Perjalanan seorang pemuda beserta 6 temannya untuk memurnikan kegelapan. Dan ia pun memasuki Akademi yang berisi semua jenius yang dipimpin oleh Prof Rukam
View MoreMalam semakin pekat dengan gumpalan awan tebal. Tidak nampak lagi cahaya bulan terang. Terdengar suara anjing mutan yang lagi mengejar dua lelaki di Hutan Kematian. Suara sihir peledak pun selalu berdentang.
"Hei, cepat kalian berhenti! Jika tidak peluru mana ini akan menyasar ke kepala kalian atau kalian akan kami habisi beserta hutan ini," kata salah seorang yang memakai kadal merah sebagai tumpangannya. "Kapten, jika hutan ini habis, tentu kami juga akan musnah," jawab salah seorang prajuritnya. "Bodoh kalian. Itu tadi hanya ancaman. Jika kita tidak mendapatkan mereka berdua, kita semua akan dilumat oleh Jenderal Ryu dengan kekuatannya. Apa kalian mau mati?" kata sang kapten kepada anak buahnya. "Tentu tidak, kapten." mereka semua menjawab serentak. "Jika tidak mau, cepat tangkap mereka berdua. Terutama bocah yang memegang Kotak Pandora itu!" Perintah sang kapten. "Siap laksanakan!" Tentara itupun hampir mengepung seluruh Hutan Kematian. Namun, ketika tentara itu mendekati mereka berdua, berbaliklah salah seorang yang diburu sambil melepaskan kekuatannya. "Semburan cahaya api...!" Serangan itu pun membabat sebagian besar pasukan. Kemudian dia berkata kepada rekannya. "Zera, cepat lari. Biar aku yang mengatasi cecunguk ini. Ingat, jangan sampai berpaling! Kita akan bertemu di Tower Penghidupan Pulau Terapung," sambungnya sambil menghadang tentara yang mengejarnya. "Baiklah, Paman. Tapi jangan sampai mati, ya." Kemudian ia berlari sekuat tenaga supaya keluar dari hutan ini. "Oh, jadi kamu yang akan menghadang kami, Tempest?" Kata Sang Kapten. "Tentu saja, Rogi. Tanpa Ryu, kalian hanyalah lalat kecil bagiku," jawabnya dengan santai. "Sombong sekali kau berucap. Apa kamu lupa bahwa dirimu tak muda lagi? Walaupun kamu salah satu legenda Pemegang Kunci Cahaya, tapi kamu telah rapuh." Sambil meloncat dari kadalnya. "Kalau begitu jangan basa basi lagi, mari kita selesaikan ini dengan cepat! Sebab keponakanku sedang kesulitan. Kau tahu kan, dia selalu ceroboh. Huaaa haha, huaa haha," sambil muka mengejek. "Berengsek kau Tempest, terimalah ini! Semburan naga bayangan." Keluarlah naga bayangan dari tongkat Kapten Rogi memakan semua yang berada di depannya. Namun tidak dengan Tempest, dia pun mengeluarkan serangan yang hampir serupa. "Amukan api naga kembar," Tempest pun mengeluarkan mantra dari tongkatnya. Kekuatan mereka berdua pun beradu. Satu naga kegelapan dan satu lagi naga api. Namun, karena terlalu kuatnya serangan dari Tempest, Rogi dan pasukannya pun terhempas. "Hei, bocah! Kamu harus sering berlatih. Kekuatanmu itu belum cukup untuk menggoresku. Oh, iya sampaikan ucapanku pada bocah Ryu. Katakan padanya aku akan mengajarkan cara mengeluarkan amarah dari serangan naga emas untuk terakhir kalinya. Huaaa haha, huaa haha." Tempest memanggil peliharaannya yang bernama King Milki. Seekor Harimau Putih yang merajai Hutan Rawa dan meninggalkan tentara musuh beserta kaptennya yang tergeletak karena kekalahan. Kemudian dengan rasa kekalahan itu, mereka pun berbalik pulang untuk melaporkan kegagalannya dalam mengejar si pembawa kotak cahaya kepada Jenderal Ryu. Salah seorang dari tiga jenderal Kerajaan Gafar yang dipimpin oleh seorang raja yang kejam bernama Raja Enes. *** Di benteng kediaman Jenderal Ryu yang berada di Pulau Naga, Kapten Rogi dan pasukannya kembali. "Apa? Dia berhasil kabur, dan kau tidak bisa mengatasinya? Padahal yang kau hadapi hanya bocah yang berumur 17 tahun dan orang tua yang telah rapuh?" Jenderal Ryu merasa kecewa. "Tapi, Jenderal, yang kami hadapi ini adalah Tempest. Salah seorang dari 3 Legenda Cahaya." Jawab dari Kapten Rogi. "Apa ada pesan darinya?" "Ada, Jenderal, yaitu cara mengeluarkan kekuatan amarah dari serangan naga emas." Timpal Kapten Rogi. "Baiklah, untuk sekarang kau kumaafkan, Rogi. Namun, tidak untuk selanjutnya. Jadi pergilah dan kumpulkan pasukan! Kita akan pergi ke Istana Rayan menghadapi Sang Raja." Perintah Jenderal Ryu kepada kapten. "Siap laksanakan, Jenderal." Dari tutur kata bawahannya, bergidik Jenderal Ryu mendengarnya. Karena dia tahu bagaimana kekuatan serangan itu. Serangan Amarah Naga Emas bisa melumat sebuah pulau dan kota. Sehingga hilanglah pulau itu dari peta dunia. Hal ini Jenderal Ryu ketahui ketika dia masih menjadi murid dari Tempest salah seorang dari 3 legenda yang masih hidup. Adapun Sang Legenda itu pernah mengalahkan Raja Enes pada 20 tahun lalu. Tiga legenda yang mengalahkannya adalah Azzumar si Harimau Petir, Tempest si Naga Emas, dan Azzura si Dewi Pedang Air. Dengan bersatunya kekuatan mereka pada satu titik, maka tumbanglah Raja Enes. Namun, sayang mereka tidak membunuhnya dengan beberapa alasan yang ada pada diri mereka. *** Pada satu malam yang sedang dingin. Di Desa Jura, perbatasan antara kerajaan Maqdis dan Gafar, tepatnya di ujung kerajaan Maqdis. Azzura menghadang seorang diri tentara yang di pimpin Raja Enes. "Akhirnya, kita bertemu lagi, Azzura." Sapaan Raja Enes kepadanya. "Iya, kita bertemu lagi. Kurasa kau tidak akan sanggup untuk datang ke mari, Enes," jawab Azzura. "Mana mungkin aku tidak datang. Karena aku datang untuk menjemputmu. Sekarang, begini saja, jadilah permaisuriku, Azzura!" Ajakan Enes kepadanya. "Terima kasih atas ajakanmu, namun di dalam hatiku telah ada seseorang yang layak untuk memegangnya." "Apa karena aku telah pergi dari kerajaan Maqdis, kau berubah seperti ini?" "Itu bukan masalah bagiku, baik kau di sini atau membelot sehingga menciptakan kerajaan sendiri, namun hatiku tidak layak untukmu. Karena, kau orang yang tidak bisa dipercaya, Enes," Azzura menekan suaranya. "Jadi, kau menolakku dan ingin mati di tanganku, sebagaimana aku membunuh Azzumar beserta istrinya, bukan begitu, Azzura?" Pertanyaan Enes. "Apaaa? Kau membunuh Azzumar dan Louyi? Kalau begitu tiada ampun bagimu, Enes, bersiaplah!" Azzura marah. "Gehaha... Gehaa... Sungguh malang nasib mereka karena tak mau menyerahkan Kunci itu..." Belum selesai Enes melanjutkan perkataannya. "Angin pembeku," Azzura membekukannya. Belum sampai di situ, "Tebasan air." Enes pun membeku dan terpotong. Sedangkan tentaranya hanya diam dan menjauh karena tidak mau terkena percikan pertempuran mereka. Namun, serangan dari Azzura, tidak membekas bagi Enes. "Kau, sangat lemah sekali sekarang, Azzura. Sudah kuduga, tanpa Azzumar, Tempest dan Louyi, kalian hanya bongkahan kecil. Ketahuilah, aku bukan selemah dulu ketika kalian menyegelku di Kawah Gunung Cimuri. Sungguh, kalian semua naif sekali, tak mau membunuhku. Tapi, bagiku sekarang..." "Es penghancur..." Azzura menembakkan esnya, kemudian ditambah, "Gelombang air kematian. Apakah masih belum, juga?" Azzura bergumam. "Lubang hitam," Enes menghisap serangan Azzura, "Sungguh serangan yang anggun, Azzura. Walau rasanya lebih sakit, namun belum bisa serangan itu mengalahkanku. Sekarang giliranku, Irama kegelapan." "Cahaya pedang halilintar," Azzura mengeluarkan kunci cahaya yang berbentuk tongkat dan menangkis serangan Enes. Serangan mereka saling beradu. Nampaklah awan terbelah seperti mengoyak langit. Langit pun bergemuruh dan berubah gelap. Karena kekuatan dahsyat saling berbenturan. "Apakah hanya segini kekuatanmu, Azzura? Sangat mengecewakan. Ini kutambahkan, Pelahap cahaya," ketika kekuatan itu hampir melahap Azzura... "Amarah api naga emas," dengan seketika tertepislah serangan mereka berdua. Secara refleks Azzura dan Enes menghindar serangan itu. Namun, meninggalkan lubang lava yang sangat dalam bahkan hampir menghancurkan semua pijakan mereka. "Tempest!" mereka berdua terkejut. "Enes, hasratmu untuk menghancurkan kunci cahaya, tidak akan kubiarkan," dengan seketika Tempest menembakkan kekuatannya, "Semburan petir naga emas." Kemudian, Tempest mengambil Azzura yang sedang terluka parah dan meninggalkan tempat pertarungan itu dengan langkah kecepatan. Bekas dari serangannya menghilangkan gunung yang terdapat di Desa Jura dan sebuah pulau Gimlan pun menghilang dari peta dunia. Karena lantunan serangannya. "Tempest, sialan. Tapi, biarlah lagian satu kunci telah musnah. Lain kali tidak akan kubiarkan mereka. Geehaha... Gehaa." Mereka pun kembali ke kerajaannya dengan penuh kemenangan. Akhirnya pertempuran kedua dari Raja Kegelapan dan salah seorang pemegang kunci cahaya yaitu Dewi Pedang Air pun usai. Pertempuran kedua ini terjadi pada hari kamis tahun 568 Geyal.¤Zhuan dan Vatsal pun pergi ke arah pintu keluar dunia kecil ini. Setelah mereka berdua pergi, kedua orang itupun langsung memeluk Zera. Zera pun merasa bingung dengan apa yang mereka berdua lakukan. "Kamu telah besar ya, nak." Kata orang itu sambil mengusap kepalanya. "Maaf, kamu siapa? Kenapa aku merasakan sesuatu yang dekat denganmu?" Tanya Zera. "Oh iya, kamu belum pernah melihat kami berdua. Tetapi kami selalu mengawasimu." Kata salah seorangnya lagi. "Namaku Azzumar Rahil, yang dulu terkenal dengan sebutan si Harimau Petir." Kata Azzumar sambil tersenyum ramah. "Dan, aku Louyi Grader, yang dulu disebut dengan Saintes Bintang." Kata Louyi sambil menangis terharu. Mendengar nama itu, Zera pun bingung antara senang dan sedih. "Jangan bercanda, ayah dan ibuku telah lama meninggal akibat melawan pasukan kegelapan." Kata Zera sambil menahan perasaannya. "Kami berdua memang telah lama mati. Ini adalah kehendak yang kami tinggalkan di kalung ruby yang kamu pakai itu, sebelum kami
Pertempuran semakin mencekam antara pasukan kegelapan melawan tentara aliansi empat kerajaan. Dromid yang memimpin pasukan iblis di sayap kiri, ditahan Alwen yang melancarkan serangan dengan menyeruduk semua pasukan Dromid. Dromid pun menebaskan pedangnya dengan niat membunuh yang kuat. "Apa menurutmu aku tidak bisa mengalahkanmu, kehendak Gill?" Kata Dromid sambil menyerang dengan enam tangannya. "Iblis sialan, berhentilah memanggilku dengan sebutan itu. Aku adalah Alwen Sang Penguasa Tombak yang akan menghancurkanmu." Jawab Alwen sambil menggerakkan tombaknya menepis serangan Dromid. "Aku akui kamu mempunyai nyali yang kuat, bocah. Tapi itu saja tidak cukup, Teknik Iblis Asura, Enam Pedang Penghapus Cahaya." Dromid pun menebaskan enam senjatanya yang telah dialiri aura hitam pekat ke arah Alwen. "Tak usah kamu banyak bacot, aku akan melawanmu sampai hancur tak bersisa. Teknik Tombak, Tebasan Tujuh Tornado Lautan Mengamuk." Datanglah tujuh pusaran angin yang diikuti air membentuk
Peperangan pun tertahan selama seminggu, karena kedua belah pihak telah kehilangan banyak pasukan. Dalam masa itu, Tempest membuka saluran komunikasi ke Istana Tashrif untuk memberi tahu mereka apa yang telah terjadi selama perang. Ia pun memberitahukan semuanya ke putra mahkota, dan bersiap untuk hal-hal yang tidak terduga nantinya. Tempest pun menyuruh semua menteri untuk langsung mengangkat putra mahkota menjadi raja Kerajaan Maqdis. Hal itupun langsung diterima oleh orang yang berada di istana. Besoknya pun diselenggarakanlah penobatan putra mahkota menjadi raja di depan semua penduduk yang telah dievakuasi ke ibukota. Maka dengan resmi diangkatlah Pijai Loza menjadi raja kerajaan ini. * Seminggu sudah berlalu dari gencatan senjata, keluarlah tiga jenderal iblis memimpin pasukannya untuk kembali menyerang pasukan Tempest. Pasukan yang mereka bawa kali ini sangatlah kuat dan mendominasi. Namun, begitu juga dengan pasukan yang berada di pihak Tempest, kali ini Bruq dan dua rekann
Enes dan Ryu pun ikut serta bersama para iblis dalam melancarkan serangannya untuk menghantam Isaac dan Alwen. Ryu yang telah kembali ke bentuk naganya, mendaratkan serangan yang kuat di arahkan ke Tempest dan Azzura. "Hantaman Cakar Naga Hitam Mengamuk." Naga Hitam Ryu pun memberikan pukulan kepada Tempest dan Azzura yang sedang berada dalam barier untuk memulihkan energi mana dan auranya. "Tidak akan kubiarkan itu terjadi," Alwen pun berlari ke arah mereka. Namun, para iblis menahannya. "Pelindung Kehidupan Ilahi," terbukalah sebuah energi memperkuat barier penghalang dari Tempest. "Ini,,, energi ini sangat murni dan kuat. Apakah Lucia juga datang untuk memberikan bantuan?" Tanya Azzura. "Panah Api Kehendak Phoenix," meluncurlah serangan anak panah yang dibalut mana api yang sangat kuat mengenai sayap kiri Ryu. Kemudian, membakar sebagian kecil dari sayap itu. "Urgh, serangan yang menyakitkan." Kata Ryu sambil mundur ke belakang. Adapun serangan panah itu, juga memberikan dam
Dalam ruang bawah tanah, Rukame telah menarik barier penghalangnya. Karena, semua pewaris kehendak sudah selesai mengultivasi teknik mereka. "Aku rasa, sudah waktunya bagi kalian untuk tampil di panggung sebenarnya. Karena para prajurit kerajaan sudah habis dilumat kegelapan di medan perang. Begitu juga dengan rajanya." Kata Rukame. "Apakah sesuatu telah terjadi ketika kami berkultivasi, senior?" Tanya Bruq. "Benar, peperangan telah terjadi antara Gaffar melawan 4 kerajaan. Sudah lebih satu minggu perang itu terjadi. Kerajaan yang beraliansi dengan Maqdis telah melarikan diri dari peperangan. Sehingga seluruh pasukan kerajaan telah musnah, begitu juga dengan raja dan jenderalnya." Rukame menjelaskan. "Isaac dan Alwen telah berangkat dari tadi untuk mencegah mereka terlalu jauh." Sambungnya. "Kalau begitu, kami akan ikut melawan pasukan Enes," kata Bruq. "Memang harus demikian, jika kerajaan ini jatuh, maka Benua Cengal akan dikuasai oleh kegelapan. Maka dari itu, tolong selamatka
Dalam perang yang tidak seimbang itu, Tempest dan Azzura beserta pasukan kerajaan yang tersisa, sudah merasa putus asa. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya pasukan kegelapan mengalahkan jumlah dari pasukan kerajaan yang tersisa. Dan ditambah dengan pasukan aliansi kerajaan melarikan diri dari medan perang. Dalam situasi yang tidak menguntungkan itu, ketika Enes ingin memberikan serangan jangkauan luas yang ditargetkan kepada Tempest, datanglah sebuah serangan yang menepis serangan dari Enes, dan memberikan gravitasi yang kuat. Sehingga membuatnya terjatuh, begitu juga dengan naga hitam yang ditungganginya. * "Apa kamu tidak apa-apa, Pak Tua?" Tanya orang itu sambil membantunya berdiri. "Urgh, kamu siapa, nak?" Tanya Tempest sambil memegang tangannya. "Sihirmu sangat mirip dengan profesor Rukam." Sambungnya. "Maksud anda leluhurku, Pak Tua? Namaku Isaac Radian, seorang penyihir bintang." Jawab Isaac dengan singkat, karena akan ada serangan yang datang kepada mereka. "Nanti kita
Di ruang bawah tanah, Isaac dan rekannya hampir selesai mengultivasi kitab kuno yang diberikan oleh Rukame. Hal ini ditunjukkan oleh energi mereka yang telah memadat, dan mencapai puncak bintang 10 dalam mana dan aura. Jika mereka berhasil, maka mana dan aura mereka akan menembus batasan menuju Alam Sage. ** Melihat serangannya dibelokkan oleh Kazen, Tempest menyadari bahwa semua jenderal pasukan kerajaan Maqdis yang ikut perang telah mati. Ditambah dengan Raja Babel Loza yang ikut menyusul mereka, semua pasukan militer kerajaan telah mencapai putus asa yang tidak tertahankan. Seolah-olah mereka telah pasrah tentang diri mereka untuk mempertahankan tanah airnya dari invasi iblis dan monster yang dipimpin Raja Kegelapan. "Keinginanmu itu hanya untuk menguasai semua benua ini, bukan?" Kata Tempest. "Kalau kamu sudah tahu, untuk apalagi kamu bertanya, Tempest? Aku akan menguasai seluruh benua ini, dan akan kumulai dari kerajaan ini. Gehaha. Jika kerajaan yang kuat telah jatuh, maka k
Dalam aura hitam yang pekat, akhirnya Ryu berubah menjadi makhluk besar bersayap dan mempunyai sisik yang hitam pekat. Adapun tombak miliknya, langsung menyatu dengan tubuhnya. Sehingga membuat sebuah inti naga yang belum matang. Kepakan sayapnya langsung menghempaskan semua pasukan dari Kerajaan Maqdis dan tiga kerajaan yang mendukungnya. "Hei Tempest, Azzura! Apa kamu yakin membiarkannya dan melawanku? Gehaha... Kalau begitu semua pasukan itu, akan binasa lho... Gehaha." Kata Enes dengan suara yang senang. "Dasar bajingan, apa yang telah kamu perbuat kepadanya, sehingga berubah menjadi monster seperti itu?" Tanya Tempest. Getaran yang dibuat Ryu pun semakin kuat ketika ia mengepakkan sayapnya dan terbang ke langit. "Hahahaha, inilah kekuatanku yang sebenarnya. Inilah puncak dari kekuatan itu. Hahahaha." Teriak Ryu sambil terbang. Kemudian dia mengeluarkan nafasnya. Dengan seketika, prajurit yang terkena nafas itupun membeku. Tidak hanya prajurit, monster yang berada di dekatnya
Perang masih berlanjut dan berkecamuk dengan sangat hebat. Kedua belah pasukan sudah sedaging peperangan, terdengar bunyi suara pedang saling beradu. Pasukan kerajaan didorong mundur oleh pasukan monster yang menggila."Kazen, aku akan mengahadapimu dengan segenap kekuatanku." Kata Kuo dengan memasang auranya."Aku pun juga begitu, Kuo. Aku tidak menyangka bisa beradu pedang denganmu. Tetapi, pertemuan ini menjadi pertemuan pertama dan terakhir bagi kita." Jawab Kazen dengan mengeluarkan auranya."Maka dari itu, mari kita lakukan salam kenal kita. Gerakan pertama, Tarian Pedang Api Harimau Putih." Kuo pun membuat langkah pertama untuk menyerang Kazen."Aku selalu siap, Tebasan Pedang Api Harimau Hitam." Kazen dengan cepat menangkis serangan pedang Kuo.Pancaran energi dan serangan mereka berdua pun beradu. Setiap pedang mereka berdua beradu, Kazen dan Kuo pun bisa melihat kenangan lama yang mereka alami. Kezen melihat kenangan Kuo, dan Kuo pun menelisik kenangan dari Kazen. Sehingga m
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments