"Akhirnya, Raja Kegelapan akan bangkit kembali!"
Seorang pria di dalam laboratorium di dunia bawah tertawa dengan keberhasilannya. Penelitian untuk membangkitkan Raja Kegelapan telah berhasil.
"Tuan, kita masih perlu darah lagi." Laporan dari anak buahnya.
"Ya, akan ku usahakan secepatnya," jawab pria itu.
Sementara itu di Kota Onyx, dunia atas. Keributan akibat Penculikan Pangeran Yuasa terjadi. Pangeran itu ditemukan dalam keadaan kehabisan darah, banyak rumor beredar akan adanya makhluk penghisap darah tapi hal itu ditepis segera. Alat yang masih menempel di lengan Pangeran Yuasa jelas menunjukkan darahnya diambil secara paksa, di pompa keluar.
"Siapa yang melakukan ini?" Raja Yuichi mengepalkan tangannya, geram dengan perbuatan orang yang telah menguras habis darah putra tercintanya.
Dua tahun kemudian.
Arena Redlion, tempat pelatihan bagi para prajurit di Kerajaan Cahaya. Dua orang berjalan ke arah tempat ini, mereka adalah Pangeran Yuasa dan Rosaline, pengawal pribadinya.
"Pangeran yakin mau berlatih bela diri, apa saya tidak cukup untuk menjaga Anda?" tanya Rosaline.
"Keputusanku sudah bulat, Rosaline, Aku ingin menjadi kuat," balas Pangeran Yuasa.
Kejadian dua tahun yang lalu menjadi cambuk bagi Pangeran Yuasa, sebanyak apapun pengawal jika dia sendirian maka dia tidak akan bisa berbuat apapun. Nyatanya ada situasi di mana pengawal terpisah darinya. Dan saat itu terjadi melawan pun tak sanggup hanya bisa pasrah dengan keadaan. Dia harus bisa membela diri setidaknya itulah yang ada dalam pikirannya.
"Saya memiliki teman di sini, dia biasa melatih prajurit, kurasa bisa juga melatih Pangeran Yuasa," lanjut Rosaline. Mereka berjalan menuju tempat penerima tamu, setelah bertanya dimana bisa bertemu dengan teman Rosaline mereka meneruskan perjalannya.
"Dia sedang berada di tempat latihan, kita beruntung," ucap Rosaline.
Mereka tiba di sebuah lapangan, di sana banyak prajurit berlatih di bawah bimbingan seorang pria berambut merah.
"Adrian!" panggil Rosaline dan pria berambut merah pendek itu menoleh ke arah mereka.
"Siapa mereka, berani sekali memanggil Sersan Adrian tanpa gelarnya," bisik-bisik para prajurit tingkat satu yang sedang berlatih.
Pria yang bernama Adrian itu berjalan menuju ke arah Rosaline dan Pangeran Yuasa. Pangeran Yuasa berusaha bersikap sopan di hadapan calon pelatihnya.
"Rosaline, ada apa kemari? Apa kamu kangen denganku?" Adrian merentangkan kedua tangannya hendak memeluk gadis berambut merah panjang yang semerah rambutnya.
"Enak saja!" jawab ketus Rosaline menatap tajam Adrian sehingga pria itu berhenti dan tidak jadi memeluknya.
"Jahatnya, sesekali bohong untuk menghiburku tak apa, kan,”" gerutu Adrian.
"Eh?" Pangeran Yuasa yang melihat keduanya merasa sungkan. Mereka berdua ternyata saling kenal, dan terlihat sangat dekat. Sedikit rasa cemburu mulai mengular di hatinya, meliuk-liuk mempermainkan rasa yang baru terbangun.
Pangeran Yuasa, dia menaruh rasa pada pengawal pribadinya sejak pertama kali mereka bertemu. Sementara gadis yang kini sedang bertarung kata-kata dengan Adrian sama sekali tidak tahu perasaannya. Dia memendamnya sendiri, tidak berani mengungkapkan rasa itu karena takut. Takut hubungan yang saat ini terjalin akan hancur.
"Perkenalkan, Pangeran Yuasa. Dia ingin berlatih di sini," ucap Rosaline memperkenalkan Pangeran Yuasa. Sang Pangeran pun memberikan salam untuknya.
Adrian mengamati Pangeran Yuasa yang berdiri tegak di depannya. Postur tubuhnya bagus, proporsional, tidak terlihat ada otot di tangannya, begitu pula kakinya. Wajah dan kulitnya terlihat terawat dengan baik dan yang membuat Adrian menyipitkan mata adalah warna rambutnya.
"Anda pemilik kristal kuning?" tanya Adrian langsung.
"Iya," jawab Pangeran Yuasa. Dia merasa ada yang salah dengan kristalnya. Apakah salah jika kristal kuning ingin belajar bela diri.
"Pangeran, apa Anda melihat ada prajurit dengan kristal kuning?" Adrian memberikan isyarat kepada Pangeran Yuasa untuk memperhatikan prajurit yang dilatihnya.
"Kristal biru, merah, banyak kristal campuran dan kristal tanpa warna," ucap Pangeran Yuasa. Sangat mudah membedakan mereka dari warna rambutnya.
"Dan …." Adrian menambahkan kata itu dan menunggu Pangeran Yuasa menjawabnya.
"Tidak ada kristal kuning," jawab Pangeran Yuasa segera mengetahui maksudnya.
Kecewa, hanya itu yang bisa dirasakan oleh pangeran tampan itu, dia berniat melatih diri untuk menjadi kuat namun harapan itu pupus sudah. Awalnya saat melihat kristal tanpa warna yang juga berada di antara warna-warna kristal yang dilatih dia sudah menaruh harapan besar pada pria ini. Kristal tanpa warna dikenal sebagai kristal yang tidak berguna dan pria ini menerimanya.
"Lebih baik Anda pulang, pangeran," lanjut Adrian berbalik membelakangi Pangeran Yuasa bersiap kembali kepada prajuritnya.
"Tunggu!”" teriak Pangeran Yuasa, "Saya bisa membuktikan kalau saya mampu berlatih, jadi tolong latih saya!" pinta Pangeran Yuasa.
Adrian berhenti dan menoleh, dia memandang sekali lagi pangeran tampan di samping Rosaline. Senyuman terkembang di bibirnya.
"Kalau Anda bisa menggores ku, akan kupikirkan," jawab Adrian. Dia sangat yakin pangeran ini tidak bisa bertarung.
"Anda berjanji?" tandas Pangeran Yuasa dia tidak ingin dikecewakan.
"Janji," jawab Adrian.
Pangeran Yuasa mengambil pedang di tempat senjata. Ada banyak pilihan senjata, tapi hanya pedang saja yang terlintas di pikirannya. Dia menyerang Adrian dengan pedang itu.
"Lemah," lirih Adrian. Meskipun ucapannya tidak terdengar jelas, Pangeran Yuasa bisa mengerti satu kata itu. Dia memang lemah secara fisik, tapi tekatnya sangat kuat.
"Masih belum," gumam Pangeran Yuasa kembali mengayunkan pedang dan dengan mudah dihindari oleh Adrian yang bahkan tanpa senjata. Adrian hanya bergerak ke samping dan mengelak dari sabetan pedang yang tidak terlalu bagus diayunkan.
"Tunggu, dia memiliki kuda-kuda yang bagus, meskipun ayunan pedangnya berantakan dan tidak bertenaga,”" pikir Adrian.
Adrian yang memperhatikan kuda-kuda Pangeran Yuasa tidak memperhatikan ayunan pedangnya hingga dirinya hampir saja terkena pedang itu. Secepat kilat, Adrian menarik pedang di punggungnya dan menepis pedang pangeran Yuasa yang hampir melukainya. Tangkisan pedang Adrian membuat pedang Pangeran Yuasa terpelanting.
Tanpa pedang bagaimana Pangeran Yuasa menyerang, dia tidak mau gagal hari ini.
"Selesai, kau tidak bisa …," ucapan Adrian berhenti saat mata biru sang pangeran berubah warna. Kilau keemasan matanya, dan di saat yang bersamaan tubuhnya dikelilingi oleh percikan petir.
"Elemen petir dari kristal kuning?!" Adrian tidak percaya apa yang dia lihat. Elemen petir saja sudah langka dan semakin tidak biasa lagi dimiliki oleh kristal kuning.
"Saya belum menyerah!" teriak Pangeran Yuasa berlari ke arah Adrian dengan bola petir di tangannya.
Adrian yang tertegun, justru tidak bergerak saat bola petir mengarah padanya, hingga di detik-detik terakhir dia menangkis bola petir itu dengan pedang besarnya.
"Hampir saja," gumam Adrian.
"Gagal!" lirih Pangeran Yuasa yang berharap mendapatkan hasil dari serangan terakhirnya.
Kristal kuning adalah kristal paling lemah diantara semua kristal. Kemampuan utamanya adalah penyembuh. Semua kristal kuning bekerja di bidang medis, mereka adalah para tabib.
Adrian tercengang, dia merasakan ada rasa perih di pipi kirinya.
"Apa ini?" Adrian menggunakan tangannya untuk memeriksa pipi kirinya, darah mengalir tipis, sebuah goresan kecil dari percikan petir Pangeran Yuasa.
“Ternyata Anda bisa …,” baru saja Adrian ingin mengatakan bahwa pangeran berhasil tapi dia justru pingsan.
"Pangeran!" Rosaline berlari ke arah Pangeran Yuasa, menangkap tubuhnya sebelum menyentuh tanah.
"Bagaimana dia?" tanya Adrian.
"Tidak apa-apa, hanya kelelahan saja. Kurasa kau tahu sendiri seperti apa kristal kuning," jawab Rosaline. Dengan mudah dia mengangkat tubuh Pangeran Yuasa, Meletakkannya ke pinggir lapangan yang teduh.
"Apa yang membuatnya bertekat seperti itu?" tanya Adrian.
Rosaline menoleh ke arah Adrian, tersenyum lalu menjawab pertanyaannya.
"Bukankah dia sudah mengatakannya, dia ingin menjadi kuat," jawab Rosaline.
Adrian menghela napas panjang, lalu tersenyum dan menoleh ke arah Rosaline.
"Kalau begitu, besok dia sudah bisa berlatih di sini, aku menerimanya," balas Adrian.
Esok hari, Pangeran Yuasa akan memulai latihan pertamanya, bagaimana dia berlatih? Apakah dia benar-benar akan menjadi kuat?
Petir terus menyambar tanah tandus di dunia bawah. Tidak ada lagi pemandangan hijau di tempat ini, hanya ada lahan tandus dan semua tanaman kering yang pernah hidup di tempat itu. Jangan tanyakan bagaimana susahnya mendapatkan makanan di dunia ini. Mereka berebut dan saling menyerang bahkan tak segan membunuh. Penjarahan, pencurian segala tindakan kriminal seakan legal di tempat itu. Di sana berdiri sebuah laboratorium baru. Tujuannya hanya satu membangkitkan kembali raja yang telah lama menghilang dari dunia ini. Sudah dua abad lamanya tapi tak kunjung ada yang memiliki kemampuan pemurnian sementara dunia bawah sudah sekarat. "Apa kamu yakin, Xavier?" Rafael ragu dengan keputusan Xavier yang tiba-tiba menjadi kepala laboratorium. Dia tahu teman kecilnya ini suka dengan penelitian dan dulu memiliki laboratorium sendiri. Tapi yang sekarang didanai oleh Kerajaan membuat Rafael merasa ragu."Aku yakin, percayalah kali ini pasti, raja kegelapan akan bangkit kembali," jawab Xavier penuh
Yuasa sudah bertekat akan berlatih dengan sekuat tenaga untuk mengejar mimpinya. Masuk Akademi merupakan salah satu cara dirinya membuktikan bahwa dia bukanlah pangeran lemah. Dia ingin menutup mulut semua orang yang selalu menghinanya sebagai anak setengah manusia yang lemah. Kristal kuning juga bisa bertarung, dan dia ingin mengubah pandangan semua orang tentang kristal kuning adalah kristal yang lemah. “Jangan menyerah,” ucap Yuasa terus melangkahkan kakinya mengelilingi lapangan. Menyemangati dirinya sendiri.Tubuh lemahnya sudah menuntut untuk diistirahatkan. Namun, tekatnya tidak mengijinkan hal itu, dia memaksa kakinya terus berjalan. Peluh menetes dari keningnya yang ia sapu dengan punggung tangan. Adrian memperhatikan Yuasa yang sedang mengelilingi lapangan, perintah keliling sepuluh lapangan yang baru dilaksanakan dua putaran saja olehnya. Namun, dia sudah terlihat kelelahan.“Cukup, sepertinya pangeran tidak akan kuat lagi,” usul Rosaline. Adrian mengangkat tangannya men
Adrian memperhatikan Pangeran Yuasa yang sedang berlari keliling lapangan. Disampingnya berdiri seorang gadis berambut merah. "Kau hebat, Adrian. Kurasa dengan caramu melatih Pangeran Yuasa dia pasti bisa masuk Akademi," puji Rosaline atas keberhasilan pertama membuat stamina Pangeran Yuasa mulai meningkat. "Itu semua karena Pangeran Yuasa sendiri yang berusaha dengan keras," jawab Adrian. Dia memandang Rosaline lekat-lekat seakan ingin merekam semua yang dia lihat saat ini. "Apa kamu menyukai Pangeran Yuasa?" tanya Adrian ingin memastikan. Rosaline memandang Adrian dengan tatapan aneh lalu gelak tawa pecah darinya. "Tidak mungkin, kamu pasti bercanda. Bagaimanapun juga, Pangeran Yuasa adalah majikanku. Aku akan melindunginya dan menjaganya karena itu tugasku. Selebihnya tentu saja tidak ada. Aku tahu posisiku, aku sadar akan hal itu," jawab Rosaline. Adrian tersenyum, setidaknya dia tahu apa yang dia lihat kemarin kemungkinan tidak akan berkembang. Kalau Rosaline tidak menyuka
Adrian dan Rosaline menunggu Pangeran Yuasa siuman. Namun, sudah setengah jam hal itu tidak terjadi juga."Adrian, kamu yakin dia tidak apa-apa?" tanya Rosaline mulai cemas."Tidak ada luka, seharusnya tidak masalah," balas Adrian yang tidak meyakinkan."Aku panggilkan tabib saja, tunggu di sini!" lanjut Adrian yang terlihat mulai cemas dan memilih mencari tabib dan meninggalkan Rosaline serta Pangeran Yuasa yang masih pingsan.Tak lama tabib serta Adrian datang. Sang tabib memeriksa keadaan Pangeran Yuasa."Bagaimana?" tanya Rosaline cemas."Dia kelelahan, akan memerlukan waktu lama untuknya siuman. Tubuhnya sedang memulihkan diri," jawab sang tabib."Syukurlah," balas keduanya serempak."Lebih baik pindahkan ke tempat yang lebih hangat, sebentar lagi malam," saran dari sang tabib.Setelah selesai memeriksa dan memastikan tidak ada yang salah pada diri Pangeran Yuasa, sang tabib undur diri dan meninggalkan ketiganya."Rosaline, sebaiknya kau dan pangeran menginap saja di sini, akan k
Rosaline melihat Adrian ada di bawah bersama rekannya yang tadi. Dia memberikan sinyal hanya dengan tatapan mata saja. "Tenanglah, jangan lukai dia," balas Rosaline mengulur waktu dan mencari celah. "Jangan mendekat dan suruh mereka semua mundur!" Orang-orang dari Arena Redlion menatap Rosaline dan saat gadis itu mengangguk mereka mundur sesuai permintaan penyusup itu. "Bagus," Mereka melangkah dan saat berusaha membawa Pangeran Yuasa bersamanya, Rosaline melemparkan belatinya mengenai lengan orang yang menyandera Pangeran Yuasa hingga tubuhnya terlepas. Tubuh Pangeran Yuasa terjatuh, merosot dari atap yang memang miring. "Adrian!" teriak Rosaline.
Satu minggu sudah berlalu dari kejadian penyusup waktu itu. Adrian sedang mempersiapkan Pangeran Yuasa dan Rosaline supaya bisa bergabung menjadi anggotanya. Membuat penyamaran untuk mereka berdua.Seorang pelayan datang ke kediaman pangeran dan putri lalu memberikan pesan kepada Pangeran Yuasa."Ada apa?" tanya Rosaline yang mengenakan pakaian lebih santai di dalam kediaman pangeran dan putri."Pesan dari ayahanda, dia memintaku menggantikannya untuk perjamuan di Kota Onyx," jawab Pangeran Yuasa."Kota Onyx lagi? Tidak, Pangeran lebih baik menolaknya," saran Rosaline masih trauma dengan kejadian satu tahun yang lalu."Tapi, Kota Onyx sendiri salah satu bagian dari Kerajaan tidak mungkin diabaikan. Ini hanya perjamuan perayaa
Rosaline menarik Pangeran Yuasa, dia terus mencari keberadaan Adrian. Sayangnya sosok Adrian tidak terlihat juga hingga dia memutuskan pergi tanpanya. "Rosaline, tunggu!" "Ada apa?" tanya Rosaline panik. "Berhenti sebentar, kita harus menemukan Adrian terlebih dahulu," usul Pangeran Yuasa. "Ini mungkin penyerangan, mana bisa berhenti. Ayo, kita cari tempat yang aman," sanggah Rosaline. Dia juga mencari Adrian tapi keselamatan Pangeran tetap prioritas utama. Adrian bisa menjaga dirinya sendiri. "Rosaline!" teriak Pangeran Yuasa mendorong gadis berambut merah itu hingga terjatuh. "Pangeran!" Rosaline melihat sebuah anak panah tertancap di lengan Pangeran Yuasa. Dengan cepat dia mencabut panah itu dan menarik gaunnya lalu mengikat luka Pangeran Yuasa. “Terima kasih telah melindungiku, tapi lain kali tolong jangan pernah mengorbankan diri untuk melindungiku,” ucap Rosaline membantu Pangeran Yuasa berdiri setelah merawat lukanya. “Tenanglah, sebentar juga sembuh,” ucap Pangeran Yua
Rosaline dan Adrian terus berjalan mengikuti pria asing yang membawa Pangeran Yuasa. Mereka masuk ke dalam hutan lebih dalam. "Apa kau merasakannya? Seperti ada yang menatap kita?" Rosaline berbisik dan melihat sekeliling, mata binatang malam serta suara-suara mereka yang membuat bulu kuduk merinding."Tak perlu takut, mereka tidak berani menyerang selama kalian bersamaku," ucap pria asing itu.Setelah berjalan cukup lama, mereka melihat sebuah rumah di tengah hutan, rumah yang cukup asri terlihat dengan bunga-bunga dan tanaman lain di sekelilingnya."Ayo masuk!" Pria itu membuka pintu dan mempersilahkan Rosaline serta Adrian masuk ke dalam dan dia mengendong Pangeran Yuasa. Dia membawanya ke lantai atas dan masuk ke sebuah kamar. Ada tiga kamar di lantai itu. Rosaline dan Adrian masih mengikuti kemanapun pria itu membawa Pangeran Yuasa. Dia meletakkan pangeran di atas tempat tidur dan melepaskan baju bagian atasnya. Lengan bagian kiri atasnya membiru