa aku?" Daniel memisahkan bibirnya untuk meraup napas.

"Da-Daniel?!" Ivy terkesiap tak percaya.

"Ya, kau membuatku sedih dengan meninggalkanku pagi ini. Jadi ...." Daniel mendesah di dekat telingannya, membuat jantung Ivy sudah berdetak tak karuan. "Kita lanjutkan apa yang tak sempat kita lakukan?"

"A-apa?!" Ivy menggeleng frustrasi, mendorong tubuh Daniel menjauh. "Tidak! Jangan mendekat!"

"Apa?!" Daniel mengira dia salah dengar.

"Tidak! Ini masih jam kerjaku, a-aku harus pergi!" Ivy bergegas keluar dari kamar mandi diikuti oleh langkah Daniel di belakangnya.

Kaki Ivy terasa bagai jeli, kenapa dia bisa bertemu pria ini lagi secepat itu.

"Tunggu dulu! Kau tak bisa pergi begitu saja." Daniel menarik lengan Ivy hingga gadis itu berhenti berjalan.

"Maaf, Tuan! Aku tak bisa. Tidak! Aku tak mau!" Ivy menggigit bibirnya yang merah menggoda, membuat darah Daniel semakin berdesir.

"Aku bisa memberikan apa pun padamu, mintalah. Jadilah gadisku." Mata hijaunya yang indah mengedip lamat-lamat, begitu menggoda.

"Tuan! Semalam adalah kesalahan. A-aku tak mau melakukannya, aku bukan hostess."

"Trus ...."

"A-aku tak meminta apa pun. Anggap saja aku sial, ini juga salahku karena mabuk." Dia hanya ingin pergi, menjauh. Ke mana saja, tak ingin bertemu pria yang sudah merengut harga dirinya sebagai wanita. "Lupakan semua, anggap kita tak pernah bertemu."

Ekspresi Daniel berubah muram. Dia kira setelah Ivy dalam kondisi sadar dan melihat rupa tampannya, gadis itu akan bertekuk lutut di bawah kakinya. Nyatanya tidak! Si gadis malah menyuruhnya melupakan malam panas mereka.

"Kau tak ingin aku bertanggung jawab? Meminta ganti rugi?"

Ivy menggeleng, tak berani menatap mata indah Daniel.

"A-aku harus pergi!" Ivy mengempaskan tangan Daniel sekuat tenaga.

Daniel tak pernah ditolak seperti ini sebelumnya. Ia langsung menarik tangan Ivy, mengempaskan tubuh sang gadis ke tempat tidur. Kedua tangan Ivy langsung ditekan di atas kepala oleh pria tampan perlente itu menggunakan sebelah tangannya yang besar.

Bibir seksi Daniel tak memberinya jeda, memaksa lidahnya bermain di rongga mulut sang gadis. Saking syoknya, Ivy sampai tak sempat memberikan perlawanan.

Ketika tangan pria itu merambah ke area sensitif Ivy, barulah sang gadis terkesiap dan memberontak. "Jangan, please." Setetes air mata membasahi pipinya.

Daniel berhenti. Menatap tak percaya pada gadis manis di hadapannya. Bukan satu kali, tapi tiga kali Ivy sudah menolaknya. Pria tampan itu terhenyak tak percaya, apa pesonanya benar-benar tak berefek pada gadis ini? "Kau menangis?" tanyanya heran.

Ivy buru-buru mengusap matanya sewaktu Daniel melepaskan kungkungan tangannya. Ia merapikan pakaian tergesa-gesa dan berlari ke arah pintu, hampir terjerembap sebelum akhirnya berhasil memegang handle untuk menyeimbangkan diri.

Dalam sekejap saja, gadis pengacau itu sudah menghilang dari pandangan Daniel.

"Fuck!" Daniel memaki, merasa kecewa. Hasratnya sudah di ujung tanduk, si gadis malah kabur lagi. Ia membaringkan diri di tempat tidur, melepaskan ikat pinggang dan menarik ritsletingnya turun.

"Ehm." Daniel meraih bagian pribadi tubuhnya sendiri, mulai bergerak konstan. Sialan! Bau tubuh gadis itu masih menempel di seprai, membuat Daniel semakin terangsang.

"Ivy ...," lirihnya parau. Rasa bibir manis gadis itu tertinggal di bibirnya, ia ingin mengecup, tidak! Ia ingin melumat habis bilah merah menggoda itu. "Ivy." Tangan Daniel bergerak semakin cepat seirama dengan deru napasnya.

"Ah." Entakan pinggulnya menjadi penanda pria tampan itu telah mencapai klimaks. Daniel mengembuskan napas panjang. Sialan! Dia tak akan melepaskan gadis itu. Tidak akan!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Obsessed with You   Bab 4. Pinjaman

    "Kenapa kau menangis?" Wanita paruh baya itu tampak terkejut melihat Ivy masuk ke ruang laundri dengan wajah basah.Ivy menggeleng malu. Cepat-cepat membantu Janice mengerjakan laundri."Kenapa lama sekali baru datang?" Janice memang tak pernah ramah padanya, Ivy tahu sejak pertama kali masuk kerja. Bagi Janice, Ivy sering membuat fokus pekerja lain kacau karena wajah cantiknya."A-aku ....""Kau mengacau lagi? Kau belum selesai saat tamu datang?"Ivy terdiam."Astaga! Jadi benar!" Janice memukul jidat lebarnya tak percaya. "Kita bakal dapat komplain.""Ma-maaf, aku sudah buru-buru, tapi ....""Stt! Udah diam! Kamu bakal aku laporin ke manager!""Please, Janice! Jangan begitu." Ivy sangat butuh pekerjaan ini.Janice tak peduli, berjalan cepat keluar dari ruangan laundri. Ivy segera menyusul wanita paruh baya pemarah itu."Janice, tunggu!" Ivy hampir terjerembap saking terburu-burunya."Diam di sana!" Lemak Janice berdentum setiap kali dia mengambil langkah cepat."Janice, kumohon! Jan

    Last Updated : 2025-01-21
  • Obsessed with You   Bab 5. Kontrak

    Bam!Ivy menendang pintu flat Kevin sampai bergetar kuat.Kemarahannya sudah memuncak, tak cukup hanya mengkhianatinya, sekarang pria berengsek ini juga menjadikannya jaminan pinjaman."Kevin! Buka pintunya! Keluar kau! Sialan! Kevin!"Bam!Seorang penghuni di samping flat kevin keluar. "Hei! Jangan ribut-ribut di sini! Kau cari Kevin? Dia sudah pindah tadi sore!""A-apa?""Iya, dia sudah pindah, semua barang-barangnya sudah dibawa! Kalau kau punya masalah dengannya telepon dia!"Sialnya lagi, bukan Ivy tak mencoba menghubungi Kevin, tapi pria itu sudah memblokir nomornya.Ivy tak tahu harus bagaimana lagi, dia tak punya tempat tinggal dan tabungan. Managernya juga tak bersedia meminjamkannya uang, apalagi Molly yang harus menjadi tulang punggung keluarganya.Gadis itu berjongkok memeluk tubuhnya, menangis tergugu. Uang dan kesucian, dia sudah kehilangan semuanya.Sepasang kaki muncul dalam bidang pandang Ivy. Gadis itu menengadah, mengira Kevin telah kembali. "Ka-kau ...." Matanya m

    Last Updated : 2025-01-21
  • Obsessed with You   Bab 6. Basement

    Mobil La Rose Noire Droptail berwarna merah itu berhenti di depan Ivy. Pintunya terbuka dan menampilkan sepatu kulit mahal dari sang pemilik.Daniel Forrester berdiri di hadapan Ivy dengan tangan terulur padanya. "Aku datang menjemput pengantinku." Ia menunggu sampai Ivy menerima uluran tangannya. Dalam sekali sentakan, pria itu menarik Ivy ke dalam pelukan hangat."Daniel ...." Ivy terkesiap."Kau bisa menangis di dadaku." Dengan perlahan, pria tampan itu menepuk punggung Ivy.Rahang Ivy berkedut, menahan gejolak emosi. Air matanya tak bisa dibendung, dia kembali menangis pedih, memeluk tubuh Daniel seperti memeluk sekoci di lautan lepas. Pria ini, adalah tempat dia menggantungkan hidup, mulai dari sekarang."Ayo!" Daniel mengurai pelukan mereka, membukakan pintu bagi Ivy. Sang gadis begitu terpukau dengan interior mewah yang berwarna senada dengan cat mobil. Indah. Elegan. Mahal. Dia jadi takut mengotori jok, mengingat tadi sempat duduk di pinggir jalan."Kenapa? Kau tak suka denga

    Last Updated : 2025-01-31
  • Obsessed with You   Bab 7. Antara Ada dan Tiada

    Sret!Goresan pena membuat Ivy terkejut, bagaimana tidak, Daniel seolah tahu tandatangannya seperti apa. "Bagaimana kau ....""Kau yang menggoresnya sendiri, Iv. Aku hanya menuntun tanganmu ke sana." Dengan cepat Daniel meraih kembali surat perjanjian tersebut, yang langsung diserahkan kepada pelayannya. "Simpan di kamarku.""Baik, Tuan."Ivy merasa ragu, apa karena kepalanya pusing sampai dia seperti berhalusinasi? Apa memang benar dia yang menggores tanda tangan sendiri?"Ayo kita makan, setelah itu kau harus istirahat. Besok akan jadi hari yang panjang.""Kenapa?" tanya Ivy heran."Besok Christian, sekretarisku akan membawamu pergi berbelanja keperluan.""Bajuku masih ada, aku tak perlu apa pun." Daniel tertawa kecil, menangkupkan tangan dan bertopang dagu. "Semua bajumu sudah disingkirkan.""Apa?! Tasku tadi ....""Barusan aku menyuruh pelayan membuangnya.""Kenapa?! Baju-bajuku masih layak pakai!" Nada suaranya meninggi, dia tak suka Daniel bertindak sesukanya tanpa memberi tah

    Last Updated : 2025-02-01
  • Obsessed with You   Bab 8. Rich! Rich!

    "Siapa?" tanya Ivy takut-takut. "Nona, saya mengantarkan minuman." Alis gadis itu berkerut heran, dia membuka pintu perlahan. Seorang pelayan membawakan nampan berisi minuman hangat yang masih mengepulkan uap panas. "Terima kasih." Apa setiap subuh tamu memang disuguhkan teh hangat? Ivy bertanya-tanya dalam hati. Si pelayan membungkuk dan berlalu. Ivy membawa tehnya masuk, merasa heran. Dia menyesap lamat-lamat sambil memperhatikan plafon. Bagaimana mereka bisa tahu dia sudah bangun? Tidak terlihat CCTV di ruangannya. Untungnya tehnya terasa enak, perlahan ... kekhawatiran Ivy mengendur bersama bau melati yang menenangkan. Sang gadis merasa ngantuk lagi, dia kembali berbaring setelah meletakkan cangkir teh di nakas. Ivy tertidur sampai seseorang mengetuk pintunya lagi. Pelayan memberitahunya jika sekretaris Daniel sudah tiba dan hendak membawanya pergi berbelanja. Sang gadis bergegas membersihkan diri dan mengganti baju yang sudah disediakan untuknya. Satu set gaun Chan

    Last Updated : 2025-02-02
  • Obsessed with You   Bab 9. Balas Dendam

    "Tidak, Tuan Daniel belum pernah menikah, tapi sempat punya beberapa tunangan sebelumnya." "Beberapa?" tanya Ivy terkejut. Berarti tunangan pria ini lebih dari satu. "Ya. Tak sampai menikah, semua putus di tengah jalan." "Kenapa?" Christian membetulkan dasinya dengan sikap canggung. "Untuk masalah ini sebaiknya Nona Ivy menanyakan langsung pada Tuan Daniel, saya tidak mempunyai hak memberitahukannya." Pintu lift berdenting terbuka. Pria itu mempersilakan Ivy keluar. Sebuah limousine hitam terparkir di depan mansion. Christian berjalan mendahului Ivy, lalu membukakan pintu untuknya. Ivy mengangguk sopan dan masuk ke dalam. "Hi, Honey!" Suara Daniel menyapa telinga Ivy. Gadis itu meneguk saliva gugup, menatap terpukau pria tampan bermata hijau itu. Kemeja hitam yang membalut tubuh ramping Daniel membuat pria ini terlihat semakin mahal. "Kau bisa menelanku dengan bola matamu." Daniel terkekeh melihat ekspresi Ivy yang salah tingkah. "Ki-kita akan ke mana?" Ivy membuang wajah

    Last Updated : 2025-02-03
  • Obsessed with You   Bab 10. Janji

    Keduanya pulang ke Mansion Forrester, tak jadi pergi ke restoran lain lagi. Daniel ternyata sudah meminta chef memasak hidangan untuk mereka. Ivy makan sedikit dan pamit ke kamarnya. Terlalu lelah dengan beban mental. Air matanya tak mau berhenti meskipun sang gadis mencoba mengalihkan pikiran. Mengingat masa-masa bahagia bersama Kevin. Lucu, bagaimana orang bisa berubah setelah bertahun-tahun bersama. Apakah Daniel juga akan meninggalkannya setelah bosan? Setelah dia memberi pria itu keturunan? Ivy menggigit bibirnya cemas, ketakutan dicampakkan membuatnya terjaga semalaman.Bolak-balik di tempat tidur membuat Ivy merasa semakin frustrasi, dia butuh udara segar supaya benaknya yang kacau bisa tenang.Ivy membuka pintu kamarnya perlahan, langkah kakinya menelusuri koridor yang hanya disinari cahaya redup dari lampu-lampu yang telah dimatikan satu persatu. Mansion yang biasanya ramai dan penuh kehidupan kini terasa begitu sepi dan menakutkan.Langkahnya bergema di lantai marmer yang

    Last Updated : 2025-02-04
  • Obsessed with You   Bab 11. Hari Pernikahan

    Hari itu, matahari bersinar terang menyinari taman Mansion Forrester yang telah dihias dengan ribuan bunga dan lentera. Ivy dalam gaun pengantin putihnya yang mengalir lembut, melangkah pasti menuju altar yang terletak di bawah pohon oak rindang.Setiap langkahnya dipandu oleh alunan musik orkestra yang menggema melalui taman. Rambut Ivy yang dikepang dengan indah, berkilauan di bawah sinar matahari, memantulkan nuansa keemasan. Di tangan kanannya, dia memegang buket bunga lili dan mawar putih, simbol kemurnian dan keanggunan. Senyumnya, meskipun lembut, menyembunyikan kegugupan yang menerpa hati. Para tamu yang berdiri di kedua sisi lorong menyaksikan dengan kagum saat gadis itu berjalan melewati mereka. Sorot mata mereka penuh harapan dan kebahagiaan. Namun, ada juga yang menyimpan rasa iri dan bisik-bisik kecil tentang betapa beruntungnya Ivy. Gadis yang tak punya latar belakang ini berhasil menaklukkan konglomerat pujaan para wanita.Saat mendekati altar, tatapan Ivy tertuju pad

    Last Updated : 2025-02-05

Latest chapter

  • Obsessed with You   Bab 93. Niat Jahat

    Ivy menarik napas panjang saat ia membuka pintu rumah kecilnya. Bau kayu tua dan aroma lavender dari lilin yang biasa ia nyalakan menyambutnya. Hari ini, ia siap menghadapi kebenaran. Ya! Semua tentang Christian dan Nicolas. Bagaimana mereka bisa saling mengenal, bagaimana Christian tahu Nicolas meracuninya.Ia meletakkan recorder di atas meja, menyalakan lampu ruang tamu yang remang, dan mulai berjalan ke dapur untuk mengambil air. Akan tetapi, langkahnya terhenti saat mendengar suara aneh dari luar jendela—seperti langkah berat, diseret.Tok! Tok! Tok!Ketukan keras mengentak pintu depan. Ivy mendekat, jantungnya mulai berdebar tak karuan. Sebelum sempat bertanya siapa di balik pintu, suara keras menghantam kayu, pintu didobrak paksa.“Apa yang—?!”Dua pria bertubuh besar berpakaian gelap masuk dengan cepat. Tanpa mengucapkan sepatah kata, mereka langsung merusak isi rumah. Vas hancur, lampu terlempar ke lantai, dan recorder jatuh ke lantai, ditendang ke dinding sampai hancur.Ivy m

  • Obsessed with You   Bab 92. Sang Penerima

    Amy duduk anggun di ruang baca pribadi miliknya, lampu gantung kristal memantulkan cahaya temaram ke rambutnya yang ditata rapi. Di tangannya, secangkir teh melati menghangatkan jemari. Pintu diketuk pelan, lalu seorang pria bersetelan gelap masuk membawa amplop cokelat tebal.“Saya membawa kabar terbaru, Nyonya.”Amy menaruh cangkirnya ke atas meja kecil, mengambil amplop itu dengan anggun, sorot matanya tajam penuh ekspektasi. Ia membuka perlahan dan menarik beberapa lembar foto.Satu per satu, foto-foto itu ia amati. Wajahnya datar, sampai matanya menangkap gambar Christian—berdiri di depan gerbang sebuah kompleks sederhana, mengenakan pakaian kasual. Beberapa foto lain memperlihatkannya keluar dari rumah kecil yang tampak akrab bagi Amy.Tatapannya membeku saat melihat Ivy muncul di foto berikutnya. Rambut Ivy terikat rapi, wajahnya pucat, tapi tetap terlihat memesona. Ia menggendong seorang bayi dan berdiri di depan rumah itu bersama Christian.Senyum tipis mulai membentuk di bib

  • Obsessed with You   Bab 91. Pertemuan tak Terduga

    Daniel terbangun dengan sakit kepala kuat, ia terkejut menyadari seseorang berada di sampingnya.Wanita itu meringkuk tak berdaya, kedua pergelangan tangannya lebam, begitu juga dengan sudut bibir yang pecah dan rambut berantakan."Siapa kau?" tanyanya heran. Sama sekali tak mengingat apa yang telah dia lakukan semalam, tangan Daniel terulur hendak menyentuhnya. Wajah wanita itu tampak familier.Si wanita menangis histeris, menggeleng kuat ketakutan."Fuck!" Daniel memaki kesal. Christian membawanya ke sini dan dia lagi lagi lepas kontrol. Ah! Kebiasaan buruknya sepertinya kembali lagi."Ivy ...," lirihnya galau.Daniel meraih bajunya buru-buru, ia membuka pintu ruang VIP itu. Anak buahnya menunggu sigap."Urus semuanya!" perintah Daniel, berjalan cepat menuju pintu keluar."Baik, Bos." Salah satu anak buahnya masuk ke dalam kamar, melemparkan uang pada wanita itu dan beranjak pergi."Mana Christ?" tanya Daniel setelah masuk ke dalam mobilnya. "Tuan Christ sudah menunggu di mansion."

  • Obsessed with You   Bab 90. Back to Abnormal

    Lampu-lampu neon kelab malam berpendar liar dalam bayangan gelap ruangan. Musik mengentak telinga, aroma alkohol dan parfum mahal memenuhi udara. Daniel duduk di sofa VIP, dasi longgar tergantung di leher, matanya setengah tertutup karena pengaruh alkohol.Christian duduk di seberangnya, gelas wine di tangan. Tatapannya santai, menilik pada gadis-gadis seksi yang tengah menari liar. “Kau butuh melepaskan semua itu dari pikiranmu, Tuan” ujarnya, mengisyaratkan pada pelayan untuk menuangkan lagi minuman.Daniel menghela napas berat. “Aku kehilangan Ivy, Christ. Tak ada yang lebih buruk dari itu.” Gelasnya sudah kosong, entah sudah ke berapa kali di menambah minuman keras itu.“Tuan, kau dulu tak peduli pada hal begini. Wanita bagimu hanya objek. Mereka bisa datang dan pergi, ucap Christian. Benar! Jika itu dirinya yang dulu, Daniel mungkin tak akan terpuruk begini. Ivy sudah pernah lari darinya, bukan tak mungkin dia memang sengaja menghilang lagi. Apa Nicolas berhasil meluluhkan hati

  • Obsessed with You   Bab 89. Anak Lain

    Di ruang bawah tanah mansion Forrester, cahaya lampu redup berpendar pucat. Udara lembap dan bau keringat bercampur darah memenuhi ruangan. Di tengahnya, Daniel berdiri dengan wajah garang, kemejanya kusut, dan tangan kanannya masih berlumur darah.Seorang anak buahnya tergeletak di lantai, tubuhnya memar dan berdarah. Dua orang lainnya berlutut di sudut ruangan, gemetar ketakutan.“Dua bulan,” desis Daniel, suaranya tenang, dingin. “Sudah dua bulan kalian mencari ... dan tak satu pun dari kalian bisa membawanya kembali!”“Tu-tuan Forrester, kami—”Buk!Daniel memukul anak buahnya sekuat tenaga sampai pria itu muntah darah. "Sialan! Kalian sama sekali tidak becus!"Buk!Sebuah tendangan keras menghantam pria itu, membuatnya jatuh dengan teriakan parau. Daniel mencengkeram kerah bajunya, menariknya hingga hidung mereka nyaris bersentuhan.“Ivy adalah milikku,” ucap Daniel, matanya merah penuh amarah. “Kalau kalian tak bisa menemukannya, maka kalian tak layak hidup!”Anak buah lain menc

  • Obsessed with You   Bab 88. Ingatan

    Amy duduk di balkon kamar, angin sore meniup lembut gaun hamilnya. Wajahnya lelah, tapi matanya masih menyimpan api ambisi yang belum padam. Di hadapannya, Christian berdiri dengan tangan menyelip di saku celana, ekspresinya datar, penuh perhitungan.“Aku ingin kau menjauhkan Ivy dari Daniel,” ujar Amy pelan. “Aku tak peduli bagaimana caranya. Asal mereka tak pernah bertemu lagi.”Christian memiringkan kepala. “Dan jika aku menolak?”Amy menatapnya tajam. “Aku tahu cukup banyak rahasiamu untuk menghancurkan kredibilitasmu di depan Daniel.”Christian tertawa pelan, tak terintimidasi. “Baiklah. Aku akan urus.”Namun saat ia meninggalkan balkon itu, senyumnya berubah samar. Bukan Ivy yang harus dijauhkan, tapi kenyataan yang harus dihadapi Daniel.***Beberapa hari kemudian, Daniel tengah berjalan bersama Amy di sebuah toko bayi ternama. Amy memaksa Daniel menemaninya memilih pakaian dan perlengkapan bayi. Meski enggan, Daniel menuruti demi menjaga ketenangan.Amy tengah sibuk memilih pa

  • Obsessed with You   Bab 87. Jejak

    "Tidak ada! Dia tak ada di manapun! Ayah aku harus bagaimana?" Nicolas terpuruk di tengah jalan, tak tahu harus mencari di mana. Mr. Jacob menghela napas keras. "Christian pasti sudah membawanya. Sekarang kita datangi Mr. Sean."Nicolas merasa separuh jiwanya telah hilang, dia tampak linglung."Ayo, Nak. Kita harus merebut kembali menantu dan cucuku, apa pun yang terjadi." Mr. Jacob menarik putranya bangkit, menyeretnya ke mobil. Mereka lalu melaju menuju tempat tinggal Mr. Sean.Sean tak menyangka bakal mendapat tamu tak diundang. Kedua pria itu masuk ke dalam ruangannya dengan wajah muram, terutama Nicolas."Ada apa? Kenapa wajah kalian begitu? Apa obatnya tak berefek?"Mr. Jacob mendesah sambil memijit pelipisnya. "Justru obat itu berhasil. Hanya saja, hari ini menantuku sudah kabur dibawa orang.""Oh." Alis Mr. Sean terangkat tinggi. Ia menangkupkan tangan di atas meja kerjanya. "Kau yakin menantumu tak melarikan diri sendiri?""Ceritakan apa yang Ivy katakan padamu, Nic." Mr. Ja

  • Obsessed with You   Bab 86. Terbongkar

    Saat Nicolas dan Mr. Jacob pergi mencari tempat baru. Ivy segera meninggalkan rumah dengan membawa Dean bersamanya.Ia memanggil taksi, berangkat ke tempat yang dijanjikan. Jantungnya bertalu tak karuan. Bangunan hotel yang ia tuju adalah yang paling bagus di kota kecil ini.Ivy masuk ke dalam, bertanya pada resepsionis dan langsung di arahkan ke kamar hotel di lantai 3. Pria itu sudah memberitahu petugas layanan untuk memberinya kartu kamar tersebut.Ivy membuka pintu kamar hotel dengan ragu, langkahnya pelan. Interior kamar deluxe itu begitu mewah, bertolak belakang dengan kehidupan sederhana yang selama ini ia jalani. Di dalam, Christian berdiri di dekat jendela besar, tubuh tegapnya dibalut jas hitam. Ia menoleh cepat saat melihat Ivy masuk.“Ivy,” sapanya singkat, senyumnya seketika merekah cerah.Ivy membalas anggukan kecil. “Kau memanggilku ke sini ... ada apa?” Ivy tak bertanya kenapa pria ini tahu namanya. Sudah jelas dari pandangan si pria bahwa mereka saling mengenal. Sayan

  • Obsessed with You   Bab 85. Keraguan

    Nicolas kembali ke rumah setelah hari telah sore. Dengan tawa canda bersama ayahnya, mereka masuk ke dalam rumah. Ivy tengah menyiapkan makanan. Wajahnya tampak sangat muram."Ada apa, Sayang?" Nicolas menyapa Ivy sekaligus menanamkan kecupan mesra ke pipi istrinya. "Kenapa wajahmu begitu? Ada yang membuatmu kesal?"Mr. Jacob terkekeh melihat kemesraan anak dan menantunya. "Kita mungkin kelamaan. Menantuku pasti sudah lelah menunggu untuk makan malam sama-sama." Pria paruh baya itu langsung sigap pergi mencuci tangan supaya bisa menggendong cucunya."Mana Deanku Sayang. Sudah makan belum? Mau kakek suapin?" Mr. Jacob meniru suara anak-anak, membuat Nicolas tertawa mendengarnya. Ivy tetap diam. Ia mengedarkan makanan ke piring-piring mereka. Duduk di kursinya dan makan dalam keheningan."Kenapa? Kepalamu pusing lagi?" Nicolas berinisiatif memijit bahu Ivy."Tidak perlu. Makan dulu." Ivy menghindar menunjuk ke piring Nicolas."Oh, ok." Nicolas menggaruk kepalanya yang tak gatal. Mungk

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status