Home / Romansa / Obsessed with You / Bab 3. Bertemu Lagi

Share

Bab 3. Bertemu Lagi

Author: Nafish Grey
last update Last Updated: 2025-01-21 14:58:42

Bip! Bip!

Daniel menatap layar di ponselnya, sebuah titik merah berkedip dan bergerak menjauh dari Mansion Forrester.

Bibirnya tertarik membentuk senyuman lebar. Dia tak menyangka gadis cantik di bar murahan itu akan kabur setelah sadar, bahkan setelah melihat kamar mewah yang ia tempati.

Biasanya gadis-gadis menunggu kehadirannya, bernegosiasi tentang cinta atau uang, tapi Ivy berbeda. Seperti kelinci yang ketakutan, gadis itu memilih kabur.

Seorang yang berjiwa pemburu seperti Daniel lebih tertarik pada mangsa yang memberontak daripada yang pasrah. Ia menjilat bibirnya sambil tersenyum penuh minat. "Ivy, kau tak akan bisa lari dariku."

Bip!

Pelacak tersebut berdenyut, menuju apartemen di pusat kota.

Ivy membuka pancuran, meringkuk gemetar di bawah curahan air hangat. Ia menggosok tubuhnya berulang kali sampai memerah.

Plak!

Sang gadis menampar pipinya sendiri. "Bodoh! Dasar bodoh!" Kenapa dia harus mabuk? Kenapa dia tak bisa melawan? Ivy mengencam ketidakberdayaannya.

Bam! Bam!

Gedoran di pintu membuat sang gadis melonjak terkejut. Ia bergegas mematikan pancuran, meraih handuk, lalu memakai piama.

"Si-siapa?"

Ketukan semakin keras.

Bam! Bam!

Ivy mulai mundur selangkah, tak berani membuka pintu.

"Si-siapa?" tanyanya lagi.

"Buka!" Suara seorang wanita membuat Ivy langsung mengembuskan napas lega. Gadis itu bergegas membuka pintu.

Seorang wanita paruh baya bertubuh tambun berkecak pinggang di depan pintu flatnya. Matanya mendelik tak senang. "Mana bayaran?"

"Bukannya sudah dibayar, Bu?"

"Mana ada, kalau sudah bayar ga mungkin saya tagih. Kamu sudah dua bulan nunggak loh!"

"Apa?! Ta-tapi ...." Ivy sudah menyerahkan sewa apartemennya ke tangan Kevin setiap bulan, pria itu yang mengatakan akan mengurus semua pengeluarannya, sisanya akan menjadi tabungan bersama untuk menikah nanti.

"Jadi gimana?! Bayar engga hari ini?"

"Tapi Bu."

"Ga ada tapi-tapian, kalau nanti malam belum ada uangnya, kamu keluar dari flat ini!" Pemilik apartemen mendengkus dan berlalu.

Ivy merosot jatuh, ia mengusap wajahnya, memukul dada yang berdenyut nyeri. "Kevin, kau ...." Rahangnya berdenyut menyakitkan menahan air mata.

***

Hotel Delta.

Ivy berlari terburu-buru ke kamar Suite .

"Kenapa baru datang? Rapikan tempat tidurnya!" Seorang wanita paruh baya memarahi Ivy.

"Maaf, maaf." Ivy mengikat rambutnya ekor kuda sambil tersenyum canggung. Ia segera bekerja merapikan seluruh bagian kamar yang akan dipakai sore ini.

"Sisa kamar mandi saja, kamu yang bereskan ya!" Wanita itu meninggalkan Ivy sendirian.

Ivy segera beranjak ke kamar mandi, ia menghela napas berat, karena kejadian semalam, dia sampai terlambat bekerja. "Mungkin aku bisa meminjam dari Pak Richard," gumamnya penuh harap.

Sang gadis terus bekerja keras. Tanpa dia sadari, di balik kalung yang dia pakai, sebuah alat pelacak kecil tertanam di sana.

Daniel melangkah menuju suite yang sudah dia pesan bersama sekretaris dan dua orang bodyguard.

"Kamar terbaik di sini setara bintang 3, Bos. Kita bisa memesan hotel lain." Christian merasa aneh, kenapa Daniel memilih hotel murahan ini.

Daniel tak menjawab, dia malah menjentikkan jari sewaktu mereka sampai di depan kamarnya. "Apa jadwal hari ini?"

"Pertemuan nanti malam di jam 9. Mereka sudah punya uangnya."

"Ok. Kalian pergilah beristirahat, jam 8 jemput aku."

"Baik, Bos!"

Daniel membuka pintu kamar, menatap ke layar ponsel dan berjalan menuju kamar mandi dengan senyum terkembang lebar.

Brak!

Ivy melonjak terkejut, sikat jatuh dari tangannya. Dia berbalik cepat, melihat ke arah sumber suara.

Ivy belum pernah melihat rupa setampan itu sebelumnya. Hidung yang mancung, rahang kokoh, juga mata tajam yang sewarna zamrud.

"Ivy?!" Daniel mengikis jarak di antara mereka, membuat Ivy mundur hingga memepet dinding kamar mandi.

"Siapa?!" Ivy berdeham bingung.

Daniel menggeleng tak percaya, bukan hanya meninggalkannya, gadis ini juga melupakan wajah tampannya.

Pria bertubuh tinggi itu mendekatkan wajahnya, membuat Ivy menahan napas seketika. Hidung mereka hampir bersentuhan.

"Kau melupakanku? Secepat itu?"

"T-Tuan! Anda pasti salah orang, aku—" Belum selesai kalimat Ivy, Daniel sudah menanamkan ciuman pada bilah bibirnya yang terbuka, membuat gadis itu terdiam. Memori kejadian semalam menghantamnya telak, mengingatkannya kembali dengan pertukaran saliva bersama pria tampan bernama Daniel.

"Sekarang kau ingat siapa aku?" Daniel memisahkan bibirnya untuk meraup napas.

"Da-Daniel?!" Ivy terkesiap tak percaya.

"Ya, kau membuatku sedih dengan meninggalkanku pagi ini. Jadi ...." Daniel mendesah di dekat telingannya, membuat jantung Ivy sudah berdetak tak karuan. "Kita lanjutkan apa yang tak sempat kita lakukan?"

"A-apa?!" Ivy menggeleng frustrasi, mendorong tubuh Daniel menjauh. "Tidak! Jangan mendekat!"

"Apa?!" Daniel mengira dia salah dengar.

"Tidak! Ini masih jam kerjaku, a-aku harus pergi!" Ivy bergegas keluar dari kamar mandi diikuti oleh langkah Daniel di belakangnya.

Kaki Ivy terasa bagai jeli, kenapa dia bisa bertemu pria ini lagi secepat itu.

"Tunggu dulu! Kau tak bisa pergi begitu saja." Daniel menarik lengan Ivy hingga gadis itu berhenti berjalan.

"Maaf, Tuan! Aku tak bisa. Tidak! Aku tak mau!" Ivy menggigit bibirnya yang merah menggoda, membuat darah Daniel semakin berdesir.

"Aku bisa memberikan apa pun padamu, mintalah. Jadilah gadisku." Mata hijaunya yang indah mengedip lamat-lamat, begitu menggoda.

"Tuan! Semalam adalah kesalahan. A-aku tak mau melakukannya, aku bukan hostess."

"Trus ...."

"A-aku tak meminta apa pun. Anggap saja aku sial, ini juga salahku karena mabuk." Dia hanya ingin pergi, menjauh. Ke mana saja, tak ingin bertemu pria yang sudah merengut harga dirinya sebagai wanita. "Lupakan semua, anggap kita tak pernah bertemu."

Ekspresi Daniel berubah muram. Dia kira setelah Ivy dalam kondisi sadar dan melihat rupa tampannya, gadis itu akan bertekuk lutut di bawah kakinya. Nyatanya tidak! Si gadis malah menyuruhnya melupakan malam panas mereka.

"Kau tak ingin aku bertanggung jawab? Meminta ganti rugi?"

Ivy menggeleng, tak berani menatap mata indah Daniel.

"A-aku harus pergi!" Ivy mengempaskan tangan Daniel sekuat tenaga.

Daniel tak pernah ditolak seperti ini sebelumnya. Ia langsung menarik tangan Ivy, mengempaskan tubuh sang gadis ke tempat tidur. Kedua tangan Ivy langsung ditekan di atas kepala oleh pria tampan perlente itu menggunakan sebelah tangannya yang besar.

Bibir seksi Daniel tak memberinya jeda, memaksa lidahnya bermain di rongga mulut sang gadis. Saking syoknya, Ivy sampai tak sempat memberikan perlawanan.

Ketika tangan pria itu merambah ke area sensitif Ivy, barulah sang gadis terkesiap dan memberontak. "Jangan, please." Setetes air mata membasahi pipinya.

Daniel berhenti. Menatap tak percaya pada gadis manis di hadapannya. Bukan satu kali, tapi tiga kali Ivy sudah menolaknya. Pria tampan itu terhenyak tak percaya, apa pesonanya benar-benar tak berefek pada gadis ini? "Kau menangis?" tanyanya heran.

Ivy buru-buru mengusap matanya sewaktu Daniel melepaskan kungkungan tangannya. Ia merapikan pakaian tergesa-gesa dan berlari ke arah pintu, hampir terjerembap sebelum akhirnya berhasil memegang handle untuk menyeimbangkan diri.

Dalam sekejap saja, gadis pengacau itu sudah menghilang dari pandangan Daniel.

"Fuck!" Daniel memaki, merasa kecewa. Hasratnya sudah di ujung tanduk, si gadis malah kabur lagi. Ia membaringkan diri di tempat tidur, melepaskan ikat pinggang dan menarik ritsletingnya turun.

"Ehm." Daniel meraih bagian pribadi tubuhnya sendiri, mulai bergerak konstan. Sialan! Bau tubuh gadis itu masih menempel di seprai, membuat Daniel semakin terangsang.

"Ivy ...," lirihnya parau. Rasa bibir manis gadis itu tertinggal di bibirnya, ia ingin mengecup, tidak! Ia ingin melumat habis bilah merah menggoda itu. "Ivy." Tangan Daniel bergerak semakin cepat seirama dengan deru napasnya.

"Ah." Entakan pinggulnya menjadi penanda pria tampan itu telah mencapai klimaks. Daniel mengembuskan napas panjang. Sialan! Dia tak akan melepaskan gadis itu. Tidak akan!

Related chapters

  • Obsessed with You   Bab 4. Pinjaman

    "Kenapa kau menangis?" Wanita paruh baya itu tampak terkejut melihat Ivy masuk ke ruang laundri dengan wajah basah.Ivy menggeleng malu. Cepat-cepat membantu Janice mengerjakan laundri."Kenapa lama sekali baru datang?" Janice memang tak pernah ramah padanya, Ivy tahu sejak pertama kali masuk kerja. Bagi Janice, Ivy sering membuat fokus pekerja lain kacau karena wajah cantiknya."A-aku ....""Kau mengacau lagi? Kau belum selesai saat tamu datang?"Ivy terdiam."Astaga! Jadi benar!" Janice memukul jidat lebarnya tak percaya. "Kita bakal dapat komplain.""Ma-maaf, aku sudah buru-buru, tapi ....""Stt! Udah diam! Kamu bakal aku laporin ke manager!""Please, Janice! Jangan begitu." Ivy sangat butuh pekerjaan ini.Janice tak peduli, berjalan cepat keluar dari ruangan laundri. Ivy segera menyusul wanita paruh baya pemarah itu."Janice, tunggu!" Ivy hampir terjerembap saking terburu-burunya."Diam di sana!" Lemak Janice berdentum setiap kali dia mengambil langkah cepat."Janice, kumohon! Jan

    Last Updated : 2025-01-21
  • Obsessed with You   Bab 5. Kontrak

    Bam!Ivy menendang pintu flat Kevin sampai bergetar kuat.Kemarahannya sudah memuncak, tak cukup hanya mengkhianatinya, sekarang pria berengsek ini juga menjadikannya jaminan pinjaman."Kevin! Buka pintunya! Keluar kau! Sialan! Kevin!"Bam!Seorang penghuni di samping flat kevin keluar. "Hei! Jangan ribut-ribut di sini! Kau cari Kevin? Dia sudah pindah tadi sore!""A-apa?""Iya, dia sudah pindah, semua barang-barangnya sudah dibawa! Kalau kau punya masalah dengannya telepon dia!"Sialnya lagi, bukan Ivy tak mencoba menghubungi Kevin, tapi pria itu sudah memblokir nomornya.Ivy tak tahu harus bagaimana lagi, dia tak punya tempat tinggal dan tabungan. Managernya juga tak bersedia meminjamkannya uang, apalagi Molly yang harus menjadi tulang punggung keluarganya.Gadis itu berjongkok memeluk tubuhnya, menangis tergugu. Uang dan kesucian, dia sudah kehilangan semuanya.Sepasang kaki muncul dalam bidang pandang Ivy. Gadis itu menengadah, mengira Kevin telah kembali. "Ka-kau ...." Matanya m

    Last Updated : 2025-01-21
  • Obsessed with You   Bab 1. Dikira Host

    "Aku suka padamu, mau jadi pacarku?"Kantong makanan Ivy jatuh, matanya terasa buram melihat sang kekasih tengah memeluk seorang gadis di depan pintu apartemen pria itu."Bagaimana dengan pacarmu?""Aku tak mencintainya lagi."Ivy menggeleng kuat, pedih mencengkeram dadanya. Ia berusaha bernapas susah payah. Air mata jatuh berderai ketika sang gadis berlari pergi membawa hatinya yang hancur."Molly, kau di bar?" Ivy terisak, mengusap air mata sambil masuk ke dalam taxi yang baru saja berhenti."Ya! Tapi di bar lagi sibuk, ada tamu VIP yang datang! Kenapa?"Ivy menggeleng, suaranya tercekat air mata."Iv, ada apa?" Suara ribut terdengar di latar belakang sambungan telepon sahabatnya."Aku ke sana ya.""Ok, nanti aku coba curi waktu buat nemuin kamu.""Ok." Ivy mematikan ponsel dan menangis tergugu. Perjalanan cintanya selama 5 tahun sudah hancur, sang kekasih ternyata mengkhianatinya.***Bar Stars."5 tahun kami pacaran Molly! Si sialan itu bilang tak mencintaiku lagi!" Ivy menegak te

    Last Updated : 2025-01-21
  • Obsessed with You   Bab 2. Semalam Bersamanya

    Daniel menindih tubuh Ivy, merobek gaun sang gadis dalam sekali sentakan kuat. "Please don't! Please, lepaskan aku! Aku bukan host!" Ivy mengulang kalimat yang sama karena ketakutan.Belum pernah ada gadis yang menolaknya selama ini, Daniel merasa tertantang oleh penolakan Ivy."Aku akan memberimu uang banyak, rumah, pakaian bagus, kau hanya perlu tidur denganku." Tangan besarnya menyentak lepas pakaian dalam sang gadis."Tidak! Aku tak mau, lepaskan aku!" Ivy masih mencoba memberontak.Kedua tangannya lalu dikungkung Daniel di atas kepala, bibir pria itu kembali meraup bibirnya."Hmp!" Betapapun Ivy menolak, kekuatannya tak sebanding dengan pria berotot ini.Sialnya lagi, Ivy adalah seorang perawan, sementara Daniel begitu hebat dalam beraksi, membuat sang gadis akhirnya tak bisa lagi membedakan realita dan fantasi. Jari panjang sang pria masuk ke dalam tubuhnya, merangsang hasrat terpendam. Mula-mula terasa pedih, lambat laun menjadi kenikmatan tiada tara.Ivy melenguh, berusaha me

    Last Updated : 2025-01-21

Latest chapter

  • Obsessed with You   Bab 5. Kontrak

    Bam!Ivy menendang pintu flat Kevin sampai bergetar kuat.Kemarahannya sudah memuncak, tak cukup hanya mengkhianatinya, sekarang pria berengsek ini juga menjadikannya jaminan pinjaman."Kevin! Buka pintunya! Keluar kau! Sialan! Kevin!"Bam!Seorang penghuni di samping flat kevin keluar. "Hei! Jangan ribut-ribut di sini! Kau cari Kevin? Dia sudah pindah tadi sore!""A-apa?""Iya, dia sudah pindah, semua barang-barangnya sudah dibawa! Kalau kau punya masalah dengannya telepon dia!"Sialnya lagi, bukan Ivy tak mencoba menghubungi Kevin, tapi pria itu sudah memblokir nomornya.Ivy tak tahu harus bagaimana lagi, dia tak punya tempat tinggal dan tabungan. Managernya juga tak bersedia meminjamkannya uang, apalagi Molly yang harus menjadi tulang punggung keluarganya.Gadis itu berjongkok memeluk tubuhnya, menangis tergugu. Uang dan kesucian, dia sudah kehilangan semuanya.Sepasang kaki muncul dalam bidang pandang Ivy. Gadis itu menengadah, mengira Kevin telah kembali. "Ka-kau ...." Matanya m

  • Obsessed with You   Bab 4. Pinjaman

    "Kenapa kau menangis?" Wanita paruh baya itu tampak terkejut melihat Ivy masuk ke ruang laundri dengan wajah basah.Ivy menggeleng malu. Cepat-cepat membantu Janice mengerjakan laundri."Kenapa lama sekali baru datang?" Janice memang tak pernah ramah padanya, Ivy tahu sejak pertama kali masuk kerja. Bagi Janice, Ivy sering membuat fokus pekerja lain kacau karena wajah cantiknya."A-aku ....""Kau mengacau lagi? Kau belum selesai saat tamu datang?"Ivy terdiam."Astaga! Jadi benar!" Janice memukul jidat lebarnya tak percaya. "Kita bakal dapat komplain.""Ma-maaf, aku sudah buru-buru, tapi ....""Stt! Udah diam! Kamu bakal aku laporin ke manager!""Please, Janice! Jangan begitu." Ivy sangat butuh pekerjaan ini.Janice tak peduli, berjalan cepat keluar dari ruangan laundri. Ivy segera menyusul wanita paruh baya pemarah itu."Janice, tunggu!" Ivy hampir terjerembap saking terburu-burunya."Diam di sana!" Lemak Janice berdentum setiap kali dia mengambil langkah cepat."Janice, kumohon! Jan

  • Obsessed with You   Bab 3. Bertemu Lagi

    Bip! Bip!Daniel menatap layar di ponselnya, sebuah titik merah berkedip dan bergerak menjauh dari Mansion Forrester.Bibirnya tertarik membentuk senyuman lebar. Dia tak menyangka gadis cantik di bar murahan itu akan kabur setelah sadar, bahkan setelah melihat kamar mewah yang ia tempati.Biasanya gadis-gadis menunggu kehadirannya, bernegosiasi tentang cinta atau uang, tapi Ivy berbeda. Seperti kelinci yang ketakutan, gadis itu memilih kabur.Seorang yang berjiwa pemburu seperti Daniel lebih tertarik pada mangsa yang memberontak daripada yang pasrah. Ia menjilat bibirnya sambil tersenyum penuh minat. "Ivy, kau tak akan bisa lari dariku."Bip!Pelacak tersebut berdenyut, menuju apartemen di pusat kota.Ivy membuka pancuran, meringkuk gemetar di bawah curahan air hangat. Ia menggosok tubuhnya berulang kali sampai memerah. Plak!Sang gadis menampar pipinya sendiri. "Bodoh! Dasar bodoh!" Kenapa dia harus mabuk? Kenapa dia tak bisa melawan? Ivy mengencam ketidakberdayaannya.Bam! Bam! Ge

  • Obsessed with You   Bab 2. Semalam Bersamanya

    Daniel menindih tubuh Ivy, merobek gaun sang gadis dalam sekali sentakan kuat. "Please don't! Please, lepaskan aku! Aku bukan host!" Ivy mengulang kalimat yang sama karena ketakutan.Belum pernah ada gadis yang menolaknya selama ini, Daniel merasa tertantang oleh penolakan Ivy."Aku akan memberimu uang banyak, rumah, pakaian bagus, kau hanya perlu tidur denganku." Tangan besarnya menyentak lepas pakaian dalam sang gadis."Tidak! Aku tak mau, lepaskan aku!" Ivy masih mencoba memberontak.Kedua tangannya lalu dikungkung Daniel di atas kepala, bibir pria itu kembali meraup bibirnya."Hmp!" Betapapun Ivy menolak, kekuatannya tak sebanding dengan pria berotot ini.Sialnya lagi, Ivy adalah seorang perawan, sementara Daniel begitu hebat dalam beraksi, membuat sang gadis akhirnya tak bisa lagi membedakan realita dan fantasi. Jari panjang sang pria masuk ke dalam tubuhnya, merangsang hasrat terpendam. Mula-mula terasa pedih, lambat laun menjadi kenikmatan tiada tara.Ivy melenguh, berusaha me

  • Obsessed with You   Bab 1. Dikira Host

    "Aku suka padamu, mau jadi pacarku?"Kantong makanan Ivy jatuh, matanya terasa buram melihat sang kekasih tengah memeluk seorang gadis di depan pintu apartemen pria itu."Bagaimana dengan pacarmu?""Aku tak mencintainya lagi."Ivy menggeleng kuat, pedih mencengkeram dadanya. Ia berusaha bernapas susah payah. Air mata jatuh berderai ketika sang gadis berlari pergi membawa hatinya yang hancur."Molly, kau di bar?" Ivy terisak, mengusap air mata sambil masuk ke dalam taxi yang baru saja berhenti."Ya! Tapi di bar lagi sibuk, ada tamu VIP yang datang! Kenapa?"Ivy menggeleng, suaranya tercekat air mata."Iv, ada apa?" Suara ribut terdengar di latar belakang sambungan telepon sahabatnya."Aku ke sana ya.""Ok, nanti aku coba curi waktu buat nemuin kamu.""Ok." Ivy mematikan ponsel dan menangis tergugu. Perjalanan cintanya selama 5 tahun sudah hancur, sang kekasih ternyata mengkhianatinya.***Bar Stars."5 tahun kami pacaran Molly! Si sialan itu bilang tak mencintaiku lagi!" Ivy menegak te

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status