Beranda / Fantasi / Kaisar Badai Petir Zera / Chapter 5. Iblis Formasi

Share

Chapter 5. Iblis Formasi

last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-26 13:43:36

Mentari sudah mulai muncul. Bukit kesesatan telah bersih dari kabut kebingungan. Udara yang tadinya kotor, sekarang sudah bersih. Setelah bangun dari meditasi, Zera menghampiri Tifany yang masih terbaring.

"Bagaimana kondisimu sekarang?" Tanya Zera.

"Sudah mendingan daripada tadi malam." jawab Tifany. "Di mana penyihir yang menyelamatkan kita?" tambahnya.

"Dia di pintu goa, berjaga semalaman..." belum selesai Zera berkata, Isaac datang menghampirinya.

"Apa kalian sudah bangun? Kalau sudah, mari kita makan sambil bercerita." ajak Isaac sambil menyuguhkan daging panggang yang telah ia tangkap.

"Terima kasih, sangat tidak sopan kalau menolak ajakan orang yang telah menolong kami," sahut Tifany dan Zera.

Mereka bertiga pun makan bersama sambil bertukar cerita.

"Tuan, kalau boleh tahu ke mana tujuan, Tuan?" Zera pun mulai bertanya sambil melahap hidangan daging bakar yang ada di tangannya.

"Sebelum kujawab pertanyaanmu, mengapa kalian berdua bisa berakhir di bukit ini? Padahal bukit ini terdapat banyak penghalang dan formasi yang sangat mengerikan." Isaac bertanya kembali.

"Aku ingin pergi ke Pulau Terapung dan harus melewati bukit ini. Sedangkan dia ingin datang ke sini untuk mengambil mantelnya yang telah dicuri oleh si Ryu." Jawab Zera.

"Apa ini mantel punyamu?" Isaac mengeluarkan sebuah baju dari cincin penyimpanannya.

"Bagaimana bisa mantel keluarga kami di tanganmu?" Tifany langsung berdiri dan ingin memakai busurnya.

"Tenang duku nona muda. Biar aku jelaskan kenapa mantelmu ini ada padaku." Jawab Isaac.

"Ya,  dengarkan dulu jawabannya. Jika ia berniat jahat, maka sedari tadi malam kita tidak akan bisa hidup." Zera membujuknya.

"Baiklah tuan.  Jika begitu, bisakah tuan jelaskan, kenapa mantelku bisa berada di tanganmu?" Tegas Tifany.

"Apa kamu tahu, nama bukit ini?" Isaac kembali bertanya.

"Jangan banyak omong kosong lagi, langsung saja ke intinya," Tukas Tifany.

"Tapi sebelum itu, ambillah dulu mantelmu ini. Jika mantel ini sangat penting bagimu." Isaac menyerahkan mantel itu kepada Tifany tanpa mempedulikan tingkahnya itu.

Tifany pun mengambil  mantelnya itu sambil mengatakan, "Terima kasih." Isaac pun hanya menganggukkan kepalanya.

"Jadi, bagaimana ceritanya mantel keluarga kami sampai di tanganmu, Tuan?" Kembali Tifany bertanya. Sementara itu Zera hanya mendengar saja.

"Sama dengan pertanyaanku tadi, apa kamu tahu nama bukit ini?" Isaac kembali bertanya.

"Sudah jelas nama bukit ini adalah bukit kesesatan,bukan?" Timpal Tifany.

"Tidak, nama bukit kesesatan itu, hanya baru-baru ini saja. Palingan sekitar 6 tahunan. Karena adanya kabut, lebih tepatnya karena adanya formasi kabut kebingungan, formasi iblis tingkat 6 yang membuat bukit ini menjadi suram." Jelas Isaac.

"Tidak hanya itu saja. Sebelumnya bukit ini sangat indah banyak memancarkan mana dan aura murni. Sehingga hewan buas yang mirip monster kita lihat sekarang ini, dulunya adalah hewan spritual yang menuntun para pendaki pengambil tumbuhan herba." Isaac menjelaskan lebih lanjut.

"Jadi, apa nama bukit ini dahulunya, dan siapa yang membuatnya berubah menjadi seperti sekarang ini? " Zera mulai bertanya, yang mana ia tadinya hanya pendengar.

"Nama bukit ini dahulunya adalah Bukit Kesaksian. Sebuah bukit yang mengeluarkan aroma semua kehidupan. Dan tempat mencari tanaman herba bagi para penduduk desa yang berada di kaki bukit. Dan sebagai salah satu mata pencaharian bagi penduduk setempat." Isaac  menjelaskan.

"Namun, kehidupan itu hanya bertahan sebentar. Setelah Enes dan 3 jenderalnya menyerang Kerajaan Maqdis. Dan menetapkan bukit ini menjadi medan perang. Jika bukan karena si Naga Emas dan Dewi Pedang Air, maka desa di balik bukit ini pun akan sama seperti desa desa di bawah kaki bukit ini. Dan berhasil memukul mundur mereka kembali. Namun, Kaijin si Iblis formasi menanamkan formasi bintang 6 sebelum mereka kembali ke kerajaannya. Dan menjatuhkan mantel sihir lautan ini tanpa sepengetahuannya." Isaac menambahkan penjelasannya.

Mendengar cerita Isaac, Zera pun teringat akan paman dan bibinya yang mana mereka pergi dari Gunung Dwargo 6 tahun lalu. Dan Tempest kembali menjemputnya kemudian membawa Zera pergi untuk mengambil Kotak Cahaya. Dan berpisah kembali di Hutan Kematian.

"Jadi, apakah Tuan yang memungutnya?" Tanya Zera.

"Ya, aku mengambilnya tidak lama ini. Karena aku tahu bahwa mantel ini bukan mantel biasa." Jawab Isaac.

"Anu.. Terima kasih banyak, Tuan. Maaf saya salah paham, dan bersikap lancang kepada Tuan." Tifany menundukkan kepalanya dengan perasaan malu dan bersalah.

"Tidak apa-apa, aku paham bagaimana perasaan dan reaksimu." Isaac kembali menenangkan suasana. "Dan tak usah memanggilku memakai kata Tuan, karena aku kurang nyaman dengan panggilan itu. Panggil saja aku kakak atau gimana gitu. Sebab umurku tidak berbeda jauh dari kalian, baru 20 tahunan."

"Baiklah kalau begitu, aku panggil Kak Isaac, bagaimana?" Tanya Tifany. Dan Zera pun cuma menganggukkan kepalanya dengan ucapan Tifany.

"Ok, boleh juga. Karena sekarang kabut sudah hilang dan formasinya rusak. Maka bukit ini sudah bisa kembali seperti semula, walaupun butuh beberapa waktu. Karena tujuan kita sama, ingin pergi ke Pulau Terapung, bagaimana kalau kita Barangan?" Ajak Isaac.

"Bagus juga, lagian kita mempunyai arah tujuan yang sama. Bagaimana denganmu Tifany? Karena tujuanmu untuk mencari mantel ini telah tercapai, apa kamu ingin kembali ke lautan atau ikut dengan kami ke Pulau Terapung? Tanya Zera?

"Aku akan ikut denganmu Zera, lagian aku sudah mempunyai tujuan yang baru." Jawab Tifany.

"Tapi sebelum itu istirahatlah dahulu, Pulihkan luka dan staminamu. Setelah tiga hari, baru kita berangkat." Isaac memberi masukan.

"Baiklah, kami di bawah pengawasanmu Kak Isaac." Mereka menjawab serentak.

Lalu mereka tinggal di Bukit Kesaksian selama tiga hari. Selama itu, Zera memulihkan stamina dan energinya. Di malam hari, ia bermeditasi, sedangkan di waktu pagi ia  pergi berburu hewan dan tanaman herba. Dan di siang hari ia berlatih tanding dengan Isaac. Begitulah kegiatannya selama tiga hari. Karena ia mengetahui bahwa ia masih lemah dan kurang pengalaman dalam menghadapi sihir dan menghancurkan formasi. Maka dari itu ia sering berlatih tanding dengan Isaac yang merupakan seorang penyihir bintang dan juga ahli dalam formasi sihir. Untuk melengkapi kekurangannya terhadap sihir dan formasi, ia pun mulai mempelajari sihir combat. Sebuah sihir yang bisa digunakan untuk pertarungan jarak dekat.

Jika pengguna aura mempelajari sihir yang merupakan jalur mana, maka hal ini bisa dikatakan langka. Kebetulan juga dengan metode aura yang dipelajari Zera, maka mempelajari sihir serta menggunakannya bukan hal yang mustahil. Sebab tak ada yang mustahil di dunia ini, karena sebuah kekurangan akan menjadi sebuah keistimewaan yang gemilang. Dengan mengetahui fakta ini, Isaac meluangkan waktunya untuk melatih Zera dalam penguatan sihir combat yang dilapisi dengan aura selama tiga hari. Selepas dari waktu itu, mereka pun memulai perjalanan untuk mencapai Pulau Terapung.¤

Bab terkait

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 6. Monster Rank Ss

    Pagi yang cerah. Mentari sudah menampilkan karismanya. Setelah istirahat selama tiga hari di goa bukit kesaksian, Zera, Tifany dan Isaac memulai perjalanan untuk mencapai Pulau Terapung dengan berjalan kaki. Sebab tidak jauh dari balik bukit ini ada sebuah desa yang bisa membuat mereka beristirahat untuk sebentar sebelum melanjutkan perjalanan kembali."Kira-kira berapa lama kita akan sampai di desa terdekat, Kak Isaac?" Tanya Tifany sambil berjalan dengan kelelahan."Kisaran 2 jam lagi kita akan sampai. Apa kamu sudah lelah? Kalau iya kita istirahat sebentar." Jawab Isaac."Ayo kita istirahat dulu 15 menit, Kak Isaac!" Ajak Zera sambil menghampiri sebuah pohon yang agaj rindang."Baiklah, kita istirahat dulu." Isaac dan Tifany pun ikut menghampirinya dan duduk. Dan mengeluarkan sebotol air dari cincin penyimpanannya.Sedang asyik duduk dan bersandar di bawah pohon, terdengar suara yang agak bising oleh Zera dan Isaac."Kayaknya kita telah dikepung, Kak Isaac?" Zera mengambil pedangny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 7. Naga Bintang

    Siang berdentang. Udara terasa hambar karena terik matahari sedang menggila. Dalam ruang pertemuan, udara terasa pengap dan berat."Jadi bukit itu telah dimurnikan, ya?" Tanya Kaijin kepada Kazen."Apa kamu tidak merasakannya? Padahal kamulah yang memasang penghalang dan formasi tingkat enam itu." Jawab Kazen dengan senyuman tipis."Aku merasakannya empat hari lalu, namun aku hanya acuh saja. Lagian mana ada orang bisa menghancurkan formasi yang kubuat." Timpal Kaijin."Memangnya kenapa jika formasi itu hancur dan bukit telah dimurnikan? Lagian tidak akan ada untung dan ruginya buat kita, bukan? Ryu bertanya datar sambil menyalakan rokoknya."Tentu ada untung dan ruginya bagi kita. Apa kamu ingat ketika peperangan 6 tahun lalu di bukit itu?" Kazen menepis perkataan Ryu."Kerugian yang kita dapati jika bukit itu telah dimurnikan adalah kawasan dan sumber daya. Sebab bukit itu bagaikan benteng kekuatan antara kegelapan dan cahaya. Ketika bukit itu menyimpan kegelapan, maka kekuatan Yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 8. Blacksmith Bintang

    Malam mulai datang. Setelah kejadian heboh di sore tadi. Orang-orang banyak menyebarkan rumor di setiap penginapan dan restoran. Salah satu penginapan itu bernama Mawar Putih."Hei! Apa kamu lihat fenomena di sore tadi?" Seseorang sedang berbicara dengan teman di meja makannya."Iya, aku lihat. Fenoma yang sangat dahsyat. Apakah mungkin Sang Legenda akan terlahir kembali?" Tanya temannya kembali."Bisa jadi. Karena telah 1000 tahun cerita itu diturunkan secara turun-temurun disetiap keluarga yang ada di kerajaan ini." kata temannya satu lagi."Betul, pernah nenekku mengatakan dahulu bahwa suatu hari nanti akan terlahir kembali legenda yang akan melindungi kita semua dari kegelapan yang hampa. Dia adalah orang yang mempunyai aura dan mana dalam satu tubuh." Teman yang lain pun menambahkan perkataan temanya."Apakah mungkin aura dan mana bersatu dalam satu tubuh? Kebanyakan dari kita hanya mempunyai salah satu di antaranya.""Bisa jadi hal itu menjadi mungkin berkumpulnya dua energi itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 9. Pedang Levin

    Dalam ruangan yang penuh dengan semua karya Blacksmith, Zera dan Isaac masih menunggu. Sudah berlalu 3 jam sejak masuk toko itu. Tak lama sesudah itu, blacksmith itu menghampiri dan memperhatikan mereka dari dekat tanpa mereka sadari. Mulai dari kesinambungan mana dan aura, blacksmith itu menganggukkan kepalanya. "Ada yang bisa dibantu, Tuan?" Sapa Blacksmith itu kepada mereka. Zera dan Isaac pun terkejut dengan sapaan itu. Sebab mereka tidak merasakan hawa keberadaannya. "Sungguh hawa keberadaan yang sangat halus. Bahkan kami pun tak merasakannya." Kata hati Zera dan Isaac. "Ini, Tuan..." Belum sempat Zera melanjutkan perkataannya, blacksmith itu lansung memotong pembicaraan. "Panggil saja aku Pak Tua Bruq. Namaku Bruq Romander. Dari keluarga Romander ras Dwarf." Pak tua itu menepuk pakaiannya yang terkena debu. "Jadi apa ada yang bisa kubuantu buat kalian." Imbuhnya. "Bisakah kamu menyatukan isi dalam kotak ini dengan pedangku." Zera mengeluarkan sebuah kotak yang berukir lam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 10. Pedang Penyapu Kegelapan

    Malam muncul dengan kedinginan pekat. Purnama telah menerang di langit malam. Tower Kehidupan di Pulau Terapung terdengar sangat riuh. Karena Raja kerajaan ini datang bersama pengawal elitnya yang tersembunyi di dalam kegelapan. Dengan terburu-buru, satu murid di tower itu mencari Tempest sang penguasa tower untuk memberitahukan kedatangan raja. "Guru! Raja beserta pengawalnya datang ke sini." Kata murid itu kepada Tempest. "Iya, aku telah mengetahuinya. Di mana raja sekarang?" Tanya Tempest. "Dia berada di ruang tamu, guru." Jawab muridnya. Mereka pun bersegera ke ruang tamu untuk menemui raja. Setelah sampai di dalam ruangannya. "Maafkan aku, Yang Mulia. Aku tidak tahu akan kedatanganmu ke mari. Biasanya, Yang Mulia mengirim surat terlebih dahulu kepadaku untuk mengabari kedatanganmu." Kata Tempest sambil menundukkan kepalanya memberi hormat kepada raja. "Tempest, temanku! Apakah salah, seorang teman datang untuk menemui temannya? Apakah kamu sendirian? Di mana Dewi Peda

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 11. Teratai Petir Bintang Lembayung

    Dini hari. Udara terasa dingin seumpama es yang datang. Bulan masih nampak terang. Bagaikan lingkaran cincin menemani kedinginan dini hari. Gumpalan awan pun beriring dihembuskan angin.Zera terjaga dari tidurnya di sebuah kamar yang ia sewa selama 6 hari ini. Setelah mencuci muka, ia berjalan keluar penginapan dengan pedang yang terselip di pinggangnya untuk menghirup udara segar di pagi dini hari. Kemudian melangkah ke hutan yang pernah ia tempuh untuk melatih kemampuan pedangnya.Wajar jika Zera ingin berlatih karena semenjak ia menembus mana aura bintang 7 dan mendapatkan pedang baru, belum sekali pun ia meregangkan tubuhnya. Sehingga seluruh tubuhnya merasa kaku. Hal itu disebabkan karena Zera dan Isaac pergi mencari beberapa herba yang akan ia gunakan untuk membuat pil.Zera mulai melatih staminanya dengan berlari menggunakan Langkah Angin. Sebuah langkah cepat yang bergerak secepat angin. Langkah ini ia pelajari dari buku yang pernah diberikan oleh bibinya (Azzura). Karena bibi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 12. Jiwa 5 Elemen

    Dalam pertarungan itu, empat raja Spirit dan empat hewan suci datang menahan serangan Zera supaya tidak membabat semua hutan dan penghuninya. "Wahai Sang Kaisar Agung semua galaksi, tahanlah amarahmu dan berilah belas kasihmu terhadap semua penghuni hutan ini!" Suara mereka bergema ke seluruh hutan dan memohon pengampunan kepada Zera. Karena mereka melihat bayangan Kaisar Agung yang berada di atas Naga Bintang tunggangannya. Tubuh Zera pun berdiri melayang terbang dengan gagahnya dan memancarkan mana aura yang sangat kuat, sehingga semua penghuni hutan tunduk kepadanya. "Hei empat spirit alam, dan kau empat hewan! Beri pemahaman kepada makhluk telinga panjang yang sombong itu. Jangan sekali-kali mengusik ketenanganku. Aku bersikap lunak, bukan berarti aku takut. Jika tidak, akan kumusnahkan semua rasnya sehingga tidak akan pernah ada lagi di bintang ini." "Baik, Kaisar Agung. Akan kami ingat nasihatmu." Kata mereka. "Hei Vatsal! Apa kamu mau terus bersembunyi? Atau mau kucabut se

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 13. Pohon Dunia

    Kokok ayam bersahutan membangunkan Zera. Dia beringsut turun dari dipannya dan membuka jendela kamar. Mentari belum terbit, langit pun masih terlihat gelap. Namun, temaram cahaya dari lampu minyak membantunya melihat pemandangan desa Elves. Sudah tiga hari sejak Zera tiba di desa ini. Isaac, Tifany dan Bruq pun juga datang ke desa ini karena merasakan energi yang sangat kuat. Namun, setelah mereka tahu bahwa energi itu milik Zera, barulah mereka agak tenang. Zera pun tersenyum sendiri ketika melihat ada orang yang khawatir tentang dirinya. Setelah tubuhnya merasa lebih baik dari hari sebelumnya, Zera pun turun dari rumah yang berada di atas pohon tempatnya tinggal yang disediakan oleh para Elves untuk kembali melatih tubuhnya. Setelah melatih tubuh dan menjernihkan pikiran, Zera kembali ke tempatnya tinggal. Didapatkannya Isaac, Tifany dan Bruq sudah menantinya untuk sarapan. "Maaf, apa sudah dari tadi kalian menungguku?" Tanya Zera kepada mereka setelah memasuki rumah itu. "Ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09

Bab terbaru

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 45. Kebenaran di Balik Dunia

    Azzumar dan Azzura pun memulai perjalanan mereka untuk melihat dunia dari segi sisi yang berbeda. Banyak yang telah mereka lihat, dimulai dari Kerajaan Rael, Kerajaan Arakat, dan Kerajaan Goris. Mereka berdua memasuki semua kerajaan itu, dan melihat sisi gelap dari sebuah kehidupan. Terutama, tentang sebuah hukum yang ada di setiap kerajaan, hukum dan peraturannya bagaikan sebuah benang laba-laba. Kuat kepada mangsa yang kecil, namun tidak berkutik melihat mangsa yang besar. Begitulah mereka berdua melihat semua hukum dan peraturan yang berada di setiap kerajaan yang mereka lalui. Azzumar dan Azzura melihat para bangsawan yang melakukan tindakan elegal, seperti penjualan manusia, barang yang terlarang untuk kehidupan, dan bahkan memonopoli harga pasar serta korupsi yang menjadi-jadi, dibiarkan saja oleh hukum. Jika pun mereka ditangkap, besoknya mereka kembali dilepaskan. Sedangkan, mereka yang rakyat jelata yang tidak ada mata pencaharian kecuali menebang kayu bakar dan dijual, mer

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 44. Pesan Teman

    Seminggu sudah pertempuran terjadi. Setelah kembali dari Gunung Cimuri, Tempest dan Azzura langsung membantu semua rekan yang ikut dalam pertempuran. Akademi Bintang telah hancur dari Kerajaan Maqdis, akibat pertempuran itu. Banyak para rekan akademi yang mati dan terluka. Bukan hanya mereka, tetapi penduduk dan tentara kerajaan juga banyak yang mati dan terluka. Bisa dikatakan, korban yang mati mencapai 10000 jiwa, sedangkan yang terluka mencapai 15000 jiwa. Baik dari murid akademi ataupun dari penduduk dan tentara. Di pihak kerajaan mendapatkan kemalangan yang tinggi dari pertempuran melawan invasi iblis dan monster. Soalnya, raja dari kerajaan Maqdis, mati dalam pertempuran sengit itu. Dia dibunuh oleh 3 kapten iblis ketika pertempuran terjadi. Sehingga Babel Loza langsung diangkat menjadi raja oleh para menteri untuk menggantikan ayahnya. Adapun Shazin dan Louyi tidak mempunyai luka yang parah, namun mereka berdua kehabisan energi karena intensnya pertarungan yang mereka hadapi.

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 43. Tujuh Bintang Penyegel Iblis

    Mereka berempat pun tiba di Hutan Kematian. Enes tidak sempat menghindari formasi teleport itu. Sehingga membuatnya datang ke tempat tandus itu bersama dengan Azzumar dan dua rekannya. Adapun Louyi tidak ikut teleport bersamanya, karena ia membantu memberikan buff kepada Shazin dan semua orang untuk menghancurkan iblis dan monster yang menginvasi akademi. "Tsk. Kalian bertiga cukup berani melawanku, Sang Raja Kegelapan ini." Kata Enes. "Kamu bukanlah Raja Kegelapan, kamu hanya iblis yang memakai tubuh temanku, sama seperti kita bertemu untuk pertama kali." Jawab Azzumar dengan melancarkan serangan pertamanya. "Gehaha, aku cukup terkejut bahwa kamu masih bisa hidup sampai sekarang Bocah Petir. Sudah sebelas tahun kita tidak bertemu." Kata Enes sambil menangkis serangan dari Azzumar. "Azzura, Tempest, ayo kita selesaikan iblis ini." Kata Azzumar, dan mengeluarkan kedua pedangnya. "Ayo..." Jawab mereka. Kemudian mereka bertiga melancarkan serangan untuk menghadapi Lucifer yang mema

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 42. Hari Kelulusan

    Waktu terus berjalan tanpa henti. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan pun berganti tahun. Tepatnya sudah 11 tahun para murid berada di akademi. Banyak yang sudah lulus dari akademi ini. Dan rombongan pada tahun ini adalah mereka yang mendapatkan perhatian dari seluruh pihak akademi. Baik instruktur maupun para senior darinya. Bisa dikatakan rombongan tahun ini adalah rombongan terbaik di atas yang terbaik. Karena kontribusi mereka menjadi acuan dalam perkembangan dari Kerajaan Maqdis, dan menjadi sorotan dari semua kerajaan yang berada di Benua Cengal. Di ruang serbaguna, telah berkumpul para lulusan dari akademi dan orangtua dari mereka juga berkumpul. Setelah memberikan pengumuman dan penghargaan bagi mereka yang lulus, mereka boleh menetap di akademi sebagai tenaga pengajar atau berkelana kian kemari. Dan bisa juga mengembangkan kemampuan yang mereka miliki untuk sebuah warisan bagi mereka yang menghendakinya. "Azzumar! Apa kamu mempunyai tujuan setelah ini?"

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 41. Perpisahan

    Pagi mulai mengepak. Semua aktivitas sudah berjalan seperti biasa. Baik bagi penduduk, begitu juga pada mereka yang sedang mengasah kemampuannya di akademi. Enes telah bangun dari tidurnya. Dia mendapati dirinya di dalam ruang perawatan, dan penuh dengan perban yang membalut tubuhnya yang terluka. "Apa kamu sudah bangun, Bulan Gelap?" Terdengar suara yang tidak asing baginya sedang menyapanya. "Oh, Harimau Bodoh, kamu sudah sembuh ya?" Jawab Enes. "Hei hei, lihat dulu siapa yang berbaring." Kata Azzumar dengan nada ketus. "Bagaimana keadaanmu saat ini?" Tanyanya. "Sudah mendingan daripada tadi malam." Jawab Enes. "Memangnya siapa kamu lawan, sehingga membuatmu seperti ini?" Tanya Azzumar lagi. "Sesuatu yang kuat," jawabnya singkat. "Bagaimana kalau kita melakukan latih tanding, nanti?" Tanya Enes dengan penasaran. "Tubuhmu aja seperti ini. Hei, aku tidak mau ya dibilang menang nantinya karena kondisimu." Kata Azzumar. "Kita akan latih tanding dua hari lagi di dalam hutan, bag

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 40. Kembalinya Harimau Petir

    Setelah semua persiapan selesai, Rukam dan semua instruktur berkumpul dalam ruang perawatan. Enes, Shazin dan semua teman yang lain, ikut serta dalam penyembuhan ini. Racikan dari Bunga Inti Naga dituangkan ke dalam wadah besar yang telah diisi dengan air. Dan sebuah botol kecil yang terdapat saripati dari bunga itupun diminumkan ke Azzumar. Setelah itu mereka merendam Azzumar ke dalam wadah obat itu. Dalam keadaan tubuh yang tidak sadarkan diri yang direndam di wadah obat, Rukam mengalirkan mananya ke dalam tubuh Azzumar. "Ayo alirkan semua mana dan aura kalian ke dalam tubuhnya, mana dan aura kalian akan dinetralkan oleh cairan ini dan jangan takut, tidak akan terjadi apa-apa kepadanya." Perintah Profesor Rukam kepada semua instruktur dan murid yang berada dalam ruang perawatan itu. Mereka pun mengalirkan mana dan auranya ke dalam tubuh Azzumar. Sehingga semua mana dan aura yang berada di sekitarnya meledak kembali, kemudian menyatu dalam tubuhnya dan dinetralkan oleh kalung yan

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 39. Raja Dari Segala Naga

    Malam kelam yang pecahnya getaran hebat dari Hutan Kesaksian membuat Desa Kutau dan Kota Panja dilanda kepanikan. Begitu juga dengan Akademi Bintang. Para murid yang berada di asramanya, terbang berhamburan ke tengah halaman. Karena getaran itu, adalah getaran terkuat yang selama ini mereka ketahui. Tetapi, Enes dan Shazin tidak mengetahui getaran yang terjadi di malam ini. Karena mereka tertidur begitu lelap disebabkan letih dan lelah yang membebani tubuh mereka. Di atas langit luas yang di temani bintang gemintang berkelipan, dan bulan yang menyinari malam. Nampaklah sosok seekor hewan putih bersayap, terbang dengan kecepatan tinggi melintasi cakrawala malam. Terbang dengan gagahnya, kedua sayapnya mempunyai 7 warna yang indah. Kulitnya dipenuhi sisik yang kuat, dan ekornya yang panjang laksana gergaji besar. Ia terbang mengarah ke timur dari kerajaan Maqdis. Di tempat lain yaitunya Hutan Kematian, terlihat juga seekor hewan besar bersayap. Mempunyai warna hitam pekat yang gelap

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 38. Kunci Semua Cahaya

    Enes dan Shazin memacu tunggangannya. Selepas dari misi, mereka menyempatkan kembali ke hutan kesaksian dan mengembalikan hewan suci milik Elves. Kemudian berjalan kaki untuk pergi ke akademi, dan mereka membawa anak kecil yang bernama Ryu bersama mereka."Bagaimana kabarmu di desaku?" Tanya Shazin sambil berjalan bersama Enes."Kabarku baik, dan mereka semua juga baik kepadaku." Jawab Ryu."Bagaimana ceritanya, kamu bisa bersama dengan kelompok pemburu itu?" Sela Enes. Ryu pun hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Enes."Kalau kamu tidak ingin memberitahu kami, tidak apa-apa." Kata Enes sambil menggaruk kepalanya."Anu.. Kami sebelumnya adalah seorang petani di sebuah desa kecil yang bernama Mildar berada di kerajaan Goris. Kami hidup bahagia walaupun memakan apa adanya. Tetapi, ketika perang terjadi antara kerajaan Goris dan Arakat, keluarga kami di bunuh oleh tentara Arakat dan menjadikanku sebagai rampasan dari peperangan. Adapun pemburu kemarin yang tuan bunuh itu, adalah par

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 37. Gunung Cimuri

    Hari masih subuh, tapi Enes sudah bangun dan menunggu. Dia membawa semua keperluan untuk memasuki Hutan Pinus. Pakaiannya masih sama dengan yang dikenakan kemarin. Pedangnya diselipkan di antara ikat pinggang. Tak lama kemudian, Shazin pun keluar dari kamarnya dengan semua perlengkapannya."Apa dari tadi kamu menungguku?" Tanya Shazin yang keluar dari kamarnya."Tidak," jawabnya singkat."Kalau begitu, mari kita pergi." Kata Shazin.Mereka pun keluar dari rumah yang disediakan goblin, dan melanjutkan perjalanannya. Sementara itu, para goblin tetap menundukkan kepalanya hingga mereka berdua tidak kelihatan.*Setelah lewat tengah hari, mereka berdua akhirnya sampai di Hutan Pinus. Hutan itu tumbuh subur. Dan di tengah hutan itu, terlihatlah sebuah gunung yang menjulang. Enes menyadari bahwa hutan ini tidak biasa. Ia merasakan banyak energi negatif yang keluar dari hutan.Ada banyak celah jalan yang luas dari hutan, dan banyak jalan yang bisa ditempuh di hutan ini, tapi tidak semuanya a

DMCA.com Protection Status