Menjadi Madu Sahabatku

Menjadi Madu Sahabatku

last updateLast Updated : 2024-11-25
By:  Rossy Dildara  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
55Chapters
895views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Silla, kamu mau 'kan jadi maduku?" Seperti petir yang menyambar di tengah hari, Silla terkejut mendengar permintaan tak terduga dari Elsa–sahabatnya, yang selama ini dianggapnya sebagai saudara. Selembar kertas hasil pemeriksaan dokter menunjukkan jika dia tidak subur, Elsa akhirnya meminta Silla untuk menjadi madunya. Hanya sebentar, hanya sampai Silla berhasil melahirkan keturunan untuk suami Elsa. Awalnya, Silla menolak dengan tegas. Namun, desakan terus menerus membuatnya akhirnya setuju. Lalu, bagaimana jika dirinya terjebak dalam lingkaran pernikahan itu? Apalagi, sedari dulu hingga sekarang, Silla rupanya masih memendam rasa kepada Nathan—suami dari Elsa. Akankah semaunya berjalan semestinya? Atau, Silla justru tak ingin lepas dari Nathan?

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab. 1

"Silla, kamu 'kan jadi maduku?"Silla yang tengah mencuci piring di dapur sontak terhenyak, mendapatkan permintaan secara tiba-tiba oleh sahabatnya itu. Bahkan hampir saja, piring yang ada ditangannya jatuh."Elsa, apa yang kamu katakan??" Silla menganggap dia salah dengar, atau, perempuan itu hanya bercanda."Apa belum jelas, aku memintamu untuk menjadi maduku, Silla." Elsa langsung memeluk Silla dari belakang, kedua matanya tampak berkaca-kaca."Jangan bercanda tentang hal seperti ini, Elsa. Nggak lucu.""Siapa juga yang bercanda? Aku serius, Sil." Dengan lembut, Elsa mematikan kran air pada wastafel lalu menarik Silla untuk duduk bersamanya di kursi yang letaknya tak jauh dari sana."Aku belum selesai mencuci piring tau, Sa.""Udah biarin aja. Ada yang jauh lebih penting, lihatlah." Elsa menyodorkan selembar kertas ke arah sahabatnya. Perempuan itu langsung mengambilnya dengan raut bingung."Ini apa?""Itu hasil pemeriksaan dari Dokter, Sil. Dia mengatakan kalau aku nggak subur.

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Na_Vya
Pilihan sulit bagi Elsa, tetapi lebih sulit Silla yang diam-diam memiliki perasaan terpendam terhadap suami sahabatnya sendiri༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ
2024-05-17 12:17:43
1
user avatar
Rossy Dildara
Halloo... ... selamat datang di karya ke 3-Ku di GoodNovel. Jangan lupa kasih vote sebanyak-banyaknya, ya! Ulasan bintang lima dan komentarnya juga! Terima kasih ... sarangheo ......️
2024-05-16 23:25:58
1
55 Chapters

Bab. 1

"Silla, kamu 'kan jadi maduku?"Silla yang tengah mencuci piring di dapur sontak terhenyak, mendapatkan permintaan secara tiba-tiba oleh sahabatnya itu. Bahkan hampir saja, piring yang ada ditangannya jatuh."Elsa, apa yang kamu katakan??" Silla menganggap dia salah dengar, atau, perempuan itu hanya bercanda."Apa belum jelas, aku memintamu untuk menjadi maduku, Silla." Elsa langsung memeluk Silla dari belakang, kedua matanya tampak berkaca-kaca."Jangan bercanda tentang hal seperti ini, Elsa. Nggak lucu.""Siapa juga yang bercanda? Aku serius, Sil." Dengan lembut, Elsa mematikan kran air pada wastafel lalu menarik Silla untuk duduk bersamanya di kursi yang letaknya tak jauh dari sana."Aku belum selesai mencuci piring tau, Sa.""Udah biarin aja. Ada yang jauh lebih penting, lihatlah." Elsa menyodorkan selembar kertas ke arah sahabatnya. Perempuan itu langsung mengambilnya dengan raut bingung."Ini apa?""Itu hasil pemeriksaan dari Dokter, Sil. Dia mengatakan kalau aku nggak subur.
Read more

Bab. 2

"Lho, Mas. Mas Nathan!!"Melihat sang suami berlari begitu saja meninggalkan acara yang belum selesai, Elsa bergegas mengejarnya sampai pria itu masuk ke dalam kamar."Aaaarrggghhh!!"Nathan tiba-tiba mengerang, membuat Elsa terkejut. Dia berlari menghampiri, lalu mendekapnya dari belakang."Mas kenapa? Ada apa, Mas?"Hembusan napas Nathan terdengar berat, dia lantas mengusap kasar wajahnya. "Masih bisa kamu tanya aku kenapa? Apa kamu udah puas sekarang?""Puas bagaimana sih, Mas? Ini 'kan untuk kebahagiaan kita." Elsa melepaskan dekapannya, lalu menarik sang suami ke kasur untuk duduk bersama. "Kan kedua orang tua Mas yang mendesak kita untuk punya anak. Apa Mas lupa?""Tapi kenapa harus Silla, Yang? Apakah nggak ada perempuan lain di dunia ini selain dia, yang bisa jadi madumu?"Meskipun pada akhirnya Nathan bisa luluh, atas permintaan paksa dari sang istri, tapi nyatanya dia seolah belum bisa terima jika Silla lah yang akan menjadi istri keduanya.Nathan sangat membencinya, dan ten
Read more

Bab. 3

Sesampainya di sana, Elsa dengan penuh keceriaan mengantar mereka ke salah satu kamar yang sudah dia pesan khusus untuk keduanya. Dia dengan teliti mempersiapkan segala hal demi membuat Nathan merasa nyaman dan segera dapat memiliki anak."Semoga kamu suka dengan kamarnya, Sil. Begitu pun dengan Mas Nathan," ucap Elsa dengan penuh harap dan kehangatan dalam suaranya, sambil tersenyum lembut membukakan pintu untuk mereka masuk.Kamar hotel khusus untuk pengantin baru itu terlihat begitu indah dan romantis. Silla merasakan getaran kebahagiaan dan haru melihat dekorasinya yang menakjubkan. Dia bisa merasakan betapa Elsa telah berusaha keras untuk menciptakan momen untuknya, supaya segera memberikannya anak.Tempat tidur yang besar dan nyaman, dekorasi dengan bunga-bunga segar, lukisan-lukisan indah, dan balkon pribadi menghadap pemandangan kota. Semua detail dirancang dengan cermat untuk menciptakan pengalaman yang aman dan nyaman. "Kita keluar dulu sebentar yuk, Mas," ajak Elsa menarik
Read more

Bab. 4

"Ah enggak, enggak! Aku nggak mau!" Nathan menggeleng cepat, berusaha menolak keras apa yang ada dalam benaknya.Meskipun hal itu untuk kebaikan, tapi tetap saja Nathan tidak bisa. Menyetujui permintaan Elsa untuk menikah lagi saja itu sudah salah, apalagi sampai menyentuh perempuan lain selain dirinya.Nathan berpikir, mungkin saja diluar sana Elsa sedang menangis. Karena membayangkan suaminya tengah memadu kasih dengan madunya."Enggak, sampai kapan pun aku nggak akan menyentuh Silla! Biarkan saja kalau aku dan Elsa nggak punya anak selamanya, yang terpenting aku nggak bersentuhan dengan perempuan yang sok kecantikan macam Silla!" serunya dengan tekad yang kuat.***Keesokan harinya.Dengan berat, mata Silla terbuka dan sontak dia terkejut melihat Nathan berdiri di hadapannya sambil menatapnya dengan dingin."Eh, Kak. Selamat pagi. Jam berapa sekarang?" tanyanya dengan canggung, Silla mengalihkan pandangannya ke meja nakas, melihat jam weker di sana yang menunjukkan pukul 6. "Astagh
Read more

Bab. 5

Lima belas menit menunggu di mobil, akhirnya Nathan melihat Silla datang dengan susah payah mendorong kopernya.Namun, melihat penampilan Silla yang mengenakan kaos pendek serta celana kolor yang dia yakini miliknya, membuat dia terkejut sendiri."Heh! Aku baru tadi ngomong supaya kamu itu tau diri, ya! Kenapa kamu belum paham juga sampai sekarang??" geram Nathan berteriak, setelah jendela mobilnya dia buka."Maksud Kakak apa? Memangnya apa yang salah?" tanya Elsa bingung."Pakai nanya, itu yang kau pakai apa, hah?" Nathan menunjuk tubuh Silla. "Itu pakaianku, kan?""Oohh ini?" Silla mencubit kecil ujung bajunya, lalu menatap sang suami. "Maaf, Kak. Aku pinjam dulu ya, baju Kakak. Nanti sampai rumah langsung aku cuci dan balikin.""Enak saja pinjam-pinjam, nggak! Nggak boleh!" tegasnya melarang. "Sekarang lepas! Ayok lepas, Silla!" desaknya memaksa."Ya Allah Kakak, aku hanya—""LEPASS!!!" pekik Nathan dengan suara menggelegar. Dia merasa tidak ikhlas, jika pakaian yang sering dia pak
Read more

Bab. 6

"Ya ini aku barusan habis ngambil mobilku di bengkel, Mas. Terus sengaja balik lagi ke sini karena aku khawatir kamu sudah keburu sampai di rumah Daddy," jelas Elsa dengan suara lembut, namun terdengar penuh perhatian. Nathan menatap Elsa dengan ekspresi bingung yang tak dapat disembunyikan. "Kenapa harus khawatir? Memangnya kenapa kalau aku sudah keburu ada di rumah Daddy?!" tanyanya, mencoba mencari pemahaman dari penjelasan Elsa. "Ooohh ... itu, jadi maksudnya ...." Elsa terlihat sedikit gugup, matanya berbinar-binar namun mulutnya terhenti sejenak. Setelah beberapa detik berlalu, dia akhirnya melanjutkan, "Ya aku cuma nggak mau kamu nunggu aku kelamaan, kamu 'kan pasti capek, Mas." "Capek?!" Nathan mengernyitkan dahi, mencoba memahami alasan di balik kata-kata Elsa. "Capek kenapa, coba, Yang? Masa nungguin istri sendiri capek. Lagian kamu juga, kan aku udah bilang kita bareng aja sekalian ngambil mobilmu. Jadi nggak perlu kamu sendirian 'kan nggak bolak balik." "Enggak apa-
Read more

Bab. 7

"Ooh, ini 'kan Mas yang ngecup kemarin," jawab Elsa cepat. Dia juga mencoba menyembunyikan kegugupan yang kembali melanda. "Kemarin?! Kemarin kapan, Yang?" Nathan menatap bingung. "Kemarin malam maksudnya, Mas. Memangnya Mas nggak ingat, ya, kalau pagi sebelum menikah dengan Silla ... malamnya kita sempat bercinta?" "Oohhh iya juga, sih, Yang." Nathan mengangguk, saat teringat hal itu. "Tapi, kok dari kemarin aku nggak sadar, ya, Yang? Aku baru nyadar ya sekarang. Padahal warnanya terang begitu." "Ya mungkin karena kemarin Mas sibuk berdebat denganku tentang Silla. Jadi wajar, Mas." Elsa menjelaskan dengan santai. "Iya kali ya, Yang. Maaf deh ... kalau aku lupa, aku malah sempat berpikir yang enggak-enggak." Nathan tersenyum dengan wajah bersalah. Hampir saja dia berpikiran jauh tentang Elsa, meskipun sejujurnya dia sendiri yakin, hal seperti yang dia pikirkan itu tidak mungkin terjadi. Dia yakin Elsa adalah perempuan yang sangat set
Read more

Bab. 8

"Aku dan Kak Nathan nggak perlu pergi bulan madu, Pa," jawab Silla sambil tersenyum, lalu menyentuh perutnya. "Insya Allah ... kalau Allah sudah berkehendak, aku bisa segera hamil." "Aminnn ... Papa akan ikut do'akan yang terbaik untukmu," sahut Haikal yang ikut menyentuh perut Silla. "Tapi, Sil, si Nathan dan Elsa ada di mana kira-kira? Kok Papa dari awal sampai nggak ngelihat mereka, ya?" tanyanya yang baru menyadari ketidak hadiran anak dan menantunya itu. "Mereka nggak ada di rumah, Pa. Tadi sih aku nggak sengaja dengar pas Kak Nathan telepon Elsa, kalau Elsa dari semalam menginap di rumah Daddy-nya Kak Nathan. Terus, Kak Nathan pergi jemput Elsa," ucap Silla menjelaskan. "Lho, ngapain si Elsa menginap di rumah mertuanya??" Haikal tampak bingung, dahinya berkerut. "Aku nggak tau, Pa." Silla menggeleng. "Mungkin karena Elsa kesepian di rumah, kasihan juga sebenarnya aku sama Elsa. Pasti dia sedih banget ditinggal Kak Nathan." "Ya itu udah resikonya, siapa suruh memintamu u
Read more

Bab. 9

Setelah setengah jam kepergian Haikal dan asistennya, Elsa dan Nathan tiba di rumah tersebut sambil saling bergandengan tangan. "Eh, Bi, di mana Silla?" tanya Elsa, memperhatikan Bibi pembantu turun dari tangga. "Ibu sudah pulang? Selamat siang, Bu," sapa Bibi dengan sopan. "Nona Silla ada di kamarnya, sedang istirahat." "Sejak kapan aku memberikan kamar untuknya di sini??" tanya Nathan dengan nada marah dan sorot mata tajam kepada Bibi. "Maafkan Bibi, Pak. Kalau Bibi belum meminta izin sebelumnya kepada Bapak dan Ibu. Tadi Nona Silla sempat bilang ingin istirahat, jadi Bibi mengajaknya masuk ke kamar tamu," jelas Bibi dengan penuh ketakutan. "Kamar tamu di mana, Silla, Bi?" tanya Elsa. Berbeda dengan reaksi marah Nathan, Elsa tetap tenang. Dia sama sekali tidak mempermasalahkan tindakan Bibi. "Pas di sebelah kamar utama, Bu. Kamar Ibu dan Pak Nathan," jawab Bibi sambil menundukkan wajahnya. "Lain kali, Bibi harus konfirmasi dulu kepadaku atau Elsa sebelum bertindak. Jang
Read more

Bab. 10

"Enggak mungkinlah Pak Nathan marah, Nona." Bibi menggeleng tidak percaya. "Bibi saja di rumah ini, sering makan lebih dulu sebelum Pak Nathan maupun Bu Elsa. Tapi mereka nggak marah sama sekali." "Aku sama Bibi beda." "Beda apanya, Nona?" Bibi tampak mengerutkan dahinya, bingung dengan jawaban Silla. "Oohh, karena Bibi itu pembantu kali, ya?" "Bukan, Bi. Ini bukan masalah pekerjaan." Silla menggeleng, dia tak mau nantinya Bibi tersinggung karena memang maksudnya bukan itu. "Terus apa, Nona dong, Nona?" "Ya karena intinya kita beda aja, Bi. Ditambah aku juga orang baru di rumah ini," jawab Silla mencari alasan. Tidak mungkin juga dia bercerita sebenarnya, kalau Nathan membencinya. Lagian, Bibi juga tidak memiliki urusan dalam hal itu. "Udah ... mending Nona makan dulu, daripada nanti sakit perut, kena magh. Bibi bisa-bisa disalahkan." Bibi langsung mengambil piring lalu menuangkan nasi dan lauk di atas piring untuk Silla, lalu menarik kursi untuknya. "Siapa yang bakal menyalahka
Read more
DMCA.com Protection Status