Share

Chapter 5. Iblis Formasi

Mentari sudah mulai muncul. Bukit kesesatan telah bersih dari kabut kebingungan. Udara yang tadinya kotor, sekarang sudah bersih. Setelah bangun dari meditasi, Zera menghampiri Tifany yang masih terbaring.

"Bagaimana kondisimu sekarang?" Tanya Zera.

"Sudah mendingan daripada tadi malam." jawab Tifany. "Di mana penyihir yang menyelamatkan kita?" tambahnya.

"Dia di pintu goa, berjaga semalaman..." belum selesai Zera berkata, Isaac datang menghampirinya.

"Apa kalian sudah bangun? Kalau sudah, mari kita makan sambil bercerita." ajak Isaac sambil menyuguhkan daging panggang yang telah ia tangkap.

"Terima kasih, sangat tidak sopan kalau menolak ajakan orang yang telah menolong kami," sahut Tifany dan Zera.

Mereka bertiga pun makan bersama sambil bertukar cerita.

"Tuan, kalau boleh tahu ke mana tujuan, Tuan?" Zera pun mulai bertanya sambil melahap hidangan daging bakar yang ada di tangannya.

"Sebelum kujawab pertanyaanmu, mengapa kalian berdua bisa berakhir di bukit ini? Padahal bukit ini terdapat banyak penghalang dan formasi yang sangat mengerikan." Isaac bertanya kembali.

"Aku ingin pergi ke Pulau Terapung dan harus melewati bukit ini. Sedangkan dia ingin datang ke sini untuk mengambil mantelnya yang telah dicuri oleh si Ryu." Jawab Zera.

"Apa ini mantel punyamu?" Isaac mengeluarkan sebuah baju dari cincin penyimpanannya.

"Bagaimana bisa mantel keluarga kami di tanganmu?" Tifany langsung berdiri dan ingin memakai busurnya.

"Tenang duku nona muda. Biar aku jelaskan kenapa mantelmu ini ada padaku." Jawab Isaac.

"Ya,  dengarkan dulu jawabannya. Jika ia berniat jahat, maka sedari tadi malam kita tidak akan bisa hidup." Zera membujuknya.

"Baiklah tuan.  Jika begitu, bisakah tuan jelaskan, kenapa mantelku bisa berada di tanganmu?" Tegas Tifany.

"Apa kamu tahu, nama bukit ini?" Isaac kembali bertanya.

"Jangan banyak omong kosong lagi, langsung saja ke intinya," Tukas Tifany.

"Tapi sebelum itu, ambillah dulu mantelmu ini. Jika mantel ini sangat penting bagimu." Isaac menyerahkan mantel itu kepada Tifany tanpa mempedulikan tingkahnya itu.

Tifany pun mengambil  mantelnya itu sambil mengatakan, "Terima kasih." Isaac pun hanya menganggukkan kepalanya.

"Jadi, bagaimana ceritanya mantel keluarga kami sampai di tanganmu, Tuan?" Kembali Tifany bertanya. Sementara itu Zera hanya mendengar saja.

"Sama dengan pertanyaanku tadi, apa kamu tahu nama bukit ini?" Isaac kembali bertanya.

"Sudah jelas nama bukit ini adalah bukit kesesatan,bukan?" Timpal Tifany.

"Tidak, nama bukit kesesatan itu, hanya baru-baru ini saja. Palingan sekitar 6 tahunan. Karena adanya kabut, lebih tepatnya karena adanya formasi kabut kebingungan, formasi iblis tingkat 6 yang membuat bukit ini menjadi suram." Jelas Isaac.

"Tidak hanya itu saja. Sebelumnya bukit ini sangat indah banyak memancarkan mana dan aura murni. Sehingga hewan buas yang mirip monster kita lihat sekarang ini, dulunya adalah hewan spritual yang menuntun para pendaki pengambil tumbuhan herba." Isaac menjelaskan lebih lanjut.

"Jadi, apa nama bukit ini dahulunya, dan siapa yang membuatnya berubah menjadi seperti sekarang ini? " Zera mulai bertanya, yang mana ia tadinya hanya pendengar.

"Nama bukit ini dahulunya adalah Bukit Kesaksian. Sebuah bukit yang mengeluarkan aroma semua kehidupan. Dan tempat mencari tanaman herba bagi para penduduk desa yang berada di kaki bukit. Dan sebagai salah satu mata pencaharian bagi penduduk setempat." Isaac  menjelaskan.

"Namun, kehidupan itu hanya bertahan sebentar. Setelah Enes dan 3 jenderalnya menyerang Kerajaan Maqdis. Dan menetapkan bukit ini menjadi medan perang. Jika bukan karena si Naga Emas dan Dewi Pedang Air, maka desa di balik bukit ini pun akan sama seperti desa desa di bawah kaki bukit ini. Dan berhasil memukul mundur mereka kembali. Namun, Kaijin si Iblis formasi menanamkan formasi bintang 6 sebelum mereka kembali ke kerajaannya. Dan menjatuhkan mantel sihir lautan ini tanpa sepengetahuannya." Isaac menambahkan penjelasannya.

Mendengar cerita Isaac, Zera pun teringat akan paman dan bibinya yang mana mereka pergi dari Gunung Dwargo 6 tahun lalu. Dan Tempest kembali menjemputnya kemudian membawa Zera pergi untuk mengambil Kotak Cahaya. Dan berpisah kembali di Hutan Kematian.

"Jadi, apakah Tuan yang memungutnya?" Tanya Zera.

"Ya, aku mengambilnya tidak lama ini. Karena aku tahu bahwa mantel ini bukan mantel biasa." Jawab Isaac.

"Anu.. Terima kasih banyak, Tuan. Maaf saya salah paham, dan bersikap lancang kepada Tuan." Tifany menundukkan kepalanya dengan perasaan malu dan bersalah.

"Tidak apa-apa, aku paham bagaimana perasaan dan reaksimu." Isaac kembali menenangkan suasana. "Dan tak usah memanggilku memakai kata Tuan, karena aku kurang nyaman dengan panggilan itu. Panggil saja aku kakak atau gimana gitu. Sebab umurku tidak berbeda jauh dari kalian, baru 20 tahunan."

"Baiklah kalau begitu, aku panggil Kak Isaac, bagaimana?" Tanya Tifany. Dan Zera pun cuma menganggukkan kepalanya dengan ucapan Tifany.

"Ok, boleh juga. Karena sekarang kabut sudah hilang dan formasinya rusak. Maka bukit ini sudah bisa kembali seperti semula, walaupun butuh beberapa waktu. Karena tujuan kita sama, ingin pergi ke Pulau Terapung, bagaimana kalau kita Barangan?" Ajak Isaac.

"Bagus juga, lagian kita mempunyai arah tujuan yang sama. Bagaimana denganmu Tifany? Karena tujuanmu untuk mencari mantel ini telah tercapai, apa kamu ingin kembali ke lautan atau ikut dengan kami ke Pulau Terapung? Tanya Zera?

"Aku akan ikut denganmu Zera, lagian aku sudah mempunyai tujuan yang baru." Jawab Tifany.

"Tapi sebelum itu istirahatlah dahulu, Pulihkan luka dan staminamu. Setelah tiga hari, baru kita berangkat." Isaac memberi masukan.

"Baiklah, kami di bawah pengawasanmu Kak Isaac." Mereka menjawab serentak.

Lalu mereka tinggal di Bukit Kesaksian selama tiga hari. Selama itu, Zera memulihkan stamina dan energinya. Di malam hari, ia bermeditasi, sedangkan di waktu pagi ia  pergi berburu hewan dan tanaman herba. Dan di siang hari ia berlatih tanding dengan Isaac. Begitulah kegiatannya selama tiga hari. Karena ia mengetahui bahwa ia masih lemah dan kurang pengalaman dalam menghadapi sihir dan menghancurkan formasi. Maka dari itu ia sering berlatih tanding dengan Isaac yang merupakan seorang penyihir bintang dan juga ahli dalam formasi sihir. Untuk melengkapi kekurangannya terhadap sihir dan formasi, ia pun mulai mempelajari sihir combat. Sebuah sihir yang bisa digunakan untuk pertarungan jarak dekat.

Jika pengguna aura mempelajari sihir yang merupakan jalur mana, maka hal ini bisa dikatakan langka. Kebetulan juga dengan metode aura yang dipelajari Zera, maka mempelajari sihir serta menggunakannya bukan hal yang mustahil. Sebab tak ada yang mustahil di dunia ini, karena sebuah kekurangan akan menjadi sebuah keistimewaan yang gemilang. Dengan mengetahui fakta ini, Isaac meluangkan waktunya untuk melatih Zera dalam penguatan sihir combat yang dilapisi dengan aura selama tiga hari. Selepas dari waktu itu, mereka pun memulai perjalanan untuk mencapai Pulau Terapung.¤

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status