My Pain Killer

My Pain Killer

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-08
Oleh:ย ย Alfarinย ย Tamat
Bahasa:ย Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
28 Peringkat. 28 Ulasan-ulasan
77Bab
11.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:ย ย 

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Apa salahku, Tuhan? Kenapa setiap kali aku mendapatkan kebahagiaan, selalu saja direnggut paksa dariku?" Nalia tidak pernah mampu merasakan kebahagiaan utuh. Orangtua yang menuntutnya untuk mengikuti jejak mereka menjadi seorang dokter, lelaki yang ia sukai menolaknya , dan calon suami yang hanya tinggal hitungan hari menjelang pernikahan, tewas akibat kecelakaan. Cobaan bertubi-tubi membuat Lia selalu menolak untuk merasakan bahagia. Hingg ahirnya Ares-lelaki yang pernah menolaknya, kembali meminta Lia untuk bersama. Akankah Lia mampu mengobati ketakutannya?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Prolog

Aku menyusut hidung yang mulai terasa berat menghirup udara. Menyeka airmata yang mengaburkan pandangan dengan punggung tangan. Menatap dengan perasaan teriris setiap lembar hasil goresan tanganku dilahap api yang menyala di dalam drum bekas."Lo lagi ngapain bakar-bakar malam-malam, Beb?" sapa sebuah suara merdu bagai alunan lagu."Aku mau move-on, Ta," sahutku lirih dengan suara sengau."Eh itu sketsa wajah si Ares? Kok lo bakar?" cecar Tania sahabat satu kosanku setengah berteriak."Udah ngga guna." Aku menyahut sambil terus memasukkan lembaran sketsa cowok berwajah seksi itu satu persatu ke dalam drum. Setiap satu lembar yang kulemparkan ke dalam api, setiap itu pula ada yang terasa ditarik dari hatiku."Eh, pelet si Ares dah habis ya?" Tania menanggapi dengan kekehan geli. Mengabaikan wajahku yang sembab karena seharian menangis. "Ya sudah, sini gue bantu." Gadis berparas ayu itu me

เธ™เธงเธ™เธดเธขเธฒเธขเธ—เธตเนˆเน€เธเธตเนˆเธขเธงเธ‚เน‰เธญเธ‡

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Reynhie Sido
tdinya mou bca tpi isinya AKU, mungkin ceritanya bgus aku ksih bintang 5 tpi aku gak bca.
2021-10-27 08:54:47
0
user avatar
ZhafiRa Uwoee
fufhnbvggh
2021-08-20 10:15:41
0
user avatar
Nannys0903
............ keren
2021-08-12 14:54:32
0
user avatar
Rainfall
semangat kk nulisnya
2021-05-31 23:16:32
3
user avatar
Tias Yuliana
crazy up semangat cakep idenya
2021-05-21 00:07:55
3
user avatar
Lady Athena
Semangat terus ya, novelnya kereen
2021-05-20 19:54:05
3
user avatar
Malikiya
Prjuangan mendapat takdir cinta... ๐Ÿฅฐ kisah yg luar biasa dan kereeeeen....๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜
2021-05-10 15:51:30
1
user avatar
Malikiya
Prjuangan mendapat takdir cinta... ๐Ÿฅฐ kisah yg luar biasa dan kereeeeen....๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜
2021-05-10 15:51:30
0
user avatar
Lalita Ningtyas
keren karya2 mom alfarin pelepas lelah mamak2 dikala midnight hihihi semangat terus mom....๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ’ช๐Ÿ’ช
2021-05-09 11:08:40
0
user avatar
Malikiya
Syuka karyanya mbak.....๐Ÿฅฐ
2021-05-08 09:43:12
1
user avatar
Sri Wahyuni
Good job๐Ÿค—
2021-05-08 05:39:54
2
user avatar
Indira Yan
Novel ini seru. Rugi deh kalau gak mampir.
2021-05-07 17:04:14
0
user avatar
Alfarin
Cerita ini akan membawa kalian pada masa-masa indahnya remaja
2021-05-07 15:22:32
0
user avatar
Ima Mulya
Suka sama cerita ini
2021-05-07 15:15:24
0
user avatar
Lavender My Name
Lanjut up kak
2021-05-07 15:12:57
0
  • 1
  • 2
77 Bab

Prolog

Aku menyusut hidung yang mulai terasa berat menghirup udara. Menyeka airmata yang mengaburkan pandangan dengan punggung tangan. Menatap dengan perasaan teriris setiap lembar hasil goresan tanganku dilahap api yang menyala di dalam drum bekas."Lo lagi ngapain bakar-bakar malam-malam, Beb?" sapa sebuah suara merdu bagai alunan lagu. "Aku mau move-on, Ta," sahutku lirih dengan suara sengau."Eh itu sketsa wajah si Ares? Kok lo bakar?" cecar Tania sahabat satu kosanku setengah berteriak."Udah ngga guna." Aku menyahut sambil terus memasukkan lembaran sketsa cowok berwajah seksi itu satu persatu ke dalam drum. Setiap satu lembar yang kulemparkan ke dalam api, setiap itu pula ada yang terasa ditarik dari hatiku. "Eh, pelet si Ares dah habis ya?" Tania menanggapi dengan kekehan geli. Mengabaikan wajahku yang sembab karena seharian menangis. "Ya sudah, sini gue bantu." Gadis berparas ayu itu me
Baca selengkapnya

Awal Mula Cerita

Aku kembali ke kamar setelah semua sketsa Ares menjelma jadi jelaga. Tak ada lagi yang bersisa. Namun entah kenapa masih saja ada sesak yang kurasa mengganjal."Nih, diminum dulu. Terus ini kompresan buat mata lo," ujar Tania menyerahkan segelas teh lemon hangat dan eye pad gel ke tanganku. "Lo udah makan?" kembali dia bertanya sebelum aku sempat mengucapkan terima kasih."Sudah.""Makan apa?" selidiknya seakan tak percaya dengan jawabanku."Tadi Aldo datang bawa kwetiaw.""Oh, ya sudah. Istirahat kalau bisa." Tania berlalu meninggalkanku seorang diri di kamar."Ta!" Aku mencegatnya sebelum gadis itu menutup pintu."Uhm? Kenapa?" Mojang Kuningan berparas kemayu itu melongokkan kembali kepalanya di antara celah pintu yang hampir ditutup."Kayaknya aku cerita sekarang aja, deh. Kamu udah mau tidur?" tanyaku r
Baca selengkapnya

Meet Up

Keesokan harinya, Aldo menjemputku ke tempat bimbingan belajar bersama Ares. Gaya Ares masih sama dengan pertama kali aku mengenalnya, cuek. Siang itu dia memakai jaket jeans belel dengan kaus oblong longgar di baliknya. Rambut bagian poni pun masih seperti kuingat, agak gondrong berantakan. Bedanya, dia terlihat lebih tinggi."Hai, Li. Ketemu lagi," sapanya dengan cengiran lebar."Hai ...." balasku kikuk."Yuk ah, cabs udah laper," ajaknya sambil mengusap perut.Tanpa banyak basa-basi, aku, Aldo dan Ares meninggalkan gedung bimbingan belajar. Menyusuri jalan Juanda ke arah Gasibu. Aku  berboncengan dengan Aldo, sementara Ares sendirian mengendarai skuter tuanya.Tempat makan pilihan kedua cowok itu di sebuah rumah makan dengan gaya prasmanan."Di sini restoran all you can eat dengan kearifan lokal," terang Ares sambil meny
Baca selengkapnya

Anak yang dibuang

Aku dan Ares berpisah di gerbang utama kampus tempat ujian seleksi dilaksanakan. Cowok itu kebagian gedung di bagian Utara kampus, sementara aku di gedung bagian Timur."Ntar kalau sudah beres, tunggu di gedung lo aja, Li. Biar gue jemput ke sana," ujarnya ketika hendak berpisah."Okay, thanks, Res."Cowok itu berlalu dari hadapanku dengan langkah panjang dan tak menoleh lagi. Aku pun beranjak ke gedungku. Bimbang tiba-tiba saja menyelubungi. Apakah aku berani menjalani konsekuensi, apabila nanti lulus di jurusan yang bukan pilihan orangtuaku?Perang batin terjadi. Antara keinginan menjadi anak yang patuh atau menjadi anak yang pemberontak. Di tengah perdebatan batin dan kepala yang kembali terasa berat, ponselku berbunyi. Panggilan dari Mama."Halo, Ma.""Sudah enggak perlu doa Mama lagi sekarang?" cecar Mama dari seberang sambungan. "Hari ini kamu ujian, kan? K
Baca selengkapnya

Apakah Tuhan Menyiksaku?

Pada saat itu aku berada pada titik kultimasi rasa kecewa, marah dan sedih. Marah pada Tuhan, marah pada kedua orangtuaku. Sedih karena merasa diabaikan dan tak mempunyai tempat untuk bernaung. Kecewa karena perlakuan tak adil yang kuterima.Setelah Mama menutup telepon, Ares juga menelponku. "Selamat ya, Li! Lolos Sastra Jepang," ucapnya dengan suara penuh semangat.Alih-alih merasa senang, aku hanya diam tak menjawab ucapannya."Li, Lo masih di sana?" Kembali Ares bersuara.Belum sempat menjawab pertanyaannya, panggilannya terputus. Aku melempar begitu saja ponselku ke pojok tempat tidur, kembali menggulung tubuh dengan selimut. Mencoba mencari kenyamanan. Rasanya aku tak ingin melakukan apa-apa hari itu. Bahkan untuk menangis pun aku sudah tak mampu. Padahal di saat Mama menelepon, rasanya aku ingin menangis sejadi-jadinya, tapi setelah pembicaraan k
Baca selengkapnya

Mahasiswa Baru

Memasuki tahun perkuliahan baru, aku terpaksa berhenti dari pekerjaanku di kafe. Bukan saja karena jarak yang harus kutempuh dari Jatinangor-Bandung, tetapi karena aku tidak mau mencari masalah lain dengan Kak Daren.Saat itu aku merasa hubunganku dengan Mama sudah sedikit membaik, tidak ingin mencari masalah baru jika Kak Daren memberi laporan macam-macam pada Mama.Kang Hilmi memaklumi permintaanku untuk berhenti bekerja di kafenya. Pada hari terakhir bekerja, Kang Hilmi memanggilku ke kantornya. "Lia, saya lihat kamu sering menggambarkan kalau lagi senggang, apa kamu mau ikut kerja di teman saya?" "Memang kerja apaan, Kang?" Aku balik bertanya ragu-ragu."Dia buka distro, kebetulan studio gambarnya ada di Jatinangor, kalau kamu mau, nanti saya bilang ke dia."Aku tak langsung menjawab. Masih ragu apakah masih bisa keluar bebas jika berada di bawah pe
Baca selengkapnya

Menyukai Dalam Diam

Masa-masa kuliah terasa bagai dunia kebebasan bagiku. Awalnya aku berpikir, tinggal di kosan yang bersebelahan dengan Kak Daren, hidupku akan makin membosankan. Nyatanya kakakku itu  tidak terlalu mengurusi keseharianku. Dia terlalu sibuk dengan persiapan sidang kelulusannya.Aku juga mulai menikmati pekerjaanku di studio gambar Kang Dadan. Penghasilan yang kudapat juga cukup lumayan untuk biaya sehari-hari. Bahkan Kang Dadan sering memberikan bonus jika desain yang kuserahkan menjadi produk unggulan. Lalu hubunganku dengan Ares pun semakin dekat. Bahkan teman-teman seangkatan sering menyangka kami pacaran. Di mana ada aku, Ares selalu mengikuti, kecuali ke toilet cewek.Terkadang disaat jeda jam kuliah, cowok itu  sering bertandang ke kosanku, hanya untuk sekadar beristirahat atau menghabiskan sisa hari sebelum kembali ke Bandung untuk bekerja. Sikapnya masih seperti biasa, cuek sekaligus perhatian.
Baca selengkapnya

Masa Lalu Ares

Ketenanganku kembali terusik tatkala Kak Daren lulus kuliah. Lulus dengan predikat cumlaude, nilai indeks prestasi dan skor toefl yang mendekati sempurna. Membuat Papa kembali melontarkan kalimat kekecewaannya terhadapku.Ketika keluargaku mengadakan acara makan malam untuk merayakan kelulusan Kak Daren, aku memilih menepi. Menjauh dari euforia yang mereka rasakan. Hatiku terlanjur remuk mendapat berbagai kalimat merendahkan dari Papa. Sedangkan Mama, hanya bisa diam tak membela.Rasa rendah diri itu kembali hadir. Mempengaruhi suasana hatiku. Kafe Kang Hilmiโ€“tempat Ares bekerjaโ€”yang menjadi tujuan pelarianku. Perubahan sikapku saat itu tak luput dari perhatian Ares."Sudah, nggak usah berkecil hati. Lo punya kelebihan lain yang nggak dipunya kakak lo. Mungkin saat ini ortu lo belum ngeliat aja," hiburnya ketika aku menumpahkan segala uneg-uneg.Aku merenggut. Merasa kata-kata Ares hanya untuk membesarkan hatiku s
Baca selengkapnya

Hidup Bebas

Setelah Kak Daren pindah, hidupku makin bebas. Bagai anak ayam yang biasa dikurung, benar-benar menikmati masa keluar dari sangkar. Bebas tanpa batas. Berkeliaran kian kemari.Penyebabnya tak lain, karena aku mulai akrab dengan Agnes, penghuni kos sebelah kamarku. Awalnya dia hanya mengajakku untuk sekedar menghabiskan waktu di kafe yang tak jauh dari kosan kami. Lama-lama kami mulai makin dekat satu sama lain. Pembawaan Agnes yang supel, membuatku nyaman berteman dengannya.Bahkan sesekali ketika hendak pergi bersamanya, Agnes mendandaniku. Membuat rasa percaya diriku mulai tumbuh. "Lo itu sebenarnya cantik, hanya nggak bisa nunjukin kelebihan lo," ujarnya kala mendandaniku.Pertama kali melihat penampilanku di cermin, aku seakan melihat orang lain. Berbagai kosmetik dan make up yang dibubuhkan Agnes ke wajahku membuat tampilanku menjadi beda, aku menyukai hasil karya Agnes. Tidak terlalu menor, tapi menonjol
Baca selengkapnya

Hiburan Malam

Mobil yang dikendarai Agnes memasuki area parkiran sebuah gedung apartemen di jalan Braga.  Berhenti di area parkir yang bertanda "khusus untuk penghuni apartemen."Gadis itu mengajak kami turun, dan melenggang anggun ke arah lift. Perasaan takut kembali menguasai pikiranku. Kulirik ketiga gadis lainnya selain Agnes. Mereka tampak begitu santai. Bahkan melenggang sama anggunnya dengan Agnes."Nyantai aja, Sis. Enggak bakal diapa-apain kok." Tiba-tiba Silvi menggandeng tanganku. "Baru pertama kali clubbing?" tanyanya dengan senyum ramah. Aku mengangguk membalas dengan senyum kikuk."Jangan mikir macem-macem. Kita ntar cuma liat DJ battle sama having fun aja, nggak pakai drop-dropan," ujar Silvi seakan membaca pikiranku."Drop-dropan apaan?" tanyaku dengan polosnya."Mabok-mabokan," sahut Agnes tertawa geli.Aku hanya manggut-manggut. Me
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status