Home / Fantasi / Kaisar Badai Petir Zera / Chapter 3. Peri Laut Tifany

Share

Chapter 3. Peri Laut Tifany

last update Last Updated: 2024-10-26 13:40:55

Siang berdentang. Panas matahari membara. Angin yang berembus tidak memberikan kenyamanan, seolah menghardik siapa saja yang mengenainya. Setelah lepas dari Hutan Kematian, Zera pun tiba di perbatasan desa Goblin. Sebuah desa para monster yang dibilang kejam. Walaupun monster itu peringkat bahayanya berada di rank E, tapi jika dia menyerang bersama maka naiklah peringkat bahayanya menjadi rank B. Biasanya mereka menyerang pada malam hari.

Banyak orang menganggap enteng tentang Goblin, padahal jika mereka berevolusi menjadi Hobgoblins, maka ketika itu juga bahaya mereka naik menjadi Rank A. Sangat jarang melihat para goblin atau monster berevolusi, jika tidak ada mendalanginya.

Sedang bersandar melepaskan letih di pohon beringin yang menjadi perbatasan desa, Zera mendengar sebuah pertarungan yang berada di dalam desa itu.

"Panah Es Beracun," nampaklah kilauan es datang dari langit menghujani monster yang ditargetkan.

Bisa dibilang monster itu setingkat dengan raksasa. Karena ukurannya yang besar dan tinggi. Adapun yang bertarung dengan monster itu seorang wanita yang setidaknya bisa di bilang begitu. Dalam kondisi bertarung, wanita itu melihat ke arah Zera.

"Hei kau yang di sana, ngapain hanya duduk saja? Cepat pergi dan lindungi dirimu." Perintah wanita itu.

"Hooh, sepertinya dirimu sedang kesulitan, nona, apa butuh bantuan?" Zera tidak mempedulikan omongan wanita itu.

"Aku tak butuh bantuanmu," sambil menghindari kapak dari monster yang ia hadapi.

Wanita itu pun menarik busur kedua kalinya kemudian melepaskan anak panah yang telah berisi energi sihir, "Panah angin es."

Serangan itu pun melesat ke tenggorokan monster raksasa yang dia hadapi. Dengan seketika keluarlah darah dari leher monster itu, dan membeku menyusuri segala uratnya. Tidak berapa lama monster itu pun hancur berkeping.

Kalau dilihat dari bentuknya, monster itu adalah goblin yang telah berevolusi menjadi hobgoblins.  Dengan ukuran yang besar itu, kemungkinan itu adalah raja goblin yang menguasai desa ini.

"woow, tembakan yang cantik," Zera pun bertepuk tangan sambil memujinya.

Perempuan itu tidak mengacuhkan sapaan Zera. Kemudian ia langsung pergi meninggalkannya dan  masuk kembali ke desa goblin itu. Ketika ia hendak melangkah ke dalam desa, perempuan itu langsung terpental keluar.

"Hei, nona, jangan memaksakan diri untuk ke dalam. Karena penghalang desa itu sangat kuat. Jika kau hanya setengah siap untuk ke dalam, maka kau akan terlempar keluar." Zera memberikan saran sambil kembali menyandar ke pohon beringin.

Perempuan itu pun menoleh ke arah Zera, dan datang menghampirinya.

"Apa maksudmu aku kurang siap untuk ke situ?" Perempuan itu pun membalas ucapan Zera dengan muka kesal.

"Hei, nona, jangan tersinggung dulu. Aku mengatakan apa adanya. Ya, buktinya kau terlempar kembali, bukan?" Zera membuka sebelah matanya sambil melihat reaksi perempuan yang diajaknya bicara.

Namun, perempuan itu terus bersikeras untuk masuk ke dalam desa goblin itu. Sepertinya ada sesuatu di sana yang harus membuatnya masuk. Tetapi setiap kali dia mencoba, dia pun terlempar. Melihat hal itu, Zera pun bangkit dari duduknya.

"Huff. Baiklah jika kamu bersikeras ingin ke sana. Lagi pula aku pun harus melewati desa itu untuk mencapai Pulau Terapung."

Mendengar apa yang Zera katakan, perempuan itu pun menghampirinya.

"Maaf, sebelumnya jika perkataanku tadi kasar. Kalau boleh tahu, siapa namamu?" Perempuan itu pun mulai ramah dalam berbicara.

"Bukankah sebaiknya, kamu memperkenalkan namamu dulu sebelum menanyakan namaku, nona?" Zera berkilah sambil menyapu celananya yang tidak kotor.

"Oh, iya. Perkenalkan, namaku Tifany dari ras Peri Laut. Salam kenal! Kalau boleh tahu namamu siapa?" Perempuan yang bernama Tifany itu pun menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

Mendengar ras peri, Zera pun langsung pula menyodorkan tangannya.

"Namaku, Zera Dwargo. Dari bangsa manusia biasa. Salam kenal kembali! Kalau boleh tahu, ada urusan apa kamu ingin masuk ke desa goblin itu?"

"Aku ingin mengambil mantel sihirku yang dicuri para goblin. Tanpa mantel itu, aku tidak bisa kembali ke lautan. Dan mantel itu, adalah peninggalan dari ibu dan ayahku yang dibunuh oleh Ryu si Tombak Es, salah seorang tiga Jenderal dari Raja Kegelapan Enes."

"Ryu?"

"Iya." Tifany menjawab datar.

"Baiklah, aku akan membantumu untuk mendapatkan mantel itu kembali. Tapi, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu. Sebab, desa ini di bawah pengawasan Kaijin. Salah seorang dari jenderalnya Enes.  Apa kamu tetap ingin pergi mengambilnya?" Zera bertanya dengan serius.

"Aku siap menerima segala konsekuensinya. Asalkan aku mendapatkan kembali mantel peninggalan keluargaku itu." Tifany menatap Zera dengan sebuah harapan.

"Baiklah, bersiaplah dan jangan sampai jauh dariku."

Mereka berdua pun melangkah ke gerbang masuk desa goblin. Sebuah gerbang baja yang tak kasat mata. Setiba di gerbang itu, Zera mengeluarkan auranya dan mengambil serta menghunuskan pedang yang berada di belakang punggungnya.

"Jurus pemungkas level dua tebasan badai taring petir," Zera mengayunkan pedangnya ke arah gerbang itu.

Dengan sekali tebas penghalang itu pun hancur. Zera dan Tifany masuk ke dalam desa goblin. Setiba di dalam, mereka langsung diserang oleh monster yang menjijikkan itu.

Banyak di antara monster itu telah berevolusi menjadi hobgoblins. Sepertinya, para monster itu telah mendapatkan nama. Perlu diingat, jika monster telah diberi nama maka dia akan berevolusi. Tidak ada yang akan memberikan nama kepada mereka kecuali monster yang kuat dan levelnya tinggi, atau ras yang mempunyai kegelapan pekat.

Adapun monster ini terbagi dua pula. Ada yang baik dan ada jahat. Biasanya para monster itu menjadi jahat karena telah dirasuki hawa kejahatan, kedengkian dan kebencian yang telah didalangi. Maka monster seperti ini kerap kali menghancurkan desa manusia atau ras lain sesuai kehendak tuannya.

Zera dan Tifany melayani monster yang menyerang itu. Dan dengan sekejap area itu berubah menjadi lautan darah hijau dari para goblin dan hobgoblins. Dalam sengitnya pertempuran mereka, melesatlah anak panah yang telah dirasuki mana kegelapan mengarah ke jantung mereka berdua. Dengan sigap mereka menepis serangan itu menggunakan pedang dan panah yang telah diisi aura juga. Panah itu pun jatuh ke tanah.

Melihat anak panah itu, para goblin dan hobgoblins langsung mundur. Sepertinya anak panah itu adalah sinyal dari tuannya yang dilepaskan dari arah bukit yang disebut Bukit Kesesatan. Karena para goblin dan hobgoblins telah mundur, mereka pun meneruskan perjalanan untuk mengambil kembali mantel sihir Peri Laut dan menuju Pulau Terapung. Tidak mempedulikan apa yang akan terjadi dan menanti, Zera dan Tifany terus berjalan hingga sampai kepada tujuannya.

***

Bulan nampak terang dengan cahaya yang indah. Langit pun nampak biru pada malam hari. Udara terasa dingin di kulit.

Setelah dua hari meninggalkan desa goblin, Zera dan Tifany sekarang memasuki Negeri Kuri. Sebuah negeri yang berada di bawah kekuasaan Raja Enes. Negeri yang sangat kelam bahkan penduduknya telah tiada.

Hal ini disebabkan karena mereka semua dibantai oleh pasukan iblis. Kalau pun ada, mereka akan menjadi budak dari iblis itu. Siapa yang berani melawan, maka akan mati tragis.

Di negeri ini, terdapat pula sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi. Di situlah tujuan dari Tifany dan Zera untuk mengambil mantel sihir milik Tifany. Mereka selalu berjalan tanpa henti untuk sampai ke tempat yang dituju. Dalam perjalanan ini, mereka telah merasakan lelah yang tiada terkira. Karena bekal yang telah ada, sekarang sudah habis.

"Apa benar jalan ini mengantarkan kita ke bukit kesesatan itu?" Tifany masih tampak ragu dalam pertanyaan yang ia berikan kepada Zera.

"Aku sangat yakin inilah jalannya. Bisakah kamu melihat, semuanya berkabut." Tanya Zera.

"Betul, tapi aku ragu saja. Bisa jadi kita akan tersesat." Kata Tifany.

"Namanya saja Bukit Kesesatan, tentulah kita akan dibuat tersesat. Tapi, tenang saja, aku akan menyebarkan aura pendeteksiku ke semua arah untuk melihat reaksi dari penghuni bukit ini."

Zera pun melepaskan auranya. Tetapi karena tebalnya kabut yang dihasilkan oleh formasi yang disusun oleh Kaijin, ia pun tak bisa mendeteksi area sekitar. Karena formasi kabut ini dinamakan Formasi Kebingungan.¤

Related chapters

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 4. Penyihir Bintang Terakhir

    Kabut semakin tebal menutupi jalan di kaki bukit. Sehingga siang seolah menjadi malam. Formasi kabut kebingungan yang disusun Kaijin menjadi semakin kuat dan pekat. Dalam keadaan situasi itu terdengar suara bergema."Hihahaha... Hihahaha... Ada dua kelinci yang berani memasuki formasiku tanpa rasa takut kiranya,""Hei, siapa kamu? Jangan bersembunyi seperti pengecut. Keluar kau...! " Ucap Tifany dengan rasa takut.Melihat tingkah Tifany seperti itu, Zera pun merasa kagum. "Walau dia merasa takut, tapi masih berani menantang sesuatu di luar kemampuannya." Gumam Zera."Hihahaha... Berani juga kau. Kalau begitu, akan kubuat dirimu tak bisa keluar dari formasiku ini," suara itu pun semakin bergema kemudian hilang perlahan. Dan kabut pun semakin tebal sehingga membuat mereka bingung dalam ilusi kabut.**Dalam ilusi kabut."Hei nak, kamu sudah besar. Apakah kamu sekuat ayahmu, yang pernah melukai dan memukul mundurku?" Sapa seseorang yang keluar dari dalam kabut."Siapa kamu? Mengapa kamu

    Last Updated : 2024-10-26
  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 5. Iblis Formasi

    Mentari sudah mulai muncul. Bukit kesesatan telah bersih dari kabut kebingungan. Udara yang tadinya kotor, sekarang sudah bersih. Setelah bangun dari meditasi, Zera menghampiri Tifany yang masih terbaring."Bagaimana kondisimu sekarang?" Tanya Zera."Sudah mendingan daripada tadi malam." jawab Tifany. "Di mana penyihir yang menyelamatkan kita?" tambahnya."Dia di pintu goa, berjaga semalaman..." belum selesai Zera berkata, Isaac datang menghampirinya."Apa kalian sudah bangun? Kalau sudah, mari kita makan sambil bercerita." ajak Isaac sambil menyuguhkan daging panggang yang telah ia tangkap."Terima kasih, sangat tidak sopan kalau menolak ajakan orang yang telah menolong kami," sahut Tifany dan Zera.Mereka bertiga pun makan bersama sambil bertukar cerita."Tuan, kalau boleh tahu ke mana tujuan, Tuan?" Zera pun mulai bertanya sambil melahap hidangan daging bakar yang ada di tangannya."Sebelum kujawab pertanyaanmu, mengapa kalian berdua bisa berakhir di bukit ini? Padahal bukit ini te

    Last Updated : 2024-10-26
  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 6. Monster Rank Ss

    Pagi yang cerah. Mentari sudah menampilkan karismanya. Setelah istirahat selama tiga hari di goa bukit kesaksian, Zera, Tifany dan Isaac memulai perjalanan untuk mencapai Pulau Terapung dengan berjalan kaki. Sebab tidak jauh dari balik bukit ini ada sebuah desa yang bisa membuat mereka beristirahat untuk sebentar sebelum melanjutkan perjalanan kembali."Kira-kira berapa lama kita akan sampai di desa terdekat, Kak Isaac?" Tanya Tifany sambil berjalan dengan kelelahan."Kisaran 2 jam lagi kita akan sampai. Apa kamu sudah lelah? Kalau iya kita istirahat sebentar." Jawab Isaac."Ayo kita istirahat dulu 15 menit, Kak Isaac!" Ajak Zera sambil menghampiri sebuah pohon yang agaj rindang."Baiklah, kita istirahat dulu." Isaac dan Tifany pun ikut menghampirinya dan duduk. Dan mengeluarkan sebotol air dari cincin penyimpanannya.Sedang asyik duduk dan bersandar di bawah pohon, terdengar suara yang agak bising oleh Zera dan Isaac."Kayaknya kita telah dikepung, Kak Isaac?" Zera mengambil pedangny

    Last Updated : 2024-10-27
  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 7. Naga Bintang

    Siang berdentang. Udara terasa hambar karena terik matahari sedang menggila. Dalam ruang pertemuan, udara terasa pengap dan berat."Jadi bukit itu telah dimurnikan, ya?" Tanya Kaijin kepada Kazen."Apa kamu tidak merasakannya? Padahal kamulah yang memasang penghalang dan formasi tingkat enam itu." Jawab Kazen dengan senyuman tipis."Aku merasakannya empat hari lalu, namun aku hanya acuh saja. Lagian mana ada orang bisa menghancurkan formasi yang kubuat." Timpal Kaijin."Memangnya kenapa jika formasi itu hancur dan bukit telah dimurnikan? Lagian tidak akan ada untung dan ruginya buat kita, bukan? Ryu bertanya datar sambil menyalakan rokoknya."Tentu ada untung dan ruginya bagi kita. Apa kamu ingat ketika peperangan 6 tahun lalu di bukit itu?" Kazen menepis perkataan Ryu."Kerugian yang kita dapati jika bukit itu telah dimurnikan adalah kawasan dan sumber daya. Sebab bukit itu bagaikan benteng kekuatan antara kegelapan dan cahaya. Ketika bukit itu menyimpan kegelapan, maka kekuatan Yang

    Last Updated : 2024-10-30
  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 8. Blacksmith Bintang

    Malam mulai datang. Setelah kejadian heboh di sore tadi. Orang-orang banyak menyebarkan rumor di setiap penginapan dan restoran. Salah satu penginapan itu bernama Mawar Putih."Hei! Apa kamu lihat fenomena di sore tadi?" Seseorang sedang berbicara dengan teman di meja makannya."Iya, aku lihat. Fenoma yang sangat dahsyat. Apakah mungkin Sang Legenda akan terlahir kembali?" Tanya temannya kembali."Bisa jadi. Karena telah 1000 tahun cerita itu diturunkan secara turun-temurun disetiap keluarga yang ada di kerajaan ini." kata temannya satu lagi."Betul, pernah nenekku mengatakan dahulu bahwa suatu hari nanti akan terlahir kembali legenda yang akan melindungi kita semua dari kegelapan yang hampa. Dia adalah orang yang mempunyai aura dan mana dalam satu tubuh." Teman yang lain pun menambahkan perkataan temanya."Apakah mungkin aura dan mana bersatu dalam satu tubuh? Kebanyakan dari kita hanya mempunyai salah satu di antaranya.""Bisa jadi hal itu menjadi mungkin berkumpulnya dua energi itu

    Last Updated : 2024-11-01
  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 9. Pedang Levin

    Dalam ruangan yang penuh dengan semua karya Blacksmith, Zera dan Isaac masih menunggu. Sudah berlalu 3 jam sejak masuk toko itu. Tak lama sesudah itu, blacksmith itu menghampiri dan memperhatikan mereka dari dekat tanpa mereka sadari. Mulai dari kesinambungan mana dan aura, blacksmith itu menganggukkan kepalanya. "Ada yang bisa dibantu, Tuan?" Sapa Blacksmith itu kepada mereka. Zera dan Isaac pun terkejut dengan sapaan itu. Sebab mereka tidak merasakan hawa keberadaannya. "Sungguh hawa keberadaan yang sangat halus. Bahkan kami pun tak merasakannya." Kata hati Zera dan Isaac. "Ini, Tuan..." Belum sempat Zera melanjutkan perkataannya, blacksmith itu lansung memotong pembicaraan. "Panggil saja aku Pak Tua Bruq. Namaku Bruq Romander. Dari keluarga Romander ras Dwarf." Pak tua itu menepuk pakaiannya yang terkena debu. "Jadi apa ada yang bisa kubuantu buat kalian." Imbuhnya. "Bisakah kamu menyatukan isi dalam kotak ini dengan pedangku." Zera mengeluarkan sebuah kotak yang berukir lam

    Last Updated : 2024-11-03
  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 10. Pedang Penyapu Kegelapan

    Malam muncul dengan kedinginan pekat. Purnama telah menerang di langit malam. Tower Kehidupan di Pulau Terapung terdengar sangat riuh. Karena Raja kerajaan ini datang bersama pengawal elitnya yang tersembunyi di dalam kegelapan. Dengan terburu-buru, satu murid di tower itu mencari Tempest sang penguasa tower untuk memberitahukan kedatangan raja. "Guru! Raja beserta pengawalnya datang ke sini." Kata murid itu kepada Tempest. "Iya, aku telah mengetahuinya. Di mana raja sekarang?" Tanya Tempest. "Dia berada di ruang tamu, guru." Jawab muridnya. Mereka pun bersegera ke ruang tamu untuk menemui raja. Setelah sampai di dalam ruangannya. "Maafkan aku, Yang Mulia. Aku tidak tahu akan kedatanganmu ke mari. Biasanya, Yang Mulia mengirim surat terlebih dahulu kepadaku untuk mengabari kedatanganmu." Kata Tempest sambil menundukkan kepalanya memberi hormat kepada raja. "Tempest, temanku! Apakah salah, seorang teman datang untuk menemui temannya? Apakah kamu sendirian? Di mana Dewi Peda

    Last Updated : 2024-11-04
  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 11. Teratai Petir Bintang Lembayung

    Dini hari. Udara terasa dingin seumpama es yang datang. Bulan masih nampak terang. Bagaikan lingkaran cincin menemani kedinginan dini hari. Gumpalan awan pun beriring dihembuskan angin.Zera terjaga dari tidurnya di sebuah kamar yang ia sewa selama 6 hari ini. Setelah mencuci muka, ia berjalan keluar penginapan dengan pedang yang terselip di pinggangnya untuk menghirup udara segar di pagi dini hari. Kemudian melangkah ke hutan yang pernah ia tempuh untuk melatih kemampuan pedangnya.Wajar jika Zera ingin berlatih karena semenjak ia menembus mana aura bintang 7 dan mendapatkan pedang baru, belum sekali pun ia meregangkan tubuhnya. Sehingga seluruh tubuhnya merasa kaku. Hal itu disebabkan karena Zera dan Isaac pergi mencari beberapa herba yang akan ia gunakan untuk membuat pil.Zera mulai melatih staminanya dengan berlari menggunakan Langkah Angin. Sebuah langkah cepat yang bergerak secepat angin. Langkah ini ia pelajari dari buku yang pernah diberikan oleh bibinya (Azzura). Karena bibi

    Last Updated : 2024-11-06

Latest chapter

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 56. Demon Slayer

    Zhuan dan Vatsal pun pergi ke arah pintu keluar dunia kecil ini. Setelah mereka berdua pergi, kedua orang itupun langsung memeluk Zera. Zera pun merasa bingung dengan apa yang mereka berdua lakukan. "Kamu telah besar ya, nak." Kata orang itu sambil mengusap kepalanya. "Maaf, kamu siapa? Kenapa aku merasakan sesuatu yang dekat denganmu?" Tanya Zera. "Oh iya, kamu belum pernah melihat kami berdua. Tetapi kami selalu mengawasimu." Kata salah seorangnya lagi. "Namaku Azzumar Rahil, yang dulu terkenal dengan sebutan si Harimau Petir." Kata Azzumar sambil tersenyum ramah. "Dan, aku Louyi Grader, yang dulu disebut dengan Saintes Bintang." Kata Louyi sambil menangis terharu. Mendengar nama itu, Zera pun bingung antara senang dan sedih. "Jangan bercanda, ayah dan ibuku telah lama meninggal akibat melawan pasukan kegelapan." Kata Zera sambil menahan perasaannya. "Kami berdua memang telah lama mati. Ini adalah kehendak yang kami tinggalkan di kalung ruby yang kamu pakai itu, sebelum kami

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 55. Tombak 7 Lautan Bintang

    Pertempuran semakin mencekam antara pasukan kegelapan melawan tentara aliansi empat kerajaan. Dromid yang memimpin pasukan iblis di sayap kiri, ditahan Alwen yang melancarkan serangan dengan menyeruduk semua pasukan Dromid. Dromid pun menebaskan pedangnya dengan niat membunuh yang kuat. "Apa menurutmu aku tidak bisa mengalahkanmu, kehendak Gill?" Kata Dromid sambil menyerang dengan enam tangannya. "Iblis sialan, berhentilah memanggilku dengan sebutan itu. Aku adalah Alwen Sang Penguasa Tombak yang akan menghancurkanmu." Jawab Alwen sambil menggerakkan tombaknya menepis serangan Dromid. "Aku akui kamu mempunyai nyali yang kuat, bocah. Tapi itu saja tidak cukup, Teknik Iblis Asura, Enam Pedang Penghapus Cahaya." Dromid pun menebaskan enam senjatanya yang telah dialiri aura hitam pekat ke arah Alwen. "Tak usah kamu banyak bacot, aku akan melawanmu sampai hancur tak bersisa. Teknik Tombak, Tebasan Tujuh Tornado Lautan Mengamuk." Datanglah tujuh pusaran angin yang diikuti air membentuk

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 54. Kembalinya Kaisar Iblis

    Peperangan pun tertahan selama seminggu, karena kedua belah pihak telah kehilangan banyak pasukan. Dalam masa itu, Tempest membuka saluran komunikasi ke Istana Tashrif untuk memberi tahu mereka apa yang telah terjadi selama perang. Ia pun memberitahukan semuanya ke putra mahkota, dan bersiap untuk hal-hal yang tidak terduga nantinya. Tempest pun menyuruh semua menteri untuk langsung mengangkat putra mahkota menjadi raja Kerajaan Maqdis. Hal itupun langsung diterima oleh orang yang berada di istana. Besoknya pun diselenggarakanlah penobatan putra mahkota menjadi raja di depan semua penduduk yang telah dievakuasi ke ibukota. Maka dengan resmi diangkatlah Pijai Loza menjadi raja kerajaan ini. * Seminggu sudah berlalu dari gencatan senjata, keluarlah tiga jenderal iblis memimpin pasukannya untuk kembali menyerang pasukan Tempest. Pasukan yang mereka bawa kali ini sangatlah kuat dan mendominasi. Namun, begitu juga dengan pasukan yang berada di pihak Tempest, kali ini Bruq dan dua rekann

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 53. Enam Jendral Iblis

    Enes dan Ryu pun ikut serta bersama para iblis dalam melancarkan serangannya untuk menghantam Isaac dan Alwen. Ryu yang telah kembali ke bentuk naganya, mendaratkan serangan yang kuat di arahkan ke Tempest dan Azzura. "Hantaman Cakar Naga Hitam Mengamuk." Naga Hitam Ryu pun memberikan pukulan kepada Tempest dan Azzura yang sedang berada dalam barier untuk memulihkan energi mana dan auranya. "Tidak akan kubiarkan itu terjadi," Alwen pun berlari ke arah mereka. Namun, para iblis menahannya. "Pelindung Kehidupan Ilahi," terbukalah sebuah energi memperkuat barier penghalang dari Tempest. "Ini,,, energi ini sangat murni dan kuat. Apakah Lucia juga datang untuk memberikan bantuan?" Tanya Azzura. "Panah Api Kehendak Phoenix," meluncurlah serangan anak panah yang dibalut mana api yang sangat kuat mengenai sayap kiri Ryu. Kemudian, membakar sebagian kecil dari sayap itu. "Urgh, serangan yang menyakitkan." Kata Ryu sambil mundur ke belakang. Adapun serangan panah itu, juga memberikan dam

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 52. Portal Iblis

    Dalam ruang bawah tanah, Rukame telah menarik barier penghalangnya. Karena, semua pewaris kehendak sudah selesai mengultivasi teknik mereka. "Aku rasa, sudah waktunya bagi kalian untuk tampil di panggung sebenarnya. Karena para prajurit kerajaan sudah habis dilumat kegelapan di medan perang. Begitu juga dengan rajanya." Kata Rukame. "Apakah sesuatu telah terjadi ketika kami berkultivasi, senior?" Tanya Bruq. "Benar, peperangan telah terjadi antara Gaffar melawan 4 kerajaan. Sudah lebih satu minggu perang itu terjadi. Kerajaan yang beraliansi dengan Maqdis telah melarikan diri dari peperangan. Sehingga seluruh pasukan kerajaan telah musnah, begitu juga dengan raja dan jenderalnya." Rukame menjelaskan. "Isaac dan Alwen telah berangkat dari tadi untuk mencegah mereka terlalu jauh." Sambungnya. "Kalau begitu, kami akan ikut melawan pasukan Enes," kata Bruq. "Memang harus demikian, jika kerajaan ini jatuh, maka Benua Cengal akan dikuasai oleh kegelapan. Maka dari itu, tolong selamatka

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 51. Serangan Jiwa

    Dalam perang yang tidak seimbang itu, Tempest dan Azzura beserta pasukan kerajaan yang tersisa, sudah merasa putus asa. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya pasukan kegelapan mengalahkan jumlah dari pasukan kerajaan yang tersisa. Dan ditambah dengan pasukan aliansi kerajaan melarikan diri dari medan perang. Dalam situasi yang tidak menguntungkan itu, ketika Enes ingin memberikan serangan jangkauan luas yang ditargetkan kepada Tempest, datanglah sebuah serangan yang menepis serangan dari Enes, dan memberikan gravitasi yang kuat. Sehingga membuatnya terjatuh, begitu juga dengan naga hitam yang ditungganginya. * "Apa kamu tidak apa-apa, Pak Tua?" Tanya orang itu sambil membantunya berdiri. "Urgh, kamu siapa, nak?" Tanya Tempest sambil memegang tangannya. "Sihirmu sangat mirip dengan profesor Rukam." Sambungnya. "Maksud anda leluhurku, Pak Tua? Namaku Isaac Radian, seorang penyihir bintang." Jawab Isaac dengan singkat, karena akan ada serangan yang datang kepada mereka. "Nanti kita

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 50. Jarak Yang Jauh

    Di ruang bawah tanah, Isaac dan rekannya hampir selesai mengultivasi kitab kuno yang diberikan oleh Rukame. Hal ini ditunjukkan oleh energi mereka yang telah memadat, dan mencapai puncak bintang 10 dalam mana dan aura. Jika mereka berhasil, maka mana dan aura mereka akan menembus batasan menuju Alam Sage. ** Melihat serangannya dibelokkan oleh Kazen, Tempest menyadari bahwa semua jenderal pasukan kerajaan Maqdis yang ikut perang telah mati. Ditambah dengan Raja Babel Loza yang ikut menyusul mereka, semua pasukan militer kerajaan telah mencapai putus asa yang tidak tertahankan. Seolah-olah mereka telah pasrah tentang diri mereka untuk mempertahankan tanah airnya dari invasi iblis dan monster yang dipimpin Raja Kegelapan. "Keinginanmu itu hanya untuk menguasai semua benua ini, bukan?" Kata Tempest. "Kalau kamu sudah tahu, untuk apalagi kamu bertanya, Tempest? Aku akan menguasai seluruh benua ini, dan akan kumulai dari kerajaan ini. Gehaha. Jika kerajaan yang kuat telah jatuh, maka k

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 49. Ryu si Naga Hitam

    Dalam aura hitam yang pekat, akhirnya Ryu berubah menjadi makhluk besar bersayap dan mempunyai sisik yang hitam pekat. Adapun tombak miliknya, langsung menyatu dengan tubuhnya. Sehingga membuat sebuah inti naga yang belum matang. Kepakan sayapnya langsung menghempaskan semua pasukan dari Kerajaan Maqdis dan tiga kerajaan yang mendukungnya. "Hei Tempest, Azzura! Apa kamu yakin membiarkannya dan melawanku? Gehaha... Kalau begitu semua pasukan itu, akan binasa lho... Gehaha." Kata Enes dengan suara yang senang. "Dasar bajingan, apa yang telah kamu perbuat kepadanya, sehingga berubah menjadi monster seperti itu?" Tanya Tempest. Getaran yang dibuat Ryu pun semakin kuat ketika ia mengepakkan sayapnya dan terbang ke langit. "Hahahaha, inilah kekuatanku yang sebenarnya. Inilah puncak dari kekuatan itu. Hahahaha." Teriak Ryu sambil terbang. Kemudian dia mengeluarkan nafasnya. Dengan seketika, prajurit yang terkena nafas itupun membeku. Tidak hanya prajurit, monster yang berada di dekatnya

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 48. Hancurnya Kota Panja

    Perang masih berlanjut dan berkecamuk dengan sangat hebat. Kedua belah pasukan sudah sedaging peperangan, terdengar bunyi suara pedang saling beradu. Pasukan kerajaan didorong mundur oleh pasukan monster yang menggila."Kazen, aku akan mengahadapimu dengan segenap kekuatanku." Kata Kuo dengan memasang auranya."Aku pun juga begitu, Kuo. Aku tidak menyangka bisa beradu pedang denganmu. Tetapi, pertemuan ini menjadi pertemuan pertama dan terakhir bagi kita." Jawab Kazen dengan mengeluarkan auranya."Maka dari itu, mari kita lakukan salam kenal kita. Gerakan pertama, Tarian Pedang Api Harimau Putih." Kuo pun membuat langkah pertama untuk menyerang Kazen."Aku selalu siap, Tebasan Pedang Api Harimau Hitam." Kazen dengan cepat menangkis serangan pedang Kuo.Pancaran energi dan serangan mereka berdua pun beradu. Setiap pedang mereka berdua beradu, Kazen dan Kuo pun bisa melihat kenangan lama yang mereka alami. Kezen melihat kenangan Kuo, dan Kuo pun menelisik kenangan dari Kazen. Sehingga m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status