Pangeran Yuasa putra dari Raja Cahaya, sementara Ibundanya yang seorang manusia membuatnya menjadi unik. Darah dalam tubuhnya menyimpan rahasia yang diburu oleh Xavier, seorang peneliti dunia bawah. Darah pangeran Yuasa diyakini memiliki kekuatan untuk kebangkitan Raja Kegelapan. Untuk melindungi Pangeran Yuasa, Rosaline diutus untuk menjadi pengawal pribadi sang pangeran. Kebersamaan dengan Rosaline menimbulkan benih-benih cinta di antara keduanya, lalu bagaimana Pangeran Yuasa menghindari Xavier dan mendapatkan cinta Rosaline? Apakah Cinta mereka dapat bersatu dengan perbedaan status yang ada? (Bagian dari kisah Crystal of Soul: Twins)
View More"Akhirnya, Raja Kegelapan akan bangkit kembali!"
Seorang pria di dalam laboratorium di dunia bawah tertawa dengan keberhasilannya. Penelitian untuk membangkitkan Raja Kegelapan telah berhasil.
"Tuan, kita masih perlu darah lagi." Laporan dari anak buahnya.
"Ya, akan ku usahakan secepatnya," jawab pria itu.
Sementara itu di Kota Onyx, dunia atas. Keributan akibat Penculikan Pangeran Yuasa terjadi. Pangeran itu ditemukan dalam keadaan kehabisan darah, banyak rumor beredar akan adanya makhluk penghisap darah tapi hal itu ditepis segera. Alat yang masih menempel di lengan Pangeran Yuasa jelas menunjukkan darahnya diambil secara paksa, di pompa keluar.
"Siapa yang melakukan ini?" Raja Yuichi mengepalkan tangannya, geram dengan perbuatan orang yang telah menguras habis darah putra tercintanya.
Dua tahun kemudian.
Arena Redlion, tempat pelatihan bagi para prajurit di Kerajaan Cahaya. Dua orang berjalan ke arah tempat ini, mereka adalah Pangeran Yuasa dan Rosaline, pengawal pribadinya.
"Pangeran yakin mau berlatih bela diri, apa saya tidak cukup untuk menjaga Anda?" tanya Rosaline.
"Keputusanku sudah bulat, Rosaline, Aku ingin menjadi kuat," balas Pangeran Yuasa.
Kejadian dua tahun yang lalu menjadi cambuk bagi Pangeran Yuasa, sebanyak apapun pengawal jika dia sendirian maka dia tidak akan bisa berbuat apapun. Nyatanya ada situasi di mana pengawal terpisah darinya. Dan saat itu terjadi melawan pun tak sanggup hanya bisa pasrah dengan keadaan. Dia harus bisa membela diri setidaknya itulah yang ada dalam pikirannya.
"Saya memiliki teman di sini, dia biasa melatih prajurit, kurasa bisa juga melatih Pangeran Yuasa," lanjut Rosaline. Mereka berjalan menuju tempat penerima tamu, setelah bertanya dimana bisa bertemu dengan teman Rosaline mereka meneruskan perjalannya.
"Dia sedang berada di tempat latihan, kita beruntung," ucap Rosaline.
Mereka tiba di sebuah lapangan, di sana banyak prajurit berlatih di bawah bimbingan seorang pria berambut merah.
"Adrian!" panggil Rosaline dan pria berambut merah pendek itu menoleh ke arah mereka.
"Siapa mereka, berani sekali memanggil Sersan Adrian tanpa gelarnya," bisik-bisik para prajurit tingkat satu yang sedang berlatih.
Pria yang bernama Adrian itu berjalan menuju ke arah Rosaline dan Pangeran Yuasa. Pangeran Yuasa berusaha bersikap sopan di hadapan calon pelatihnya.
"Rosaline, ada apa kemari? Apa kamu kangen denganku?" Adrian merentangkan kedua tangannya hendak memeluk gadis berambut merah panjang yang semerah rambutnya.
"Enak saja!" jawab ketus Rosaline menatap tajam Adrian sehingga pria itu berhenti dan tidak jadi memeluknya.
"Jahatnya, sesekali bohong untuk menghiburku tak apa, kan,”" gerutu Adrian.
"Eh?" Pangeran Yuasa yang melihat keduanya merasa sungkan. Mereka berdua ternyata saling kenal, dan terlihat sangat dekat. Sedikit rasa cemburu mulai mengular di hatinya, meliuk-liuk mempermainkan rasa yang baru terbangun.
Pangeran Yuasa, dia menaruh rasa pada pengawal pribadinya sejak pertama kali mereka bertemu. Sementara gadis yang kini sedang bertarung kata-kata dengan Adrian sama sekali tidak tahu perasaannya. Dia memendamnya sendiri, tidak berani mengungkapkan rasa itu karena takut. Takut hubungan yang saat ini terjalin akan hancur.
"Perkenalkan, Pangeran Yuasa. Dia ingin berlatih di sini," ucap Rosaline memperkenalkan Pangeran Yuasa. Sang Pangeran pun memberikan salam untuknya.
Adrian mengamati Pangeran Yuasa yang berdiri tegak di depannya. Postur tubuhnya bagus, proporsional, tidak terlihat ada otot di tangannya, begitu pula kakinya. Wajah dan kulitnya terlihat terawat dengan baik dan yang membuat Adrian menyipitkan mata adalah warna rambutnya.
"Anda pemilik kristal kuning?" tanya Adrian langsung.
"Iya," jawab Pangeran Yuasa. Dia merasa ada yang salah dengan kristalnya. Apakah salah jika kristal kuning ingin belajar bela diri.
"Pangeran, apa Anda melihat ada prajurit dengan kristal kuning?" Adrian memberikan isyarat kepada Pangeran Yuasa untuk memperhatikan prajurit yang dilatihnya.
"Kristal biru, merah, banyak kristal campuran dan kristal tanpa warna," ucap Pangeran Yuasa. Sangat mudah membedakan mereka dari warna rambutnya.
"Dan …." Adrian menambahkan kata itu dan menunggu Pangeran Yuasa menjawabnya.
"Tidak ada kristal kuning," jawab Pangeran Yuasa segera mengetahui maksudnya.
Kecewa, hanya itu yang bisa dirasakan oleh pangeran tampan itu, dia berniat melatih diri untuk menjadi kuat namun harapan itu pupus sudah. Awalnya saat melihat kristal tanpa warna yang juga berada di antara warna-warna kristal yang dilatih dia sudah menaruh harapan besar pada pria ini. Kristal tanpa warna dikenal sebagai kristal yang tidak berguna dan pria ini menerimanya.
"Lebih baik Anda pulang, pangeran," lanjut Adrian berbalik membelakangi Pangeran Yuasa bersiap kembali kepada prajuritnya.
"Tunggu!”" teriak Pangeran Yuasa, "Saya bisa membuktikan kalau saya mampu berlatih, jadi tolong latih saya!" pinta Pangeran Yuasa.
Adrian berhenti dan menoleh, dia memandang sekali lagi pangeran tampan di samping Rosaline. Senyuman terkembang di bibirnya.
"Kalau Anda bisa menggores ku, akan kupikirkan," jawab Adrian. Dia sangat yakin pangeran ini tidak bisa bertarung.
"Anda berjanji?" tandas Pangeran Yuasa dia tidak ingin dikecewakan.
"Janji," jawab Adrian.
Pangeran Yuasa mengambil pedang di tempat senjata. Ada banyak pilihan senjata, tapi hanya pedang saja yang terlintas di pikirannya. Dia menyerang Adrian dengan pedang itu.
"Lemah," lirih Adrian. Meskipun ucapannya tidak terdengar jelas, Pangeran Yuasa bisa mengerti satu kata itu. Dia memang lemah secara fisik, tapi tekatnya sangat kuat.
"Masih belum," gumam Pangeran Yuasa kembali mengayunkan pedang dan dengan mudah dihindari oleh Adrian yang bahkan tanpa senjata. Adrian hanya bergerak ke samping dan mengelak dari sabetan pedang yang tidak terlalu bagus diayunkan.
"Tunggu, dia memiliki kuda-kuda yang bagus, meskipun ayunan pedangnya berantakan dan tidak bertenaga,”" pikir Adrian.
Adrian yang memperhatikan kuda-kuda Pangeran Yuasa tidak memperhatikan ayunan pedangnya hingga dirinya hampir saja terkena pedang itu. Secepat kilat, Adrian menarik pedang di punggungnya dan menepis pedang pangeran Yuasa yang hampir melukainya. Tangkisan pedang Adrian membuat pedang Pangeran Yuasa terpelanting.
Tanpa pedang bagaimana Pangeran Yuasa menyerang, dia tidak mau gagal hari ini.
"Selesai, kau tidak bisa …," ucapan Adrian berhenti saat mata biru sang pangeran berubah warna. Kilau keemasan matanya, dan di saat yang bersamaan tubuhnya dikelilingi oleh percikan petir.
"Elemen petir dari kristal kuning?!" Adrian tidak percaya apa yang dia lihat. Elemen petir saja sudah langka dan semakin tidak biasa lagi dimiliki oleh kristal kuning.
"Saya belum menyerah!" teriak Pangeran Yuasa berlari ke arah Adrian dengan bola petir di tangannya.
Adrian yang tertegun, justru tidak bergerak saat bola petir mengarah padanya, hingga di detik-detik terakhir dia menangkis bola petir itu dengan pedang besarnya.
"Hampir saja," gumam Adrian.
"Gagal!" lirih Pangeran Yuasa yang berharap mendapatkan hasil dari serangan terakhirnya.
Kristal kuning adalah kristal paling lemah diantara semua kristal. Kemampuan utamanya adalah penyembuh. Semua kristal kuning bekerja di bidang medis, mereka adalah para tabib.
Adrian tercengang, dia merasakan ada rasa perih di pipi kirinya.
"Apa ini?" Adrian menggunakan tangannya untuk memeriksa pipi kirinya, darah mengalir tipis, sebuah goresan kecil dari percikan petir Pangeran Yuasa.
“Ternyata Anda bisa …,” baru saja Adrian ingin mengatakan bahwa pangeran berhasil tapi dia justru pingsan.
"Pangeran!" Rosaline berlari ke arah Pangeran Yuasa, menangkap tubuhnya sebelum menyentuh tanah.
"Bagaimana dia?" tanya Adrian.
"Tidak apa-apa, hanya kelelahan saja. Kurasa kau tahu sendiri seperti apa kristal kuning," jawab Rosaline. Dengan mudah dia mengangkat tubuh Pangeran Yuasa, Meletakkannya ke pinggir lapangan yang teduh.
"Apa yang membuatnya bertekat seperti itu?" tanya Adrian.
Rosaline menoleh ke arah Adrian, tersenyum lalu menjawab pertanyaannya.
"Bukankah dia sudah mengatakannya, dia ingin menjadi kuat," jawab Rosaline.
Adrian menghela napas panjang, lalu tersenyum dan menoleh ke arah Rosaline.
"Kalau begitu, besok dia sudah bisa berlatih di sini, aku menerimanya," balas Adrian.
Esok hari, Pangeran Yuasa akan memulai latihan pertamanya, bagaimana dia berlatih? Apakah dia benar-benar akan menjadi kuat?
Raja Quattro dikejutkan dengan tanaman merambat yang mulai menjalar dan terus tumbuh di bawah kakinya. Tanaman itu mengikuti ke mana sang raja baru melangkah. Seakan tahu sasarannya, tanaman rambat itu mengikat kaki Raja Quattro.“Kau mengendalikan tanaman!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat mulai melilitnya dari bawah. Kakinya telah terikat sempurna hingga lutut. Dia berusaha memotong sulur-sulur yang merambat cepat.“Aku tidak menguasai pengendalian tanaman,” balas Pangeran Yuasa.Pangeran Yuasa juga bingung dengan kondisi angin yang bertiup bersamaan dengan helai dedaunan. Aroma mint lembut terbawa dalam hembusan angin hingga semua pasukan berhenti berlari saat menghirup aromanya.“Jangan berkilah, hentikan tanaman ini!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat itu kini membungkus seluruh kakinya hingga ke pinggang dan masih menjalar. Bukan hanya di bawah kaki Raja Quattro tanaman mulai tumbuh di seluruh bagian. Ada beberapa bunga kecil yang mulai mekar pula.“Ayahanda,” gumam
“Rosaline!” Damian menangkap tubuh Rosaline. Dia menepuk pipi adik perempuannya supaya sadar.Raja Quattro yang melihat barrier tujuh lapis. Rosaline menghilang menyeringai. Senyumannya membuat Damian merasa merinding. Tubuh Rosaline tiba-tiba terasa ringan. Damian yang melihat perubahan itu menyipitkan mata tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tubuh Rosaline yang sedang pingsan tiba-tiba berpindah dari tangan Damian ke tangan Raja Quattro tanpa disadarinya. Angin Raja Quattro yang memindahkannya secepat kilat.Keberadaan Rosaline di tangan Raja Quattro membuat mereka semua bergidik. Raja itu melakukan segala cara demi tercapai tujuannya.“Pangeran! Turun dan serahkan dirimu, atau ....” Raja Quattro memperlihatkan Rosaline yang berada di tangannya dan memberikan isyarat gerakan tangan di depan leher seperti diiris.“Bagaimana Yuasa?” Aurum yang bersatu dengan Pangeran Yuasa tidak bisa tinggal diam. Baginya Rosaline merupakan orang yang berharga, setidaknya dia menganggap gadis itu
Adrian merasa ada yang janggal. Saat mereka meninggalkan Istana Mawar, permaisuri menyambut mereka. Namun, saat ini meskipun keributan sangat besar terjadi tidak ada tanda-tanda keberadaan permaisuri.“Tunggu.” Adrian menghentikan Pangeran Yuan yang akan membuka pintu ke kamar Raja Yuichi.“Ada apa?”Kedua anak kembar itu saling berpandangan kemudian melihat ke arah Adrian.“Kalian tunggu sebentar,” ucap Adrian meminta kedua anak kembar ini menunggu dan dia menyelinap masuk diam-diam.Tak lama berselang, Aurum bersama dengan Pangeran Yuasa masuk ke dalam.“Sedang apa?” tanya Aurum yang melihat dua anak sedang berdiri di depan pintu. Dia mencari tempat untuk meletakkan Pangeran Yuasa yang sedang tidak sadarkan diri. Setelah memindai ruangan dengan teliti dia menemukan ada kursi panjang dan akhirnya merebahkan Pangeran Yuasa di sana.“Apa yang terjadi dengan Kakak?” tanya Pangeran Yuan.“Kehabisan energi, sudah hal biasa,” jawab Aurum.Rosaline menanyakan keberadaan Adrian kepada Putri
Pangeran Yuasa berjalan menuju ke bangunan utama Istana Mawar. Mereka yang berada di depan sang pangeran menyingkir tanpa perintah. Semua orang seakan mendapatkan tekanan yang begitu berat dan tidak bisa beranjak dari tempatnya kecuali mereka yang menghalangi jalan seakan kakinya bergerak sendiri untuk memberi jalan sang pangeran. “Apa ini?!” batin Raja Quattro. Dia tidak bisa bergerak bahkan menunduk saat Pangeran Yuasa lewat di depannya. “Kau ingin tahu kekuatan apakah ini? Ini adalah kekuatan untuk mengendalikan, aku memang lemah tapi dengan kekuatan ini kau pun akan bertekuk lutut,” bisik Pangeran Yuasa di depan Raja Quattro. “Salam kepada Yang Mulia,” ucap Raja Quattro, ucapan yang seharusnya tidak pernah keluar dari mulutnya. Dia berlutut di depan Pangeran Yuasa. Semua pengikut sang raja pun mengikuti apa yang dilakukannya. “Sial, bagaimana bisa tubuhku dipaksa seperti ini!” batin Raja Quattro mengumpat dalam hati, mengutuk sang pangeran atas perlakuannya merendahkan dirinya.
Aurum menerjang prajurit yang menghalanginya. Dia tidak peduli dengan mereka yang menghalangi dan berlari ke arah Pangeran Yuasa.“Yuasa!”Raja Quattro yang melihat Aurum mendekat mengangkat tangannya. Dia mengucapkan sesuatu dan angin besar menerbangkan Aurum, naga yang begitu besar seakan tidak memiliki berat. Aurum terhempas dan menimpa beberapa prajurit.“Dasar pengganggu.” Raja Quattro membuat pembatas, pembatas yang membuat gentar siapa pun yang ada di sana. Mereka berdua berada di tengah-tengah pusaran angin.“Siapa yang akan menolongmu sekarang, Pangeran? Kau bukan apa-apa tanpa teman-temanmu. Kau pikir aku tidak tahu, kau lemah, sangat lemah, hanya karena kau terlahir sebagai anak raja maka semua ini bisa kau miliki. Sungguh membuat iri. Aku yang berusaha sekuat tenaga, berjuang dari bawah hanya bisa menduduki posisi jenderal. Sementara kau akan menjadi raja? Enak saja. Aku juga bisa melakukan pemurnian, ternyata itu bukan kekuatan spesial.” Raja Quattro menyeringai. Dia mena
“Cepat, kita harus menolong ayah!” seru Pangeran Yuasa.Yuan terbang lebih dulu, dia dapat merasakan kekuatan kristal hitam yang begitu besar.“Aneh, kenapa kristal hitam sangat terasa di sini, ini akan sangat buruk untuk ayah dan kakak,” batin Pangeran Yuan. Dia mendekati Yui dan membicarakan tentang firasatnya.“Istana Mawar ada di depan.” Pangeran Yuasa memberikan komandonya.Putri Yui memperlambat terbangnya saat merasakan sesuatu yang tidak biasa.“Ada apa?” tanya Pangeran Yuasa saat melihat kedua adik kembarnya berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan mereka.“Itu!” Mata Pangeran Yuasa terbelalak, pasukan yang berjajar rapi mungkin lebih dari 10.000 prajurit ada di sana. Mereka dipimpin oleh Raja Quattro dan para jenderalnya.“Melawan mereka rasanya seperti menggali kubur sendiri,” gumam Rosaline.Sekuat-kuatnya mereka jika lawannya begitu banyak tetap saja akan sangat sulit.Pangeran Yuasa melihat pergerakan pasukan Damian dan yang lain menuju Istana Mawar. Pasukan mereka hany
Pangeran Yuasa terbang bersama dengan kedua adik kembarnya. Mereka mendarat di depan sebuah pintu besar yang terletak di tengah hutan.“Kurasa Aurum tidak akan muat,” ucap Pangeran Yuasa melihat sebuah pintu yang lebih besar dari pintu rumah pada umumnya, tetapi lebih kecil jika dibandingkan dengan gerbang dimensi.Pangeran Yuan tersenyum, “Dia bisa berubah, kan,” sambung Pangeran Yuan.Aurum berubah wujud. Dia terlihat seperti Pangeran Yuasa, yang berbeda hanya warna matanya, tetap keemasan.“Aku pasti muat dengan wujud ini,” ucap Aurum tersenyum simpul.“Rosaline,” panggil Pangeran Yuasa dan gadis itu mengangguk. Dia tahu dirinya diminta memasang barrier.“Tidak perlu,” tolak Pangeran Yuan saat gadis berambut merah itu akan memasangkan barrier padanya.“Tapi, Pangeran bisa terluka,” balas Rosaline.Pemuda dengan wajah yang sama seperti Putri Yui itu tersenyum, “Aku tidak apa-apa. Berikan pada Yui dan yang lainnya.”Rosaline berbalik dan membuat barrier untuk Putri Yui dan juga Aurum
Xavier menghadang mereka yang semuanya berpakaian hitam. Satu lawan sekumpulan orang tak membuat pria bersenjata tombak hitam ini gentar.“Kenapa kalian tidak menyerang saat kami sedang terlelap, sungguh baik hati sekali menunggu hingga kami bangun.” Xavier merasa mereka ternyata masih punya hati nurani.Salah satu dari mereka terlihat terluka oleh luka bakar, Xavier merasa mengenal luka tersebut, luka yang di akibatkan oleh api hitam.“Apa Rafael berjaga tadi malam? Bukankah dia tidur lebih dulu dariku,” batin Xavier.Malam itu mereka berusaha menyerang, menunggu mereka terlelap. Saat kaki mereka melangkah cukup dekat dengan rumah pohon, sebuah barrier tujuh lapis ternyata menyelubungi tempat itu. Barrier itu sangat keras dan dengan usaha yang cukup besar mereka menghancurkan ke tujuh lapis pelindung tersebut.“Tuan Xavier, kami masih segan dengan Anda. Mereka kristal berwarna tidak seharusnya Anda membelanya,” ucap salah satu dari pria berpakaian hitam di depan Xavier.“Kalian belum
Malam semakin larut, Damian menggigil seakan seluruh tubuhnya diselimuti salju.“Kak!” Adrian berusaha membuat barrier untuk membuat udara sekitar Damian lebih hangat, tetapi percuma hal itu tidak berdampak sedikitpun.Seperti para korban yang lain, Damian mulai meracau, mengatakan hal-hal aneh. Bahkan bahasa yang digunakan juga bukan bahasa yang biasa digunakan, dia seperti bersenandung kadang berteriak dan sesaat kemudian menangis.“Kak Damian?!”Adrian berusaha menyadarkan Damian yang seperti orang lain saat tengah malam tiba, dia sangat aneh.“Adrian, tidak ada yang bisa kita lakukan, dia bukan Damian saat ini, kontaminasi di tubuhnya sedang menguasainya, ingatan dari noda-noda kristal yang diserapnya tidak bisa dikendalikan. Percuma, dia akan kembali lagi esok hari, kita hanya bisa menjaganya agar tidak melukai dirinya sendiri.” Menteri Feng Zhui membuat suhu udara sekitar Damian menjadi hangat. Pria berambut merah itu terlihat tidak terlalu menggigil lagi. Adrian membuat barrier
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments