Share

Bab 4

Author: Safiiaa
last update Last Updated: 2025-03-07 14:35:04

Bab 4

Tak hanya keluarga Nadiya yang dilanda kesedihan, keluarga Kavi pun demikian. Pernikahan yang sudah direncanakan dengan matang tiba-tiba saja harus gagal hanya karena berita yang dibawa oleh Sarah.

Aisyah, ibunya Kavi tak henti menangis saat kabar kehamilan Sarah sampai padanya. Selama ini ia selalu mendidik Kavi dengan baik agar menjadi anak yang membanggakan. Akan tetapi, fakta yang ia dapatkan kini membuatnya merasa gagal sebagai orang tua.

"Ibu tak pernah mengajarimu menjadi laki-laki pecundang. Mau tak mau, kamu memang harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kamu lakukan." Aisyah berkata dengan hati perih. Sekuat tenaga ia menutupi apa yang sedang terasa sesak dalam hatinya.

Namun percuma. Air mata yang ditahan Aisyah itu ternyata luruh juga.

"Tapi, Bu, kabar itu belum tentu benar. Bisa saja Sarah mengada-ada," sanggah Kavi membela diri. Ia sama sekali tak tahu apa yang terjadi malam itu dan bagaimana bisa asal mengakui bahwa anak dalam rahim Sarah adalah darah dagingnya?

"Benar apa tidak, pernikahanmu dengan Nadiya gagal karena masalah ini. Kamu tak lagi punya alasan untuk mengelak." Aisyah mengusap wajahnya yang basah.

"Maafkan Kavi, Bu, Kavi gagal jadi anak yang baik untuk Ibu." Kavi tak tega melihat wajah ibunya yang penuh luka itu. Ia berusaha meraih tangan ibunya, tapi segera ditepis dengan keras.

"Kalau sudah tahu gagal jadi anak yang baik, paling tidak sekarang kamu harus bisa jadi pasangan yang baik. Terlebih jadi bapak yang baik untuk anakmu itu!" sentak Aisyah keras.

"Ibu benar-benar memintaku untuk menikahinya?" ucap Kavi lagi mengulangi ucapan ibunya.

"Apalagi? Mau menambah malu wajah Ibu dengan kamu mengelak dari tanggung jawab? Sarah bisa membatalkan pernikahan yang sudah didepan mata, bukan tak mungkin lagi ia makin membuat Ibu malu karena kamu menolak menikahinya!" sembur Aisyah lagi.

Kavi terdiam. Ia tak menyangka perbuatan Sarah bisa membuatnya sekacau ini, terlebih ibunya. Baru kali ini, ia mendapati sang ibu sesedih ini.

"Bawa dia ke sini, Ibu mau bicara!" sambung Aisyah sebelum ia mengangkat badannya untuk pergi dari hadapan Kavi.

Kavi tak banyak bicara. Ia tak punya cara lain selain menuruti apapun yang ibunya minta. Sekian tahun berusaha menjadi anak yang baik dan tak berulah, kini nama Kavi sudah tak lagi bersih di depan ibunya.

Tak punya pilihan lain, Kavi terpaksa menghubungi Sarah.

"Pagi, calon suami," sapa Sarah dengan suaranya yang dibuat semanja mungkin.

"Jangan banyak berharap. Ibu memintaku menghubungimu agar datang ke rumah." Tak ada keramahan sedikitpun dari suara Kavi. Ia mulai muak dengan apapun yang dilakukan Sarah.

"Wah kabar yang sangat bagus itu. Aku sudah menunggunya untuk berjumpa. Aku akan bicara banyak mengenai calon cucunya yang sudah tumbuh dalam rahimku."

"Seharusnya tes DNA dilakukan sekarang sebelum aku terlanjur bertanggung jawab atas apa yang tidak aku lakukan."

"Kamu tidak percaya kalau ini anakmu? Mana mungkin aku berbohong, Sayang. Kamu ganas sekali malam itu. Kamu sangat menikmati aktivitas kita di atas ranjang. Sekarang bagaimana bisa kamu tidak mengakuinya?"

"Tidak ada bukti yang kuat untuk menunjukkan bahwa aku sudah menyentuhmu malam itu. Bisa saja semua ini hanya akal-akalanmu saja agar aku mau menuruti apapun yang kamu ucapkan!" sembur Kavi tanpa tedeng aling-aling.

Sarah mulai geram dengan ucapan Kavi. Akan tetapi, ia berusaha mengontrol dirinya agar tak sampai berbuat kotor pada calon suami dan keluarganya.

Bagi Sarah, yang penting adalah pernikahan Kavi dan Nadiya sudah batal. Dan ia yang akan menggantikan posisi Nadiya sebagai istri Kavi nantinya.

Siang itu, Sarah benar-benar datang ke rumah Kavi untuk memenuhi permintaan Aisyah. Hatinya penuh dengan rasa lega sebab undangan dari orang tua Kavi yang sudah pasti untuk membahas masalah yang sengaja ia buat.

Mata Aisyah menyapu sekujur tubuh Sarah dari ujung rambut hingga ujung kaki. Badan lansing dengan dress selutut itu membuat Sarah terlihat anggun. Sayangnya, rambut yang dicat blonde membuat Aisyah sedikit mengerutkan dahinya.

"Duduk!" titah Aisyah setelah menerima uluran tangan Sarah di depannya.

Sarah tak banyak bicara. Ia hanya tersenyum simpul di depan Aisyah dan Kavi.

"Ibu tidak tahu apakah benar kejadian itu benar-benar terjadi atau hanya akal-akalanmu saja." Aisyah membuka obrolan dengan Sarah. Ucapannya jelas dan penuh penegasan.

"Sekarang, ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana kejadian malam itu hingga kamu bisa dengan mudah menyerahkan mahkotamu pada Kavi," sambung Aisyah lagi. Ia tak lagi berpikir soal malu atau tidak perihal pertanyaannya. Baginya, semua yang terjadi malam itu harus jelas bagaimana kronologinya hingga ia benar-benar membiarkan putranya menikahi perempuan seperti Sarah.

Sarah menatap Kavi dan Aisyah bergantian. Ia lantas menunduk, menatap dua jemarinya yang sedang dimainkan di atas pangkuan.

"Malam itu, kami berada dalam satu pesta yang sama. Saya tidak tahu apa yang diminum Mas Kavi. Saya hanya minum orange juice dan setelahnya saya minta izin ke toilet untuk buang air. Saya harus ke kamar sebelum kembali ke pesta sebab ada barang saya yang ketinggalan. Tapi ternyata di dalam kamar itu sudah ada Mas Kavi yang sedang merebahkan diri. Saya ditarik oleh Mas Kavi dan tak bisa berkutik setelahnya."

"Bagaimana bisa kamu tidak berkutik sementara kamu dalam keadaan sadar?" sahut Aisyah tak setuju dengan apa yang dilakukan Sarah.

"Bu, saya sudah lama mengharapkan Mas Kavi. Bagaimana bisa saya menolak sementara di hati saya sudah tumbuh cinta untuk anak Ibu?" balas Sarah santai.

Aisyah menggelengkan kepalanya tak percaya. "Benar-benar kamu ini! Seharusnya sebagai perempuan kamu bisa mencari cara yang sehat untuk bersaing mendapatkan hati putra saya. Bukannya diam saja saat dalam kondisi seperti itu!" cecar Aisyah sambil menatap geram perempuan di depannya.

"Saya sudah berusaha, tapi Mas Kavi selalu mengabaikan saya. Akhirnya saya menerima sentuhannya," ucap Sarah tanpa berani menatap wajah calon mertuanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 5

    Bab 5Halimah termenung melihat Nadiya yang sejak kemarin hanya murung saja. Ia sedih melihat sang putri tampak abai pada laki-laki yang kini sudah menjadi suaminya."Nak," panggil Halimah saat Nadiya duduk di ruang tengah.Nadiya mendongak, menatap sumber suara yang sedang berdiri di depannya."Ibu tahu pernikahan ini bukan pernikahan yang kamu impikan. Tapi runtutan kejadian membuatmu menjadi istri dari Dira Atmaja. Berarti menurut Allah, Dira adalah jodoh yang terbaik untukmu," sambung Halimah setelah ia duduk di samping putrinya.Tangan Halimah yang tak lagi mulus itu mengusap lembut rambut Nadiya yang dibiarkan tergerai."Ibu paham bagaimana perasaanmu sebab dulu, Ibu pun mengalami hal yang sama. Bapak dan Ibu adalah hasil perjodohan. Tapi kami bisa saling menerima dan membuka hati hingga benih cinta tumbuh antara kami. Kalau kami bisa, mengapa kamu tidak?" Tatapan Halimah mengunci wajah putrinya."Nadiya tidak tahu harus bagaimana, Bu. Rasanya hati Nadiya sudah mati. Foto itu da

    Last Updated : 2025-03-09
  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 6

    Bab 6"Sayang kapan balik?" rengek suara diujung panggilan. Hal itu membuat Dira makin merasa bersalah sebab harus meninggalkan kekasihnya lebih lama lagi."Maafkan aku. Sepertinya aku belum bisa balik sekarang. Kamu sabar, ya? Setelah aku kembali, kamu boleh belanja apapun yang kamu mau. Aku janji." Dira berusaha mengambil hati Karina, kekasihnya."Kamu kan sudah janji cuma sebentar di sana?!" rengek Karina lagi. Nada suara yang dibuat semanja mungkin membuat lawan bicaranya tak mampu berkutik."Iya. Maafkan aku. Bapaknya baru saja meninggal pas malam pernikahan kami. Aku ngga boleh kembali sama Papa. Jadi aku harap kamu mengerti posisiku," balas Dira penuh penyesalan."Tapi kamu janji kan, ngga sentuh dia? Kamu cuma milikku!" sentak Karina lagi. Nada bicara yang manja tak lepas dari bibirnya yang dibalut dengan lip mate warna baby pink."Enggak, Sayang. Aku ngga sentuh dia. Aku kan sudah janji sama kamu. Masak kamu ngga percaya?" ucap Dira dengan suara tertahan. Posisinya yang sedan

    Last Updated : 2025-03-25
  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 7

    Bab 7Nadiya terperanjat saat melihat sang suami terbangun dari tidurnya. Ia refleks meletakkan baju yang semula dipegangnya ke dalam koper."Kamu apakan koperku?" tanya Dira ketus. Sorot matanya tajam, seperti Elang menemukan mangsanya."Aku ... Aku hanya sedang merapikan pakaianmu, Mas. Sejak kemarin masih di dalam koper. Aku hanya menatanya di dalam lemari agar kamu mudah saat mengambil baju nanti," jawab Nadiya takut-takut. Ia tak berani menatap lawan bicaranya.Dira berdiri dari duduknya. Ia berjalan menghampiri sang istri yang sedang berdiri menunduk sebab rasa takut yang mendera."Apa kamu tidak punya mulut untuk meminta izin padaku sebelum membukanya?" Tak ada keramahan sedikitpun dari ucapan lelaki yang baru saja bangun tidur itu."Maaf, Mas. Aku salah," jawab Nadiya takut-takut.Tanpa permisi, Dira membuka lemari yang ada di hadapan Nadiya. Ia melihat beberapa barang pribadi yang sudah berpindah tempat ke dalamnya. Mata Dira membelalak saat melihat tas berisi pakaian dalam s

    Last Updated : 2025-03-25
  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 8

    Bab 8Sarah mendatangi Kavi di kafe miliknya. Tanpa permisi, Sarah masuk ke dalam ruangannya dan langsung duduk di kursi depan meja kerjanya."Bisa permisi dulu ngga sih sebelum masuk?" sembur Kavi setelah Sarah duduk di kursi itu. Ia menatap perempuan yang baru saja duduk itu dengan mata melotot tajam.Rasa kesal bercampur benci tak lagi dapat ditutupi dari wajah Kavi. Ia muak dengan perempuan di depannya yang menurutnya sudah keterlaluan itu."Maaf. Aku terlalu bersemangat untuk berjumpa denganmu. Kapan kita akan menikah?" tanya Sarah tak peduli pada wajah yang sedang memerah di depannya."Kamu pikir menikah itu semudah membalikkan telapak tangan?" Lagi, mata Kavi kembali melotot tajam melihat perempuan di depannya."Santai dong! Jangan melotot gitu. Kan aku jadi takut," balas Sarah manja. Ia tak peduli emosi yang sedang membara di wajah lelaki di depannya itu."Gimana bisa santai kalau kamu tega sama aku! Meskipun kamu punya foto itu, aku tetap tidak yakin anak yang kamu kandung it

    Last Updated : 2025-03-26
  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 9

    Bab 9Kavi membawa mobilnya dengan kecepatan kencang. Ia tak dapat menyembunyikan rasa takutnya atas dampak dari apa yang dilakukannya pada Sarah. Sesekali matanya melirik wanita yang sedang meringis di kursi samping. Bagaimanapun perasaan bencinya terhadap wanita itu, ia masih punya hati untuk menolong sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama."Sakit, Mas," lirih Sarah sambil memegang perutnya yang terasa nyeri."Sabar. Sebentar lagi sampai," balas Kavi tanpa menoleh. Ia harus fokus pada jalan raya yang padat. Ia pun menambah kecepatan mobilnya agar bisa segera sampai di rumah sakit."Semoga tidak terjadi apapun dengan anak kita," lirih Sarah ditengah rasa nyeri yang dirasakannya. Tangannya tak lepas dari perut yang masih rata itu.Setibanya di rumah sakit, dokter segera memeriksa kondisi Sarah. Beberapa petugas kesehatan turut bergabung bersama dokter jaga. Sementara Kavi hanya menunggu di luar tanpa berani menghubungi siapapun."Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Kavi saat matanya

    Last Updated : 2025-03-27
  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 10

    Bab 10Bu Halimah membelalakkan matanya saat melihat laki-laki yang sedang berdiri di hadapannya. Ia berkacak pinggang dengan dagu terangkat ke atas. "Mau apa lagi? Hah?" cecarnya penuh emosi.Kavi berusaha tenang. Ia menyadari kesalahannya cukup besar sehingga tak salah jika Bu Halimah memberikan respon demikian."Saya ingin berjumpa dengan Nadiya, Bu. Ada yang ingin saya bicarakab. Tolong izinkan," ucap Kavi memohon. Ia tak peduli pada respon mantan calon mertuanya itu."Antara kalian sudah selesai. Tidak ada lagi yang bisa kalian bahas. Nadiya sudah bahagia dengan suaminya, sebaiknya kamu pergi dari sini!" usir Bu Halimah lantang."Tidak, Bu. Saya masih harus minta maaf pada Nadiya. Tolong izinkan saya," balas Kavi lagi.Mendengar keributan di ruang tamu, Nadiya akhirnya keluar dari dalam kamarnya. Ia memberikan respon yang sama dengan ibunya. "Ada apa lagi Mas datang kemari?" "Dek, Mas mau bicara denganmu. Tolong izinkan, sebentar saja," ucap Kavi memohon. Ia tak peduli pada pen

    Last Updated : 2025-03-28
  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 11

    Bab 11Nadiya melangkah dengan ragu menuju ranjang kamarnya. Ia khawatir pertemuannya dengan Kavi memantik amarah dalam diri sang suami. "Aku minta maaf atas apa yang terjadi hari ini," ucap Nadiya ragu-ragu. Ia berdiri dengan gelisah di dekat ranjang tempat sang suami terbaring.Dira yang sedang memainkan ponselnya terpaksa menghentikan aktifitasnya itu. Ia mengangkat wajah hingga pandangannya dan sang istri beradu."Tak masalah. Aku hanya tak mau kamu ikut denganku dan meninggalkan masalah di sini. Aku mau semuanya selesai saat ini." Tidak ada keramahan dalam ucapan Dira. Tak hanya dalam ucapan, sorot wajahnya pun datar. Tanpa ekspresi."Semuanya sudah selesai. Tidak ada masalah antara kami lagi." Nadiya kembali menjelaskan."Baiklah. Aku mau kita pulang besok." Dira berucap dengan entengnya. Sengaja.Mata Nadiya membola. Apa yang diucapkan Dira itu tidak sesuai dengan apa yang diucapkan papanya sebelum pulang. "Tapi, Mas, Papa bilang Mas masih harus di sini sampai sebulan. Mengap

    Last Updated : 2025-03-29
  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 12

    Bab 12"Beri aku waktu selama sebulan ini untuk menjadi istrimu seutuhnya la-""Apa maksudmu menjadi istriku seutuhnya?" sahut Dira memotong ucapan Nadiya. "Maksudmu kamu menuntutku untuk memberikan nafkah secara lahir batin begitu?" sambung Dira dengan satu sudut bibir terangkat ke atas.Bibir Nadiya tersungging miring. Ucapan Dira itu terlalu berlebihan. "Aku tidak serendah itu dengan memintah nafkah batin dari laki-laki yang belum mencintaiku,' sergah Nadiya tak setuju dengan ucapan suaminya."Lalu?" Mata Dira memicing."Biarkan aku melayanimu layaknya seorang istri. Kasarnya kita kenalan dan kamu tidak boleh protes atas perlakuanku padamu yang layaknya seorang istri itu. Setelah sebulan dan dirasa kamu tidak menaruh hati padaku, kita bisa selesaikan ini baik-baik."Dira terdiam untuk mencerna ucapan Nadiya. Tawaran yang tidak buruk untuk mereka yang sama-sama terjebak dalam pernikahan tanpa cinta.Sedangkan Nadiya, berbanding terbalik dengan Dira yang hanya menganggap pernikahan i

    Last Updated : 2025-03-30

Latest chapter

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 12

    Bab 12"Beri aku waktu selama sebulan ini untuk menjadi istrimu seutuhnya la-""Apa maksudmu menjadi istriku seutuhnya?" sahut Dira memotong ucapan Nadiya. "Maksudmu kamu menuntutku untuk memberikan nafkah secara lahir batin begitu?" sambung Dira dengan satu sudut bibir terangkat ke atas.Bibir Nadiya tersungging miring. Ucapan Dira itu terlalu berlebihan. "Aku tidak serendah itu dengan memintah nafkah batin dari laki-laki yang belum mencintaiku,' sergah Nadiya tak setuju dengan ucapan suaminya."Lalu?" Mata Dira memicing."Biarkan aku melayanimu layaknya seorang istri. Kasarnya kita kenalan dan kamu tidak boleh protes atas perlakuanku padamu yang layaknya seorang istri itu. Setelah sebulan dan dirasa kamu tidak menaruh hati padaku, kita bisa selesaikan ini baik-baik."Dira terdiam untuk mencerna ucapan Nadiya. Tawaran yang tidak buruk untuk mereka yang sama-sama terjebak dalam pernikahan tanpa cinta.Sedangkan Nadiya, berbanding terbalik dengan Dira yang hanya menganggap pernikahan i

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 11

    Bab 11Nadiya melangkah dengan ragu menuju ranjang kamarnya. Ia khawatir pertemuannya dengan Kavi memantik amarah dalam diri sang suami. "Aku minta maaf atas apa yang terjadi hari ini," ucap Nadiya ragu-ragu. Ia berdiri dengan gelisah di dekat ranjang tempat sang suami terbaring.Dira yang sedang memainkan ponselnya terpaksa menghentikan aktifitasnya itu. Ia mengangkat wajah hingga pandangannya dan sang istri beradu."Tak masalah. Aku hanya tak mau kamu ikut denganku dan meninggalkan masalah di sini. Aku mau semuanya selesai saat ini." Tidak ada keramahan dalam ucapan Dira. Tak hanya dalam ucapan, sorot wajahnya pun datar. Tanpa ekspresi."Semuanya sudah selesai. Tidak ada masalah antara kami lagi." Nadiya kembali menjelaskan."Baiklah. Aku mau kita pulang besok." Dira berucap dengan entengnya. Sengaja.Mata Nadiya membola. Apa yang diucapkan Dira itu tidak sesuai dengan apa yang diucapkan papanya sebelum pulang. "Tapi, Mas, Papa bilang Mas masih harus di sini sampai sebulan. Mengap

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 10

    Bab 10Bu Halimah membelalakkan matanya saat melihat laki-laki yang sedang berdiri di hadapannya. Ia berkacak pinggang dengan dagu terangkat ke atas. "Mau apa lagi? Hah?" cecarnya penuh emosi.Kavi berusaha tenang. Ia menyadari kesalahannya cukup besar sehingga tak salah jika Bu Halimah memberikan respon demikian."Saya ingin berjumpa dengan Nadiya, Bu. Ada yang ingin saya bicarakab. Tolong izinkan," ucap Kavi memohon. Ia tak peduli pada respon mantan calon mertuanya itu."Antara kalian sudah selesai. Tidak ada lagi yang bisa kalian bahas. Nadiya sudah bahagia dengan suaminya, sebaiknya kamu pergi dari sini!" usir Bu Halimah lantang."Tidak, Bu. Saya masih harus minta maaf pada Nadiya. Tolong izinkan saya," balas Kavi lagi.Mendengar keributan di ruang tamu, Nadiya akhirnya keluar dari dalam kamarnya. Ia memberikan respon yang sama dengan ibunya. "Ada apa lagi Mas datang kemari?" "Dek, Mas mau bicara denganmu. Tolong izinkan, sebentar saja," ucap Kavi memohon. Ia tak peduli pada pen

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 9

    Bab 9Kavi membawa mobilnya dengan kecepatan kencang. Ia tak dapat menyembunyikan rasa takutnya atas dampak dari apa yang dilakukannya pada Sarah. Sesekali matanya melirik wanita yang sedang meringis di kursi samping. Bagaimanapun perasaan bencinya terhadap wanita itu, ia masih punya hati untuk menolong sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama."Sakit, Mas," lirih Sarah sambil memegang perutnya yang terasa nyeri."Sabar. Sebentar lagi sampai," balas Kavi tanpa menoleh. Ia harus fokus pada jalan raya yang padat. Ia pun menambah kecepatan mobilnya agar bisa segera sampai di rumah sakit."Semoga tidak terjadi apapun dengan anak kita," lirih Sarah ditengah rasa nyeri yang dirasakannya. Tangannya tak lepas dari perut yang masih rata itu.Setibanya di rumah sakit, dokter segera memeriksa kondisi Sarah. Beberapa petugas kesehatan turut bergabung bersama dokter jaga. Sementara Kavi hanya menunggu di luar tanpa berani menghubungi siapapun."Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Kavi saat matanya

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 8

    Bab 8Sarah mendatangi Kavi di kafe miliknya. Tanpa permisi, Sarah masuk ke dalam ruangannya dan langsung duduk di kursi depan meja kerjanya."Bisa permisi dulu ngga sih sebelum masuk?" sembur Kavi setelah Sarah duduk di kursi itu. Ia menatap perempuan yang baru saja duduk itu dengan mata melotot tajam.Rasa kesal bercampur benci tak lagi dapat ditutupi dari wajah Kavi. Ia muak dengan perempuan di depannya yang menurutnya sudah keterlaluan itu."Maaf. Aku terlalu bersemangat untuk berjumpa denganmu. Kapan kita akan menikah?" tanya Sarah tak peduli pada wajah yang sedang memerah di depannya."Kamu pikir menikah itu semudah membalikkan telapak tangan?" Lagi, mata Kavi kembali melotot tajam melihat perempuan di depannya."Santai dong! Jangan melotot gitu. Kan aku jadi takut," balas Sarah manja. Ia tak peduli emosi yang sedang membara di wajah lelaki di depannya itu."Gimana bisa santai kalau kamu tega sama aku! Meskipun kamu punya foto itu, aku tetap tidak yakin anak yang kamu kandung it

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 7

    Bab 7Nadiya terperanjat saat melihat sang suami terbangun dari tidurnya. Ia refleks meletakkan baju yang semula dipegangnya ke dalam koper."Kamu apakan koperku?" tanya Dira ketus. Sorot matanya tajam, seperti Elang menemukan mangsanya."Aku ... Aku hanya sedang merapikan pakaianmu, Mas. Sejak kemarin masih di dalam koper. Aku hanya menatanya di dalam lemari agar kamu mudah saat mengambil baju nanti," jawab Nadiya takut-takut. Ia tak berani menatap lawan bicaranya.Dira berdiri dari duduknya. Ia berjalan menghampiri sang istri yang sedang berdiri menunduk sebab rasa takut yang mendera."Apa kamu tidak punya mulut untuk meminta izin padaku sebelum membukanya?" Tak ada keramahan sedikitpun dari ucapan lelaki yang baru saja bangun tidur itu."Maaf, Mas. Aku salah," jawab Nadiya takut-takut.Tanpa permisi, Dira membuka lemari yang ada di hadapan Nadiya. Ia melihat beberapa barang pribadi yang sudah berpindah tempat ke dalamnya. Mata Dira membelalak saat melihat tas berisi pakaian dalam s

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 6

    Bab 6"Sayang kapan balik?" rengek suara diujung panggilan. Hal itu membuat Dira makin merasa bersalah sebab harus meninggalkan kekasihnya lebih lama lagi."Maafkan aku. Sepertinya aku belum bisa balik sekarang. Kamu sabar, ya? Setelah aku kembali, kamu boleh belanja apapun yang kamu mau. Aku janji." Dira berusaha mengambil hati Karina, kekasihnya."Kamu kan sudah janji cuma sebentar di sana?!" rengek Karina lagi. Nada suara yang dibuat semanja mungkin membuat lawan bicaranya tak mampu berkutik."Iya. Maafkan aku. Bapaknya baru saja meninggal pas malam pernikahan kami. Aku ngga boleh kembali sama Papa. Jadi aku harap kamu mengerti posisiku," balas Dira penuh penyesalan."Tapi kamu janji kan, ngga sentuh dia? Kamu cuma milikku!" sentak Karina lagi. Nada bicara yang manja tak lepas dari bibirnya yang dibalut dengan lip mate warna baby pink."Enggak, Sayang. Aku ngga sentuh dia. Aku kan sudah janji sama kamu. Masak kamu ngga percaya?" ucap Dira dengan suara tertahan. Posisinya yang sedan

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 5

    Bab 5Halimah termenung melihat Nadiya yang sejak kemarin hanya murung saja. Ia sedih melihat sang putri tampak abai pada laki-laki yang kini sudah menjadi suaminya."Nak," panggil Halimah saat Nadiya duduk di ruang tengah.Nadiya mendongak, menatap sumber suara yang sedang berdiri di depannya."Ibu tahu pernikahan ini bukan pernikahan yang kamu impikan. Tapi runtutan kejadian membuatmu menjadi istri dari Dira Atmaja. Berarti menurut Allah, Dira adalah jodoh yang terbaik untukmu," sambung Halimah setelah ia duduk di samping putrinya.Tangan Halimah yang tak lagi mulus itu mengusap lembut rambut Nadiya yang dibiarkan tergerai."Ibu paham bagaimana perasaanmu sebab dulu, Ibu pun mengalami hal yang sama. Bapak dan Ibu adalah hasil perjodohan. Tapi kami bisa saling menerima dan membuka hati hingga benih cinta tumbuh antara kami. Kalau kami bisa, mengapa kamu tidak?" Tatapan Halimah mengunci wajah putrinya."Nadiya tidak tahu harus bagaimana, Bu. Rasanya hati Nadiya sudah mati. Foto itu da

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 4

    Bab 4Tak hanya keluarga Nadiya yang dilanda kesedihan, keluarga Kavi pun demikian. Pernikahan yang sudah direncanakan dengan matang tiba-tiba saja harus gagal hanya karena berita yang dibawa oleh Sarah.Aisyah, ibunya Kavi tak henti menangis saat kabar kehamilan Sarah sampai padanya. Selama ini ia selalu mendidik Kavi dengan baik agar menjadi anak yang membanggakan. Akan tetapi, fakta yang ia dapatkan kini membuatnya merasa gagal sebagai orang tua."Ibu tak pernah mengajarimu menjadi laki-laki pecundang. Mau tak mau, kamu memang harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kamu lakukan." Aisyah berkata dengan hati perih. Sekuat tenaga ia menutupi apa yang sedang terasa sesak dalam hatinya.Namun percuma. Air mata yang ditahan Aisyah itu ternyata luruh juga. "Tapi, Bu, kabar itu belum tentu benar. Bisa saja Sarah mengada-ada," sanggah Kavi membela diri. Ia sama sekali tak tahu apa yang terjadi malam itu dan bagaimana bisa asal mengakui bahwa anak dalam rahim Sarah adalah darah dagingn

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status