“Aku tidak ingin kamu melupakan malam ini, Liora Serenity.” .... Melampiaskan patah hatinya lewat beberapa gelas alkohol setelah memergoki perselingkuhan calon suami dengan adik tirinya, Liora yang hampir hilang kesadaran akibat mabuk tertatih menghindar dari preman bayaran sang mantan yang memburunya akibat dendam. Demi menyelamatkan diri, Liora secara sembarangan masuk ke dalam mobil seorang pria dan memohon agar pria itu membawanya pergi. Keesokan paginya, Liora terkejut saat menjumpai dirinya terbangun di ranjang yang sama dengan pria semalam. Kayden Baldwin, paman mantannya. Benarkah pertemuan mereka malam itu hanya sebatas kebetulan? Atau ini adalah skenario takdir yang akan membawa mereka dalam perjalanan yang penuh dengan kelukaan? IG @almiftiafay
view more“Iya ini aku Leo. Lama tidak bertemu, Liora,” ucap pemuda itu saat Liora masih bergeming dan meremas coffee cup miliknya. “Bagaimana kabarmu?”Baru setelah tanya itu terdengar, Liora sadar. Ia membalas senyum pemuda itu.Seorang pria yang sangat ia kenal dengan baik, Leo Nathan Henley.Dulu, Leo adalah kakak kelas Liora semasa di Sekolah Menengah Atas hingga kuliah.Ia, Freya dan Leo dulu bersahabat sebelum karir pemuda itu yang paling melejit sebagai seorang celebrity chef. Di bawah naungan satu agensi yang sama, di Evermore.Sekitar dua tahun belakangan Leo berkegiatan di luar negeri sembari melanjutkan study-nya.“B-baik,” jawab Liora akhirnya, mengikuti pandang ke mana Leo beranjak, duduk di sampingnya dengan membawa satu cup berisikan kopi seperti dirinya.“Senang bisa melihatmu lagi, Liora.”“Sejak kapan kamu pulang?” “Kemarin,” jawabnya. “Padahal aku masih berpikir bagaimana caranya aku bisa menemuimu, Liora. Tapi rasanya takdir sangat baik dengan membuat kita bertemu di sini
“Julia? Apa yang kamu lakukan di sini?” balas Kayden setelah pria itu menghentikan langkah kakinya begitu juga dengan Liora yang berdiri di sampingnya.Julia tak serta-merta menjawabnya, gadis itu lebih dulu memindai Liora sebelum pandangannya berhenti pada Kayden.“Apa kamu dan Liora baru menginap di hotel?” tanya Julia balik alih-alih menjawab mantan pacarnya itu.“Ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” jawabnya singkat.“Dengan Liora juga?”Kayden mengangguk sebagai sebuah pembenaran.“Aku juga sedang ada pekerjaan,” ujar Julia— menanggapi tanya dari Kayden perihal apa yang dilakukannya di sini. “Ada meeting dengan salah satu partner bisnis Papa. Beliau yang meminta. Kamu tahu ‘kan … aku bertanggung jawab atas beberapa proyek besar milik DN Construction.”DN Construction yang dikatakan oleh Julia itu adalah bisnis milik keluarganya. Sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang konstruksi.Cantik, elegan dan seorang wanita karir. Setidaknya seperti itu yang dipikirkan oleh Liora
“Tuan Kayden yang memintanya?” ulang Liora memastikan. Kedua matanya melebar penuh ketidakpercayaan menatap Annie yang justru tak menjawab setelahnya.Apakah ia salah dengar? Ataukah Annie yang barangkali salah berucap?Wanita paruh baya itu hanya tersenyum sebelum mengatakan, “Sebaiknya Nona menghabiskan makanannya. Obat yang Nona Liora minta tadi pagi juga sudah saya siapkan,” tuturnya seraya sekilas menunjuk ke atas nampan. “Dokter yang meresepkannya secara langsung.”“Apa Bu Annie mengatakan pada Tuan Kayden apa yang terjadi dengan punggungku?” balas Liora penuh selidik.Melihat senyum Annie yang tampak ganjil membuat Liora berpikir bahwa dugaannya itu benar.Mana mungkin Annie menyembunyikan apa yang dilihatnya?Bukankah sebagai orang yang bertanggung jawab atas keberlangsungan di rumah ini Annie tentu akan melaporkan segala sesuatu yang terjadi kepada si pemilik rumah?Lagi pula ... siapa yang bisa diam dan terbungkam dihadapkan pada mata mengintimidasi Kayden?Liora menghela da
“Bukan apa-apa,” jawab Liora sesegera mungkin.Ia memandang Annie, berharap isyarat matanya agar wanita paruh baya itu tak mengatakan apa yang ia lihat di punggungnya itu pada Kayden.Tatapan Kayden menelisik kala Liora mencuri pandang pada manik gelapnya.Alis lebat Kayden yang berkerut menandakan bahwa pria itu tahu Liora tengah berbohong.Kediaman yang ia suguhkan dan wajahnya yang tanpa ekspresi tetapi tegas itu membuat Liora seperti akan tersudut dan memilih untuk membuka mulut perihal apa yang ia bicarakan dengan Annie.Dan sebelum semakin terintimidasi, Liora memutuskan untuk pergi dari sana.Ia lekas berjalan, langkahnya gegas meninggalkan Kayden setelah ia menundukkan kepalanya. Tak ingin terlibat percakapan yang lebih jauh.Liora kembali ke dalam kamar. Menuju meja tempat di mana ia meletakkan botol minumannya di sana dan menarik lacinya. Berharap menemukan obat apapun—setidaknya agar demamnya ini mereda.Melihat obat untuk luka ada di dalam sana juga, ia memutuskan untuk me
“Tidak,” jawab Liora dengan segera, mencegah ada perdebatan lain di dalam ruangan yang perlahan menemukan kedamaian itu.“A-ada sesuatu yang tidak baik yang terjadi di studio tadi,” imbuh Liora. “Ada kecelakaan kecil yang membuat saya terluka. Tapi ini tidak parah, Tuan.”Apa jawaban itu benar? Liora meraba-raba dalam hati, melirik Kayden yang tampak tidak peduli dengan perkataannya.Liora anggap itu sebagai sebuah hal yang disetujui oleh Kayden karena pria itu tak bereaksi.Tuan Owen mengangguk mengerti, memutuskan tak memperpanjangnya sementara Liora lalu menutup mulutnya, tak akan bicara lagi.Sudut matanya memandang Kayden, yang tak seperti anggota keluarganya yang lain yang menyantap hidangan mereka, pria itu hanya memilih wine saja.“Kita sudah memiliki hidup kita masing-masing,” ucap Tuan Owen di sela bunyi garpu dan piring. “Jadi Papa harap tidak ada yang mencampuri urusan pribadi yang lainnya. Mari hidup damai di jalan masing-masing.”Tuan Owen kemudian menatap anak bungsunya
‘Perempuan bekasnya?’ ulang Liora dalam hati usai sebutan Adrian terhadapnya. ‘Aku bahkan tidak pernah melakukan apapun dengannya,’ batinnya sekali lagi. Sebuah hal yang bagus karena selama berpacaran ia dan Adrian tidak melakukan sesuatu di luar batas. Seandainya mereka melakukan sesuatu seperti yang Adrian perbuat dengan Irina, bukankah bisa saja saat putus pemuda itu tak hanya menyebutnya sebagai ‘perempuan bekas’? Yang keluar dari bibirnya yang penuh dusta itu bisa saja ‘pelacur’ karena rela ditiduri berkali-kali. Setidaknya Liora selamat dari hal itu. Tenggorokannya terasa serak menyadari ketegangan yang hebat di dalam ruangan itu. Jemarinya yang saling menggenggam terasa kebas meredam amarah. Ia memberanikan diri untuk melirik Kayden yang tak serta-merta memberi tanggapan atas kalimat Adrian. Kayden juga tampak tidak tersulut dengan provokasi keponakannya itu. Pria itu menghadapinya dengan tenang, wajahnya tak banyak menunjukkan perubahan sebelum maniknya yang gelap itu m
Bunyi lampu yang pecah kala berbenturan dengan lantai bergema di setiap sisi ruangan, waktu seolah berhenti untuk beberapa detik hingga orang-orang menyadari Liora dan Kayden jatuh tersungkur sehingga mereka berseru dalam kepanikan dan memperkeruh keadaan. “Liora!” “Tuan Kayden!” Kerusuhan terjadi karena lampu-lampu itu saling mengenai satu sama lain, yang jika tadi Liora tak segera menarik Kayden, maka dua lampu LED besar itu bisa jatuh menimpanya—yang meski sekarang benda itu menimpa dirinya. “Akh—” Liora merintih saat merasakan punggungnya yang terkena lampu itu seakan remuk. Tangannya tergores, begitu juga dengan pipinya yang terasa perih. Pecahan dari lampu itu pasti telah mengenai wajahnya. Evan menyingkirkan lampu dari punggung Liora, membantu tuan dan nonanya itu bangun dan meminta keduanya untuk menyisih. “Maaf, Nona,” ucap Evan penuh rasa bersalah saat Liora meraba punggungnya. “Anda baik-baik saja?” Evan memindai tangan Liora yang terluka dan goresan-goresan kecil di
Sudah lebih dari pukul tujuh malam saat Liora melihat kedatangan Annie. Wanita paruh baya itu mengatakan bahwa Kayden ingin bicara dengannya. “Tuan menunggu Anda, Nona. Mari ikut saya.” Liora mengikuti Annie yang berjalan menuju ke sebuah ruangan di mana di dalam sana Kayden sudah menunggu. Ruangan yang sama saat mereka berdua menandatangani kontrak pernikahan mereka sebelumnya. Setelah Annie pergi dan menutup pintunya dari luar, Liora memberanikan diri untuk bertanya, “Apa Tuan Kayden memanggil saya?” “Duduk!” titahnya hanya dengan satu kata yang anehnya berhasil membuat Liora ciut. Liora duduk berseberangan mejanya, ia menunduk melihat map yang didorong oleh Kayden mendekat kepadanya. “Terima kerja sama itu!” Saat Liora membukanya, rupanya itu adalah sebuah kerja sama dari salah satu majalah fashion yang berkolaborasi dengan sebuah beauty brand. “Bukannya Anda tidak mengizinkan pemotretan atau kerja sama dengan siapapun?” tanya Liora sraya menatap pria itu. Sekaligus mengant
Hal yang saat itu ditangkap oleh Liora adalah, tidak boleh ada yang menyakiti Julia. Benar memang Kayden berusaha membuat Julia sakit hati selama ini. ‘Tapi hanya Kayden sendiri yang boleh melakukan itu. Bukan orang lain, apalagi aku,’ batin Liora saat ia meremas jari-jarinya semakin erat. Lewat kalimat itu saja, bukankah semuanya semakin jelas? Kayden masih sangat mencintai Julia. “Kalau Anda tidak mau makan ya sudah,” kata Liora setelah ia menguraikan sesak yang sejak tadi melilit dadanya. “Saya hanya menawarkan saja, Anda tidak perlu semarah ini, Tuan Kayden.” Liora terkejut saat Kayden selangkah mendekat dan meraih lengannya. “Akh!” “Kamu tahu apa yang membuatku marah?” tanya pria itu, sepasang irisnya menerpa Liora penuh kebencian, menuntut agar ia memberinya jawaban. “Karena saya banyak bicara pada Nona Julia,” aku Liora serta berusaha menarik tangannya dari Kayden. Tapi semakin ia lakukan itu, Kayden akan semakin erat mencengkeramnya. “Bukan hanya itu saja,” t
[Aktor Naik Daun Adrian Davis Berselingkuh dengan Adik Tiri Pacarnya, Foto-foto Panas Mereka Tersebar!][Puluhan Project Film dengan Aktor Adrian Davis Terancam Batal! Imbas Perselingkuhan?]Lewat ponselnya, Liora bisa membaca berita itu menyeruak memenuhi layar.Semakin malam, beritanya justru semakin ramai. Puluhan hingga ratusan judul membanjiri dunia maya.Di dalam sebuah bar, Liora duduk tanpa gairah. Sepasang matanya menatap penuh kebencian pada ponselnya yang ada di atas meja yang menunjukkan bahwa Adrian—pria dalam berita itu yang tak lain adalah mantan pacarnya—tengah menghubunginya.Saat Liora menerima panggilan tersebut, suara Adrian lantang menyentak dari seberang sana.“Katakan pada semua orang kalau aku tidak berselingkuh, Liora!”Seruannya membuat Liora dengan segera menjauhkan benda pipih itu dari samping telinga.“Kamu tuli? Kenapa tidak menjawab?!” hardik Adrian sekali lagi. “Kamu pikir akan aman setelah memperlakukan aku seperti ini? Tunggu saja, aku akan membalasmu...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments