Beranda / Romansa / Obsessed with You / Bab 2. Semalam Bersamanya

Share

Bab 2. Semalam Bersamanya

Penulis: Nafish Grey
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-21 14:58:38

Daniel menindih tubuh Ivy, merobek gaun sang gadis dalam sekali sentakan kuat.

"Please don't! Please, lepaskan aku! Aku bukan host!" Ivy mengulang kalimat yang sama karena ketakutan.

Belum pernah ada gadis yang menolaknya selama ini, Daniel merasa tertantang oleh penolakan Ivy.

"Aku akan memberimu uang banyak, rumah, pakaian bagus, kau hanya perlu tidur denganku." Tangan besarnya menyentak lepas pakaian dalam sang gadis.

"Tidak! Aku tak mau, lepaskan aku!" Ivy masih mencoba memberontak.

Kedua tangannya lalu dikungkung Daniel di atas kepala, bibir pria itu kembali meraup bibirnya.

"Hmp!" Betapapun Ivy menolak, kekuatannya tak sebanding dengan pria berotot ini.

Sialnya lagi, Ivy adalah seorang perawan, sementara Daniel begitu hebat dalam beraksi, membuat sang gadis akhirnya tak bisa lagi membedakan realita dan fantasi. Jari panjang sang pria masuk ke dalam tubuhnya, merangsang hasrat terpendam. Mula-mula terasa pedih, lambat laun menjadi kenikmatan tiada tara.

Ivy melenguh, berusaha mengapit kedua kakinya erat-erat, tapi pria bertubuh indah itu tak mengizinkannya. Daniel memisahkan kedua kaki jenjang Ivy, menenggelamkan diri di antara inti sang gadis.

"Ukh." Ivy menggelinjang, kedua tangannya mencengkeram rambut tebal Daniel setelah pria itu melepaskannya.

"No ...." Sesuatu mendesak dari dalam sana, mengirimkan sengatan listrik voltase rendah.

Namun Daniel tak memberi jeda, terus menyerang sampai tubuh Ivy bergetar hebat. Sesuatu yang basah menyembur keluar membasahi wajah tampan pria itu.

Daniel terkekeh. "Ivy Gilmore, sekarang kau milikku."

Bersama kalimatnya, Ivy merasakan sesuatu menyentuh area pribadinya. Benda itu jelas berukuran di luar normal. Ivy berusaha setengah bangkit untuk melihat lebih jelas walaupun kepalanya mulai terasa ringan.

"Jangan bergerak, Ivy." Daniel mendorongnya kembali berbaring.

"Uhm ...." Ivy merasakan benda itu menerobos ke dalam dirinya. Sedikit demi sedikit. Terasa sesak, seolah tubuhnya dilebarkan hingga batas maksimal.

"Jangan. Please."

"Sorry Honey! Aku tak bisa menahan diri lagi." Daniel tak menyerah, dia tak bisa mempertahankan kewarasan merasakan kenikmatan seorang perawan.

"Ah. Sakit." Ivy berusaha mendorong dada Daniel, pria itu terus memaksakan dirinya.

Napas Daniel semakin memburu, Ivy mulai memberontak saat tonggak sang pria mengentak seluruhnya ke dalam tubuhnya. Jeritan kesakitan lolos dari bibir Ivy dan langsung dibungkam ciuman Daniel.

Daniel berhenti sejenak, terus mengulum bibir Ivy, memberi sang gadis jeda untuk beradaptasi dengan ukurannya. Perlawanan gadis itu mengendur seiring ciuman panas keduanya.

"Kau sangat cantik, Ivy," ujar Daniel setelah memisahkan diri dari bibir Ivy, napas keduanya terdengar nyaring. "Kau milikku. Milikku." Daniel mulai bergerak konstan.

Rasa pedih itu perlahan menghilang ketika pria itu melakukannya dengan lembut, terus memancing aliran darah Ivy menukik naik. Setelah melihat ekspresi sang gadis rileks, Daniel mulai mempercepat gerakannya.

Air mata Ivy jatuh, harta yang selama ini dia jaga sudah dicuri oleh orang asing. Orang yang bahkan bukan kekasihnya.

"Stop please," keluh sang gadis. Dia merasa hampir gila, pedih dan nikmat berbaur menjadi satu, membuatnya ingin Daniel berhenti, tapi tubuhnya mengkhianatinya.

Daniel mulai melumat bibir Ivy lagi, kedua tangannya terus menyentuh area sensitif sang gadis, membuat Ivy kelonjotan merasakan kenikmatan duniawi.

Malam terus bergulir, kedua insan yang bermandikan peluh itu terus bergerak liar, tak ada tanda-tanda akan berhenti. Ivy mulai merasakan bagian bawah tubuhnya kebas, berapa lama lagi Iblis berwajah malaikat ini selesai menikmatinya?

"Daniel, sudah. Cukup. Hentikan." Suaranya parau, sudah terlampau banyak mengerang.

Tetesan peluh Daniel mengenai dadanya. Keduanya sudah basah oleh keringat dan cairan cinta hingga menimbulkan suara nyaring saat kedua tubuh mereka bertemu.

"Daniel."

Daniel tak peduli, ia mengangkat kedua kaki Ivy ke atas dan mulai menciumi betisnya sembari bergerak.

"Ukh." Ivy menggelinjang, entah pencapaian ke berapa yang sudah gadis ini rasakan.

"Daniel, ehm." Panggilan lembut sang gadis membuat Daniel semakin bersemangat.

Gila! Dia belum pernah merasakan bercinta seintens dan segila ini dengan gadis mana pun. Kenapa dia bisa sangat terangsang menikmati tubuh Ivy Gilmore.

Seolah tubuh mereka memang diciptakan untuk saling berpadu.

Sesuatu mulai mendesak dari dalam dirinya, meminta untuk dimuntahkan. Daniel mengentakkan sekuat tenaga, menanamkan seluruh area pribadinya ke dalam inti gadis itu, tubuhnya bergetar merasakan pencapaian sementara kepalanya menengadah, menampilkan leher jenjang yang dialiri bulir keringat.

Cukup lama keduanya terdiam dalam posisi ini, sampai akhirnya Daniel melepaskan pegangan kaki Ivy. Kedua tungkai indah itu jatuh tak berdaya.

"Ivy?" Daniel baru menyadari Ivy sudah tak sadarkan diri. Jemari panjangnya menelusuri bibir merah sang gadis, ia tak bisa menahan diri, membungkuk memberi Ivy kecupan lembut.

Sudut mata sang gadis masih mengalirkan air bening.

"Ah, sial! Kau membuatku gila." Daniel mendesah. Ia ingin melanjutkan pertempuran, tapi lawan mainnya sudah tak sadarkan diri. Mau tak mau pria itu menarik keluar keperkasaannya dari tubuh Ivy.

Senyum di bibirnya segera terulas melihat cairan putih bercampur merah mengalir keluar. Ia menatap pemandangan menakjubkan itu tak berkedip.

"Ivy Gilmore," gumam Daniel. Ia menegakkan tubuh, duduk di tepi sofa dan menatap anak buahnya yang sudah terkapar di lantai dengan gadis-gadis host.

"Theo!"

"Ya, Bos!" Salah seorang anak buahnya yang berbadan besar langsung duduk tegak.

"Cari tahu latar belakang gadis ini. Ivy Gilmore."

"Baik, Bos!"

***

Ivy mengerang, kedua tangannya di angkat tinggi-tinggi di atas kepala saat dia merenggangkan tubuh.

Matanya yang bulat terbuka lebar, ia mengedip bingung melihat plafon putih di atas kepala. Di mana ini?

Sang gadis langsung duduk tegak kebingungan. Matanya menatap sekeliling, kamar indah ini terlihat seperti kamar hotel.

"Apa yang—" Ivy menyibak selimut, mendapati tubuh polosnya. Pakaiannya entah ke mana, di samping tempat tidur dia melihat sebuah kantong kertas dan sebuah kartu nama.

Kepalanya mulai berdenyut menyakitkan, Ivy merasa mual. Gadis itu cepat-cepat turun dari ranjang, baru saja kakinya menjejak lantai. Ivy langsung jatuh. Nyeri melanda di bawah tubuhnya saat dia bergerak terlalu cepat.

"Apa ini?" Tetes cairan putih mengotori lantai. "Jangan bilang aku ...." Sengatan ingatan menghantam kanal otak sang gadis. "Oh tidak!" Dia berseru panik. "Tidak-tidak." Yang dia takutkan benar terjadi, semalam dia sudah menghabiskan waktu dengan orang asing. Tidak! Dia dipaksa menyerahkan keperawanannya.

Tubuh Ivy gemetar hebat, dia mulai mendengar langkah kaki di luar pintu kamar. Gadis itu tersentak kaget, segera membongkar kantong kertas di atas tempat tidur yang ternyata berisi pakaian.

Oh tidak! Dia datang!

Ivy terburu-buru mengenakan pakaiannya, ia melihat sebuah pintu menuju balkon. Dengan cepat gadis itu berlari setelah menarik seprai dan bed cover.

Jantungnya berdegup tak karuan memandang dari ketinggian di lantai dua, di bawahnya terdapat taman bunga.

Kedua fabrik tersebut disambungkan menjadi satu, diikat kuat ke kisi-kisi balkon. Saat pintu kamarnya dibuka, Ivy melompat ke bawah.

Bab terkait

  • Obsessed with You   Bab 3. Bertemu Lagi

    Bip! Bip!Daniel menatap layar di ponselnya, sebuah titik merah berkedip dan bergerak menjauh dari Mansion Forrester.Bibirnya tertarik membentuk senyuman lebar. Dia tak menyangka gadis cantik di bar murahan itu akan kabur setelah sadar, bahkan setelah melihat kamar mewah yang ia tempati.Biasanya gadis-gadis menunggu kehadirannya, bernegosiasi tentang cinta atau uang, tapi Ivy berbeda. Seperti kelinci yang ketakutan, gadis itu memilih kabur.Seorang yang berjiwa pemburu seperti Daniel lebih tertarik pada mangsa yang memberontak daripada yang pasrah. Ia menjilat bibirnya sambil tersenyum penuh minat. "Ivy, kau tak akan bisa lari dariku."Bip!Pelacak tersebut berdenyut, menuju apartemen di pusat kota.Ivy membuka pancuran, meringkuk gemetar di bawah curahan air hangat. Ia menggosok tubuhnya berulang kali sampai memerah. Plak!Sang gadis menampar pipinya sendiri. "Bodoh! Dasar bodoh!" Kenapa dia harus mabuk? Kenapa dia tak bisa melawan? Ivy mengencam ketidakberdayaannya.Bam! Bam! Ge

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Obsessed with You   Bab 4. Pinjaman

    "Kenapa kau menangis?" Wanita paruh baya itu tampak terkejut melihat Ivy masuk ke ruang laundri dengan wajah basah.Ivy menggeleng malu. Cepat-cepat membantu Janice mengerjakan laundri."Kenapa lama sekali baru datang?" Janice memang tak pernah ramah padanya, Ivy tahu sejak pertama kali masuk kerja. Bagi Janice, Ivy sering membuat fokus pekerja lain kacau karena wajah cantiknya."A-aku ....""Kau mengacau lagi? Kau belum selesai saat tamu datang?"Ivy terdiam."Astaga! Jadi benar!" Janice memukul jidat lebarnya tak percaya. "Kita bakal dapat komplain.""Ma-maaf, aku sudah buru-buru, tapi ....""Stt! Udah diam! Kamu bakal aku laporin ke manager!""Please, Janice! Jangan begitu." Ivy sangat butuh pekerjaan ini.Janice tak peduli, berjalan cepat keluar dari ruangan laundri. Ivy segera menyusul wanita paruh baya pemarah itu."Janice, tunggu!" Ivy hampir terjerembap saking terburu-burunya."Diam di sana!" Lemak Janice berdentum setiap kali dia mengambil langkah cepat."Janice, kumohon! Jan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Obsessed with You   Bab 5. Kontrak

    Bam!Ivy menendang pintu flat Kevin sampai bergetar kuat.Kemarahannya sudah memuncak, tak cukup hanya mengkhianatinya, sekarang pria berengsek ini juga menjadikannya jaminan pinjaman."Kevin! Buka pintunya! Keluar kau! Sialan! Kevin!"Bam!Seorang penghuni di samping flat kevin keluar. "Hei! Jangan ribut-ribut di sini! Kau cari Kevin? Dia sudah pindah tadi sore!""A-apa?""Iya, dia sudah pindah, semua barang-barangnya sudah dibawa! Kalau kau punya masalah dengannya telepon dia!"Sialnya lagi, bukan Ivy tak mencoba menghubungi Kevin, tapi pria itu sudah memblokir nomornya.Ivy tak tahu harus bagaimana lagi, dia tak punya tempat tinggal dan tabungan. Managernya juga tak bersedia meminjamkannya uang, apalagi Molly yang harus menjadi tulang punggung keluarganya.Gadis itu berjongkok memeluk tubuhnya, menangis tergugu. Uang dan kesucian, dia sudah kehilangan semuanya.Sepasang kaki muncul dalam bidang pandang Ivy. Gadis itu menengadah, mengira Kevin telah kembali. "Ka-kau ...." Matanya m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Obsessed with You   Bab 6. Basement

    Mobil La Rose Noire Droptail berwarna merah itu berhenti di depan Ivy. Pintunya terbuka dan menampilkan sepatu kulit mahal dari sang pemilik.Daniel Forrester berdiri di hadapan Ivy dengan tangan terulur padanya. "Aku datang menjemput pengantinku." Ia menunggu sampai Ivy menerima uluran tangannya. Dalam sekali sentakan, pria itu menarik Ivy ke dalam pelukan hangat."Daniel ...." Ivy terkesiap."Kau bisa menangis di dadaku." Dengan perlahan, pria tampan itu menepuk punggung Ivy.Rahang Ivy berkedut, menahan gejolak emosi. Air matanya tak bisa dibendung, dia kembali menangis pedih, memeluk tubuh Daniel seperti memeluk sekoci di lautan lepas. Pria ini, adalah tempat dia menggantungkan hidup, mulai dari sekarang."Ayo!" Daniel mengurai pelukan mereka, membukakan pintu bagi Ivy. Sang gadis begitu terpukau dengan interior mewah yang berwarna senada dengan cat mobil. Indah. Elegan. Mahal. Dia jadi takut mengotori jok, mengingat tadi sempat duduk di pinggir jalan."Kenapa? Kau tak suka denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Obsessed with You   Bab 7. Antara Ada dan Tiada

    Sret!Goresan pena membuat Ivy terkejut, bagaimana tidak, Daniel seolah tahu tandatangannya seperti apa. "Bagaimana kau ....""Kau yang menggoresnya sendiri, Iv. Aku hanya menuntun tanganmu ke sana." Dengan cepat Daniel meraih kembali surat perjanjian tersebut, yang langsung diserahkan kepada pelayannya. "Simpan di kamarku.""Baik, Tuan."Ivy merasa ragu, apa karena kepalanya pusing sampai dia seperti berhalusinasi? Apa memang benar dia yang menggores tanda tangan sendiri?"Ayo kita makan, setelah itu kau harus istirahat. Besok akan jadi hari yang panjang.""Kenapa?" tanya Ivy heran."Besok Christian, sekretarisku akan membawamu pergi berbelanja keperluan.""Bajuku masih ada, aku tak perlu apa pun." Daniel tertawa kecil, menangkupkan tangan dan bertopang dagu. "Semua bajumu sudah disingkirkan.""Apa?! Tasku tadi ....""Barusan aku menyuruh pelayan membuangnya.""Kenapa?! Baju-bajuku masih layak pakai!" Nada suaranya meninggi, dia tak suka Daniel bertindak sesukanya tanpa memberi tah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Obsessed with You   Bab 8. Rich! Rich!

    "Siapa?" tanya Ivy takut-takut. "Nona, saya mengantarkan minuman." Alis gadis itu berkerut heran, dia membuka pintu perlahan. Seorang pelayan membawakan nampan berisi minuman hangat yang masih mengepulkan uap panas. "Terima kasih." Apa setiap subuh tamu memang disuguhkan teh hangat? Ivy bertanya-tanya dalam hati. Si pelayan membungkuk dan berlalu. Ivy membawa tehnya masuk, merasa heran. Dia menyesap lamat-lamat sambil memperhatikan plafon. Bagaimana mereka bisa tahu dia sudah bangun? Tidak terlihat CCTV di ruangannya. Untungnya tehnya terasa enak, perlahan ... kekhawatiran Ivy mengendur bersama bau melati yang menenangkan. Sang gadis merasa ngantuk lagi, dia kembali berbaring setelah meletakkan cangkir teh di nakas. Ivy tertidur sampai seseorang mengetuk pintunya lagi. Pelayan memberitahunya jika sekretaris Daniel sudah tiba dan hendak membawanya pergi berbelanja. Sang gadis bergegas membersihkan diri dan mengganti baju yang sudah disediakan untuknya. Satu set gaun Chan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Obsessed with You   Bab 9. Balas Dendam

    "Tidak, Tuan Daniel belum pernah menikah, tapi sempat punya beberapa tunangan sebelumnya." "Beberapa?" tanya Ivy terkejut. Berarti tunangan pria ini lebih dari satu. "Ya. Tak sampai menikah, semua putus di tengah jalan." "Kenapa?" Christian membetulkan dasinya dengan sikap canggung. "Untuk masalah ini sebaiknya Nona Ivy menanyakan langsung pada Tuan Daniel, saya tidak mempunyai hak memberitahukannya." Pintu lift berdenting terbuka. Pria itu mempersilakan Ivy keluar. Sebuah limousine hitam terparkir di depan mansion. Christian berjalan mendahului Ivy, lalu membukakan pintu untuknya. Ivy mengangguk sopan dan masuk ke dalam. "Hi, Honey!" Suara Daniel menyapa telinga Ivy. Gadis itu meneguk saliva gugup, menatap terpukau pria tampan bermata hijau itu. Kemeja hitam yang membalut tubuh ramping Daniel membuat pria ini terlihat semakin mahal. "Kau bisa menelanku dengan bola matamu." Daniel terkekeh melihat ekspresi Ivy yang salah tingkah. "Ki-kita akan ke mana?" Ivy membuang wajah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Obsessed with You   Bab 10. Janji

    Keduanya pulang ke Mansion Forrester, tak jadi pergi ke restoran lain lagi. Daniel ternyata sudah meminta chef memasak hidangan untuk mereka. Ivy makan sedikit dan pamit ke kamarnya. Terlalu lelah dengan beban mental. Air matanya tak mau berhenti meskipun sang gadis mencoba mengalihkan pikiran. Mengingat masa-masa bahagia bersama Kevin. Lucu, bagaimana orang bisa berubah setelah bertahun-tahun bersama. Apakah Daniel juga akan meninggalkannya setelah bosan? Setelah dia memberi pria itu keturunan? Ivy menggigit bibirnya cemas, ketakutan dicampakkan membuatnya terjaga semalaman.Bolak-balik di tempat tidur membuat Ivy merasa semakin frustrasi, dia butuh udara segar supaya benaknya yang kacau bisa tenang.Ivy membuka pintu kamarnya perlahan, langkah kakinya menelusuri koridor yang hanya disinari cahaya redup dari lampu-lampu yang telah dimatikan satu persatu. Mansion yang biasanya ramai dan penuh kehidupan kini terasa begitu sepi dan menakutkan.Langkahnya bergema di lantai marmer yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04

Bab terbaru

  • Obsessed with You   Bab 36. Cari Dia!

    Ivy melangkah ke depan cermin besar di walk in closet, memastikan penampilannya sempurna. Riasannya sederhana, rambutnya dibiarkan tergerai dengan lembut, dan ia mengenakan gaun hitam yang selama ini selalu disukai Daniel. Ia menatap dirinya sejenak, lalu menarik napas panjang. Ini adalah langkah pertama dalam rencana yang telah disiapkannya. Hari ini, aku akan pergi, batinnya.Setelah puas mematut diri, Ivy berjalan ke kamar di basement. Menatap wajah tampan Daniel yang tengah tertidur lelap di ranjang. Pria itu terlihat damai saat tidur. Jemari Ivy terulur, hendak menyentuh suaminya, tapi Ivy menarik diri seketika.Tidak! Dia tak ingin membangunkan Daniel. Ivy menggertakkan gigi, ia berbalik cepat dan kembali ke lantai atas.Jenna sudah menunggunya saat pintu dibuka. "Aku akan pergi membeli barang sebentar, jika Tuan bangun, sarapannya dipanaskan saja.""Baik, Nyonya. Saya akan memanggil sopir."Ivy mengangguk pelan. Tak berapa lama kemudian sopir sudah menyiapkan mobil, menunggu I

  • Obsessed with You   Bab 35. Kepercayaan

    Ivy terkesiap mendengar pernyataan Daniel. Gerakannya berhenti tiba-tiba. Kemarahan merosot naik. Kenapa sampai akhir pria ini berusaha menipunya. Dia memberi tekanan pada leher Daniel, semakin kuat bersama emosi yang campur aduk."Ukh!" Tubuh Daniel mengejang, paru-parunya membutuhkan udara.Suara gemerincing rantai terdengar nyaring saat refleks kedua tangan Daniel memberontak.Ivy sudah gelap mata, kebencian menguasai hati gadis itu. Sampai akhirnya Daniel mencapai klimaks, menyemburkan benih ke dalam tubuh Ivy dan membuatnya terkesiap. Barulah cengkeraman Ivy mengendur.Daniel batuk-batuk hebat. Ia bukannya marah malah tertawa parau. "Ah, jadi begini rasanya.""Kau tak takut?" tanya Ivy tak percaya.Daniel menggeleng kuat. "Aku pernah hampir mati beberapa kali, sama sekali tak membuatku takut.".Ivy menarik dirinya, berbaring di samping Daniel. "Lalu ... apa yang kau takutkan?""Kau." Daniel merengkuh tubuh Ivy."Jangan bercanda.""Aku serius, Iv. Aku takut kau pergi dari hidupku?

  • Obsessed with You   Bab 34. I Love You

    Ivy mundur menjauh, menatap wajah Christian lamat-lamat. Pria itu tersenyum kecil, menegakkan tubuh dan berdeham."Christ, aku tak sebaik itu ...."Christian mengangguk, seolah mengiyakan, tapi Ivy bisa melihat ketidaksetujuan di bola mata pria itu."Aku juga, tak sebaik kelihatannya." Christian menghela napas. "Ah, kita harus berangkat sekarang Nyonya.""Ok." Ivy berjalan cepat demi mengusir rasa canggungnya.Keduanya tiba di mansion Forrester, Daniel sudah menunggu di sana."Bagaimana harimu?" Daniel menarik Ivy dengan sikap posesif. Matanya menyelidik, menerka apa yang ada di pikiran Christian.Pria itu menunduk, menyembunyikan ekspresinya. "Kalau begitu saya permisi dulu.""Christ!""Ya, Tuan." Christian menunggu dengan patuh."Lain kali, kau tak perlu mengantar Ivy pergi berbelanja lagi."Ivy menatap suaminya heran. "A-aku tak boleh keluar lagi?" tanyanya cemas, jika begitu, semua rencananya selama ini akan sia-sia."Bukan, Sayang. Kau bisa berbelanja sendiri sekarang." Daniel me

  • Obsessed with You   Bab 33. Its You

    Suasana taman bermain itu tampak cerah dengan orang-orang yang menikmati hari mereka. Namun, bagi Daniel, ini adalah salah satu hari terburuk dalam hidupnya. "Ivy!" teriaknya, suaranya menggema di antara riuhnya taman. Ia berlari dari satu permainan ke permainan lainnya, matanya menatap sekeliling dengan gelisah. "Ivy! Di mana kau?"Rasa panik mulai merayapi dirinya. Biasanya, Ivy selalu ada di dekatnya, selalu mematuhi segala permintaannya—tapi kali ini, dia hilang tanpa jejak.Daniel berhenti sejenak, mencoba untuk menarik napas. Memeriksa sekali lagi ke seluruh area taman. Lalu, dengan kecepatan yang semakin meningkat, dia melangkah menyusuri jalan setapak di taman, berbicara dengan beberapa orang yang terlihat ada di sekitar, bertanya apakah mereka melihat istrinya."Kau lihat gadis dengan pakaian warna gelap, tinggi segini ...." Rata-rata menjawab dengan gelengan.Setiap detik terasa seperti selamanya, dan ketakutan mulai meresap. “Jangan bilang dia pergi ... jangan bilang dia .

  • Obsessed with You   Bab 32. Sandiwara

    Jika dia tak muntah, apa kebohongan Daniel tetap berlanjut? Ivy menggigit bibirnya hingga terluka. Vitamin yang dia minum jelas mengandung obat tidur. Sekarang, bagaimana caranya dia melarikan diri? Daniel tak benar-benar mencintainya, suatu hari ketika dia bosan, pria itu akan membuang Ivy, berselingkuh dengan wanita lain. Ivy tak sanggup sakit hati lagi.Jika sekarang Ivy menunjukkan bahwa ia tahu, Daniel pasti menggunakan cara lain menjebak simpatinya lagi. Tidak! Ivy tak ingin jatuh semakin dalam. Ia memegang dadanya yang berdenyut nyeri. Mencintai Daniel adalah kesalahan. Dia harus mematikan perasaan ini. Ivy terduduk di tempat tidur, kepalanya berdenyut menyakitkan."Kau ingin menaklukkanku, tidak ... aku yang akan membuatmu jatuh cinta padaku, lalu ... aku akan meninggalkanmu," gumam Ivy.Hari-hari berlanjut seperti biasa, tak ada perubahan dalam sikap maupun pelayanan Ivy. Malah wanita cantik itu semakin perhatian. Mansion yang selama ini dingin dan sepi, terasa lebih hidup

  • Obsessed with You   Bab 31. Kenyataan Pahit

    "Hah! Mengotori tanganku saja." Daniel mendesah kesal, mengibaskan tangannya yang terkena darah Kevin."Biarkan aku yang menanganinya." Suara Christ terdengar dingin. Ia menjambak rambut Kevin, mengekspos leher pria itu. "Haruskah kita potong lidahnya?" Matanya beralih menatap Daniel. "Supaya dia tak bisa berbicara lagi."Daniel tertawa kecil, membuat bulu kuduk Ivy merinding ketakutan, tawa penuh dengan cemooh. "Jangan dulu, aku tak mengerti kenapa Ivyku yang manis bisa jatuh hati dengan sampah modelan begini.""Kau yang sampah!" teriak Kevin, meski kondisinya menyedihkan, dia masih berusaha mempertahankan ego. Darah mengalir dari hidungnya yang terluka, mengotori bagian depan bajunya."Kau kira Ivy-ku yang manis akan percaya dengan kata-katamu, setelah apa yang kau lakukan padanya?"Kevin menggertakkan gigi. "Aku mengenalnya lebih lama, dia pasti percaya padaku. Ivy pasti masih mencintaiku!""Cinta? Jangan membuatku tertawa, Kevin." Daniel menepuk pipi Kevin main-main. "Ivy sudah me

  • Obsessed with You   Bab 30. Tidurlah

    Ivy tak menyangka, jika hidupnya yang biasa saja, walaupun penuh kesusahan akan berakhir dengan penyimpangan.Tak pernah terlintas dalam pikiran sekali pun, membiarkan tubuhnya menjadi objek seksual seorang pria, tapi melihat wajah Daniel yang penuh hasrat, membangkitkan sisi liar dalam diri Ivy.Dia hanya manusia normal, yang tak lepas dari jerat nafsu. Dan pria tampan ini menginginkannya, membutuhkan bantuannya. Ivy melupakan semua sakit hatinya, bertahan dalam jerat bernama pernikahan.Ivy sudah bersumpah setia dalam janji pernikahan. Hal sakral yang seharusnya membuatnya bertahan meskipun sulit. Ia gadis tulus, selalu berkorban untuk orang lain dan menjadi people pleaser selama ini. Selama dibutuhkan, selama seseorang menginginkannya, Ivy akan berjuang.Menyedihkan memang, tapi begitulah yang dipelajari gadis malang itu. Tumbuh tanpa orang tua dan dukungan, membuat selalu menekan perasaannya sendiri.Mungkin ini juga yang dilihat Daniel pada dirinya. Mereka sama-sama kesepian, tum

  • Obsessed with You   Bab 29. Peraturan Pertama

    Daniel menatapnya bingung. "Aku bosan," ujar Amy. Untuk memuaskan wanita yang sudah berpengalaman tentu tak mudah, Daniel merasa tertantang. "Aku harus melakukan apa?"Senyum terbit di bibir merah Amy. "Tampar wajahku.""Apa?!" Daniel membelalak tak percaya."Kau lupa peraturan kita?" Amy mengernyit tak senang, dia tak pernah marah, atau menaikkan nada suara. Hanya dengan ekspresi ringan dari wajahnya sudah membuat Daniel cemas. "Jangan bertanya dan jangan membantah.""Good boy, apa yang kau tunggu?"Ragu-ragu, Daniel mengangkat tangannya. Plak!Tamparan ringan mendarat di pipi Amy. Tak cukup kuat dan sakit. Wanita itu mendesah kecewa. "Apa kau banci?" tanyanya sarkasm.Harga diri Daniel tertohok. Plak!Dia menampar lebih kuat. Kali ini seringai senang terbit di bibir wanita cantik itu. "Lagi!"Plak!Wajahnya memerah, kepalanya tersentak ke kiri. "Lagi! Lebih kuat!"Plak! Daniel menampar dengan segenap kekuatannya. Amy mengejang liar, menjepit lebih kuat. "Sambil bergerak. Puk

  • Obsessed with You   Bab 28. Masa Lalu (2)

    Ketika Daniel sudah beranjak remaja. Suatu malam, ia sedang duduk di meja belajar, mencoba mengerjakan pekerjaan rumahnya, saat ibu tirinya tiba-tiba muncul di pintu.Pakaiannya begitu terbuka, lingerie hitam di balik gaun malam model kimono panjang. Ia sengaja membuka gaun tersebut, menaruh ke ranjang. Ibu tirinya menarik kursi, duduk di sebelah Daniel. "Sudah malam, masin belajar?"Daniel menghindari tatapan ibu tirinya, merasa semakin gelisah. "Besok ada ulangan."Tangan Ibu Tirinya tiba-tiba berlabuh di paha Daniel. "Ayahmu tak pulang malam ini."Daniel muda bukannya tidak mengerti, dia anak yang cerdas. Sikap ibu tirinya terlalu posesif. Mulanya Daniel mengira semua itu karena Ibu tirinya—Amy—menyayanginya seperti putranya sendiri. Namun belakangan, sentuhan Amy terasa berbeda. Apalagi saat ayahnya mulai jarang pulang ke rumah karena sibuk keluar negeri."Ya," jawab Daniel singkat, tak bisa fokus belajar. Ia meneguk saliva, berusaha menenangkan degup jantung."Jangan begadang, ta

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status