Petir terus menyambar tanah tandus di dunia bawah. Tidak ada lagi pemandangan hijau di tempat ini, hanya ada lahan tandus dan semua tanaman kering yang pernah hidup di tempat itu. Jangan tanyakan bagaimana susahnya mendapatkan makanan di dunia ini. Mereka berebut dan saling menyerang bahkan tak segan membunuh. Penjarahan, pencurian segala tindakan kriminal seakan legal di tempat itu.
Di sana berdiri sebuah laboratorium baru. Tujuannya hanya satu membangkitkan kembali raja yang telah lama menghilang dari dunia ini. Sudah dua abad lamanya tapi tak kunjung ada yang memiliki kemampuan pemurnian sementara dunia bawah sudah sekarat. "Apa kamu yakin, Xavier?" Rafael ragu dengan keputusan Xavier yang tiba-tiba menjadi kepala laboratorium. Dia tahu teman kecilnya ini suka dengan penelitian dan dulu memiliki laboratorium sendiri. Tapi yang sekarang didanai oleh Kerajaan membuat Rafael merasa ragu."Aku yakin, percayalah kali ini pasti, raja kegelapan akan bangkit kembali," jawab Xavier penuh keyakinan. "Tapi… ," Rafael masih tidak mempercayai apa yang akan dilakukan temannya itu. Dia justru merasa khawatir bagaimana kalau gagal. Percobaan yang dilakukan Xavier bisa saja berbahaya. Raja kegelapan yang bangkit bisa saja hanyalah monster tak berhati yang akan membahayakan dunia bawah. "Tenanglah, percayalah padaku," lanjut Xavier. Xavier, dia melakukan penelitian di laboratorium. Selama ini Rafael selalu mengunjunginya, melihat dan mengawasi dirinya supaya tidak salah langkah. "Apa yang salah?" gumam Xavier. Dia merasa semua telah benar tapi tidak ada perubahan pada sel yang diyakini milik raja kegelapan. "Apa yang salah?" tanya Rafael yang ikut memperhatikan sahabatnya itu."Selnya tidak berkembang, seharusnya dia membelah mengalami perkembangan tapi ini tidak terjadi apapun," terang Xavier. "Mungkin butuh kemampuan seperti para penyembuh atau medis beberapa ada yang bisa meregenerasikan," usul Rafael. "Patut dicoba."Rafael melihat Xavier keluar dan dia mengikutinya. Di jalan keluar mereka bertemu seorang wanita. "Hai, Selena," sapa Rafael. "Hai, kalian mau kemana?" tanya wanita yang bernama Selena. "Mencari para tabib, tenaga medis dan penyembuh mungkin saja apa yang disarankan Rafael berguna," jawab Xavier yang mendekati wanita itu dan mencium keningnya. "Semoga berhasil," ucap Selena. Para tenaga medis dan penyembuh serta tabib yang memiliki kemampuan semuanya telah mencoba tapi tak satupun yang mampu membuat sel tersebut beregenerasi. "Kurasa, anda memerlukan sesuatu yang lebih kuat seperti darah mungkin. Darah naga atau darah makhluk lain yang bisa memulihkan," saran salah satu dari para tenaga medis. Xavier dan Rafael masih berada di tempatnya mereka berpikir. Apa yang bisa membuat raja kegelapan bangkit?"Yuasa," gumam Rafael. "Apa?" tanya Xavier. "Ah tidak. Hanya sepintas saja. Tidak-tidak jangan dicoba," lanjut Rafael. "Yuasa? Maksudmu anak kakak angkatmu itu?" tanya Xavier kemudian. "Lupakan, jangan lakukan itu. Yuasa sangat lemah. Lupakan saja. Dan jangan dekati dia," balas Rafael seperti menyembunyikan sesuatu tentang Yuasa. Rasa penasaran Xavier justru semakin menjadi. Dan saat Rafael tidak mengetahuinya dia menyelinap mencari pangeran kecil bernama Yuasa tersebut. "Itu dia," gumam Xavier melihat Yuasa yang sedang bersama pelayannya di taman istana. Dia bermain dan tak sengaja terjatuh. "Pangeran! Anda baik-baik saja? Coba kulihat, tangan Anda berdarah, ayo kita obati di dalam." Pelayan itu membawa pangeran Yuasa ke istana. Di saat itulah Xavier mengambil tetesan darah Yuasa yang ada di batu tempat dia jatuh tadi. Darah yang sudah mengering. Di laboratoriumnya dia mencoba darah Yuasa. Darah itu bereaksi seperti yang dia inginkan. Sel raja kegelapan mulai beregenerasi. "Menakjubkan, sedikit saja sudah ada reaksinya. Jika kuambil lebih banyak pasti raja kegelapan akan bangkit," gumam Xavier. Dia teringat dengan Rafael. Jika Rafael tahu akan terjadi pertengkaran antara dirinya dengan sahabatnya itu. Karena hal itu dia membuat rencana pengalihan, supaya Rafael tidak menduga dialah dalang dibalik semuanya. Xavier membuat sebuah organisasi dibalik layar. Terdiri dari orang-orang buangan baik dari dunia atas maupun dunia bawah. Dia juga membutuhkan tangan kanan kepercayaan yang berasal dari dunia atas, lebih bagus lagi jika itu adalah bagian dari istana. Orang dalam yang secara langsung bisa mengetahui gerak-gerik pangeran Yuasa. Dia merencanakan semuanya dengan hari-hati. Pangeran yang berusia 12 tahun itu menghadiri acara di kota Onyx bersama para pengawalnya. Acara perjamuan yang tidak bisa dihadiri sang raja sehingga dialah yang mewakilinya. Walaupun semua itu juga merupakan bagian dari rencana orang dalam kepercayaan Xavier. "Kamu harus ingat perjanjian kita, demi nyawa putriku akan kulakukan apapun," tegas pria yang mengikuti rencana Xavier. "Tenang saja, putri akan hidup percayalah, kau sendiri akan melihatnya nanti setelah kudapatkan darahnya," ucap Xavier. Pria itu bahkan tidak tahu identitas Xavier dia hanya mencari orang yang bisa menyembuhkan putrinya. Putri pria itu menderita penyakit langka yang sampai saat ini belum ada seorang tabib pun yang mampu menyembuhkannya. Xavier menjanjikan kesembuhan untuk putrinya dengan imbalan bantuan menjebak Pangeran Yuasa.Hari itu tiba, Pangeran Yuasa yang tidak tahu kedatangannya ke kota Onyx adalah sebuah jebakan datang dan menginap di penginapan yang sudah dirancang oleh mereka. Orang-orang Xavier dengan mudah menculik Pangeran Yuasa yang sudah dipisahkan dengan para pengawalnya. Pangeran Yuasa yang masih kecil dan tidak bisa bertarung tak bisa melawan. Dengan mudah mereka menguras darahnya dan meninggalkannya begitu saja setelah selesai. Orang-orang suruhan Xavier berhasil membawa beberapa kantong darah. Senyum mengembang di bibirnya saat mendapatkan hasil yang dia inginkan. Tak lupa dia memberikan sedikit darah itu kepada putri yang memiliki penyakit langka tersebut. Putri itu sembuh dan pria yang menjadi kaki tangan Xavier sangat senang dengan kerja sama mereka. "Putrimu sudah sembuh, tapi obat ini ada masanya. Dia akan memerlukan lagi obat ini suatu hari nanti," ucap Xavier memberi peringatan."Maksudmu aku harus melakukan tindakan ini lagi?" tanya pria itu yang merasa seperti masuk dalam perangkap."Tidak. Hanya jika kau ingin putrimu sembuh saja," balas Xavier. Dia tersenyum puas sudah mendapatkan mangsanya.Xavier kembali ke laboratorium dan melakukan uji coba. Sel raja kegelapan benar-benar bereaksi dengan darah Yuasa yang unik. "Berhasil, tinggal meningkatkan saja jumlahnya dan sebentar lagi raja kegelapan akan bangkit kembali," batin Xavier senang dengan percobaannya.Terdengar suara seseorang menerobos laboratorium dengan paksa. Teriakan asisten Xavier yang melarang orang itu masuk membuat Xavier segera menutupi hasil percobaannya dengan kain."Ada apa ini?" tanya Xavier memeriksa keributan yang ada."Xavier syukurlah," ucap Rafael saal melihat Xavier dan para asistennya melepaskan pria itu."Ada apa?" tanya Xavier memandang Rafael yang terlihat cemas dan terburu-buru."Aku perlu beberapa bahan untuk ramuan. Apa kau punya mawar hitam?" tanya Rafael mendekati Xavier penuh harap."Siapa yang sakit? Sepertinya masih ada," jawab Xavier sekaligus bertanya siapa yang memerlukan mawar hitam. Mawar hitam dataran tinggi dunia bawah sulit dicari karena langka tapi, memiliki kemampuan khusus untuk menyembuhkan walaupun tidak berhasil juga saat digunakan untuk meregenerasi sel raja kegelapan."Yuasa, dia diserang dan sekarang kritis," jawab Rafael.Xavier diam sesaat, ada rasa cemas di hatinya jika sampai Rafael tahu dialah penyerang itu. Dengan hati-hati dia bertanya, "Kau tahu siapa penyerangnya?""Sayangnya tidak ada petunjuk. Mereka seperti organisasi rahasia. Orang-orang dari dunia atas, dan sebagian orang-orang bayaran sehingga sulit mencari dalangnya. Itu tidak penting, kau punya mawar hitam?" balas Rafael kembali menanyakan mawar hitam."Ada, tunggu sebentar," jawab Xavier mencari benda yang dimaksud Rafael di tempat penyimpanan. Tak lama dia kembali membawa sebuah mawar yang diletakkan dalam wadah kaca."Ini, bawalah. Semoga dia cepat pulih kembali," lanjut Xavier menyerahkan mawar hitam."Terima kasih, aku pergi dulu," jawab Rafael.Pria itu tergesa-gesa meninggalkan laboratorium Xavier bersama mawar hitam di tangannya."Ya, pergilah selamatkan dia, jadi nanti aku bisa mengambil darahnya lagi," gumam Xavier dengan senyum jahat di bibirnya.Yuasa sudah bertekat akan berlatih dengan sekuat tenaga untuk mengejar mimpinya. Masuk Akademi merupakan salah satu cara dirinya membuktikan bahwa dia bukanlah pangeran lemah. Dia ingin menutup mulut semua orang yang selalu menghinanya sebagai anak setengah manusia yang lemah. Kristal kuning juga bisa bertarung, dan dia ingin mengubah pandangan semua orang tentang kristal kuning adalah kristal yang lemah. “Jangan menyerah,” ucap Yuasa terus melangkahkan kakinya mengelilingi lapangan. Menyemangati dirinya sendiri.Tubuh lemahnya sudah menuntut untuk diistirahatkan. Namun, tekatnya tidak mengijinkan hal itu, dia memaksa kakinya terus berjalan. Peluh menetes dari keningnya yang ia sapu dengan punggung tangan. Adrian memperhatikan Yuasa yang sedang mengelilingi lapangan, perintah keliling sepuluh lapangan yang baru dilaksanakan dua putaran saja olehnya. Namun, dia sudah terlihat kelelahan.“Cukup, sepertinya pangeran tidak akan kuat lagi,” usul Rosaline. Adrian mengangkat tangannya men
Adrian memperhatikan Pangeran Yuasa yang sedang berlari keliling lapangan. Disampingnya berdiri seorang gadis berambut merah. "Kau hebat, Adrian. Kurasa dengan caramu melatih Pangeran Yuasa dia pasti bisa masuk Akademi," puji Rosaline atas keberhasilan pertama membuat stamina Pangeran Yuasa mulai meningkat. "Itu semua karena Pangeran Yuasa sendiri yang berusaha dengan keras," jawab Adrian. Dia memandang Rosaline lekat-lekat seakan ingin merekam semua yang dia lihat saat ini. "Apa kamu menyukai Pangeran Yuasa?" tanya Adrian ingin memastikan. Rosaline memandang Adrian dengan tatapan aneh lalu gelak tawa pecah darinya. "Tidak mungkin, kamu pasti bercanda. Bagaimanapun juga, Pangeran Yuasa adalah majikanku. Aku akan melindunginya dan menjaganya karena itu tugasku. Selebihnya tentu saja tidak ada. Aku tahu posisiku, aku sadar akan hal itu," jawab Rosaline. Adrian tersenyum, setidaknya dia tahu apa yang dia lihat kemarin kemungkinan tidak akan berkembang. Kalau Rosaline tidak menyuka
Adrian dan Rosaline menunggu Pangeran Yuasa siuman. Namun, sudah setengah jam hal itu tidak terjadi juga."Adrian, kamu yakin dia tidak apa-apa?" tanya Rosaline mulai cemas."Tidak ada luka, seharusnya tidak masalah," balas Adrian yang tidak meyakinkan."Aku panggilkan tabib saja, tunggu di sini!" lanjut Adrian yang terlihat mulai cemas dan memilih mencari tabib dan meninggalkan Rosaline serta Pangeran Yuasa yang masih pingsan.Tak lama tabib serta Adrian datang. Sang tabib memeriksa keadaan Pangeran Yuasa."Bagaimana?" tanya Rosaline cemas."Dia kelelahan, akan memerlukan waktu lama untuknya siuman. Tubuhnya sedang memulihkan diri," jawab sang tabib."Syukurlah," balas keduanya serempak."Lebih baik pindahkan ke tempat yang lebih hangat, sebentar lagi malam," saran dari sang tabib.Setelah selesai memeriksa dan memastikan tidak ada yang salah pada diri Pangeran Yuasa, sang tabib undur diri dan meninggalkan ketiganya."Rosaline, sebaiknya kau dan pangeran menginap saja di sini, akan k
Rosaline melihat Adrian ada di bawah bersama rekannya yang tadi. Dia memberikan sinyal hanya dengan tatapan mata saja. "Tenanglah, jangan lukai dia," balas Rosaline mengulur waktu dan mencari celah. "Jangan mendekat dan suruh mereka semua mundur!" Orang-orang dari Arena Redlion menatap Rosaline dan saat gadis itu mengangguk mereka mundur sesuai permintaan penyusup itu. "Bagus," Mereka melangkah dan saat berusaha membawa Pangeran Yuasa bersamanya, Rosaline melemparkan belatinya mengenai lengan orang yang menyandera Pangeran Yuasa hingga tubuhnya terlepas. Tubuh Pangeran Yuasa terjatuh, merosot dari atap yang memang miring. "Adrian!" teriak Rosaline.
Satu minggu sudah berlalu dari kejadian penyusup waktu itu. Adrian sedang mempersiapkan Pangeran Yuasa dan Rosaline supaya bisa bergabung menjadi anggotanya. Membuat penyamaran untuk mereka berdua.Seorang pelayan datang ke kediaman pangeran dan putri lalu memberikan pesan kepada Pangeran Yuasa."Ada apa?" tanya Rosaline yang mengenakan pakaian lebih santai di dalam kediaman pangeran dan putri."Pesan dari ayahanda, dia memintaku menggantikannya untuk perjamuan di Kota Onyx," jawab Pangeran Yuasa."Kota Onyx lagi? Tidak, Pangeran lebih baik menolaknya," saran Rosaline masih trauma dengan kejadian satu tahun yang lalu."Tapi, Kota Onyx sendiri salah satu bagian dari Kerajaan tidak mungkin diabaikan. Ini hanya perjamuan perayaa
Rosaline menarik Pangeran Yuasa, dia terus mencari keberadaan Adrian. Sayangnya sosok Adrian tidak terlihat juga hingga dia memutuskan pergi tanpanya. "Rosaline, tunggu!" "Ada apa?" tanya Rosaline panik. "Berhenti sebentar, kita harus menemukan Adrian terlebih dahulu," usul Pangeran Yuasa. "Ini mungkin penyerangan, mana bisa berhenti. Ayo, kita cari tempat yang aman," sanggah Rosaline. Dia juga mencari Adrian tapi keselamatan Pangeran tetap prioritas utama. Adrian bisa menjaga dirinya sendiri. "Rosaline!" teriak Pangeran Yuasa mendorong gadis berambut merah itu hingga terjatuh. "Pangeran!" Rosaline melihat sebuah anak panah tertancap di lengan Pangeran Yuasa. Dengan cepat dia mencabut panah itu dan menarik gaunnya lalu mengikat luka Pangeran Yuasa. “Terima kasih telah melindungiku, tapi lain kali tolong jangan pernah mengorbankan diri untuk melindungiku,” ucap Rosaline membantu Pangeran Yuasa berdiri setelah merawat lukanya. “Tenanglah, sebentar juga sembuh,” ucap Pangeran Yua
Rosaline dan Adrian terus berjalan mengikuti pria asing yang membawa Pangeran Yuasa. Mereka masuk ke dalam hutan lebih dalam. "Apa kau merasakannya? Seperti ada yang menatap kita?" Rosaline berbisik dan melihat sekeliling, mata binatang malam serta suara-suara mereka yang membuat bulu kuduk merinding."Tak perlu takut, mereka tidak berani menyerang selama kalian bersamaku," ucap pria asing itu.Setelah berjalan cukup lama, mereka melihat sebuah rumah di tengah hutan, rumah yang cukup asri terlihat dengan bunga-bunga dan tanaman lain di sekelilingnya."Ayo masuk!" Pria itu membuka pintu dan mempersilahkan Rosaline serta Adrian masuk ke dalam dan dia mengendong Pangeran Yuasa. Dia membawanya ke lantai atas dan masuk ke sebuah kamar. Ada tiga kamar di lantai itu. Rosaline dan Adrian masih mengikuti kemanapun pria itu membawa Pangeran Yuasa. Dia meletakkan pangeran di atas tempat tidur dan melepaskan baju bagian atasnya. Lengan bagian kiri atasnya membiru
Yuasa memejamkan matanya, tubuhnya seperti terbakar api, sangat panas. Ruang bawah tanah yang sudah dibuka semua ventilasinya seharusnya mampu mengurangi rasa panas, tapi nyatanya tidak. Api yang terasa membakar itu tidak berkurang sedikit pun.“Yuasa, sudah siap?” Rafael duduk di belakang punggung Yuasa yang duduk bersila.“Ya,” jawab singkat Yuasa.“Kita mulai!”Rafael meletakkan tangannya di punggung Yuasa, terlihat seperti itu saja, namun dibalik semua itu dia sedang mengalirkan energi untuk membuka segel yang ada di tubuh Pangeran Yuasa. Lingkaran sihir yang ada di bawah Pangeran Yuasa berubah warna dari hitam menjadi keemasan, Lalu lingkaran paling luar bergerak, berputar searah jarum jam.“Segel pertama, terbuka,” bisik Rafael.Udara di ruangan itu menjadi sangat panas, panas dari tubuh Pangeran Yuasa keluar. Sang pangeran mengernyit, mengerutkan alisnya menahan rasa sakit akibat panas y
Raja Quattro dikejutkan dengan tanaman merambat yang mulai menjalar dan terus tumbuh di bawah kakinya. Tanaman itu mengikuti ke mana sang raja baru melangkah. Seakan tahu sasarannya, tanaman rambat itu mengikat kaki Raja Quattro.“Kau mengendalikan tanaman!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat mulai melilitnya dari bawah. Kakinya telah terikat sempurna hingga lutut. Dia berusaha memotong sulur-sulur yang merambat cepat.“Aku tidak menguasai pengendalian tanaman,” balas Pangeran Yuasa.Pangeran Yuasa juga bingung dengan kondisi angin yang bertiup bersamaan dengan helai dedaunan. Aroma mint lembut terbawa dalam hembusan angin hingga semua pasukan berhenti berlari saat menghirup aromanya.“Jangan berkilah, hentikan tanaman ini!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat itu kini membungkus seluruh kakinya hingga ke pinggang dan masih menjalar. Bukan hanya di bawah kaki Raja Quattro tanaman mulai tumbuh di seluruh bagian. Ada beberapa bunga kecil yang mulai mekar pula.“Ayahanda,” gumam
“Rosaline!” Damian menangkap tubuh Rosaline. Dia menepuk pipi adik perempuannya supaya sadar.Raja Quattro yang melihat barrier tujuh lapis. Rosaline menghilang menyeringai. Senyumannya membuat Damian merasa merinding. Tubuh Rosaline tiba-tiba terasa ringan. Damian yang melihat perubahan itu menyipitkan mata tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tubuh Rosaline yang sedang pingsan tiba-tiba berpindah dari tangan Damian ke tangan Raja Quattro tanpa disadarinya. Angin Raja Quattro yang memindahkannya secepat kilat.Keberadaan Rosaline di tangan Raja Quattro membuat mereka semua bergidik. Raja itu melakukan segala cara demi tercapai tujuannya.“Pangeran! Turun dan serahkan dirimu, atau ....” Raja Quattro memperlihatkan Rosaline yang berada di tangannya dan memberikan isyarat gerakan tangan di depan leher seperti diiris.“Bagaimana Yuasa?” Aurum yang bersatu dengan Pangeran Yuasa tidak bisa tinggal diam. Baginya Rosaline merupakan orang yang berharga, setidaknya dia menganggap gadis itu
Adrian merasa ada yang janggal. Saat mereka meninggalkan Istana Mawar, permaisuri menyambut mereka. Namun, saat ini meskipun keributan sangat besar terjadi tidak ada tanda-tanda keberadaan permaisuri.“Tunggu.” Adrian menghentikan Pangeran Yuan yang akan membuka pintu ke kamar Raja Yuichi.“Ada apa?”Kedua anak kembar itu saling berpandangan kemudian melihat ke arah Adrian.“Kalian tunggu sebentar,” ucap Adrian meminta kedua anak kembar ini menunggu dan dia menyelinap masuk diam-diam.Tak lama berselang, Aurum bersama dengan Pangeran Yuasa masuk ke dalam.“Sedang apa?” tanya Aurum yang melihat dua anak sedang berdiri di depan pintu. Dia mencari tempat untuk meletakkan Pangeran Yuasa yang sedang tidak sadarkan diri. Setelah memindai ruangan dengan teliti dia menemukan ada kursi panjang dan akhirnya merebahkan Pangeran Yuasa di sana.“Apa yang terjadi dengan Kakak?” tanya Pangeran Yuan.“Kehabisan energi, sudah hal biasa,” jawab Aurum.Rosaline menanyakan keberadaan Adrian kepada Putri
Pangeran Yuasa berjalan menuju ke bangunan utama Istana Mawar. Mereka yang berada di depan sang pangeran menyingkir tanpa perintah. Semua orang seakan mendapatkan tekanan yang begitu berat dan tidak bisa beranjak dari tempatnya kecuali mereka yang menghalangi jalan seakan kakinya bergerak sendiri untuk memberi jalan sang pangeran. “Apa ini?!” batin Raja Quattro. Dia tidak bisa bergerak bahkan menunduk saat Pangeran Yuasa lewat di depannya. “Kau ingin tahu kekuatan apakah ini? Ini adalah kekuatan untuk mengendalikan, aku memang lemah tapi dengan kekuatan ini kau pun akan bertekuk lutut,” bisik Pangeran Yuasa di depan Raja Quattro. “Salam kepada Yang Mulia,” ucap Raja Quattro, ucapan yang seharusnya tidak pernah keluar dari mulutnya. Dia berlutut di depan Pangeran Yuasa. Semua pengikut sang raja pun mengikuti apa yang dilakukannya. “Sial, bagaimana bisa tubuhku dipaksa seperti ini!” batin Raja Quattro mengumpat dalam hati, mengutuk sang pangeran atas perlakuannya merendahkan dirinya.
Aurum menerjang prajurit yang menghalanginya. Dia tidak peduli dengan mereka yang menghalangi dan berlari ke arah Pangeran Yuasa.“Yuasa!”Raja Quattro yang melihat Aurum mendekat mengangkat tangannya. Dia mengucapkan sesuatu dan angin besar menerbangkan Aurum, naga yang begitu besar seakan tidak memiliki berat. Aurum terhempas dan menimpa beberapa prajurit.“Dasar pengganggu.” Raja Quattro membuat pembatas, pembatas yang membuat gentar siapa pun yang ada di sana. Mereka berdua berada di tengah-tengah pusaran angin.“Siapa yang akan menolongmu sekarang, Pangeran? Kau bukan apa-apa tanpa teman-temanmu. Kau pikir aku tidak tahu, kau lemah, sangat lemah, hanya karena kau terlahir sebagai anak raja maka semua ini bisa kau miliki. Sungguh membuat iri. Aku yang berusaha sekuat tenaga, berjuang dari bawah hanya bisa menduduki posisi jenderal. Sementara kau akan menjadi raja? Enak saja. Aku juga bisa melakukan pemurnian, ternyata itu bukan kekuatan spesial.” Raja Quattro menyeringai. Dia mena
“Cepat, kita harus menolong ayah!” seru Pangeran Yuasa.Yuan terbang lebih dulu, dia dapat merasakan kekuatan kristal hitam yang begitu besar.“Aneh, kenapa kristal hitam sangat terasa di sini, ini akan sangat buruk untuk ayah dan kakak,” batin Pangeran Yuan. Dia mendekati Yui dan membicarakan tentang firasatnya.“Istana Mawar ada di depan.” Pangeran Yuasa memberikan komandonya.Putri Yui memperlambat terbangnya saat merasakan sesuatu yang tidak biasa.“Ada apa?” tanya Pangeran Yuasa saat melihat kedua adik kembarnya berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan mereka.“Itu!” Mata Pangeran Yuasa terbelalak, pasukan yang berjajar rapi mungkin lebih dari 10.000 prajurit ada di sana. Mereka dipimpin oleh Raja Quattro dan para jenderalnya.“Melawan mereka rasanya seperti menggali kubur sendiri,” gumam Rosaline.Sekuat-kuatnya mereka jika lawannya begitu banyak tetap saja akan sangat sulit.Pangeran Yuasa melihat pergerakan pasukan Damian dan yang lain menuju Istana Mawar. Pasukan mereka hany
Pangeran Yuasa terbang bersama dengan kedua adik kembarnya. Mereka mendarat di depan sebuah pintu besar yang terletak di tengah hutan.“Kurasa Aurum tidak akan muat,” ucap Pangeran Yuasa melihat sebuah pintu yang lebih besar dari pintu rumah pada umumnya, tetapi lebih kecil jika dibandingkan dengan gerbang dimensi.Pangeran Yuan tersenyum, “Dia bisa berubah, kan,” sambung Pangeran Yuan.Aurum berubah wujud. Dia terlihat seperti Pangeran Yuasa, yang berbeda hanya warna matanya, tetap keemasan.“Aku pasti muat dengan wujud ini,” ucap Aurum tersenyum simpul.“Rosaline,” panggil Pangeran Yuasa dan gadis itu mengangguk. Dia tahu dirinya diminta memasang barrier.“Tidak perlu,” tolak Pangeran Yuan saat gadis berambut merah itu akan memasangkan barrier padanya.“Tapi, Pangeran bisa terluka,” balas Rosaline.Pemuda dengan wajah yang sama seperti Putri Yui itu tersenyum, “Aku tidak apa-apa. Berikan pada Yui dan yang lainnya.”Rosaline berbalik dan membuat barrier untuk Putri Yui dan juga Aurum
Xavier menghadang mereka yang semuanya berpakaian hitam. Satu lawan sekumpulan orang tak membuat pria bersenjata tombak hitam ini gentar.“Kenapa kalian tidak menyerang saat kami sedang terlelap, sungguh baik hati sekali menunggu hingga kami bangun.” Xavier merasa mereka ternyata masih punya hati nurani.Salah satu dari mereka terlihat terluka oleh luka bakar, Xavier merasa mengenal luka tersebut, luka yang di akibatkan oleh api hitam.“Apa Rafael berjaga tadi malam? Bukankah dia tidur lebih dulu dariku,” batin Xavier.Malam itu mereka berusaha menyerang, menunggu mereka terlelap. Saat kaki mereka melangkah cukup dekat dengan rumah pohon, sebuah barrier tujuh lapis ternyata menyelubungi tempat itu. Barrier itu sangat keras dan dengan usaha yang cukup besar mereka menghancurkan ke tujuh lapis pelindung tersebut.“Tuan Xavier, kami masih segan dengan Anda. Mereka kristal berwarna tidak seharusnya Anda membelanya,” ucap salah satu dari pria berpakaian hitam di depan Xavier.“Kalian belum
Malam semakin larut, Damian menggigil seakan seluruh tubuhnya diselimuti salju.“Kak!” Adrian berusaha membuat barrier untuk membuat udara sekitar Damian lebih hangat, tetapi percuma hal itu tidak berdampak sedikitpun.Seperti para korban yang lain, Damian mulai meracau, mengatakan hal-hal aneh. Bahkan bahasa yang digunakan juga bukan bahasa yang biasa digunakan, dia seperti bersenandung kadang berteriak dan sesaat kemudian menangis.“Kak Damian?!”Adrian berusaha menyadarkan Damian yang seperti orang lain saat tengah malam tiba, dia sangat aneh.“Adrian, tidak ada yang bisa kita lakukan, dia bukan Damian saat ini, kontaminasi di tubuhnya sedang menguasainya, ingatan dari noda-noda kristal yang diserapnya tidak bisa dikendalikan. Percuma, dia akan kembali lagi esok hari, kita hanya bisa menjaganya agar tidak melukai dirinya sendiri.” Menteri Feng Zhui membuat suhu udara sekitar Damian menjadi hangat. Pria berambut merah itu terlihat tidak terlalu menggigil lagi. Adrian membuat barrier