Di malam pernikahan Kavi dan Nadiya, Sarah datang dengan membawa kabar bahwa dirinya sedang mengandung anak Kavi. Malam pernikahan yang seharusnya hanya tinggal menghitung jam untuk bahagia, berubah menjadi hujan air mata. Orang tua Nadiya murka dan memilih mencarikan calon suami yang lain untuk Nadiya. Dira, pemuda dari kota yang dipaksa orang tuanya untuk menikahi gadis desa yang sama sekali tak dikenalnya. Bagaimana perjalanan mereka, yukk baca..
View MoreBab 28Suara tangis Sarah terdengar memilukan di rumah Bu Aisyah. Ia terus menangis mencari keberadaan Kavi, suaminya. "Diamlah, Sarah! Ibu tidak tahu harus kemana mencari suamimu! Kerjaannya banyak dan ngga melulu ada dikantor!" Bu Aisyah pusing dengan suara tangis Sarah yang terus saja meraung mencari Kavi, seperti anak kecil kehilangan ibunya."Sudah dua hari Mas Kavi pergi, Bu. Anaknya diabaikan begitu saja," rengek Sarah sambil mengusap perutnya. "Kan ada Ibu di sini! Yang penting Ibu sudah merawatmu dengan baik! Kamu juga tidak kekurangan makanan apapun, lalu kurang apa lagi? Biarkan Kavi bekerja, jangan selalu mencarinya!" sungut Bu Aisyah tak lagi mampu menahan rasa kesalnya. Suaranya yang biasa lemah lembut, kini meledak-ledak karena emosi."Ibu yakin Mas Kavi kerja? Apa dia tidak sedang berjumpa dengan Nadiya?" sinis Sarah setelah berusaha menahan tangisnya. Ia menatap mertuanya dengan seringai penuh kebencian."Jangan berburuk sangka!" sembur Bu Aisyah keras. Ia menatap t
Bab 27Karina menatap wajah Dira dengan senyum meremehkan. Ia lantas berjalan menuju dinding kaca yang menampakkan pemandangan luar yang sayang untuk dilewatkan. Tangan Karina bersidekap, matanya menatap pemandangan di luar sebelum kembali terarah pada wajah lelaki di belakangnya."Kamu pikir dia anak kecil yang tidak bisa menggunakan mulutnya untuk bertanya? Banyak jalan untuk pulang jika dia ingin. Perempuan itu sudah dewasa, tak perlu kamu khawatirkan seperti itu," ucap Karina santai. "Tapi Sayang, aku suaminya. Aku tak bisa diam saja melihat dia tidak ada di kamarnya," sanggah Dira cepat."Ini masih semalam. Mungkin dia tertidur atau sedang menghabiskan waktu di tempat yang lain. Kamu jangan berpikiran buruk dulu," lanjut Karina lagi. Ia tak mau termakan kekhawatiran yang sedang dirasakan kekasihnya.Karina menatap wajah sang kekasih. Ia berangsur mendekat lalu melingkarkan tangannya di leher pria yang masih dicintainya itu, bermaksud untuk merayunya."Aku bisa membuatmu tenang.
Bab 26Bu Halimah tak bisa menahan senyumnya. Ia merasa lega sebab sang putri terdengar bahagia di acara bulan madunya. Pernikahan yang dipaksakan, rupanya tak terlalu buruk. Harapan demi harapan teruntai sempurna di hatinya yang mulai merasa lega.Namun, hingga malam hari sang putri tak juga bisa ditelepon. Berulang kali panggilannya tersambung tapi tak kunjung diangkat. Hal itu membuat Bu Halimah mendadak gelisah.Berawal dari rasa gelisah, Bu Halimah tak dapat tidur dengan nyenyak. Seperti ada yang mengganjal dalam dadanya. Hal itu makin membuat tidurnya menjadi tak karuan. Matanya memang terpejam, tapi pikirannya terus bekerja.Mimpi buruk pun menyapa Bu Halimah dan makin menambah rasa cemasnya terhadap sang putri. Tidak pernah dalam hidupnya ia berpisah jarak jauh seperti sekarang ini. Apalagi ditambah dengan kekhawatiran yang melanda hatinya.Tak bisa diam saja, Bu Halimah kembali menghubungi Pak Yusuf keesokan harinya untuk menyalurkan rasa gelisahnya. Berharap lelaki itu mampu
Bab 25Nadiya mematut diri di depan cermin. Ia harus berhias untuk kembali menemui sang suami. Bayangan kegiatannya di atas ranjang tadi membuat wajah itu kadang tersenyum sendiri. Tak jarang semburat merah di kedua pipinya yang tirus."Makasih ya Allah. Tak perlu aku meminta, Mas Dira datang sendiri mengajakku. Makasih," ucap Nadiya dengan gelegak bahagia dalam dadanya. Ponsel Nadiya berdering saat tangannya sibuk memoles krim pemutih di wajahnya. Ia bergegas meraih ponsel yang tergeletak begitu saja di atas kasur."Assalamualaikum Ibu," ucap Nadiya penuh semangat. Ponsel itu mengarah ke wajahnya yang sedang tersenyum bahagia."Waalaikum salam. Anak Ibu senyum-senyum bahagia, pasti ada sesuatu yang sudah terjadi," jawab Bu Halimah turut mengulum senyum."Iya, Bu. Nadiya bahagia sekali," balas Nadiya lagi."Alhamdulillah. Ibu selalu berdoa untuk kebahagiaan kamu. Dira ngajak kencan ya?"Nadiya tak bisa menutupi semburat merah yang tercipta di wajahnya. Ada rasa malu bercampur bahagi
Bab 24Nadiya tersenyum penuh kemenangan. Keadaanya kini, membuat semua orang tahu bahwa ada sesuatu yang sudah terjadi antara dirinya dengan sang suami, lelaki yang masih terlelap di atas ranjang itu. Badan Dira yang hanya terbungkus selimut, badan Nadiya yang hanya terbungkus handuk, serta pakaian yang masih tergeletak di atas lantai begitu saja menjadi bukti nyata atas kebahagiaan yang sudah mereka reguk bersama.Demikian dengan Karina. Dalam kepalanya sudah bisa menebak apa yang baru saja terjadi. Obat yang sudah dimasukkan ke dalam minuman Dira dengan maksud untuk membuat sang kekasih segera menyentuh dan menyemai benih di dalam rahimnya, tapi rupanya apa yang sudah direncanakan itu malah menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Hal itu membuatnya mendecih penuh emosi. Rencana Karina gagal karena ia terbuai dengan barang belanjaan yang membuatnya lupa akan rencana yang sudah disusunnya."Shitt!" umpat Karina kesal. Tapi umpatan itu cukup terdengar jelas di telinga Nadiya."Kamu m
Bab 23Karina tersenyum penuh arti sambil menatap segelas minuman yang ada di tangannya. Rencananya siap dieksekusi. Ia tak boleh gagal kali ini. Apapun resikonya, ia akan siap menerima agar bisa tetap bersama dengan sang kekasih.Langkah Karina terasa ringan menuju kamar Dira. Ia siap menyerahkan dirinya hari ini. Tak hanya cinta, apapun akan diberikannya untuk lelaki yang sangat dicintainya itu.Di depan pintu kamar Dira, Karina mengambil ponselnya. Ia mencari kontak sang kekasih dan segera menghubunginya. Sekali, dua kali hingga tiga kali menekan panggilan ulang barulah Dira mengangkat panggilannya itu."Sayang bukain pintunya, aku bawa sesuatu buat kamu," ucap Karina dalam sambungan telepon. "Hemm," jawab suara diujung panggilan.Dengan malas, Dira bangkit dari tidurnya untuk membukakan pintu. Matanya masih setengah memejam saat tangannya menarik gagang pintu demi memberi jalan sang kekasih untuk masuk ke ruangannya.Karina tersenyum senang saat mendapati wajah sang kekasih yang
Bab 22Nadiya terhenyak seketika dengan tantangan yang diberikan Karina. Ia tiba-tiba saja meragu atas tantangannya itu. Akan tetapi, senyum meremehkan yang terpasang di wajah Karina kembali membuat nyalinya bangkit."Baiklah. Aku bisa laporkan kalian. Jadi jangan macam-macam." Nadiya berusaha menutupi kegugupannya."Apaan sih kalian!" sentak Dira cepat. Matanya menatap dua wajah cantik di depannya bergantian dengan tatapan tajam."Kamu pikir aku bodoh? Aku tidak mungkin memesan kamar hanya satu sementara kita bertiga!" sembur Dira lagi. Kali ini pandangannya berhenti tepat di depan wajah Nadiya, seolah sedang menegaskan kekhawatiran yang sempat muncul dalam dirinya.Karina dan Nadiya hanya mampu terdiam mendapati jawaban Dira yang mematahkan ancaman keduanya."Aku sudah memesan tiga kamar. Jadi kamu jangan berpikir yang aneh-aneh! Aku cukup tahu diri dan tahu batas." Lagi, Dira menyembur Nadiya dengan kalimatnya yang tegas dan penuh penekanan.Plong. Hati Nadiya merasa lega seketika.
Bab 21Nadiya merasa aneh sejak di dalam mobil hingga keduanya tiba di bandara. Untuk bertanya pun Nadiya sudah malas sebab dua kali mengajak bicara Dira hanya menjawab seadanya. Dira seolah sibuk dengan dunianya sendiri. Tak peduli ada wanita yang sejak tadi berusaha mengajaknya bicara agar tidak bosan selama perjalanan tapi ia tetap asik sendiri dengan ponselnya.Namun, ingatan Nadiya kembali terbayang apa yang diucapkan ibunya. "Jangan bosan untuk mengambil hati suamimu. Kalau dia ngga respon, terus pancing sampai dia mau peduli sama kamu. Namanya juga nikah karena terpaksa, harap maklum kalau dia agak kaku, apalagi dingin. Tetapi, sebagai istri kamu ngga boleh ikut ngga peduli juga. Dia sudah baik dengan mau membantu kita lepas dari rasa malu. Maka dari itu, kamu harus memberikan pelayanan terbaik agar dia tidak menyesal telah menikahimu."Nadiya menghela napas panjang. "Baiklah. Biar kucoba lagi," batinnya."Mas, tujuan kita kemana aja?" tanya Nadiya takut-takut. Takut kalau per
Bab 20Bu Wati tersenyum melihat ekspresi Nadiya yang seolah penuh dengan tanda tanya. Ia memaklumi jika yang ditanya tak paham sebab kiasan yang ia gunakan jauh berbeda dengan maksud pertanyaannya."Sudah berapa ronde belah durennya?" bisik Bu Wati lagi yang seketika membuat wajah Nadiya bersemu merah. Malu."Astaga Ibuuu, kirain apaan," jawab Nadiya sambil menutup bibirnya dengan kedua tangan."Yuk duduk dulu. Ibu panggilkan Kepala Sekolah," ucap Bu Wati lagi, tak menanggapi jawaban Nadiya sebab ia pun malu sendiri.Tangan Bu Wati menunjuk kursi panjang yang ada di sudut ruangan untuk mempersilahkan Nadiya dan suaminya duduk."Silahkan, Mas," ucap Bu Wati sambil menatap Dira yang sejak tadi hanya diam menyaksikan dua wanita beda usia saling melepas rindu."Yuk Mas," ajak Nadiya. Ia tak mau duduk sebelum sang suami duduk lebih dulu.Dira melangkah dengan malas menuju kursi yang ditunjuk Nadiya. Pandangannya menyapu sekitar. Tangan yang semula dimasukkan ke dalam saku celana itu seger
Bab 1"Pernikahan ini bukan mainan, Mas! Bapak bisa murka kalau dengar kabar ini!" Nadiya berucap dengan pandangan tak lepas dari laki-laki di depannya."Aku ngga bermaksud seperti itu, tapi Sarah tiba-tiba datang pada Mas dengan membawa kabar itu," balas Kavi, laki-laki yang sudah menyiapkan sebuah pernikahan untuk Nadiya esok pagi."Kalau Mas tidak merasa ya sudah. Jangan dihiraukan ucapan perempuan itu." Nadiya berusaha tenang meskipun hatinya timbul gelisah."Semoga saja Sarah tidak nekat datang ke rumah kamu. Mas sudah katakan padanya kalau Mas tidak percaya tapi dia mengancam.""Datang atau tidak, selama Mas tidak melakukannya pernikahan ini akan tetap berjalan. Aku percaya penuh padamu, Mas," sambung Nadiya percaya diri.Namun malam itu, Sarah benar-benar datang ke rumah Nadiya untuk mengadukan semuanya."Tolong batalkan pernikahan ini, Pak. Di dalam rahim saya ada benih Mas Kavi," ucap perempuan berambut panjang itu dengan raut penuh kesedihan."Jangan ngawur kamu kalau bicara...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments