หน้าหลัก / Romansa / Malam Membara Bersama Pamanmu / 6. Dalam Dilema Antara Pergi Atau Bertahan

แชร์

6. Dalam Dilema Antara Pergi Atau Bertahan

ผู้เขียน: Almiftiafay
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-12 18:17:41

Liora terdiam cukup lama. Meski ia tahu semua yang dikatakan oleh Kayden itu sepenuhnya adalah kebenaran, tapi rasanya semua itu seperti sebuah penghinaan baginya.

Napas Liora seakan berhenti di tenggorokan, harapan-harapan yang tadi sempat bergema di dalam hatinya bahwa setidaknya akan ada sedikit ‘keadilan’ setelah semalam hampir ditangkap oleh preman bayaran Adrian itu seketika sirna.

Lagipula apa yang ia harapkan sekarang? Adrian adalah keponakannya, bukankah sebagai paman tentu Kayden akan membelanya sekalipun tahu Adrian yang bersalah?

“Semakin cepat kamu meminta maaf, itu akan semakin baik,” ucap Kayden saat sepasang mata Liora telah berair. “Karena jika tidak, agensi bisa memutus kerja sama denganmu kapanpun, Liora Serenity!”

“Putus saja!” jawab Liora tepat setelah Kayden selesai bicara. “Tidak banyak kerja sama yang kita lakukan. Jadi memutus kerja sama dengan saya bukanlah sesuatu yang sulit. Saya tidak akan meminta maaf karena Adrian memang bersalah,” tukasnya bersikeras pada pendapatnya.

Maniknya yang terasa panas menatap Kayden penuh kebencian, tapi pria itu tentu tak peduli.

Ia justru memperdengarkan tawa lirihnya dan menyeringai, “Selain keras kepala, sepertinya kamu juga tidak bisa berpikir cerdas.” 

Liora bergeming, bibir gadis itu terbungkam tanpa memberi jawaban pada Kayden.

“Jadi apa yang ingin kamu sampaikan dengan datang menemuiku?” tanyanya setelah beberapa detik kebisuan berlalu. “Katakan!”

Liora menggeleng, “Tidak jadi,” jawabnya singkat.

“Fine. Kamu boleh keluar kalau begitu.”

Liora bengun dari duduknya dengan menahan air mata. Ia pergi meninggalkan Kayden tetapi saat mereka telah dipisahkan oleh beberapa langkah, Liora berhenti.

Ia menoleh pada Kayden dan dengan suaranya yang serak mengatakan, “Jangan karena kita pernah tidur bersama lantas Anda bisa melakukan sesuatu sesuka hati Anda seperti ini, Tuan Kayden,” ucapnya. “Semalam itu tidak berarti apapun bagi saya!”

Liora mendapati ekspresi wajah Kayden yang berubah. Yang meski tak kentara, tapi ia tahu bahwa pria itu pasti tak suka dengan kalimat Liora yang menyinggung soal apa yang mereka lakukan semalam.

Mata Kayden tampak menggelap dengan bibir yang mengatup. Dan sebelum terjadi perdebatan lain yang menguras hatinya, Liora memutuskan untuk pergi dari sana.

Ia keluar dari ruang Presdir dengan dada yang terasa sesak.

Padahal ia sudah berharap agar tak pernah bertemu dengan Kayden lagi. 

Namun takdir malah menyeretnya dalam situasi yang lebih pelik karena pria itu muncul sebagai Presdir di tempat ia bekerja, memintanya meminta maaf akan sesuatu yang bukan menjadi salahnya dan bersikap seolah-olah ia memiliki hidup Liora.

‘Aku benci pria itu!’

***

Beberapa hari berlalu, Liora kemudian tahu dari Freya bahwa Kayden adalah presdir baru di Evermore. Tuan Owen yang lanjut usia sepertinya memilih untuk pensiun dan memberikan jabatan itu kepada anak bungsunya.

Alasan kenapa Kayden yang sebelumnya ada di luar negeri tiba-tiba ada di kota ini adalah untuk mewarisi bisnis tersebut.

Tapi lupakan sejenak tentang Kayden, sebab ada hal lain yang membuat Liora tertekan daripada kemunculan pria itu di Evermore.

Ibunya Adrian, kemarin Liora tak sengaja bertemu dengan wanita paruh baya itu dan beliau marah besar kepadanya. Ucapannya yang menusuk membekas di dalam hati Liora.

‘Setelah membuat reputasi Adrian hancur, jangan pernah berpikir lagi kamu bisa masuk lagi ke kehidupan anakku atau menjadi keluarga kami,’ ucap beliau kala itu dengan wajah yang mengeras. ‘Kami tidak akan pernah menerima wanita jahat sepertimu sebagai menantu, Liora.’

Kebencian yang ditujukan untuknya datang bertubi-tubi. Tak hanya dari keluarga Adrian saja, tetapi juga dari para penggemar pria itu.

Ujaran kebencian menjamur di dunia maya, mengambil alih kolom komentar. Di mana ada foto Liora, maka bisa dipastikan ratusan—atau bahkan mungkin ribuan—hujatan dialamatkan untuknya.

[Liora sengaja membuat Adrian terlihat buruk karena selama ini tidak ada yang mengenalnya.]

[Makanya dia menuduh Adrian berselingkuh karena dengan begitu namanya akan naik.]

[Foto-foto sekarang bisa saja dimanipulasi, tapi kelicikan Liora itu adalah sesuatu yang asli.]

[Sebaiknya dia mati saja agar tidak mengganggu Adrian lagi!]

Saat membaca semua itu … Liora akhirnya tahu bahwa rasa suka seseorang terhadap sesuatu bisa saja membuat mereka menepis kebenaran.

Padahal foto yang diunggahnya itu jelas menunjukkan Adrian bersama dengan wanita lain, tapi masih belum cukup membuat para penggemar pria itu terbuka matanya.

Semua kalimat itu membuatnya berpikir, ‘Haruskah aku keluar saja dari agensi yang sama dengan Adrian?’

Tapi ia bimbang, sebab jika ia keluar dari agensi ia pasti dituntut untuk membayar denda.

Saat Liora mengatakan hal itu pada Freya, manajernya itu mengatakan, ‘Situasinya akan berbeda jika agensi yang memutuskan hubungan kerja sama, Liora. Mereka bisa berdalih aktris tidak berperilaku baik atau melakukan sesuatu yang merugikan sehingga mereka harus memutus kerja sama.’

Liora tak memiliki uang sebanyak itu untuk membayar denda yang jumlahnya pasti fantastis. Ketimbang membayar denda, ada hal lain yang lebih ia prioritaskan.

Yakni ibunya yang tengah dirawat di rumah sakit jiwa. Ibunya yang malang itu mengalami depresi berat setelah bercerai dengan ayahnya. 

Karena beberapa waktu belakangan beliau memburuk dengan lebih sering mengamuk dan melukai dirinya sendiri, Liora terpaksa memasukkannya ke rumah sakit jiwa.

Hal itu membuatnya menyesal, mengapa saat pertemuannya dengan Kayden di ruang Presdir itu bibirnya dengan mudah mengatakan tak apa jika kerja samanya dengan Evermore putus. Ia tak ingin hal itu terjadi sebab ia masih membutuhkan pekerjaan—sekalipun itu dalam skala kecil—untuk terus menyokong pengobatan ibunya.

Ia resah. Bagaimana jika nanti Kayden benar-benar memutus kontrak dengannya?

Apalagi saat Liora menjenguk sang Ibu kemarin, beliau belum menunjukkan kemajuan yang pesat. Yang artinya ... keberadaan sang Ibu di dalam sana masih lama.

Dengan langkah kakinya yang terasa berat, malam hari ini Liora berhenti di dalam sebuah hall.

Dalam balutan gaun berwarna putih mutiara, ia hadir di pesta penyambutan Kayden sebagai presdir baru Evermore.

Tadinya ia tak ingin hadir mengingat situasinya yang tak kondusif. Tapi Freya memintanya untuk datang karena jika tidak, ia bisa dianggap tak menghormatinya.

Di antara keramaian itu Liora berdiri seorang diri, memilih untuk tidak bergabung dengan aktris atau aktor lain di bawah naungan Evermore yang datang. Ia menjadi pengamat, atau sekadar membalas sapaan mereka hingga sepasang matanya menangkap kedatangan seorang pria yang kemunculannya menyita perhatian.

Kayden.

Sejak ia memasuki hall, Liora merasa pria itu seketika bisa menemukannya. Iris gelapnya menerpa Liora padahal mereka dipisahkan oleh sekian meter jarak.

Jantungnya berdebar kencang saat Liora menyadari tuxedo yang dikenakan oleh Kayden sangat mirip dengan yang ia ingat malam itu dilucutinya di atas ranjang hotel sebelum mereka menghabiskan satu malam yang panas.

‘Apa dia ingin mengingatkanku dengan yang malam itu kami lakukan?’ tanya Liora dalam hati saat pria itu menoleh ke arah lain.

Bibirnya terlihat merekahkan senyuman saat Kayden menyambut seorang gadis yang kemudian melingkarkan tangannya di lengan pria itu.

‘Siapa perempuan itu?’ Benak Liora mulai dipenuhi tanya.

“Wah! Tuan Kayden membawanya ke sini?” ucap salah seorang wanita dari belakangnya seolah menjawab tanya di dalam hati Liora.

“Aku dengar mereka akan segera menikah. Tunangannya Tuan Kayden sangat cantik.”

Mendengar itu, perut Liora tiba-tiba membeku. 

‘Tunangan?’ ulangnya dalam hati. ‘Kayden sudah memiliki tunangan?!’

….

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (6)
goodnovel comment avatar
Eva
Bener bener deh ini ceritanya nyesek banget jadi Liora. Ortunya cerai, diselingkuhin pacar, di hujat netizen, ibunya di rumah sakit jiwa, tidur sama paman mantannya ehh malah si pamannya udah punya tunangan, hidupnya juga pas pasan nggak punya bekingan.
goodnovel comment avatar
Ivat Jesi
mana lanjutannya?
goodnovel comment avatar
Nissya
Ya hilang semua jadinya ..... tak ada harapan kah ?
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    7. Tidur Dengan Calon Suami Orang?

    ‘Artinya malam itu aku tidur dengan calon suami orang?’ batin Liora tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Ia baru tahu jika Kayden sudah bertunangan, ia pikir pria itu masih betah melajang dan menikmati hidupnya sebagai seorang pewaris kaya raya. Liora menghela dalam napasnya saat ia mengingat apa yang pernah ia katakan pada Kayden kala itu. ‘Semalam yang kita lakukan itu tidak berarti apapun bagi saya’ yang ia tuturkan pada pertemuan mereka rasanya telah menamparnya dengan kenyataan pahit. Karena kemungkinan besar, dirinyalah yang lebih tak ada artinya bagi seorang Kayden Baldwin. Liora hendak beranjak pergi dari sana dan mencari tempat yang lebih jauh agar tak perlu menyapa Kayden dan tunangannya itu. Namun, lamunan sesaat itu membuat Liora melewatkan saat-saat di mana Kayden dan sang tunangannya dalam balutan gaun merah muda itu mendekat. Tak bisa dipungkiri bahwa Kayden dan gadis itu sangat serasi. Dua orang itu tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapannya dan membuat Lio

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-24
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    8. Syarat Sebuah Kebebasan

    Seisi ruangan yang semula diselimuti oleh ketegangan mendadak senyap. Perhatian semua orang kini mengarah pada Liora yang berdiri dan dirundung oleh kebimbangan. “Saya tidak pernah menipu orang,” ucapnya. “Apalagi menggunakan obat terlarang, Pak. Itu semua tidak benar!” “Jika memang begitu, Anda bisa menjelaskannya nanti di kantor,” jawab seorang petugas yang berdiri paling depan. “Sekarang lebih baik Anda ikut dengan kami.” Entah cerita seperti apa yang dibuat dan dilaporkan oleh Adrian dan Irina hingga dapat mempermalukan Liora seperti ini. “Mari!” ucap pria berseragam itu sekali lagi. Kaki yang tadinya terpancang dengan lantai marmer tempat ia berpijak akhirnya terangkat. Langkahnya terasa berat kala ia mengikuti ke mana polisi menggiringnya keluar dari hall, sepasang netranya berkabut oleh air mata kala menyaksikan pandangan orang-orang yang menghakiminya. Dengus napas mereka, atau lirikan yang penuh kebencian mengantarnya pergi meninggalkan pintu berdaun dua tempat i

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-25
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    9. Pria Yang Menidurimu Pertama Kali

    “Menikah dengan Tuan Kayden?” ulang Liora dengan sepasang matanya yang membola, memastikan pada pria itu bahwa ia tak salah dengar. Untuk beberapa saat seolah jantungnya berhenti berdetak. Syarat yang diajukan oleh Kayden sangat mengejutkannya. Kayden mengangguk, “Seperti yang kamu dengar.” Liora terdiam, jari-jari tangannya kian kebas saat benaknya dipenuhi oleh tanya, ‘Apa yang dia inginkan sebenarnya?’ gumamnya dalam hati, dirundung kebingungan. Kenapa aneh sekali? Ia pikir selama ini Kayden membencinya dilihat dari sikapnya yang ketus, atau bagaimana tajamnya tatapan mata pria itu yang menunjukkan betapa tak sukanya ia pada Liora—bahkan hingga hari ini. ‘Jadi kenapa Kayden tiba-tiba meminta agar aku menikah dengannya?’ Liora masih berkutat dengan segala pikirannya, maniknya mencuri pandang pada pria yang menurutnya sangat aneh itu. Ia berusaha menjinakkan prasangkanya yang menjadi liar, tetapi rasanya tidak bisa. Semua ini terasa tidak nyata, dan aneh .... Liora menghel

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-26
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    10. Prasangka Liar

    Saat Liora dibawa kembali ke dalam sel-nya, gadis itu berkutat dengan pikirannya yang seperti benang kusut. Menunduk memandang tangannya yang terbelenggu di dalam borgol seperti ini membuatnya mau tak mau mengakui apa yang dikatakan Kayden adalah kebenaran, bahwa Liora tak memiliki pilihan mengingat ia memang ingin bebas. Selain itu, tak ada yang menjamin ibunya tetap dibiarkan untuk tetap berada di rumah sakit jiwa atau malah dikeluarkan dan ditelantarkan oleh Irina dan ibu tirinya yang jahat itu. Bukankah mereka juga bisa saja menyimpan dendam karena Liora telah melibatkan Irina dalam skandal perselingkuhan dengan Adrian kala itu dan melampiaskannya pada sang Ibu? Tetapi selain semua itu, ada hal lain yang mengganggu Liora. Jika ia menikah dengan Kayden, lantas bagaimana dengan Julia? Bukankah mereka telah bertunangan? ‘Apa sesuatu yang buruk terjadi pada mereka?’ batinnya menerka-nerka. ‘Atau memang Kayden memiliki tujuan lain yang tak ia ketahui?’ Dugaannya berubah menjadi li

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-27
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    11. Perjanjian Pernikahan Kontrak

    Setelah menghabiskan malam yang tak terlalu dingin di dalam tahanan sebab Liora menggunakan selimut pemberian Freya sebagai alas tidur, pagi hari ini ia diminta untuk keluar dari sel. Keadaannya sedikit berbeda sebab tangannya tidak diborgol seperti sebelumnya. Di dalam ruang kunjung tahanan itu, ia menjumpai seorang pemuda yang dikenalnya sebagai Evan Lee, sekretaris Kayden. Pemuda itu tidak datang sendirian, melainkan bersama dengan seorang pengacara yang Liora tahu ia adalah pengacara terkenal, dan mahal—Pengacara Hans. Liora duduk berseberangan meja dengan mereka berdua setelah menundukkan kepalanya sebagai sapaan. “Tuan Kayden meminta saya untuk menangani kasus ini,” ucap Pengacara Hans pada Liora yang beberapa detik seperti menahan napas, menyadari Kayden benar-benar menepati apa yang ia katakan kemarin saat di telepon bahwa ia akan meminta Evan menjemputnya pagi ini. “Terima kasih,” jawab Liora dengan gugup. “Penahanan Anda ditangguhkan dengan jaminan dari Tuan Kayden seh

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-27
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    12. Menjadi Istri Kayden

    “Pergi ke sana? Untuk apa?” tanya Liora yang seketika membuat kedua bahu Kayden jatuh penuh rasa kesal. “Aku benci mengulangi kalimatku,” desis pria itu. “Tapi—” “Cepatlah!” potong Kayden tak peduli dengan apa hendak dikatakan oleh Liora. Liora menghela dalam napasnya saat batinnya memprotes, ‘Apa memang dia selalu bicara kasar seperti itu? Arogan sekali!’ Liora tak memiliki pilihan lain, sebelum tuan arogan itu kembali bicara dan membuatnya kembali sakit hati, ia segera mengambil cincin dari tangannya. Ia mengenakannya di jari manisnya dan pergi bersama dengan Kayden untuk menuju ke rumah orang tuanya. Sedan yang dikemudikan oleh Evan membelah sibuknya jalan raya pada jam kerja. Tidak ada yang berbicara selama itu hingga mereka memasuki sebuah halaman yang dilindungi oleh gerbangnya yang cukup tinggi. Kaki Liora terasa lemas, langkahnya gamang saat ia keluar dari mobil dan mengikuti ke mana Kayden membawanya. Masuk ke dalam rumah, menapaki setiap lantai marmernya, melewati r

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-28
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    13. Alat Balas Dendam

    “Kayden?!” seru Ibunya Kayden—Nyonya Rose—saat memanggil anak lelakinya itu. Beliau bangun dari duduknya dan menatap Kayden dengan pupilnya yang bergetar. “Omong kosong apa yang sedang kamu katakan ini, Kayden?!” tanya beliau masih sama menggebunya. “Ini bukan omong kosong, Ma,” jawab Kayden dengan tenang. “Aku memang sudah menikah dengan Liora. Jadi mulai hari ini aku dan Julia tidak memiliki hubungan lagi.” Tangan Liora yang ada di dalam genggaman Kayden terasa kebas, ia berdiri membeku kala menyadari situasi di dalam sana berubah menjadi tidak kondusif. Ibunya Julia terlihat menangis, meremas dadanya dan berusaha ditenangkan oleh sang suami tepat setelah Kayden mengatakan hubungannya dengan Julia telah berakhir. Liora bergeming, merasakan raganya yang seakan mengecil, terhimpit di antara sengketa keluarga yang tak ia ketahui duduk perkaranya—selain Kayden yang tiba-tiba membatalkan pernikahannya dengan Julia. Ia terkejut saat Julia menarik lengannya. Wajah gadis itu beruraian

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-28
  • Malam Membara Bersama Pamanmu    14. Kayden Otoriter!

    Bibir Liora terpasung bisu untuk beberapa saat. Maniknya yang terkunci pandang dengan Kayden semakin terasa perih. Ia mengusap pipinya yang basah oleh air mata, mencoba untuk menata kata agar bisa menjawab pria di hadapannya ini. “Saya hanya ingin pergi sebentar untuk—” “Sebaiknya kamu mendengarku! Kamu tidak akan pergi ke manapun!” Liora mengepalkan kedua tangannya. Kayden benar-benar otoriter! Liora mengetahuinya sekarang. Apapun yang keluar dari bibir pria itu harus ditaatinya tanpa banyak pertanyaan. Ia tidak menerima alasan, apalagi dibantah. “Jangan berkeliaran atau wajahmu itu dilihat oleh orang lain dan menimbulkan berita buruk lainnya, Liora!” tekan Kayden, rahangnya yang mengetat seolah menegaskan bahwa peringatannya ini tidak main-main. “Saya tidak peduli orang-orang mengatakan hal buruk tentang saya.” “Tapi aku peduli,” sahut Kayden. “Orang di luar sana tahu kamu adalah model dari agensiku. Kamu tidak tahu berapa banyak uang yang aku keluarkan untuk meredam skan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-29

บทล่าสุด

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    37. Cantik Seperti Musim Semi

    “A-apa Anda melihat kami?” tanya Liora memastikan. Namun, Kayden tak menjawab. Hanya seulas seringai samar di salah satu sudut bibirnya yang terlihat dan itu membuat Liora tidak nyaman. “D-dia itu teman saya, Tuan Kayden. Dulu sebelum Anda menjadi presdir—“ “Tidak bisa,” potong Kayden yang membuat Liora urung menjelaskan apapun. “Apa yang tidak bisa?” “Datang ke acara Leo Nathan.” Kalimat itu menandakan dengan jelas bahwa Kayden sedang menolak mentah-mentah permohonannya. Liora memalingkan tatapannya dari Kayden. Kedua maniknya sedikit terangkat ke atas, bertanya dalam hati, ‘Bagaimana ini? Aku terlanjur menyanggupi Leo.’ “Kenapa saya tidak boleh datang?” tanya Liora, menatap Kayden kembali—setidaknya ia ingin tahu apa yang membuat Kayden melarangnya datang ke The Flavor Lab. “Hanya karena aku memperbolehkanmu melakukan pemotretan dengan majalah Hazed bukan berarti kamu bebas berkeliaran sesuka hatimu,” jawab Kayden. “Apalagi menjadi bintang tamu di acara orang lain.”

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    36. Rupawan, Tapi Iblis!

    Setelah meninggalkan kafe yang ia datangi, Liora kembali ke rumah Kayden. Tadinya Leo hendak mengantarnya tetapi Liora menolaknya dan lebih memilih untuk menggunakan taksi online. Di halaman rumah Kayden, Liora melihat pria itu ada di sana. Sedang menuruni undakan tangga di teras, tampak menawan dalam balutan kaos berkerah dan celana panjangnya yang bersih serta melihat kedatangan Liora dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. Sadar dirinya melakukan sesuatu tanpa mendapatkan izin dari Kayden, Liora memilih untuk jujur ke mana ia pergi sebelum kembali ke rumah. “Tuan Kayden,” sebutnya dengan ragu-ragu saat pria itu mendekat. “Maaf saya tadi tidak langsung pulang karena mampir dulu ke—“ Belum sempat Liora menyelesaikan kalimatnya, Kayden berlalu pergi melewatinya begitu saja, mengabaikannya tanpa peduli akan apa yang akan dikatakan olehnya. Punggungnya menjauh, meninggalkan Liora yang meremas jari-jarinya, menelan kembali semua kalimat yang hampir saja keluar dari bibirnya.

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    35. Perjumpaan Dengan Pria Tampan

    “Iya ini aku Leo. Lama tidak bertemu, Liora,” ucap pemuda itu saat Liora masih bergeming dan meremas coffee cup miliknya. “Bagaimana kabarmu?” Baru setelah tanya itu terdengar, Liora sadar. Ia membalas senyum pemuda itu. Seorang pria yang sangat ia kenal dengan baik, Leo Nathan Henley. Dulu, Leo adalah kakak kelas Liora semasa di Sekolah Menengah Atas hingga kuliah. Ia, Freya dan Leo dulu bersahabat sebelum karir pemuda itu yang paling melejit sebagai seorang celebrity chef. Di bawah naungan satu agensi yang sama, di Evermore. Sekitar dua tahun belakangan Leo berkegiatan di luar negeri sembari melanjutkan study-nya. “B-baik,” jawab Liora akhirnya, mengikuti pandang ke mana Leo beranjak, duduk di sampingnya dengan membawa satu cup berisikan kopi seperti dirinya. “Senang bisa melihatmu lagi, Liora.” “Sejak kapan kamu pulang?” “Kemarin,” jawabnya. “Padahal aku masih berpikir bagaimana caranya aku bisa menemuimu, Liora. Tapi rasanya takdir sangat baik dengan membuat kita

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    34. Orang Ketiga Antara Kau Dan Dia

    “Julia? Apa yang kamu lakukan di sini?” balas Kayden setelah pria itu menghentikan langkah kakinya begitu juga dengan Liora yang berdiri di sampingnya. Julia tak serta-merta menjawabnya, gadis itu lebih dulu memindai Liora sebelum pandangannya berhenti pada Kayden. “Apa kamu dan Liora baru menginap di hotel?” tanya Julia balik alih-alih menjawab mantan pacarnya itu. “Ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” jawabnya singkat. “Dengan Liora juga?” Kayden mengangguk sebagai sebuah pembenaran. “Aku juga sedang ada pekerjaan,” ujar Julia— menanggapi tanya dari Kayden perihal apa yang dilakukannya di sini. “Ada meeting dengan salah satu partner bisnis Papa. Beliau yang meminta. Kamu tahu ‘kan … aku bertanggung jawab atas beberapa proyek besar milik DN Construction.” DN Construction yang dikatakan oleh Julia itu adalah bisnis milik keluarganya. Sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang konstruksi. Cantik, elegan dan seorang wanita karir. Setidaknya seperti itu yang dipiki

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    33. Mustahil Dia Yang Meminta

    “Tuan Kayden yang memintanya?” ulang Liora memastikan. Kedua matanya melebar penuh ketidakpercayaan menatap Annie yang justru tak menjawab setelahnya. Apakah ia salah dengar? Ataukah Annie yang barangkali salah berucap? Wanita paruh baya itu hanya tersenyum sebelum mengatakan, “Sebaiknya Nona menghabiskan makanannya. Obat yang Nona Liora minta tadi pagi juga sudah saya siapkan,” tuturnya seraya sekilas menunjuk ke atas nampan. “Dokter yang meresepkannya secara langsung.” “Apa Bu Annie mengatakan pada Tuan Kayden apa yang terjadi dengan punggungku?” balas Liora penuh selidik. Melihat senyum Annie yang tampak ganjil membuat Liora berpikir bahwa dugaannya itu benar. Mana mungkin Annie menyembunyikan apa yang dilihatnya? Bukankah sebagai orang yang bertanggung jawab atas keberlangsungan di rumah ini Annie tentu akan melaporkan segala sesuatu yang terjadi kepada si pemilik rumah? Lagi pula ... siapa yang bisa diam dan terbungkam dihadapkan pada mata mengintimidasi Kayden? Liora meng

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    32. Kau Bisu? Tak Ingin Menjawab?

    “Bukan apa-apa,” jawab Liora sesegera mungkin. Ia memandang Annie, mengisyaratkan dengan matanya agar wanita paruh baya itu tak mengatakan apa yang ia lihat di punggungnya pada Kayden. Tatapan Kayden menelisik kala Liora mencuri pandang pada manik gelapnya. Alis lebat Kayden yang berkerut menandakan bahwa pria itu tahu Liora tengah berbohong. Diam yang ia suguhkan dan wajahnya yang tanpa ekspresi tetapi tegas itu membuat Liora seperti akan tersudut dan memilih untuk membuka mulut perihal apa yang ia bicarakan dengan Annie. Dan sebelum semakin terintimidasi, Liora memutuskan untuk pergi dari sana. Ia lekas berjalan, langkahnya gegas meninggalkan Kayden setelah ia menundukkan kepalanya. Tak ingin terlibat percakapan yang lebih jauh. Liora kembali ke dalam kamar. Menuju meja tempat di mana ia meletakkan botol minumannya di sana dan menarik lacinya. Berharap menemukan obat apapun—setidaknya agar demamnya ini mereda. Melihat obat untuk luka ada di dalam sana juga, ia memutus

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    31. Makan Malam Konglomerat

    “Tidak,” jawab Liora dengan segera, mencegah ada perdebatan lain di dalam ruangan yang perlahan menemukan kedamaian itu. “A-ada sesuatu yang tidak baik yang terjadi di studio tadi,” imbuh Liora. “Ada kecelakaan kecil yang membuat saya terluka. Tapi ini tidak parah, Tuan.” Apa jawaban itu benar? Liora meraba-raba dalam hati, melirik Kayden yang tampak tidak peduli dengan perkataannya. Liora anggap itu sebagai sebuah hal yang disetujui oleh Kayden karena pria itu tak bereaksi. Tuan Owen mengangguk mengerti, memutuskan tak memperpanjangnya sementara Liora lalu menutup mulutnya, tak akan bicara lagi. Sudut matanya memandang Kayden, yang tak seperti anggota keluarganya yang lain yang menyantap hidangan mereka, pria itu hanya memilih wine saja. “Kita sudah memiliki hidup kita masing-masing,” ucap Tuan Owen di sela bunyi garpu dan piring. “Jadi Papa harap tidak ada yang mencampuri urusan pribadi yang lainnya. Mari hidup damai di jalan masing-masing.” Tuan Owen kemudian menatap anak bun

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    30. Terjebak Di Keluarga Baldwin

    ‘Perempuan bekasnya?’ ulang Liora dalam hati usai sebutan Adrian terhadapnya. ‘Aku bahkan tidak pernah melakukan apapun dengannya,’ batinnya sekali lagi. Sebuah hal yang bagus karena selama berpacaran ia dan Adrian tidak melakukan sesuatu di luar batas. Seandainya mereka melakukan sesuatu seperti yang Adrian perbuat dengan Irina, bukankah bisa saja saat putus pemuda itu tak hanya menyebutnya sebagai ‘perempuan bekas’? Yang keluar dari bibirnya yang penuh dusta itu bisa saja ‘pelacur’ karena rela ditiduri berkali-kali. Setidaknya Liora selamat dari hal itu. Tenggorokannya terasa serak menyadari ketegangan yang hebat di dalam ruangan itu. Jemarinya yang saling menggenggam terasa kebas meredam amarah. Ia memberanikan diri untuk melirik Kayden yang tak serta-merta memberi tanggapan atas kalimat Adrian. Kayden juga tampak tidak tersulut dengan provokasi keponakannya itu. Pria itu menghadapinya dengan tenang, wajahnya tak banyak menunjukkan perubahan sebelum maniknya yang gel

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    29. Pria Tanpa Hati

    Bunyi lampu yang pecah kala berbenturan dengan lantai bergema di setiap sisi ruangan, waktu seolah berhenti untuk beberapa detik hingga orang-orang menyadari Liora dan Kayden jatuh tersungkur sehingga mereka berseru dalam kepanikan dan memperkeruh keadaan. “Liora!” “Tuan Kayden!” Kerusuhan terjadi karena lampu-lampu itu saling mengenai satu sama lain, yang jika tadi Liora tak segera menarik Kayden, maka dua lampu LED besar itu bisa jatuh menimpanya—yang meski sekarang benda itu menimpa dirinya. “Akh—” Liora merintih saat merasakan punggungnya yang terkena lampu itu seakan remuk. Tangannya tergores, begitu juga dengan pipinya yang terasa perih. Pecahan dari lampu itu pasti telah mengenai wajahnya. Evan menyingkirkan lampu dari punggung Liora, membantu tuan dan nonanya itu bangun dan meminta keduanya untuk menyisih. “Maaf, Nona,” ucap Evan penuh rasa bersalah saat Liora meraba punggungnya. “Anda baik-baik saja?” Evan memindai tangan Liora yang terluka dan goresan-goresan kecil di

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status