The Devil's Gift

The Devil's Gift

last updateLast Updated : 2022-09-16
By:  ShafazanaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
33Chapters
5.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

[KONTEN DEWASA 21+] “Saya ingin mengajukan permintaan kepada Anda. ” Raveena berlutut di atas permukaan lantai yang dingin. Kedua tangannya bertumpu pada lantai, sedangkan kepalanya di angkat tinggi sehingga kedua matanya mampu memandang iblis di hadapannya dengan jelas. Iblis itu lantas tertawa, “Permintaan seperti apa yang kau inginkan?” “Selamatkan saya dari neraka ini dan lenyapkanlah tempat ini hingga tak bersisa.” “Aku tidak melakukannya dengan gratis,” Iblis itu berkata, “Hadiah apa yang akan kau berikan kepadaku?” “Segalanya.” “Segalanya?” “Ya, jiwa dan raga saya akan seutuhnya menjadi milik Anda.” Iblis itu lantas melangkahkan kakinya mendekati Raveena, dia mengangkat dagu wanita itu begitu tinggi sampai mata mereka bertemu. “Maka selamanya kau akan menjadi milikku, Raveena Hesper.” • • • • • Cerano Acheron merupakan seorang Underboss dari organisasi mafia Acheron Familia yang berbasis di Italia dan menyebar hingga ke seluruh wilayah Eropa. Dia dikenal sebagai seseorang yang bertangan dingin, tidak mengenal ampun terhadap musuh yang berani mengusik organisasinya. Suatu ketika, Cerano terlibat pertikaian dengan seorang ketua Kartel Meksiko yang telah mengusik bawahannya. Dia sampai harus pergi ke Philadelphia untuk menuntaskan masalahnya. Tak disangka, kepergiannya ke Philadelphia menghantarkan Cerano kepada Raveena Hesper yang menganggapnya sebagai seorang iblis dan meminta bantuan Cerano untuk membebaskannya dari kekangan rumah bordil yang selama bertahun – tahun menahannya. Di mata Cerano, Raveena merupakan seorang wanita yang tak mengenal takut. Ia bahkan tak pernah menurunkan pandangannya meski Cerano telah menatapnya dengan tajam. Raveena bahkan tak gentar walau tahu Cerano memiliki ribuan anak buah yang selalu diselimuti oleh aroma darah. Cerano selalu membawa kematian, tetapi Raveena tidak takut akan kematian. Takdir macam apa yang akan mengikat mereka nantinya?

View More

Chapter 1

BAB 1 : Awal Pertemuan

“Wanita sialan! Jangan lari!” teriak seorang pria.

Seorang wanita berlari kencang melewati kerumunan manusia di jalanan kota. Banyak pasang mata mengarahkan pandangannya ke arah wanita itu, mereka mulai berpikir mungkin wanita itu adalah orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa.

Pasalnya dia terlihat begitu berantakan jika dibandingkan dengan orang-orang di jalanan kota. Dia mengenakan gaun tidur berwarna putih yang sudah tampak kotor oleh debu dan tanah, rambutnya tergerai berantakan dan kedua kakinya tidak memakai alas kaki sehingga terdapat banyak goresan di telapak kaki serta betisnya.

“Raveena Hesper! Tuan Hose pasti akan melemparkanmu ke kandang harimau jika tidak mau berhenti juga!”

Raveena menoleh sebentar, kemudian berteriak, “Dia juga akan melemparkanku ke kandang harimau bila sampai tertangkap oleh kalian!”

benar, Raveena tidak boleh sampai tertangkap.

Atau Raveena akan kembali tinggal di dalam neraka, entah sampai kapan.

BRAK!

Raveena menjatuhkan kotak-kotak kayu berisikan sayuran ke jalan, berusaha menciptakan penghalang agar dua pria itu tidak bisa mengejarnya. Pedagang sayur lantas berteriak, “Sialan! Kamu harus mengganti rugi daganganku!”

suasana perkotaan menjadi rusuh karena Raveena terus menjatuhkan banyak barang dagangan milik pedagang. Para pedagang yang mengira Raveena hanyalah orang gila lantas meminta pertanggung jawaban dari dua orang yang mengejar Raveena, mereka mengerubuni dua orang tersebut sehingga mereka kehilangan jejak Raveena.

Raveena mengulas senyuman tipis tatkala dua pria berbadan kekar itu tak mampu mengikutinya. Dia lantas masuk ke dalam gedung bertingkat 5 yang sudah terbengkalai. Bagian dalamnya sudah dipenuhi oleh debu dan kotoran tikus. Raveena menjepit hidungnya menggunakan jari, lalu menaiki tangga menuju atap.

Kritt.

Pintu di bagian atap sudah berkarat, sehingga menimbulkan suara derit tajam saat Raveena mendorongnya. Senyuman di wajahnya berangsung-angsur menghilang tatkala melihat sosok seorang pria yang berdiri di atas atap dengan kedua tangannya memegang sebuah senapan laras panjang, sebelah matanya berada di hadapan teropong kecil untuk membidik targetnya.

Dari tempat Raveena berdiri, dia hanya mampu melihat pria itu dari samping. Tubuh pria itu terlihat begitu tinggi, mungkin sekitar 190 cm yang dibalut oleh mantel panjang berwarna hitam.

Di mata Raveena, pria itu tampak seperti sungai yang tenang di bagian permukaan, tapi sebenarnya mempunyai arus yang deras di bagian dalamnya. Konsentrasinya bahkan sama sekali tidak terganggu meski baru saja mendengar suara pintu yang dibuka oleh Raveena.

“Pria itu berbahaya, pikir Raveena.

Raveena ingin berlari pergi, tapi kakinya terasa kaku seolah dia sedang dipaku di tempat.

Dalam seperkian detik, Raveena bisa melihat pria itu menarik pelatuk tanpa meninggalkan bunyi senapan. Bubuk mesiu berterbangan di sekitarnya, membuat Raveena yakin bila pria itu baru saja menembak seseorang yang berdiri di bawah bangunan.

“Argghh!! Ada orang yang tertembak!” teriak seseorang.

Tak lama kemudian, ada orang lain yang turut berteriak dengan panik, “Panggil ambulan! Cepat panggil ambulan!”

suara kericuhan terdengar dari bawah gedung, pertanda bahwa pria itu berhasil membidik targetnya.

Pria itu telah membunuh seseorang.

Dan seharusnya Raveena segera pergi apabila ingin selamat.

Akan tetapi, tubuhnya begitu terkejut saat menyaksikan pembunuhan secara langsung sampai-sampai tak mampu bergerak.

Anehnya, Raveena hanya terkejut tapi tak merasa takut.

Usai menyelesaikan tugasnya untuk melenyapkan target, pria itu segera memasukkan senapan laras panjangnya ke koper, lalu berjalan menuju pintu keluar tanpa menghiraukan keberadaan Raveena.

Tatkala berada di hadapan Raveena, pria itu berhenti. Kedua manik cobaltnya menatap Raveena lekat-lekat, terlihat seolah ingin menenggelamkan Raveena ke dalam laut apabila wanita itu sampai berteriak.

“Nona, kamu hanya perlu berpura-pura buta dan tuli hari ini supaya bisa hidup dengan tenang.” Suara bariton rendah terdengar dari bibir pria itu.

Raveena bergeming, dengan susah payah dia berusaha untuk membalas, “Apa kamu adalah pembunuh bayaran?”

“Tergantung perspektifmu saja,” tukas pria itu.

Secara tiba-tiba Raveena memegang lengan pria itu, kemudian menatapnya dengan penuh harapan. “Apa artinya kamu akan membunuh jika mendapatkan bayaran?”

pria itu menggendikan bahunya. “Tergantung.”

“Kalau begitu, bisakah kamu membunuhku?” tanya Raveena.

Keheningan menyambut mereka berdua. Pria itu memperhatikan wajah Raveena, tapi dia tidak menemukan adanya sedikitpun keraguan di raut wajah Raveena, seolah-olah wanita itu memang sudah siap untuk mati.

“Kenapa kamu ingin mati?” tanya pria itu.

Raveena mengangkat kepalanya, menatap langit biru yang terbentang tanpa batas. Tatapan mata hazelnya terlihat kosong saat dia berkata, “Karena seluruh kehidupanku tidak ada bedanya dengan neraka. Alih-alih terus bertahan di dunia, bukankah lebih baik bila pergi ke akhirat?”

“Oleh sebab itu, bisakah Tuan Pembunuh membantuku untuk pergi ke akhirat?”

seulas senyuman tipis terpatri di wajah pria itu, dia sedikit menunduk untuk mensejajarkan wajah mereka. “Sayangnya, aku tidak bisa membunuh wanita dan anak-anak. Aku juga tidak suka membunuh seseorang yang sudah tidak memiliki minat lagi untuk hidup.”

Pria itu lantas menepuk kepala Raveena sekali, sebelum akhirnya berjalan melewati pintu untuk pergi keluar.

Dalam seperkian detik, Raveena membalikkan badannya dan menatap punggung tegap dari pria itu. “Jika memang tidak bisa membunuh, tidak bisakah kamu membantuku untuk keluar dari neraka di dunia ini?”

langkah kaki pria itu terhenti, lalu dia membalas tanpa menoleh, “Maaf, tapi aku tidak pernah membantu seseorang dengan Cuma-cuma.”

Raveena buru-buru menahan lengan wanita itu dan berkata, “Apa Tuan akan membantuku jika aku memberikanmu imbalan?”

“Mungkin.”

“Kalau begitu, bisakah kita bertemu lagi di masa depan? Saat itu, aku mungkin memiliki sesuatu yang bisa kuberikan untuk Tuan.”

“Entahlah, Nona. Aku tidak pernah mengikat janji pertemuan dengan orang asing. Tapi, bila kita memang bertemu lagi, maka aku akan menantikan penawaranmu.”

Raveena bertanya, “Siapa namamu?”

pria itu melepaskan cengkraman tangan Raveena, lalu melangkah pergi. Ketika dia menuruni tangga, jawaban baru terdengar dari bibirnya dan menggema hingga ke telinga Raveena. “Cerano, panggil saja aku Cerano. Ketika kita bertemu lagi, maka aku akan menjadi iblis yang mengikat janji dengan kamu.”

Tak lama kemudian, Raveena mendengar ada suara langkah kaki lain yang menaiki tangga.

Itu adalah dua pria yang sebelum ini mengejarnya, dan tampaknya Raveena akan kembali diseret ke neraka.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Mince Hermawan
ceritanya seru sayang kalau g lanjut
2022-06-17 16:51:55
0
user avatar
Bukan Aku
Lanjut kak ... keren
2022-05-15 22:49:08
1
user avatar
xianwuwei
Lanjut kak
2022-03-06 01:13:23
1
user avatar
lemonadenade
Baru baca, tapi ceritanya seruuu! semangat terus kak updatenya ...
2022-03-04 05:40:08
1
33 Chapters
BAB 1 : Awal Pertemuan
“Wanita sialan! Jangan lari!” teriak seorang pria.Seorang wanita berlari kencang melewati kerumunan manusia di jalanan kota. Banyak pasang mata mengarahkan pandangannya ke arah wanita itu, mereka mulai berpikir mungkin wanita itu adalah orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa.Pasalnya dia terlihat begitu berantakan jika dibandingkan dengan orang-orang di jalanan kota. Dia mengenakan gaun tidur berwarna putih yang sudah tampak kotor oleh debu dan tanah, rambutnya tergerai berantakan dan kedua kakinya tidak memakai alas kaki sehingga terdapat banyak goresan di telapak kaki serta betisnya.“Raveena Hesper! Tuan Hose pasti akan melemparkanmu ke kandang harimau jika tidak mau berhenti juga!”Raveena menoleh sebentar, kemudian berteriak, “Dia juga akan melemparkanku ke kandang harimau bila sampai tertangkap oleh kalian!”benar, Raveena tidak boleh sampai tertangkap.Atau Raveena akan kembali tinggal di dal
last updateLast Updated : 2022-02-14
Read more
BAB 2 : Distrik Merah
Kensington Avenue, Philadelphia.Lampu-lampu berwarna merah menyala terang dari bangunan-bangunan bertingkat empat yang berderet di sepanjang jalan setapak. Eksterior dari bangunan-bangunan itu tipikal, menggunakan dinding bata merah dengan hiasan tanaman rambat yang menjuntai hingga ke bawah. Pembeda dari semua bangunan itu hanyalah papan penanda yang menyala terang di atas pintu masuk.Kawasan itu biasa dikenal dengan sebutan ‘Distrik Merah’, sebuah kawasan yang menampung manusia-manusia pencari dosa yang mampu menawarkan kenikmatan dunia. Di sudut-sudut jalan, ada banyak orang yang saling bertukar bubuk putih dan uang, mereka semua menghisap bubuk-bubuk itu seolah akan mati bila tidak menghisapnya.Wanita-wanita dengan riasan tebal dan pakaian mini memenuhi pinggiran jalan setapak, berusaha menggoda setiap pria yang lewat dengan memperlihatkan belahan buah dada mereka yang menantang. Suara tawa memenuhi jalan, entah itu tawa mengg
last updateLast Updated : 2022-02-14
Read more
BAB 3 : Terbakarnya Sarang Pendosa
Setelah mengikat perjanjian dengan Cerano, Raveena mulai melepaskan kancing pakaiannya satu-persatu. Tindakannya itu membuat Cerano mengernyitkan keningnya dan bertanya, “Apa lagi yang ingin kamu lakukan?”Raveena menatap Cerano dengan pandangan kosong. “Bukankah Anda berkata ingin meniduri seorang perawan? Sekarang saya sudah menjadi milik Anda, jadi tentu Anda dapat memanfaatkan saya sebaik mungkin.”“Kapan aku berkata ingin meniduri perawan? Aku hanya berkata supaya kamu menemaniku malam ini. Cepat pasang kembali kancing bajumu,” perintah Cerano.Tatapan mata Cerano terlihat serius, sehingga Raveena tidak berpikir bila pria itu hanya bercanda. Dia segera memasang kembali pakaiannya dan berdiri di hadapan Cerano, kepalanya menunduk sedikit sebagai simbolis bila dia hanyalah bawahan yang tak patut menatap wajah Cerano.Setelah memastikan Raveena sudah berpakaian dengan benar, Cerano berjalan menuju bingkai jendela yang
last updateLast Updated : 2022-02-14
Read more
BAB 4 : Tugas Pertama
Raveena memandang Vallerie dari balik jendela mobil. Mata wanita itu tampak kosong, tapi apabila dilihat lebih dekat, seseorang pasti bisa tahu kalau Raveena sedang menanggung duka. “Panti asuhan akan menerimanya, anak itu akan baik-baik saja,” kata Cerano. Raveena tidak mengatakan apa-apa selama beberapa menit. Dia terlalu fokus untuk memperhatikan jalan, seolah masih tidak percaya bila dirinya mampu keluar dari wilayah Distrik Merah. Sampai mobil bergerak keluar dari palang Distrik Merah, Raveena akhirnya berbicara, “Aku tidak hanya mengkhawatirkan Vallerie, tapi juga wanita lain. Mereka tiba-tiba kehilangan rumah dalam satu malam, mereka semua pasti kebingungan untuk mencari tempat tinggal malam ini.” Cerano menumpukkan kepalanya pada satu tangan, kemudian ikut melihat ke jalanan luar. “Tempat yang kau tinggali itu bukanlah rumah, jadi para wanita itu tidak akan merasa kehilangan rumah. Adapun tempat tinggal, petugas polisi di wilayah ini mungkin akan menempatkan
last updateLast Updated : 2022-02-23
Read more
BAB 5 : Penyamaran
“Bos! Kami sudah membawakan pakaian yang kamu minta!” seru Henry Russo, salah satu anak buah Cerano.Cerano menurunkan kaca mobilnya, kemudian mengambil kotak yang ada di tangan Henry. “Bagaimana dengan mobil yang membawa para wanita? Apa sudah diamankan?”Henry tersenyum bangga. “Tenang saja, Bos! Ugo sudah menghentikan mobilnya di tengah jalan, lalu mengikat supirnya, dan melemparnya ke gorong-gorong. Sekarang, Ugo-lah yang menyetir mobil kemari.”Cerano mengangguk mengerti, tangannya bergerak untuk membuka kotak, kemudian ia mengeluarkan sebuah gaun berwarna merah dari kotak itu. Warna merah dari gaun itu sangat mencolok mata, terlihat sensual sekaligus menarik. Terdapat dua tali pada bagian lengan yang nanti bisa diikat ke leher, sedangkan bagian punggungnya dibiarkan terbuka.Raveena ikut menatap gaun tersebut, lalu bertanya, “Kamu ingin aku memakai itu?”Cerano memperhatikan gaun tersebut, kemud
last updateLast Updated : 2022-02-24
Read more
BAB 6 : Pesta Binatang Liar
Raveena sengaja menuangkan narkotika ke dalam mangkuk koktail, hal ini karena kebanyakan tamu dan penjaga pesta mengambil minuman itu. Hanya dalam waktu beberapa menit, semua orang sudah memegang koktail di tangan mereka seraya menyeruputnya perlahan-lahan.Padahal Raveena juga ingin mencicipi rasa koktail. Tapi, sayangnya dia hanya bisa minum jus sebagai gantinya.“Nona Lili, kamu dipanggil oleh Bos untuk kembali,” bisik seorang penjaga di samping telinga Raveena.Karena tubuh anggota Kartel Meksiko itu cukup besar, ia bisa menutup jarak pandang Carlos ke arahnya, membuat penjaga itu mengambil kesempatan dengan menelusupkan tangannya ke dalam gaun Raveena, kemudian dengan sengaja mengelus perut wanita itu.Sabar, Raveena harus sabar.Dia akan merusak rencana Cerano apabila membuat keributan, jadi dia lebih baik diam saja.“Nona Lili, kamu memang sangat cantik, aku tidak sabar menunggumu di pesta utama.”Kata-k
last updateLast Updated : 2022-02-25
Read more
BAB 7 : Teman Lama
Cerano tidak memberikan kesempatan untuk Raveena membalas. Dia hanya melemparkan mantelnya ke atas tubuh Raveena, kemudian melangkah menaiki podium dan berhenti di depan Carlos Vincente. “Maaf, racunnya tidak sengaja kutumpahkan,” kata Raveena di bawah undakan tangga. Cerano kembali mengokang pistolnya, kemudian mengarahkan ujung senapannya ke depan kening Carlos. “Aku bisa menggunakan cara lain untuk membunuh seseorang.” Carlos lantas memandangi Cerano dengan raut wajah panik. Saat di pesta, dia tidak meletakkan senapan di dekatnya, karena Carlos percaya kalau seluruh anak buahnya mampu untuk melindunginya. Namun, sekarang dia menyesali kepercayaannya itu. “Carlos Vincente, ada dua hal yang tidak boleh kamu lupakan saat menjadi bos organisasi gelap. Pertama, jangan memprovokasi lawan yang lebih kuat darimu.” Cerano perlahan menarik pelatuknya sedikit demi sedikit, sehingga membuat suasana di antara mereka menjadi lebih tegang. “Kedua, kamu ti
last updateLast Updated : 2022-02-27
Read more
BAB 8 : Mabuk
Saat mendengar perkataan Cerano, Steven langsung ingin protes. Dia juga lelah! Kenapa Bos-nya sangat kejam sampai tidak mau berbagi kamar untuk bertiga?! Namun, Steven tidak berani mengutarakan protesnya itu. “Aku tidak keberatan,” bisik Raveena. Cerano mengangguk, lalu berbicara dengan resepsionis, “Baiklah, aku akan memesan satu kamar dan tolong beritahu alamat hotel terdekat untuk temanku ini.” Resepsionis tersenyum. “Baik, Tuan.” Beberapa saat kemudian, akhirnya Cerano dan Raveena bisa masuk ke dalam kamar hotel. Kamar itu cukup luas, tetapi hanya ada satu tempat tidur di dalam kamar. “Aku bisa tidur di sofa,” kata Raveena. Cerano, “Kenapa kamu harus tidur di sofa? Apa kamu tidak lihat kalau sofanya kecil dan tidak bisa digunakan untuk berbaring? Tidurlah di tempat tidur, gunakan saja pembatas di tengah kasur jika kamu tidak mau tidur denganku.” “Bukan begitu, kupikir kamu yang akan merasa tidak nyaman denganku,” be
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more
BAB 9 : Gairah yang Meledak
“Aku hanya memintamu untuk tidur, astaga!” Setelah diam sebentar, Raveena akhirnya berjalan mendekati tempat tidur. Namun, dia tidak naik ke kasur, melainkan merangkak ke atas tubuh Cerano dan membuat pria itu kalang kabut. “Kamu ingin apa?!” “Cerano,” panggil Raveena. “Saat kamu memilihku, katanya kamu ingin meniduri perawan, tapi kenapa sampai sekarang kamu belum menyentuhku?” “Apa maksudmu? Bukankah aku sudah pernah bilang, aku hanya membutuhkan perawan untuk menyusup masuk ke dalam kediaman Carlos Vincente. Aku tidak ingin menidurimu.” Raveena mengerutkan keningnya. “Kenapa tidak mau? Apa kamu berpikir aku tidak berpengalaman?” “Raveena, kamu mabuk. Berhentilah meracau dan segera tidur,” kata Cerano dengan lelah. Raveena masih bergeming di atas Cerano, wanita itu bahkan mulai menurunkan jubah bagian atasnya sehingga pundaknya dapat terlihat dengan jelas. “Aku merasa panas. Apa karena pendingin ruangannya belum dinyalakan?”
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more
BAB 10 : Membersihkan Diri
Tatkala Raveena membuka mata, dia merasa tubuh bagian bawahnya tidak nyaman, terasa lengket seolah ada banyak cairan yang menumpuk di sela-sela kakinya. Selain itu, rasa sakit yang tajam turut ia rasakan ketika Raveena berusaha untuk duduk, membuat wanita itu langsung kembali berbaring tanpa berani untuk bergerak lagi.Raveena terdiam selama beberapa saat, berusaha keras untuk mencerna situasi yang kini tengah ia alami. Secara tiba-tiba kepingan ingatan yang memalukan mulai menghujani benaknya, memaksa Raveena untuk melihat setiap adegan yang dipenuhi oleh gairah dan rasa panas. Raveena bahkan bisa ingat, saat di mana ia bergerak seperti wanita murahan di atas tubuh Cerano, mengingat saat dia melebarkan kedua kakinya supaya pria itu bisa melesakkan kejantanannya lebih dalam.Raveena Hesper ingat, dialah orang yang sudah memancing Cerano dan membuat pria itu kehilangan kendali.Klek. Suara pintu kamar yang terbuka membuat sekujur tubuh R
last updateLast Updated : 2022-03-03
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status