Home / Romansa / Malam Membara Bersama Pamanmu / 7. Tidur Dengan Calon Suami Orang?

Share

7. Tidur Dengan Calon Suami Orang?

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2025-03-24 18:39:34

‘Artinya malam itu aku tidur dengan calon suami orang?’ batin Liora tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.

Ia baru tahu jika Kayden sudah bertunangan, ia pikir pria itu masih betah melajang dan menikmati hidupnya sebagai seorang pewaris kaya raya.

Liora menghela dalam napasnya saat ia mengingat apa yang pernah ia katakan pada Kayden kala itu.

‘Semalam yang kita lakukan itu tidak berarti apapun bagi saya’ yang ia tuturkan pada pertemuan mereka rasanya telah menamparnya dengan kenyataan pahit. Karena kemungkinan besar, dirinyalah yang lebih tak ada artinya bagi seorang Kayden Baldwin.

Liora hendak beranjak pergi dari sana dan mencari tempat yang lebih jauh agar tak perlu menyapa Kayden dan tunangannya itu.

Namun, lamunan sesaat itu membuat Liora melewatkan saat-saat di mana Kayden dan sang tunangannya dalam balutan gaun merah muda itu mendekat.

Tak bisa dipungkiri bahwa Kayden dan gadis itu sangat serasi.

Dua orang itu tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapannya dan membuat Liora mau tak mau menyapa mereka.

Ia menundukkan kepala dan menunjukkan senyumnya meski tak yakin mereka akan terkesan.

“Selamat malam,” ucapnya kemudian mengangkat wajah.

“Selamat malam,” balas gadis itu saat Kayden yang berdiri tinggi menjulang dan gagah dalam balutan tuxedonya hanya menyuguhkan kebisuan.

“Aku tahu kamu,” ucapnya kembali. “Kamu Liora, ‘kan?”

“B-benar,” jawab Liora dengan canggung. Sadar diri ia pasti dikenal karena skandal perselingkuhan yang ramai dibicarakan itu. “Semua orang sepertinya tahu kalau saya adalah pembuat onar. Maaf untuk perkenalannya yang kurang baik ini.”

Gadis itu tersenyum dengan manis seraya menggelengkan kepalanya, “Tidak sepenuhnya seperti itu, Liora,” balasnya. “Aku justru kagum dengan kamu karena berani mengatakan mana yang benar dan mana yang salah.”

Liora tahu gadis itu adalah wanita yang baik. Kalimatnya yang hangat membuatnya sedikit lebih tenang dan merasa tak sendirian.

Ia persis seperti yang dikatakan oleh orang-orang. Cantik, anggun dan tampak peduli pada orang lain. Definisi wanita berkelas.

Liora terkejut saat gadis itu mengarahkan tangan kanannya ke depan seraya berujar, “Aku Julia, senang bertemu denganmu, Liora.”

Liora menyambut tangannya, “Terima kasih, Nona.”

“Jangan berkecil hati.” Julia masih merekahkan senyuman saat mengatakan hal itu setelah tangan mereka terlepas. “Anggap saja hubunganmu yang kemarin adalah sebuah kesalahan yang nantinya akan membuatmu lebih berhati-hati.”

“Iya, Nona.” Liora mengangguk meski sudut matanya mengarah pada Kayden.

Menyaksikan pria itu yang tersenyum menyeringai seraya meneguk minuman dari gelas berkaki yang dibawanya.

Bibirnya yang sedari tadi membisu akhirnya bersuara, menyetujui Julia. “Banyak hubungan di dunia ini yang akhirnya menjadi tidak berarti, dari sekadar cinta semalam atau yang sudah bersama bertahun-tahun lamanya.”

Satu kalimat yang membuat dada Liora rasanya menjadi sesak. Seolah-olah pria itu ingin membalas ucapan Liora yang ia alamatkan di dalam ruang Presdir kala itu, seperti yang sempat ia pikirkan sebelumnya.

“Iya, ‘kan?” tanggap Julia, menoleh pada Kayden yang kepalanya bergerak memberi anggukan samar. “Masih banyak yang memberimu dukungan, jangan merasa sendirian, Liora.”

“T-terima kasih,” ucap Liora dengan gugup. Ia menelan ludahnya dengan sedikit kasar saat menyadari sepertinya Kayden tak jemu menatapnya.

Sepasang matanya tajam, mengarah pada Liora dan itu membuatnya tidak nyaman.

Ia meremas gaun yang ia kenakan saat memberanikan diri untuk berpamitan pergi dari sepasang kekasih itu.

“S-saya pamit dulu kalau begitu,” ucap Liora. “Selamat menikmati pestanya, dan … selamat datang di Evermore untuk Tuan Kayden.”

Liora menunduk sekali lagi kemudian membawa kakinya yang terbalut dalam heels itu untuk undur diri.

Ia melangkah menjauh, sepertinya mengasingkan diri sejenak di kamar mandi bukan sebuah ide yang buruk.

Tapi, sebelum sempat Liora pergi dari keramaian, seisi ruangan dikejutkan oleh kedatangan polisi yang masuk ke dalam hall.

Hadirin yang berdiri di sana dirundung kebingungan dan mulai mempertanyakan mengapa ada polisi yang masuk ke dalam pesta.

“Apa ada yang melakukan tindak kriminal?” bisik seseorang dari samping kanan Liora.

“Siapa orang gila yang beraninya mengacaukan pesta Tuan Kayden?” celetuk suara seorang lain yang Liora tak tahu dari mana asalnya.

Sebab itu tidak penting sekarang. Ketegangan memerangkap mereka saat rombongan polisi itu mengedarkan pandang dan menghentikan langkah tepat di depan Liora berdiri.

“Saudari Liora Serenity?” ucap salah seorang petugas yang berdiri paling depan, bernada tanya seolah memastikan mereka tidak salah orang.

“Iya, saya sendiri,” jawab Liora dengan dadanya yang berdebar akan rasa takut dan penasaran kenapa namanya yang disebutkan. “Ada perlu apa, Pak?”

“Anda harus ikut kami ke kantor polisi atas dugaan kasus pencemaran nama baik Saudara Adrian Davis, penipuan dan penggunaan obat terlarang.”

Almiftiafay

selamat sore... penasaran yaa hahaha 😂 mari kita berjumpa besok pukul 12.30 WIB terima kasih akak semuanya. jangan lupa tinggalkan jejak, komentar, ulasan dan pastikan akak masukkan buku ini ke rak karena akan update setiap hari. kamsahamnida~~

| 8
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Aya Melodi Agrifina
what the hell..... ini pasti akal²nya si Adrian deh.... pencemaran nma baik mungkin iya,tapi klo misalkan pke obat² bgitu kayaknya nggak mungkin lah... ngadi² nih si Adrian...
goodnovel comment avatar
Nissya
Ya trus gimana dong .
goodnovel comment avatar
Eva
Wait..feelingku sih ini Julia sama Kayden bukan pasangan atau tunangan. Kayanya mereka saudara atau malah sahabat mungkin? Tapi kayanya lebih ke saudara deh. Dan ini part terakhir gong nya, fitnahnya si Adrian bener bener ngerusak mental
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    8. Syarat Sebuah Kebebasan

    Seisi ruangan yang semula diselimuti oleh ketegangan mendadak senyap. Perhatian semua orang kini mengarah pada Liora yang berdiri dan dirundung oleh kebimbangan. “Saya tidak pernah menipu orang,” ucapnya. “Apalagi menggunakan obat terlarang, Pak. Itu semua tidak benar!” “Jika memang begitu, Anda bisa menjelaskannya nanti di kantor,” jawab seorang petugas yang berdiri paling depan. “Sekarang lebih baik Anda ikut dengan kami.” Entah cerita seperti apa yang dibuat dan dilaporkan oleh Adrian dan Irina hingga dapat mempermalukan Liora seperti ini. “Mari!” ucap pria berseragam itu sekali lagi. Kaki yang tadinya terpancang dengan lantai marmer tempat ia berpijak akhirnya terangkat. Langkahnya terasa berat kala ia mengikuti ke mana polisi menggiringnya keluar dari hall, sepasang netranya berkabut oleh air mata kala menyaksikan pandangan orang-orang yang menghakiminya. Dengus napas mereka, atau lirikan yang penuh kebencian mengantarnya pergi meninggalkan pintu berdaun dua tempat i

    Last Updated : 2025-03-25
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    9. Pria Yang Menidurimu Pertama Kali

    “Menikah dengan Tuan Kayden?” ulang Liora dengan sepasang matanya yang membola, memastikan pada pria itu bahwa ia tak salah dengar. Untuk beberapa saat seolah jantungnya berhenti berdetak. Syarat yang diajukan oleh Kayden sangat mengejutkannya. Kayden mengangguk, “Seperti yang kamu dengar.” Liora terdiam, jari-jari tangannya kian kebas saat benaknya dipenuhi oleh tanya, ‘Apa yang dia inginkan sebenarnya?’ gumamnya dalam hati, dirundung kebingungan. Kenapa aneh sekali? Ia pikir selama ini Kayden membencinya dilihat dari sikapnya yang ketus, atau bagaimana tajamnya tatapan mata pria itu yang menunjukkan betapa tak sukanya ia pada Liora—bahkan hingga hari ini. ‘Jadi kenapa Kayden tiba-tiba meminta agar aku menikah dengannya?’ Liora masih berkutat dengan segala pikirannya, maniknya mencuri pandang pada pria yang menurutnya sangat aneh itu. Ia berusaha menjinakkan prasangkanya yang menjadi liar, tetapi rasanya tidak bisa. Semua ini terasa tidak nyata, dan aneh .... Liora menghel

    Last Updated : 2025-03-26
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    10. Prasangka Liar

    Saat Liora dibawa kembali ke dalam sel-nya, gadis itu berkutat dengan pikirannya yang seperti benang kusut. Menunduk memandang tangannya yang terbelenggu di dalam borgol seperti ini membuatnya mau tak mau mengakui apa yang dikatakan Kayden adalah kebenaran, bahwa Liora tak memiliki pilihan mengingat ia memang ingin bebas. Selain itu, tak ada yang menjamin ibunya tetap dibiarkan untuk tetap berada di rumah sakit jiwa atau malah dikeluarkan dan ditelantarkan oleh Irina dan ibu tirinya yang jahat itu. Bukankah mereka juga bisa saja menyimpan dendam karena Liora telah melibatkan Irina dalam skandal perselingkuhan dengan Adrian kala itu dan melampiaskannya pada sang Ibu? Tetapi selain semua itu, ada hal lain yang mengganggu Liora. Jika ia menikah dengan Kayden, lantas bagaimana dengan Julia? Bukankah mereka telah bertunangan? ‘Apa sesuatu yang buruk terjadi pada mereka?’ batinnya menerka-nerka. ‘Atau memang Kayden memiliki tujuan lain yang tak ia ketahui?’ Dugaannya berubah menjadi li

    Last Updated : 2025-03-27
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    11. Perjanjian Pernikahan Kontrak

    Setelah menghabiskan malam yang tak terlalu dingin di dalam tahanan sebab Liora menggunakan selimut pemberian Freya sebagai alas tidur, pagi hari ini ia diminta untuk keluar dari sel. Keadaannya sedikit berbeda sebab tangannya tidak diborgol seperti sebelumnya. Di dalam ruang kunjung tahanan itu, ia menjumpai seorang pemuda yang dikenalnya sebagai Evan Lee, sekretaris Kayden. Pemuda itu tidak datang sendirian, melainkan bersama dengan seorang pengacara yang Liora tahu ia adalah pengacara terkenal, dan mahal—Pengacara Hans. Liora duduk berseberangan meja dengan mereka berdua setelah menundukkan kepalanya sebagai sapaan. “Tuan Kayden meminta saya untuk menangani kasus ini,” ucap Pengacara Hans pada Liora yang beberapa detik seperti menahan napas, menyadari Kayden benar-benar menepati apa yang ia katakan kemarin saat di telepon bahwa ia akan meminta Evan menjemputnya pagi ini. “Terima kasih,” jawab Liora dengan gugup. “Penahanan Anda ditangguhkan dengan jaminan dari Tuan Kayden seh

    Last Updated : 2025-03-27
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    12. Menjadi Istri Kayden

    “Pergi ke sana? Untuk apa?” tanya Liora yang seketika membuat kedua bahu Kayden jatuh penuh rasa kesal. “Aku benci mengulangi kalimatku,” desis pria itu. “Tapi—” “Cepatlah!” potong Kayden tak peduli dengan apa hendak dikatakan oleh Liora. Liora menghela dalam napasnya saat batinnya memprotes, ‘Apa memang dia selalu bicara kasar seperti itu? Arogan sekali!’ Liora tak memiliki pilihan lain, sebelum tuan arogan itu kembali bicara dan membuatnya kembali sakit hati, ia segera mengambil cincin dari tangannya. Ia mengenakannya di jari manisnya dan pergi bersama dengan Kayden untuk menuju ke rumah orang tuanya. Sedan yang dikemudikan oleh Evan membelah sibuknya jalan raya pada jam kerja. Tidak ada yang berbicara selama itu hingga mereka memasuki sebuah halaman yang dilindungi oleh gerbangnya yang cukup tinggi. Kaki Liora terasa lemas, langkahnya gamang saat ia keluar dari mobil dan mengikuti ke mana Kayden membawanya. Masuk ke dalam rumah, menapaki setiap lantai marmernya, melewati r

    Last Updated : 2025-03-28
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    13. Alat Balas Dendam

    “Kayden?!” seru Ibunya Kayden—Nyonya Rose—saat memanggil anak lelakinya itu. Beliau bangun dari duduknya dan menatap Kayden dengan pupilnya yang bergetar. “Omong kosong apa yang sedang kamu katakan ini, Kayden?!” tanya beliau masih sama menggebunya. “Ini bukan omong kosong, Ma,” jawab Kayden dengan tenang. “Aku memang sudah menikah dengan Liora. Jadi mulai hari ini aku dan Julia tidak memiliki hubungan lagi.” Tangan Liora yang ada di dalam genggaman Kayden terasa kebas, ia berdiri membeku kala menyadari situasi di dalam sana berubah menjadi tidak kondusif. Ibunya Julia terlihat menangis, meremas dadanya dan berusaha ditenangkan oleh sang suami tepat setelah Kayden mengatakan hubungannya dengan Julia telah berakhir. Liora bergeming, merasakan raganya yang seakan mengecil, terhimpit di antara sengketa keluarga yang tak ia ketahui duduk perkaranya—selain Kayden yang tiba-tiba membatalkan pernikahannya dengan Julia. Ia terkejut saat Julia menarik lengannya. Wajah gadis itu beruraian

    Last Updated : 2025-03-28
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    14. Kayden Otoriter!

    Bibir Liora terpasung bisu untuk beberapa saat. Maniknya yang terkunci pandang dengan Kayden semakin terasa perih. Ia mengusap pipinya yang basah oleh air mata, mencoba untuk menata kata agar bisa menjawab pria di hadapannya ini. “Saya hanya ingin pergi sebentar untuk—” “Sebaiknya kamu mendengarku! Kamu tidak akan pergi ke manapun!” Liora mengepalkan kedua tangannya. Kayden benar-benar otoriter! Liora mengetahuinya sekarang. Apapun yang keluar dari bibir pria itu harus ditaatinya tanpa banyak pertanyaan. Ia tidak menerima alasan, apalagi dibantah. “Jangan berkeliaran atau wajahmu itu dilihat oleh orang lain dan menimbulkan berita buruk lainnya, Liora!” tekan Kayden, rahangnya yang mengetat seolah menegaskan bahwa peringatannya ini tidak main-main. “Saya tidak peduli orang-orang mengatakan hal buruk tentang saya.” “Tapi aku peduli,” sahut Kayden. “Orang di luar sana tahu kamu adalah model dari agensiku. Kamu tidak tahu berapa banyak uang yang aku keluarkan untuk meredam skan

    Last Updated : 2025-03-29
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    15. Merangkak Ke Ranjang Presdir

    Kayden tak menanggapi ujaran sang Ibu dan memilih untuk mempersilakan mereka agar duduk di ruang keluarga. “Kita duduk di ruang keluarga saja,” katanya. “Minta perempuan itu untuk ikut karena Mama ingin bicara dengannya, Kayden!” tunjuk Nyonya Rose pada Liora yang masih berdiri dan membawa mangkuk mie-nya dengan erat. Kayden menoleh kepadanya, gerakan kepalanya yang miring beberapa derajat ke kiri itu mengisyaratkan agar sebaiknya Liora meletakkan mangkuk tersebut dan ikut dengannya sekarang juga. Meski tahu ini akan menjadi percakapan yang menguras hati, Liora tidak memiliki pilihan lain untuk menolak. Ia mengikuti Kayden menuju ke ruang keluarga, duduk di samping Kayden dengan punggung yang terasa kaku sebab mata kedua orang tua pria itu memperhatikan tangannya dan tangan Kayden yang memiliki cincin pernikahan. “Apakah benar kalian sudah menikah?” tanya Tuan Owen membuka percakapan setelah salah seorang pelayan membawa keluar empat cangkir teh yang diletakkannya di atas m

    Last Updated : 2025-03-30

Latest chapter

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    37. Cantik Seperti Musim Semi

    “A-apa Anda melihat kami?” tanya Liora memastikan. Namun, Kayden tak menjawab. Hanya seulas seringai samar di salah satu sudut bibirnya yang terlihat dan itu membuat Liora tidak nyaman. “D-dia itu teman saya, Tuan Kayden. Dulu sebelum Anda menjadi presdir—“ “Tidak bisa,” potong Kayden yang membuat Liora urung menjelaskan apapun. “Apa yang tidak bisa?” “Datang ke acara Leo Nathan.” Kalimat itu menandakan dengan jelas bahwa Kayden sedang menolak mentah-mentah permohonannya. Liora memalingkan tatapannya dari Kayden. Kedua maniknya sedikit terangkat ke atas, bertanya dalam hati, ‘Bagaimana ini? Aku terlanjur menyanggupi Leo.’ “Kenapa saya tidak boleh datang?” tanya Liora, menatap Kayden kembali—setidaknya ia ingin tahu apa yang membuat Kayden melarangnya datang ke The Flavor Lab. “Hanya karena aku memperbolehkanmu melakukan pemotretan dengan majalah Hazed bukan berarti kamu bebas berkeliaran sesuka hatimu,” jawab Kayden. “Apalagi menjadi bintang tamu di acara orang lain.”

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    36. Rupawan, Tapi Iblis!

    Setelah meninggalkan kafe yang ia datangi, Liora kembali ke rumah Kayden. Tadinya Leo hendak mengantarnya tetapi Liora menolaknya dan lebih memilih untuk menggunakan taksi online. Di halaman rumah Kayden, Liora melihat pria itu ada di sana. Sedang menuruni undakan tangga di teras, tampak menawan dalam balutan kaos berkerah dan celana panjangnya yang bersih serta melihat kedatangan Liora dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. Sadar dirinya melakukan sesuatu tanpa mendapatkan izin dari Kayden, Liora memilih untuk jujur ke mana ia pergi sebelum kembali ke rumah. “Tuan Kayden,” sebutnya dengan ragu-ragu saat pria itu mendekat. “Maaf saya tadi tidak langsung pulang karena mampir dulu ke—“ Belum sempat Liora menyelesaikan kalimatnya, Kayden berlalu pergi melewatinya begitu saja, mengabaikannya tanpa peduli akan apa yang akan dikatakan olehnya. Punggungnya menjauh, meninggalkan Liora yang meremas jari-jarinya, menelan kembali semua kalimat yang hampir saja keluar dari bibirnya.

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    35. Perjumpaan Dengan Pria Tampan

    “Iya ini aku Leo. Lama tidak bertemu, Liora,” ucap pemuda itu saat Liora masih bergeming dan meremas coffee cup miliknya. “Bagaimana kabarmu?” Baru setelah tanya itu terdengar, Liora sadar. Ia membalas senyum pemuda itu. Seorang pria yang sangat ia kenal dengan baik, Leo Nathan Henley. Dulu, Leo adalah kakak kelas Liora semasa di Sekolah Menengah Atas hingga kuliah. Ia, Freya dan Leo dulu bersahabat sebelum karir pemuda itu yang paling melejit sebagai seorang celebrity chef. Di bawah naungan satu agensi yang sama, di Evermore. Sekitar dua tahun belakangan Leo berkegiatan di luar negeri sembari melanjutkan study-nya. “B-baik,” jawab Liora akhirnya, mengikuti pandang ke mana Leo beranjak, duduk di sampingnya dengan membawa satu cup berisikan kopi seperti dirinya. “Senang bisa melihatmu lagi, Liora.” “Sejak kapan kamu pulang?” “Kemarin,” jawabnya. “Padahal aku masih berpikir bagaimana caranya aku bisa menemuimu, Liora. Tapi rasanya takdir sangat baik dengan membuat kita

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    34. Orang Ketiga Antara Kau Dan Dia

    “Julia? Apa yang kamu lakukan di sini?” balas Kayden setelah pria itu menghentikan langkah kakinya begitu juga dengan Liora yang berdiri di sampingnya. Julia tak serta-merta menjawabnya, gadis itu lebih dulu memindai Liora sebelum pandangannya berhenti pada Kayden. “Apa kamu dan Liora baru menginap di hotel?” tanya Julia balik alih-alih menjawab mantan pacarnya itu. “Ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” jawabnya singkat. “Dengan Liora juga?” Kayden mengangguk sebagai sebuah pembenaran. “Aku juga sedang ada pekerjaan,” ujar Julia— menanggapi tanya dari Kayden perihal apa yang dilakukannya di sini. “Ada meeting dengan salah satu partner bisnis Papa. Beliau yang meminta. Kamu tahu ‘kan … aku bertanggung jawab atas beberapa proyek besar milik DN Construction.” DN Construction yang dikatakan oleh Julia itu adalah bisnis milik keluarganya. Sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang konstruksi. Cantik, elegan dan seorang wanita karir. Setidaknya seperti itu yang dipiki

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    33. Mustahil Dia Yang Meminta

    “Tuan Kayden yang memintanya?” ulang Liora memastikan. Kedua matanya melebar penuh ketidakpercayaan menatap Annie yang justru tak menjawab setelahnya. Apakah ia salah dengar? Ataukah Annie yang barangkali salah berucap? Wanita paruh baya itu hanya tersenyum sebelum mengatakan, “Sebaiknya Nona menghabiskan makanannya. Obat yang Nona Liora minta tadi pagi juga sudah saya siapkan,” tuturnya seraya sekilas menunjuk ke atas nampan. “Dokter yang meresepkannya secara langsung.” “Apa Bu Annie mengatakan pada Tuan Kayden apa yang terjadi dengan punggungku?” balas Liora penuh selidik. Melihat senyum Annie yang tampak ganjil membuat Liora berpikir bahwa dugaannya itu benar. Mana mungkin Annie menyembunyikan apa yang dilihatnya? Bukankah sebagai orang yang bertanggung jawab atas keberlangsungan di rumah ini Annie tentu akan melaporkan segala sesuatu yang terjadi kepada si pemilik rumah? Lagi pula ... siapa yang bisa diam dan terbungkam dihadapkan pada mata mengintimidasi Kayden? Liora meng

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    32. Kau Bisu? Tak Ingin Menjawab?

    “Bukan apa-apa,” jawab Liora sesegera mungkin. Ia memandang Annie, mengisyaratkan dengan matanya agar wanita paruh baya itu tak mengatakan apa yang ia lihat di punggungnya pada Kayden. Tatapan Kayden menelisik kala Liora mencuri pandang pada manik gelapnya. Alis lebat Kayden yang berkerut menandakan bahwa pria itu tahu Liora tengah berbohong. Diam yang ia suguhkan dan wajahnya yang tanpa ekspresi tetapi tegas itu membuat Liora seperti akan tersudut dan memilih untuk membuka mulut perihal apa yang ia bicarakan dengan Annie. Dan sebelum semakin terintimidasi, Liora memutuskan untuk pergi dari sana. Ia lekas berjalan, langkahnya gegas meninggalkan Kayden setelah ia menundukkan kepalanya. Tak ingin terlibat percakapan yang lebih jauh. Liora kembali ke dalam kamar. Menuju meja tempat di mana ia meletakkan botol minumannya di sana dan menarik lacinya. Berharap menemukan obat apapun—setidaknya agar demamnya ini mereda. Melihat obat untuk luka ada di dalam sana juga, ia memutus

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    31. Makan Malam Konglomerat

    “Tidak,” jawab Liora dengan segera, mencegah ada perdebatan lain di dalam ruangan yang perlahan menemukan kedamaian itu. “A-ada sesuatu yang tidak baik yang terjadi di studio tadi,” imbuh Liora. “Ada kecelakaan kecil yang membuat saya terluka. Tapi ini tidak parah, Tuan.” Apa jawaban itu benar? Liora meraba-raba dalam hati, melirik Kayden yang tampak tidak peduli dengan perkataannya. Liora anggap itu sebagai sebuah hal yang disetujui oleh Kayden karena pria itu tak bereaksi. Tuan Owen mengangguk mengerti, memutuskan tak memperpanjangnya sementara Liora lalu menutup mulutnya, tak akan bicara lagi. Sudut matanya memandang Kayden, yang tak seperti anggota keluarganya yang lain yang menyantap hidangan mereka, pria itu hanya memilih wine saja. “Kita sudah memiliki hidup kita masing-masing,” ucap Tuan Owen di sela bunyi garpu dan piring. “Jadi Papa harap tidak ada yang mencampuri urusan pribadi yang lainnya. Mari hidup damai di jalan masing-masing.” Tuan Owen kemudian menatap anak bun

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    30. Terjebak Di Keluarga Baldwin

    ‘Perempuan bekasnya?’ ulang Liora dalam hati usai sebutan Adrian terhadapnya. ‘Aku bahkan tidak pernah melakukan apapun dengannya,’ batinnya sekali lagi. Sebuah hal yang bagus karena selama berpacaran ia dan Adrian tidak melakukan sesuatu di luar batas. Seandainya mereka melakukan sesuatu seperti yang Adrian perbuat dengan Irina, bukankah bisa saja saat putus pemuda itu tak hanya menyebutnya sebagai ‘perempuan bekas’? Yang keluar dari bibirnya yang penuh dusta itu bisa saja ‘pelacur’ karena rela ditiduri berkali-kali. Setidaknya Liora selamat dari hal itu. Tenggorokannya terasa serak menyadari ketegangan yang hebat di dalam ruangan itu. Jemarinya yang saling menggenggam terasa kebas meredam amarah. Ia memberanikan diri untuk melirik Kayden yang tak serta-merta memberi tanggapan atas kalimat Adrian. Kayden juga tampak tidak tersulut dengan provokasi keponakannya itu. Pria itu menghadapinya dengan tenang, wajahnya tak banyak menunjukkan perubahan sebelum maniknya yang gel

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    29. Pria Tanpa Hati

    Bunyi lampu yang pecah kala berbenturan dengan lantai bergema di setiap sisi ruangan, waktu seolah berhenti untuk beberapa detik hingga orang-orang menyadari Liora dan Kayden jatuh tersungkur sehingga mereka berseru dalam kepanikan dan memperkeruh keadaan. “Liora!” “Tuan Kayden!” Kerusuhan terjadi karena lampu-lampu itu saling mengenai satu sama lain, yang jika tadi Liora tak segera menarik Kayden, maka dua lampu LED besar itu bisa jatuh menimpanya—yang meski sekarang benda itu menimpa dirinya. “Akh—” Liora merintih saat merasakan punggungnya yang terkena lampu itu seakan remuk. Tangannya tergores, begitu juga dengan pipinya yang terasa perih. Pecahan dari lampu itu pasti telah mengenai wajahnya. Evan menyingkirkan lampu dari punggung Liora, membantu tuan dan nonanya itu bangun dan meminta keduanya untuk menyisih. “Maaf, Nona,” ucap Evan penuh rasa bersalah saat Liora meraba punggungnya. “Anda baik-baik saja?” Evan memindai tangan Liora yang terluka dan goresan-goresan kecil di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status