Beranda / Romansa / Obsessed with You / Bab 1. Dikira Host

Share

Obsessed with You
Obsessed with You
Penulis: Nafish Grey

Bab 1. Dikira Host

Penulis: Nafish Grey
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-21 14:58:32

"Aku suka padamu, mau jadi pacarku?"

Kantong makanan Ivy jatuh, matanya terasa buram melihat sang kekasih tengah memeluk seorang gadis di depan pintu apartemen pria itu.

"Bagaimana dengan pacarmu?"

"Aku tak mencintainya lagi."

Ivy menggeleng kuat, pedih mencengkeram dadanya. Ia berusaha bernapas susah payah. Air mata jatuh berderai ketika sang gadis berlari pergi membawa hatinya yang hancur.

"Molly, kau di bar?" Ivy terisak, mengusap air mata sambil masuk ke dalam taxi yang baru saja berhenti.

"Ya! Tapi di bar lagi sibuk, ada tamu VIP yang datang! Kenapa?"

Ivy menggeleng, suaranya tercekat air mata.

"Iv, ada apa?" Suara ribut terdengar di latar belakang sambungan telepon sahabatnya.

"Aku ke sana ya."

"Ok, nanti aku coba curi waktu buat nemuin kamu."

"Ok." Ivy mematikan ponsel dan menangis tergugu. Perjalanan cintanya selama 5 tahun sudah hancur, sang kekasih ternyata mengkhianatinya.

***

Bar Stars.

"5 tahun kami pacaran Molly! Si sialan itu bilang tak mencintaiku lagi!" Ivy menegak teguila-nya. Entah sudah gelas ke berapa.

"Cukup, Iv! Kau sudah mabuk!" Molly meraih gelas Ivy, menjauhkan dari gadis malang itu.

"Molly! Berikan padaku!"

"Molly!" Rekan kerjanya berteriak. "Bos memanggilmu!"

"Iv, aku pergi dulu. Jangan ke mana-mana ok! Jangan minum lagi!" Molly beranjak pergi tergesa-gesa.

"Mana minumanku?" Pandangan Ivy mulai ganda, sang gadis meraba-raba sekitar, tak menemukan gelas yang sudah dibawa Molly.

"Bartender! Hei! Aku butuh vodka!"

Tak ada yang menjawab karena suasana memang sedang ramai, apalagi musik berdentum heboh. Ivy berjalan sempoyongan, berniat menuju meja bar, tapi baru beberapa langkah, dia merasa ingin ke toilet.

Ivy berbelok arah, melihat sekumpulan gadis-gadis sedang mengantri memasuki sebuah ruangan. "Toilet ya?" Dia ikut mengantri.

"Cepat! Cepat!" Seseorang mendorongnya dari belakang.

Ivy masuk ke sebuah kamar penuh dengan gadis-gadis cantik nan seksi yang berjajar rapi.

Ivy yang kebingungan dibariskan sejajar dengan gadis host. Cahaya ruangan temaram memperlihatkan aksi erotis dari penghuni ruangan ini. Beberapa pria sedang meliuk agresif di atas tubuh-tubuh tanpa sehelai benang pun di karpet bulu. Mencecap kenikmatan dunia. Jantung Ivy langsung berdetak tak karuan.

Apa-apaan ini?

"Hanya ini yang kau punya?" Suara bass seorang pria menarik atensi Ivy.

Pandangannya yang buram membuat Ivy tak bisa melihat jelas wajah pria itu, tapi sang gadis tahu, postur tubuh si pria terlihat proporsional, menarik di mata.

Pria memesona itu duduk menyilangkan kaki, sementara gadis-gadis bergelimpangan di bawah kursinya dengan sikap memuja.

"Ini gadis-gadis baru yang kau minta, Tuan!"

Si pria memesona mengangguk paham, memindai melalui retina hijau cemerlangnya, menatap tajam tubuh para gadis. Molek dan aduhai, mampu membuat darah para pria berdesir panas. Lantas ia berdiri, melangkah dari ujung terjauh Ivy. Beberapa gadis mendelik centil, ada juga yang menyentuh dada dengan gerakan sensual seraya mengedipkan matanya menggoda.

Degup jantung Ivy berdetak tak karuan. Tatapan itu bisa membunuh hati seorang wanita dalam arti harfiah. Damn! He's so hot! Dengan kemeja yang terbuka beberapa kancing atasnya, memperlihatkan collarbone seksi.

Ivy lupa kenapa dia berdiri dan menunggu bukannya protes dan berteriak memarahi pelayan Bar Stars yang mengira bahwa dia adalah salah satu dari gadis host, hanya karena ia salah ngantri.

"Permisi! Sorry! Excuse me! Hello!" Tak ada yang menjawab panggilannya. Ivy hendak beranjak pergi, tapi langsung ditarik kembali ke dalam barisan.

"A-aku bukan—"

"Berdiri yang bagus, jangan mengacau!" Pelayan bar memarahinya.

Si pria VIP mulai memegang dagu gadis-gadis satu per satu untuk mengamati wajah mereka. Para host berharap dipilih olehnya, mereka tersenyum semanis gula dan menggoda si pria dengan gerakan vulgar. Bukannya tertarik, pria itu menatap mereka dengan ekspresi datar.

Sampai akhirnya ia tiba di hadapan Ivy.

Mata keduanya bertemu. Senyum di bibir pria tampan itu terulas, miring, tertarik ke atas di satu sisi. Seolah dia menemukan sesuatu dalam wajah si gadis.

Apa ada yang lucu? Apa yang dia lihat? Ivy mengedip bingung.

"Aku pilih yang ini." Ia menunjuk Ivy.

"Apa?!" Ivy tak menyangka dia akan dipilih.

Napas panasnya menerpa wajah Ivy saat pria itu mendekat. Bibir merahnya berbisik, membuat tubuh Ivy merinding. "Kau ... milikku malam ini."

"Ok! Yang lain keluar!" Pelayan berteriak, meminta gadis-gadis host berbaris keluar, mereka terdengar kecewa dan mendesah kesal.

Bagaimana bisa, gadis mabuk berpenampilan biasa saja bisa membuat tamu VIP ini tak mengalihkan pandangan dari wajahnya. Bahkan salah seorang gadis dengan sengaja menyenggol kaki Ivy saat ia berjalan ke pintu.

Ivy yang hampir terjatuh disambut oleh tangan kekar pria tampan itu.

"Bos! Kapan kau mulai? kami sudah bersenang-senang." Para pria yang dilihat Ivy sebelumnya semakin semangat melebarkan kaki gadis di bawahnya.

"Diamlah kalian. Siapa namamu?"

"Ivy Gilmore," jawab Ivy, berusaha melepaskan diri dari kungkungan kuat pria perkasa itu. "I'm sorry, sepertinya kau salah paham, aku bukan host." Ivy kembali limbung, pria itu menahan kuat pinggang ramping Ivy.

"Aku tak peduli, aku sudah membayar mahal untuk malam ini." Jawaban pria itu membuat Ivy tak percaya.

Gadis itu panik, melambaikan tangannya. "Apa kau mabuk?"

"Kau yang mabuk, Ivy." Jemari panjang berurat milik pria itu mengusap bibir Ivy perlahan.

"Sorry, Tuan—" Bohong jika Ivy bilang dia tak tertarik, pria ini memiliki sex appeal yang kuat, tapi pemandangan sensual di ruangan ini membuatnya ketakutan.

"Daniel." Bahkan suara seksinya membuat darah Ivy berdesir.

"Tuan Daniel, dengar! Cari saja gadis lain, aku bukan—" Bibirnya langsung dibungkam ciuman panas.

Ivy melawan, mendorong tubuh atletis Daniel, tapi pria itu bergeming. Lambat-laun perlawanan Ivy berhenti, alkohol mengaburkan akal sehatnya. Ciuman manis Daniel terlalu memabukkan untuk ditolak.

Daniel melepaskan ciumannya supaya Ivy bisa menarik napas sesaat. "Sudah kubilang, aku tak peduli. Kau milikku malam ini." Tanpa persetujuan, Daniel membopong tubuh Ivy, membawanya ke sofa empuk.

Detak jantung Ivy hampir melompat keluar dari rongga dada, dia belum pernah bersetubuh sebelumnya. "Tunggu dulu, Daniel!" Zoe memerangkap wajah tampan di hadapannya. "Aku perlu ke toilet."

"Kau bisa melakukannya di sini." Daniel menekan area perut bawah Ivy, membuat gadis itu menggelinjang geli.

"A-aku perlu minum."

Daniel meraih botol wiski di meja kaca, minum dari mulut botol dan langsung mengecup bibir Ivy, menyalurkan cairan tersebut.

Seumur hidup, Ivy belum pernah mendapat perlakuan sevulgar ini, bahkan dengan mantan pacarnya saja hanya ciuman biasa tanpa pertukaran saliva.

Harusnya Ivy merasa jijik, tapi tidak! Ya tidak! Cairan yang turun ke tenggorokannya terasa semanis madu. Mungkin dia sudah gila, sakit hati membuatnya mabuk dan terjebak dengan pria asing ini. Oh, Damn! Seolah harinya tak cukup buruk.

"Ivy." Namanya dilantunkan penuh pujaan, wanita mana yang tak suka dipanggil seperti ini. Ivy menjawab dengan desahan lirih.

"Daniel, aku ...."

"Hm?" Daniel mengecup sisi leher Ivy yang jenjang, menandai kulit mulus gadis ini.

"Daniel, sebentar." Ivy melenguh, bagian sensitif di belakang telinganya disentuh pria tampan itu.

Bibir Daniel tersenyum semakin lebar, wanita begitu mudah ditaklukkan di bawah kakinya. "Ivy. Kita perlu pemanasan. Aku ingin kau menikmatinya."

"Jangan. Aku belum pernah melakukannya." Entah kenapa dia mengakui hal tersebut di depan orang asing yang baru pertama kali bertemu, Ivy merasa berani karena alkohol.

"Sungguh?" Mata Daniel berbinar senang. Seorang perawan. Sangat sulit dijumpai di bar murahan seperti ini. Wah! Hari ini dia merasa sangat beruntung.

"Lepaskan aku!" Ivy mendorong Daniel, berusaha menelusup lewat celah tubuh sang pria.

Daniel tertawa kecil, membiarkan Ivy merangkak menuju pintu.

"Bos, kelincimu mencoba kabur!" Tawa mesum mereka semakin membuat Ivy takut.

Daniel tertawa bersama mereka, berjalan santai dan menarik kaki jenjang Ivy. "Sudah kubilang, kau milikku malam ini!" Dia melempar gadis malang itu ke sofa.

"Oh tidak!" Ivy berseru ngeri, melihat Daniel mulai melucuti pakaiannya.

Bab terkait

  • Obsessed with You   Bab 2. Semalam Bersamanya

    Daniel menindih tubuh Ivy, merobek gaun sang gadis dalam sekali sentakan kuat. "Please don't! Please, lepaskan aku! Aku bukan host!" Ivy mengulang kalimat yang sama karena ketakutan.Belum pernah ada gadis yang menolaknya selama ini, Daniel merasa tertantang oleh penolakan Ivy."Aku akan memberimu uang banyak, rumah, pakaian bagus, kau hanya perlu tidur denganku." Tangan besarnya menyentak lepas pakaian dalam sang gadis."Tidak! Aku tak mau, lepaskan aku!" Ivy masih mencoba memberontak.Kedua tangannya lalu dikungkung Daniel di atas kepala, bibir pria itu kembali meraup bibirnya."Hmp!" Betapapun Ivy menolak, kekuatannya tak sebanding dengan pria berotot ini.Sialnya lagi, Ivy adalah seorang perawan, sementara Daniel begitu hebat dalam beraksi, membuat sang gadis akhirnya tak bisa lagi membedakan realita dan fantasi. Jari panjang sang pria masuk ke dalam tubuhnya, merangsang hasrat terpendam. Mula-mula terasa pedih, lambat laun menjadi kenikmatan tiada tara.Ivy melenguh, berusaha me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Obsessed with You   Bab 3. Bertemu Lagi

    Bip! Bip!Daniel menatap layar di ponselnya, sebuah titik merah berkedip dan bergerak menjauh dari Mansion Forrester.Bibirnya tertarik membentuk senyuman lebar. Dia tak menyangka gadis cantik di bar murahan itu akan kabur setelah sadar, bahkan setelah melihat kamar mewah yang ia tempati.Biasanya gadis-gadis menunggu kehadirannya, bernegosiasi tentang cinta atau uang, tapi Ivy berbeda. Seperti kelinci yang ketakutan, gadis itu memilih kabur.Seorang yang berjiwa pemburu seperti Daniel lebih tertarik pada mangsa yang memberontak daripada yang pasrah. Ia menjilat bibirnya sambil tersenyum penuh minat. "Ivy, kau tak akan bisa lari dariku."Bip!Pelacak tersebut berdenyut, menuju apartemen di pusat kota.Ivy membuka pancuran, meringkuk gemetar di bawah curahan air hangat. Ia menggosok tubuhnya berulang kali sampai memerah. Plak!Sang gadis menampar pipinya sendiri. "Bodoh! Dasar bodoh!" Kenapa dia harus mabuk? Kenapa dia tak bisa melawan? Ivy mengencam ketidakberdayaannya.Bam! Bam! Ge

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Obsessed with You   Bab 4. Pinjaman

    "Kenapa kau menangis?" Wanita paruh baya itu tampak terkejut melihat Ivy masuk ke ruang laundri dengan wajah basah.Ivy menggeleng malu. Cepat-cepat membantu Janice mengerjakan laundri."Kenapa lama sekali baru datang?" Janice memang tak pernah ramah padanya, Ivy tahu sejak pertama kali masuk kerja. Bagi Janice, Ivy sering membuat fokus pekerja lain kacau karena wajah cantiknya."A-aku ....""Kau mengacau lagi? Kau belum selesai saat tamu datang?"Ivy terdiam."Astaga! Jadi benar!" Janice memukul jidat lebarnya tak percaya. "Kita bakal dapat komplain.""Ma-maaf, aku sudah buru-buru, tapi ....""Stt! Udah diam! Kamu bakal aku laporin ke manager!""Please, Janice! Jangan begitu." Ivy sangat butuh pekerjaan ini.Janice tak peduli, berjalan cepat keluar dari ruangan laundri. Ivy segera menyusul wanita paruh baya pemarah itu."Janice, tunggu!" Ivy hampir terjerembap saking terburu-burunya."Diam di sana!" Lemak Janice berdentum setiap kali dia mengambil langkah cepat."Janice, kumohon! Jan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Obsessed with You   Bab 5. Kontrak

    Bam!Ivy menendang pintu flat Kevin sampai bergetar kuat.Kemarahannya sudah memuncak, tak cukup hanya mengkhianatinya, sekarang pria berengsek ini juga menjadikannya jaminan pinjaman."Kevin! Buka pintunya! Keluar kau! Sialan! Kevin!"Bam!Seorang penghuni di samping flat kevin keluar. "Hei! Jangan ribut-ribut di sini! Kau cari Kevin? Dia sudah pindah tadi sore!""A-apa?""Iya, dia sudah pindah, semua barang-barangnya sudah dibawa! Kalau kau punya masalah dengannya telepon dia!"Sialnya lagi, bukan Ivy tak mencoba menghubungi Kevin, tapi pria itu sudah memblokir nomornya.Ivy tak tahu harus bagaimana lagi, dia tak punya tempat tinggal dan tabungan. Managernya juga tak bersedia meminjamkannya uang, apalagi Molly yang harus menjadi tulang punggung keluarganya.Gadis itu berjongkok memeluk tubuhnya, menangis tergugu. Uang dan kesucian, dia sudah kehilangan semuanya.Sepasang kaki muncul dalam bidang pandang Ivy. Gadis itu menengadah, mengira Kevin telah kembali. "Ka-kau ...." Matanya m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Obsessed with You   Bab 6. Basement

    Mobil La Rose Noire Droptail berwarna merah itu berhenti di depan Ivy. Pintunya terbuka dan menampilkan sepatu kulit mahal dari sang pemilik.Daniel Forrester berdiri di hadapan Ivy dengan tangan terulur padanya. "Aku datang menjemput pengantinku." Ia menunggu sampai Ivy menerima uluran tangannya. Dalam sekali sentakan, pria itu menarik Ivy ke dalam pelukan hangat."Daniel ...." Ivy terkesiap."Kau bisa menangis di dadaku." Dengan perlahan, pria tampan itu menepuk punggung Ivy.Rahang Ivy berkedut, menahan gejolak emosi. Air matanya tak bisa dibendung, dia kembali menangis pedih, memeluk tubuh Daniel seperti memeluk sekoci di lautan lepas. Pria ini, adalah tempat dia menggantungkan hidup, mulai dari sekarang."Ayo!" Daniel mengurai pelukan mereka, membukakan pintu bagi Ivy. Sang gadis begitu terpukau dengan interior mewah yang berwarna senada dengan cat mobil. Indah. Elegan. Mahal. Dia jadi takut mengotori jok, mengingat tadi sempat duduk di pinggir jalan."Kenapa? Kau tak suka denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Obsessed with You   Bab 7. Antara Ada dan Tiada

    Sret!Goresan pena membuat Ivy terkejut, bagaimana tidak, Daniel seolah tahu tandatangannya seperti apa. "Bagaimana kau ....""Kau yang menggoresnya sendiri, Iv. Aku hanya menuntun tanganmu ke sana." Dengan cepat Daniel meraih kembali surat perjanjian tersebut, yang langsung diserahkan kepada pelayannya. "Simpan di kamarku.""Baik, Tuan."Ivy merasa ragu, apa karena kepalanya pusing sampai dia seperti berhalusinasi? Apa memang benar dia yang menggores tanda tangan sendiri?"Ayo kita makan, setelah itu kau harus istirahat. Besok akan jadi hari yang panjang.""Kenapa?" tanya Ivy heran."Besok Christian, sekretarisku akan membawamu pergi berbelanja keperluan.""Bajuku masih ada, aku tak perlu apa pun." Daniel tertawa kecil, menangkupkan tangan dan bertopang dagu. "Semua bajumu sudah disingkirkan.""Apa?! Tasku tadi ....""Barusan aku menyuruh pelayan membuangnya.""Kenapa?! Baju-bajuku masih layak pakai!" Nada suaranya meninggi, dia tak suka Daniel bertindak sesukanya tanpa memberi tah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Obsessed with You   Bab 8. Rich! Rich!

    "Siapa?" tanya Ivy takut-takut. "Nona, saya mengantarkan minuman." Alis gadis itu berkerut heran, dia membuka pintu perlahan. Seorang pelayan membawakan nampan berisi minuman hangat yang masih mengepulkan uap panas. "Terima kasih." Apa setiap subuh tamu memang disuguhkan teh hangat? Ivy bertanya-tanya dalam hati. Si pelayan membungkuk dan berlalu. Ivy membawa tehnya masuk, merasa heran. Dia menyesap lamat-lamat sambil memperhatikan plafon. Bagaimana mereka bisa tahu dia sudah bangun? Tidak terlihat CCTV di ruangannya. Untungnya tehnya terasa enak, perlahan ... kekhawatiran Ivy mengendur bersama bau melati yang menenangkan. Sang gadis merasa ngantuk lagi, dia kembali berbaring setelah meletakkan cangkir teh di nakas. Ivy tertidur sampai seseorang mengetuk pintunya lagi. Pelayan memberitahunya jika sekretaris Daniel sudah tiba dan hendak membawanya pergi berbelanja. Sang gadis bergegas membersihkan diri dan mengganti baju yang sudah disediakan untuknya. Satu set gaun Chan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Obsessed with You   Bab 9. Balas Dendam

    "Tidak, Tuan Daniel belum pernah menikah, tapi sempat punya beberapa tunangan sebelumnya." "Beberapa?" tanya Ivy terkejut. Berarti tunangan pria ini lebih dari satu. "Ya. Tak sampai menikah, semua putus di tengah jalan." "Kenapa?" Christian membetulkan dasinya dengan sikap canggung. "Untuk masalah ini sebaiknya Nona Ivy menanyakan langsung pada Tuan Daniel, saya tidak mempunyai hak memberitahukannya." Pintu lift berdenting terbuka. Pria itu mempersilakan Ivy keluar. Sebuah limousine hitam terparkir di depan mansion. Christian berjalan mendahului Ivy, lalu membukakan pintu untuknya. Ivy mengangguk sopan dan masuk ke dalam. "Hi, Honey!" Suara Daniel menyapa telinga Ivy. Gadis itu meneguk saliva gugup, menatap terpukau pria tampan bermata hijau itu. Kemeja hitam yang membalut tubuh ramping Daniel membuat pria ini terlihat semakin mahal. "Kau bisa menelanku dengan bola matamu." Daniel terkekeh melihat ekspresi Ivy yang salah tingkah. "Ki-kita akan ke mana?" Ivy membuang wajah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03

Bab terbaru

  • Obsessed with You   Bab 36. Cari Dia!

    Ivy melangkah ke depan cermin besar di walk in closet, memastikan penampilannya sempurna. Riasannya sederhana, rambutnya dibiarkan tergerai dengan lembut, dan ia mengenakan gaun hitam yang selama ini selalu disukai Daniel. Ia menatap dirinya sejenak, lalu menarik napas panjang. Ini adalah langkah pertama dalam rencana yang telah disiapkannya. Hari ini, aku akan pergi, batinnya.Setelah puas mematut diri, Ivy berjalan ke kamar di basement. Menatap wajah tampan Daniel yang tengah tertidur lelap di ranjang. Pria itu terlihat damai saat tidur. Jemari Ivy terulur, hendak menyentuh suaminya, tapi Ivy menarik diri seketika.Tidak! Dia tak ingin membangunkan Daniel. Ivy menggertakkan gigi, ia berbalik cepat dan kembali ke lantai atas.Jenna sudah menunggunya saat pintu dibuka. "Aku akan pergi membeli barang sebentar, jika Tuan bangun, sarapannya dipanaskan saja.""Baik, Nyonya. Saya akan memanggil sopir."Ivy mengangguk pelan. Tak berapa lama kemudian sopir sudah menyiapkan mobil, menunggu I

  • Obsessed with You   Bab 35. Kepercayaan

    Ivy terkesiap mendengar pernyataan Daniel. Gerakannya berhenti tiba-tiba. Kemarahan merosot naik. Kenapa sampai akhir pria ini berusaha menipunya. Dia memberi tekanan pada leher Daniel, semakin kuat bersama emosi yang campur aduk."Ukh!" Tubuh Daniel mengejang, paru-parunya membutuhkan udara.Suara gemerincing rantai terdengar nyaring saat refleks kedua tangan Daniel memberontak.Ivy sudah gelap mata, kebencian menguasai hati gadis itu. Sampai akhirnya Daniel mencapai klimaks, menyemburkan benih ke dalam tubuh Ivy dan membuatnya terkesiap. Barulah cengkeraman Ivy mengendur.Daniel batuk-batuk hebat. Ia bukannya marah malah tertawa parau. "Ah, jadi begini rasanya.""Kau tak takut?" tanya Ivy tak percaya.Daniel menggeleng kuat. "Aku pernah hampir mati beberapa kali, sama sekali tak membuatku takut.".Ivy menarik dirinya, berbaring di samping Daniel. "Lalu ... apa yang kau takutkan?""Kau." Daniel merengkuh tubuh Ivy."Jangan bercanda.""Aku serius, Iv. Aku takut kau pergi dari hidupku?

  • Obsessed with You   Bab 34. I Love You

    Ivy mundur menjauh, menatap wajah Christian lamat-lamat. Pria itu tersenyum kecil, menegakkan tubuh dan berdeham."Christ, aku tak sebaik itu ...."Christian mengangguk, seolah mengiyakan, tapi Ivy bisa melihat ketidaksetujuan di bola mata pria itu."Aku juga, tak sebaik kelihatannya." Christian menghela napas. "Ah, kita harus berangkat sekarang Nyonya.""Ok." Ivy berjalan cepat demi mengusir rasa canggungnya.Keduanya tiba di mansion Forrester, Daniel sudah menunggu di sana."Bagaimana harimu?" Daniel menarik Ivy dengan sikap posesif. Matanya menyelidik, menerka apa yang ada di pikiran Christian.Pria itu menunduk, menyembunyikan ekspresinya. "Kalau begitu saya permisi dulu.""Christ!""Ya, Tuan." Christian menunggu dengan patuh."Lain kali, kau tak perlu mengantar Ivy pergi berbelanja lagi."Ivy menatap suaminya heran. "A-aku tak boleh keluar lagi?" tanyanya cemas, jika begitu, semua rencananya selama ini akan sia-sia."Bukan, Sayang. Kau bisa berbelanja sendiri sekarang." Daniel me

  • Obsessed with You   Bab 33. Its You

    Suasana taman bermain itu tampak cerah dengan orang-orang yang menikmati hari mereka. Namun, bagi Daniel, ini adalah salah satu hari terburuk dalam hidupnya. "Ivy!" teriaknya, suaranya menggema di antara riuhnya taman. Ia berlari dari satu permainan ke permainan lainnya, matanya menatap sekeliling dengan gelisah. "Ivy! Di mana kau?"Rasa panik mulai merayapi dirinya. Biasanya, Ivy selalu ada di dekatnya, selalu mematuhi segala permintaannya—tapi kali ini, dia hilang tanpa jejak.Daniel berhenti sejenak, mencoba untuk menarik napas. Memeriksa sekali lagi ke seluruh area taman. Lalu, dengan kecepatan yang semakin meningkat, dia melangkah menyusuri jalan setapak di taman, berbicara dengan beberapa orang yang terlihat ada di sekitar, bertanya apakah mereka melihat istrinya."Kau lihat gadis dengan pakaian warna gelap, tinggi segini ...." Rata-rata menjawab dengan gelengan.Setiap detik terasa seperti selamanya, dan ketakutan mulai meresap. “Jangan bilang dia pergi ... jangan bilang dia .

  • Obsessed with You   Bab 32. Sandiwara

    Jika dia tak muntah, apa kebohongan Daniel tetap berlanjut? Ivy menggigit bibirnya hingga terluka. Vitamin yang dia minum jelas mengandung obat tidur. Sekarang, bagaimana caranya dia melarikan diri? Daniel tak benar-benar mencintainya, suatu hari ketika dia bosan, pria itu akan membuang Ivy, berselingkuh dengan wanita lain. Ivy tak sanggup sakit hati lagi.Jika sekarang Ivy menunjukkan bahwa ia tahu, Daniel pasti menggunakan cara lain menjebak simpatinya lagi. Tidak! Ivy tak ingin jatuh semakin dalam. Ia memegang dadanya yang berdenyut nyeri. Mencintai Daniel adalah kesalahan. Dia harus mematikan perasaan ini. Ivy terduduk di tempat tidur, kepalanya berdenyut menyakitkan."Kau ingin menaklukkanku, tidak ... aku yang akan membuatmu jatuh cinta padaku, lalu ... aku akan meninggalkanmu," gumam Ivy.Hari-hari berlanjut seperti biasa, tak ada perubahan dalam sikap maupun pelayanan Ivy. Malah wanita cantik itu semakin perhatian. Mansion yang selama ini dingin dan sepi, terasa lebih hidup

  • Obsessed with You   Bab 31. Kenyataan Pahit

    "Hah! Mengotori tanganku saja." Daniel mendesah kesal, mengibaskan tangannya yang terkena darah Kevin."Biarkan aku yang menanganinya." Suara Christ terdengar dingin. Ia menjambak rambut Kevin, mengekspos leher pria itu. "Haruskah kita potong lidahnya?" Matanya beralih menatap Daniel. "Supaya dia tak bisa berbicara lagi."Daniel tertawa kecil, membuat bulu kuduk Ivy merinding ketakutan, tawa penuh dengan cemooh. "Jangan dulu, aku tak mengerti kenapa Ivyku yang manis bisa jatuh hati dengan sampah modelan begini.""Kau yang sampah!" teriak Kevin, meski kondisinya menyedihkan, dia masih berusaha mempertahankan ego. Darah mengalir dari hidungnya yang terluka, mengotori bagian depan bajunya."Kau kira Ivy-ku yang manis akan percaya dengan kata-katamu, setelah apa yang kau lakukan padanya?"Kevin menggertakkan gigi. "Aku mengenalnya lebih lama, dia pasti percaya padaku. Ivy pasti masih mencintaiku!""Cinta? Jangan membuatku tertawa, Kevin." Daniel menepuk pipi Kevin main-main. "Ivy sudah me

  • Obsessed with You   Bab 30. Tidurlah

    Ivy tak menyangka, jika hidupnya yang biasa saja, walaupun penuh kesusahan akan berakhir dengan penyimpangan.Tak pernah terlintas dalam pikiran sekali pun, membiarkan tubuhnya menjadi objek seksual seorang pria, tapi melihat wajah Daniel yang penuh hasrat, membangkitkan sisi liar dalam diri Ivy.Dia hanya manusia normal, yang tak lepas dari jerat nafsu. Dan pria tampan ini menginginkannya, membutuhkan bantuannya. Ivy melupakan semua sakit hatinya, bertahan dalam jerat bernama pernikahan.Ivy sudah bersumpah setia dalam janji pernikahan. Hal sakral yang seharusnya membuatnya bertahan meskipun sulit. Ia gadis tulus, selalu berkorban untuk orang lain dan menjadi people pleaser selama ini. Selama dibutuhkan, selama seseorang menginginkannya, Ivy akan berjuang.Menyedihkan memang, tapi begitulah yang dipelajari gadis malang itu. Tumbuh tanpa orang tua dan dukungan, membuat selalu menekan perasaannya sendiri.Mungkin ini juga yang dilihat Daniel pada dirinya. Mereka sama-sama kesepian, tum

  • Obsessed with You   Bab 29. Peraturan Pertama

    Daniel menatapnya bingung. "Aku bosan," ujar Amy. Untuk memuaskan wanita yang sudah berpengalaman tentu tak mudah, Daniel merasa tertantang. "Aku harus melakukan apa?"Senyum terbit di bibir merah Amy. "Tampar wajahku.""Apa?!" Daniel membelalak tak percaya."Kau lupa peraturan kita?" Amy mengernyit tak senang, dia tak pernah marah, atau menaikkan nada suara. Hanya dengan ekspresi ringan dari wajahnya sudah membuat Daniel cemas. "Jangan bertanya dan jangan membantah.""Good boy, apa yang kau tunggu?"Ragu-ragu, Daniel mengangkat tangannya. Plak!Tamparan ringan mendarat di pipi Amy. Tak cukup kuat dan sakit. Wanita itu mendesah kecewa. "Apa kau banci?" tanyanya sarkasm.Harga diri Daniel tertohok. Plak!Dia menampar lebih kuat. Kali ini seringai senang terbit di bibir wanita cantik itu. "Lagi!"Plak!Wajahnya memerah, kepalanya tersentak ke kiri. "Lagi! Lebih kuat!"Plak! Daniel menampar dengan segenap kekuatannya. Amy mengejang liar, menjepit lebih kuat. "Sambil bergerak. Puk

  • Obsessed with You   Bab 28. Masa Lalu (2)

    Ketika Daniel sudah beranjak remaja. Suatu malam, ia sedang duduk di meja belajar, mencoba mengerjakan pekerjaan rumahnya, saat ibu tirinya tiba-tiba muncul di pintu.Pakaiannya begitu terbuka, lingerie hitam di balik gaun malam model kimono panjang. Ia sengaja membuka gaun tersebut, menaruh ke ranjang. Ibu tirinya menarik kursi, duduk di sebelah Daniel. "Sudah malam, masin belajar?"Daniel menghindari tatapan ibu tirinya, merasa semakin gelisah. "Besok ada ulangan."Tangan Ibu Tirinya tiba-tiba berlabuh di paha Daniel. "Ayahmu tak pulang malam ini."Daniel muda bukannya tidak mengerti, dia anak yang cerdas. Sikap ibu tirinya terlalu posesif. Mulanya Daniel mengira semua itu karena Ibu tirinya—Amy—menyayanginya seperti putranya sendiri. Namun belakangan, sentuhan Amy terasa berbeda. Apalagi saat ayahnya mulai jarang pulang ke rumah karena sibuk keluar negeri."Ya," jawab Daniel singkat, tak bisa fokus belajar. Ia meneguk saliva, berusaha menenangkan degup jantung."Jangan begadang, ta

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status