Share

Chapter 3. Peri Laut Tifany

Siang berdentang. Panas matahari membara. Angin yang berembus tidak memberikan kenyamanan, seolah menghardik siapa saja yang mengenainya. Setelah lepas dari Hutan Kematian, Zera pun tiba di perbatasan desa Goblin. Sebuah desa para monster yang dibilang kejam. Walaupun monster itu peringkat bahayanya berada di rank E, tapi jika dia menyerang bersama maka naiklah peringkat bahayanya menjadi rank B. Biasanya mereka menyerang pada malam hari.

Banyak orang menganggap enteng tentang Goblin, padahal jika mereka berevolusi menjadi Hobgoblins, maka ketika itu juga bahaya mereka naik menjadi Rank A. Sangat jarang melihat para goblin atau monster berevolusi, jika tidak ada mendalanginya.

Sedang bersandar melepaskan letih di pohon beringin yang menjadi perbatasan desa, Zera mendengar sebuah pertarungan yang berada di dalam desa itu.

"Panah Es Beracun," nampaklah kilauan es datang dari langit menghujani monster yang ditargetkan.

Bisa dibilang monster itu setingkat dengan raksasa. Karena ukurannya yang besar dan tinggi. Adapun yang bertarung dengan monster itu seorang wanita yang setidaknya bisa di bilang begitu. Dalam kondisi bertarung, wanita itu melihat ke arah Zera.

"Hei kau yang di sana, ngapain hanya duduk saja? Cepat pergi dan lindungi dirimu." Perintah wanita itu.

"Hooh, sepertinya dirimu sedang kesulitan, nona, apa butuh bantuan?" Zera tidak mempedulikan omongan wanita itu.

"Aku tak butuh bantuanmu," sambil menghindari kapak dari monster yang ia hadapi.

Wanita itu pun menarik busur kedua kalinya kemudian melepaskan anak panah yang telah berisi energi sihir, "Panah angin es."

Serangan itu pun melesat ke tenggorokan monster raksasa yang dia hadapi. Dengan seketika keluarlah darah dari leher monster itu, dan membeku menyusuri segala uratnya. Tidak berapa lama monster itu pun hancur berkeping.

Kalau dilihat dari bentuknya, monster itu adalah goblin yang telah berevolusi menjadi hobgoblins.  Dengan ukuran yang besar itu, kemungkinan itu adalah raja goblin yang menguasai desa ini.

"woow, tembakan yang cantik," Zera pun bertepuk tangan sambil memujinya.

Perempuan itu tidak mengacuhkan sapaan Zera. Kemudian ia langsung pergi meninggalkannya dan  masuk kembali ke desa goblin itu. Ketika ia hendak melangkah ke dalam desa, perempuan itu langsung terpental keluar.

"Hei, nona, jangan memaksakan diri untuk ke dalam. Karena penghalang desa itu sangat kuat. Jika kau hanya setengah siap untuk ke dalam, maka kau akan terlempar keluar." Zera memberikan saran sambil kembali menyandar ke pohon beringin.

Perempuan itu pun menoleh ke arah Zera, dan datang menghampirinya.

"Apa maksudmu aku kurang siap untuk ke situ?" Perempuan itu pun membalas ucapan Zera dengan muka kesal.

"Hei, nona, jangan tersinggung dulu. Aku mengatakan apa adanya. Ya, buktinya kau terlempar kembali, bukan?" Zera membuka sebelah matanya sambil melihat reaksi perempuan yang diajaknya bicara.

Namun, perempuan itu terus bersikeras untuk masuk ke dalam desa goblin itu. Sepertinya ada sesuatu di sana yang harus membuatnya masuk. Tetapi setiap kali dia mencoba, dia pun terlempar. Melihat hal itu, Zera pun bangkit dari duduknya.

"Huff. Baiklah jika kamu bersikeras ingin ke sana. Lagi pula aku pun harus melewati desa itu untuk mencapai Pulau Terapung."

Mendengar apa yang Zera katakan, perempuan itu pun menghampirinya.

"Maaf, sebelumnya jika perkataanku tadi kasar. Kalau boleh tahu, siapa namamu?" Perempuan itu pun mulai ramah dalam berbicara.

"Bukankah sebaiknya, kamu memperkenalkan namamu dulu sebelum menanyakan namaku, nona?" Zera berkilah sambil menyapu celananya yang tidak kotor.

"Oh, iya. Perkenalkan, namaku Tifany dari ras Peri Laut. Salam kenal! Kalau boleh tahu namamu siapa?" Perempuan yang bernama Tifany itu pun menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

Mendengar ras peri, Zera pun langsung pula menyodorkan tangannya.

"Namaku, Zera Dwargo. Dari bangsa manusia biasa. Salam kenal kembali! Kalau boleh tahu, ada urusan apa kamu ingin masuk ke desa goblin itu?"

"Aku ingin mengambil mantel sihirku yang dicuri para goblin. Tanpa mantel itu, aku tidak bisa kembali ke lautan. Dan mantel itu, adalah peninggalan dari ibu dan ayahku yang dibunuh oleh Ryu si Tombak Es, salah seorang tiga Jenderal dari Raja Kegelapan Enes."

"Ryu?"

"Iya." Tifany menjawab datar.

"Baiklah, aku akan membantumu untuk mendapatkan mantel itu kembali. Tapi, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu. Sebab, desa ini di bawah pengawasan Kaijin. Salah seorang dari jenderalnya Enes.  Apa kamu tetap ingin pergi mengambilnya?" Zera bertanya dengan serius.

"Aku siap menerima segala konsekuensinya. Asalkan aku mendapatkan kembali mantel peninggalan keluargaku itu." Tifany menatap Zera dengan sebuah harapan.

"Baiklah, bersiaplah dan jangan sampai jauh dariku."

Mereka berdua pun melangkah ke gerbang masuk desa goblin. Sebuah gerbang baja yang tak kasat mata. Setiba di gerbang itu, Zera mengeluarkan auranya dan mengambil serta menghunuskan pedang yang berada di belakang punggungnya.

"Jurus pemungkas level dua tebasan badai taring petir," Zera mengayunkan pedangnya ke arah gerbang itu.

Dengan sekali tebas penghalang itu pun hancur. Zera dan Tifany masuk ke dalam desa goblin. Setiba di dalam, mereka langsung diserang oleh monster yang menjijikkan itu.

Banyak di antara monster itu telah berevolusi menjadi hobgoblins. Sepertinya, para monster itu telah mendapatkan nama. Perlu diingat, jika monster telah diberi nama maka dia akan berevolusi. Tidak ada yang akan memberikan nama kepada mereka kecuali monster yang kuat dan levelnya tinggi, atau ras yang mempunyai kegelapan pekat.

Adapun monster ini terbagi dua pula. Ada yang baik dan ada jahat. Biasanya para monster itu menjadi jahat karena telah dirasuki hawa kejahatan, kedengkian dan kebencian yang telah didalangi. Maka monster seperti ini kerap kali menghancurkan desa manusia atau ras lain sesuai kehendak tuannya.

Zera dan Tifany melayani monster yang menyerang itu. Dan dengan sekejap area itu berubah menjadi lautan darah hijau dari para goblin dan hobgoblins. Dalam sengitnya pertempuran mereka, melesatlah anak panah yang telah dirasuki mana kegelapan mengarah ke jantung mereka berdua. Dengan sigap mereka menepis serangan itu menggunakan pedang dan panah yang telah diisi aura juga. Panah itu pun jatuh ke tanah.

Melihat anak panah itu, para goblin dan hobgoblins langsung mundur. Sepertinya anak panah itu adalah sinyal dari tuannya yang dilepaskan dari arah bukit yang disebut Bukit Kesesatan. Karena para goblin dan hobgoblins telah mundur, mereka pun meneruskan perjalanan untuk mengambil kembali mantel sihir Peri Laut dan menuju Pulau Terapung. Tidak mempedulikan apa yang akan terjadi dan menanti, Zera dan Tifany terus berjalan hingga sampai kepada tujuannya.

***

Bulan nampak terang dengan cahaya yang indah. Langit pun nampak biru pada malam hari. Udara terasa dingin di kulit.

Setelah dua hari meninggalkan desa goblin, Zera dan Tifany sekarang memasuki Negeri Kuri. Sebuah negeri yang berada di bawah kekuasaan Raja Enes. Negeri yang sangat kelam bahkan penduduknya telah tiada.

Hal ini disebabkan karena mereka semua dibantai oleh pasukan iblis. Kalau pun ada, mereka akan menjadi budak dari iblis itu. Siapa yang berani melawan, maka akan mati tragis.

Di negeri ini, terdapat pula sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi. Di situlah tujuan dari Tifany dan Zera untuk mengambil mantel sihir milik Tifany. Mereka selalu berjalan tanpa henti untuk sampai ke tempat yang dituju. Dalam perjalanan ini, mereka telah merasakan lelah yang tiada terkira. Karena bekal yang telah ada, sekarang sudah habis.

"Apa benar jalan ini mengantarkan kita ke bukit kesesatan itu?" Tifany masih tampak ragu dalam pertanyaan yang ia berikan kepada Zera.

"Aku sangat yakin inilah jalannya. Bisakah kamu melihat, semuanya berkabut." Tanya Zera.

"Betul, tapi aku ragu saja. Bisa jadi kita akan tersesat." Kata Tifany.

"Namanya saja Bukit Kesesatan, tentulah kita akan dibuat tersesat. Tapi, tenang saja, aku akan menyebarkan aura pendeteksiku ke semua arah untuk melihat reaksi dari penghuni bukit ini."

Zera pun melepaskan auranya. Tetapi karena tebalnya kabut yang dihasilkan oleh formasi yang disusun oleh Kaijin, ia pun tak bisa mendeteksi area sekitar. Karena formasi kabut ini dinamakan Formasi Kebingungan.¤

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status