Pagi yang cerah. Mentari sudah menampilkan karismanya. Setelah istirahat selama tiga hari di goa bukit kesaksian, Zera, Tifany dan Isaac memulai perjalanan untuk mencapai Pulau Terapung dengan berjalan kaki. Sebab tidak jauh dari balik bukit ini ada sebuah desa yang bisa membuat mereka beristirahat untuk sebentar sebelum melanjutkan perjalanan kembali.
"Kira-kira berapa lama kita akan sampai di desa terdekat, Kak Isaac?" Tanya Tifany sambil berjalan dengan kelelahan. "Kisaran 2 jam lagi kita akan sampai. Apa kamu sudah lelah? Kalau iya kita istirahat sebentar." Jawab Isaac. "Ayo kita istirahat dulu 15 menit, Kak Isaac!" Ajak Zera sambil menghampiri sebuah pohon yang agaj rindang. "Baiklah, kita istirahat dulu." Isaac dan Tifany pun ikut menghampirinya dan duduk. Dan mengeluarkan sebotol air dari cincin penyimpanannya. Sedang asyik duduk dan bersandar di bawah pohon, terdengar suara yang agak bising oleh Zera dan Isaac. "Kayaknya kita telah dikepung, Kak Isaac?" Zera mengambil pedangnya dan berdiri. "Seperti katamu, Zera. Mereka agak sedikit banyak." Jawab Isaac dan sambil mengeluarkan tongkat sihirnya. "Tks, kenapa selalu begini sih setiap kita berjalan," timpal Tifany. Whusss..... Sebuah kapak besar melayang yang hampir mengenai Tifany. Dan dengan gesit Tifany menembakkan panah ke arah tempat kapak itu berasal. "Panah hujan es," panahnya pun melesat cepat hingga memberikan kebekuan. Dengan melesatnya panah Tifany, segerombolan Orc keluar yang dipimpin oleh Orc Champion. Orc adalah monster rank B, dan sering berburu berkelompok. Setiap bulan purnama, mereka sering datang ke desa-desa terdekat untuk menghancurkan dan menculik manusia untuk dijadikan santapan. Namun, adakalanya Orc keluar untuk berburu, dan akan menyergap mangsanya. "Oi Tifany, kayaknya kamu berhasil memancingnya keluar," Ungkap Zera. Orc itu pun memburu mereka bertiga dan melawannya sampai mereka mati. "Kayaknya kita tidak bisa bersantai Kak Isaac," Ucap Tifany. "Aku setuju dengan perkataanmu, Fany." Isaac pun mengeluarkan mantra sihirnya. "Sihir bintang, Racun Scorpion," keluarlah asap biru mengarah ke para Orc. Sihir racun kalajengking merupakan debuff yang kuat untuk melemahkan para Orc. "Oi Zera, Fany! Sekarang giliran kalian!" Isaac memberitahu sinyal kepada mereka. "Ok Kak," sahut mereka. "Langkah angin," Shuuut..... Zera pun melesat dengan kecepatan tinggi. "Tebasan lengkung Pedang Petir." Ting... Duargh... Memancarlah petir yang seperti melengkung memotong tubuh Orc. "Grrrh... Grrrrh.. " Para orc yang melihat pun merasa ketakutan. Melihat hal ini, Tifany pun tak mau tinggal diam dan mengambil busurnya dan melancarkan serangan. "Panah angin es." Shuuuut... Tuuung. Shuuut.... Tuuuung. Melajulah angin kencang yang diiringi kedinginan es menusuk tubuh Orc. Serangan mereka pun berhasil membuat para Orc berjatuhan. Hanya saja Orc Champion yang mempunyai kemampuan rank tinggi yang tidak lain rank SS karena telah banyak pertempuran yang ia lalui tidak bergeming sedikit pun. Orc itu pun melepaskan serangan balik, dan maju dengan kekuatan yang besar. Karena nalurinya memberitahunya bahwa lawan yang ia hadapi bukanlah lemah. Clank... Teng.... Tang.... Zera pun melayaninya dengan segenap kekuatannya. Namun, Zera terpukul mundur dengan kekuatan gada orc champion itu. "Tsk... Sepertinya aku akan sedikit berlebihan kali ini. Oii Tifany! Tembakan panahmu dulu." Pinta Zera. Dengan sinyal itu Tifany pun memberikan serangan jangkauan yang luas. "Panah combo hujan badai es," zhuiii......... Serangan yang sangat luas. Sehingga urat kayu pun akan terbongkar dan membeku. Orc champion pun mengeluarkan gadanya kembali dan memukuli tanah di depan pijakannnya. Isaac memberikan sihir temeng kepada dirinya dan Tifany. Dengan demikian mereka tidak akan terkena dampak dari serangan luas itu. Setelah mengumpulkan aura Zera membuat kuda-kuda untuk melancarkan serangannya. "Jurus pemungkas langkah pertama, Tebasan Pedang Kaisar Petir Gabungan Bebas." Melesatlah Zera secepat kilat seperti garis gabungan menebas dan membelah orc champion itu dengan diikuti cahaya petir biru. Duaaaargh...... Duaaargh... Terdengarlah gemuruh yang sangat keras di langit. Selepas suara itu berhenti, maka pertarungan itu pun usai. Setelah itu, Zera mengambil inti orc champion supaya bisa digunakan untuk meningkatkan aura mana. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan untuk sampai ke desa terdekat. ** Di Tower Kehidupan Pulau Terapung yang terletak di Ibu Kota Kerajaan Maqdis. Tempest sedang meneliti di ruangannya tentang Inti Naga. Sedang fokus dalam penelitian terdengar suara yang gaduh dari luar ruangan. Gedebak... Bunyi suara pintu yang terdorong kuat. "Tempest!!! Beraninya kamu fokus terhadap penelitianmu ketika kamu datang sendiri ke tempat ini yang katanya kamu pergi menjemputnya." Seorang perempuan menarik kerah baju Tempest dengan nada marah. "Tenang Azzura. Tenang, dia akan sampai ke sini dengan selamat. Lagian, dia tumbuh besar dengan keahlian bela diri yang tinggi." Bujuk Tempest dengan wajah pucat sambil memegang kepala belakangnya. "Tidak akan ada yang bisa menyakitinya," timpal Tempest menambah perkataannya. "Awas saja, jika ia terluka parah di luar sana, akan kujadikan kamu daging sate cincang." Bentak Azzura dan ia pun keluar dari ruangan Tempest sambil membanting pintu. "Aduh... Dia tidak pernah berubah setelah sekian lama. Maka dari itu, tidak ada orang yang mau menjadi suaminya." Tempest berbicara sendiri sambil melanjutkan penelitiannya. "Omong-omong, apa dia baik-baik saja kah? Tsk... Bocah itu selalu buat orang khawatir sejak dulu." ** Istana Rayan, Kerajaan Gaffar. Nampak gelap dan penuh mana iblis. "Apa semua jenderal sudah berkumpul?" Pertanyaan Kazen yang sedang berjalan kepada Lonjing. "Sudah, Jenderal. Semuanya sudah berkumpul dan duduk di ruang pertemuan. Hanya saja aura mereka memenuhi ruangan, sehingga para prajurit bayangan tidak kuat menahan aura mereka." Jawab Lonjing dengan nada rendah dan penuh kehati-hatian. "Kalau begitu, mari kita percepat langkah kita." Tidak berapa lama mereka berdua memasuki ruang pertemuan. Ketika mereka masuk, Ryu dan Kaijin memasang niat membunuh yang kuat diarahkan kepada Kazen dan Lonjing. Kazen mengeluarkan auranya untuk membentengi bawahannya. Lonjing dengan seketika tersontak menggigil melihat aura niat membunuh yang dipancarkan oleh Jenderal Ryu dan Kaijin. Jika tidak dia tidak dibentengi dengan aura yang dimiliki Jenderal Kazen, maka dengan seketika, dia akan tersungkur jatuh. "Jen...Jenderal.." Kata Lonjing dengan terbata. "Tenang saja, dan cepat kembali ke regumu," Sambil tersenyum tipis, Kazen menenangkan bawahannya. Dan Lonjing pun memberi salam hormat kepada atasannya kemudian kembali ke regu yang dipimpinnya. "Tsk. Hoiii... Kazen! Kamu meminta kami datang, tapi lihat, kamu sendiri yang datangnya terlambat. Kebiasaanmu itu tak pernah berubah dari dulu." Sapa Kaijin dengan nada kesal. "Maaf, aku ada keperluan mendadak tadi. Maka dari itu aku terlambat." Jawab Kazen dengan senyuman tipis. Melihat senyuman itu Kaijin bertambah kesal. "Langsung saja, kenapa kamu mengumpulkan kami?" Tanya Kaijin. Tanpa basa basi, Kazen langsung ke inti pembicaraan. "Bukit Kesesatan sudah dimurnikan." Mendengar hal itu mereka berdua sontak terkejut.¤Siang berdentang. Udara terasa hambar karena terik matahari sedang menggila. Dalam ruang pertemuan, udara terasa pengap dan berat."Jadi bukit itu telah dimurnikan, ya?" Tanya Kaijin kepada Kazen."Apa kamu tidak merasakannya? Padahal kamulah yang memasang penghalang dan formasi tingkat enam itu." Jawab Kazen dengan senyuman tipis."Aku merasakannya empat hari lalu, namun aku hanya acuh saja. Lagian mana ada orang bisa menghancurkan formasi yang kubuat." Timpal Kaijin."Memangnya kenapa jika formasi itu hancur dan bukit telah dimurnikan? Lagian tidak akan ada untung dan ruginya buat kita, bukan? Ryu bertanya datar sambil menyalakan rokoknya."Tentu ada untung dan ruginya bagi kita. Apa kamu ingat ketika peperangan 6 tahun lalu di bukit itu?" Kazen menepis perkataan Ryu."Kerugian yang kita dapati jika bukit itu telah dimurnikan adalah kawasan dan sumber daya. Sebab bukit itu bagaikan benteng kekuatan antara kegelapan dan cahaya. Ketika bukit itu menyimpan kegelapan, maka kekuatan Yang
Malam mulai datang. Setelah kejadian heboh di sore tadi. Orang-orang banyak menyebarkan rumor di setiap penginapan dan restoran. Salah satu penginapan itu bernama Mawar Putih."Hei! Apa kamu lihat fenomena di sore tadi?" Seseorang sedang berbicara dengan teman di meja makannya."Iya, aku lihat. Fenoma yang sangat dahsyat. Apakah mungkin Sang Legenda akan terlahir kembali?" Tanya temannya kembali."Bisa jadi. Karena telah 1000 tahun cerita itu diturunkan secara turun-temurun disetiap keluarga yang ada di kerajaan ini." kata temannya satu lagi."Betul, pernah nenekku mengatakan dahulu bahwa suatu hari nanti akan terlahir kembali legenda yang akan melindungi kita semua dari kegelapan yang hampa. Dia adalah orang yang mempunyai aura dan mana dalam satu tubuh." Teman yang lain pun menambahkan perkataan temanya."Apakah mungkin aura dan mana bersatu dalam satu tubuh? Kebanyakan dari kita hanya mempunyai salah satu di antaranya.""Bisa jadi hal itu menjadi mungkin berkumpulnya dua energi itu
Dalam ruangan yang penuh dengan semua karya Blacksmith, Zera dan Isaac masih menunggu. Sudah berlalu 3 jam sejak masuk toko itu. Tak lama sesudah itu, blacksmith itu menghampiri dan memperhatikan mereka dari dekat tanpa mereka sadari. Mulai dari kesinambungan mana dan aura, blacksmith itu menganggukkan kepalanya. "Ada yang bisa dibantu, Tuan?" Sapa Blacksmith itu kepada mereka. Zera dan Isaac pun terkejut dengan sapaan itu. Sebab mereka tidak merasakan hawa keberadaannya. "Sungguh hawa keberadaan yang sangat halus. Bahkan kami pun tak merasakannya." Kata hati Zera dan Isaac. "Ini, Tuan..." Belum sempat Zera melanjutkan perkataannya, blacksmith itu lansung memotong pembicaraan. "Panggil saja aku Pak Tua Bruq. Namaku Bruq Romander. Dari keluarga Romander ras Dwarf." Pak tua itu menepuk pakaiannya yang terkena debu. "Jadi apa ada yang bisa kubuantu buat kalian." Imbuhnya. "Bisakah kamu menyatukan isi dalam kotak ini dengan pedangku." Zera mengeluarkan sebuah kotak yang berukir lam
Malam muncul dengan kedinginan pekat. Purnama telah menerang di langit malam. Tower Kehidupan di Pulau Terapung terdengar sangat riuh. Karena Raja kerajaan ini datang bersama pengawal elitnya yang tersembunyi di dalam kegelapan. Dengan terburu-buru, satu murid di tower itu mencari Tempest sang penguasa tower untuk memberitahukan kedatangan raja. "Guru! Raja beserta pengawalnya datang ke sini." Kata murid itu kepada Tempest. "Iya, aku telah mengetahuinya. Di mana raja sekarang?" Tanya Tempest. "Dia berada di ruang tamu, guru." Jawab muridnya. Mereka pun bersegera ke ruang tamu untuk menemui raja. Setelah sampai di dalam ruangannya. "Maafkan aku, Yang Mulia. Aku tidak tahu akan kedatanganmu ke mari. Biasanya, Yang Mulia mengirim surat terlebih dahulu kepadaku untuk mengabari kedatanganmu." Kata Tempest sambil menundukkan kepalanya memberi hormat kepada raja. "Tempest, temanku! Apakah salah, seorang teman datang untuk menemui temannya? Apakah kamu sendirian? Di mana Dewi Peda
Dini hari. Udara terasa dingin seumpama es yang datang. Bulan masih nampak terang. Bagaikan lingkaran cincin menemani kedinginan dini hari. Gumpalan awan pun beriring dihembuskan angin.Zera terjaga dari tidurnya di sebuah kamar yang ia sewa selama 6 hari ini. Setelah mencuci muka, ia berjalan keluar penginapan dengan pedang yang terselip di pinggangnya untuk menghirup udara segar di pagi dini hari. Kemudian melangkah ke hutan yang pernah ia tempuh untuk melatih kemampuan pedangnya.Wajar jika Zera ingin berlatih karena semenjak ia menembus mana aura bintang 7 dan mendapatkan pedang baru, belum sekali pun ia meregangkan tubuhnya. Sehingga seluruh tubuhnya merasa kaku. Hal itu disebabkan karena Zera dan Isaac pergi mencari beberapa herba yang akan ia gunakan untuk membuat pil.Zera mulai melatih staminanya dengan berlari menggunakan Langkah Angin. Sebuah langkah cepat yang bergerak secepat angin. Langkah ini ia pelajari dari buku yang pernah diberikan oleh bibinya (Azzura). Karena bibi
Dalam pertarungan itu, empat raja Spirit dan empat hewan suci datang menahan serangan Zera supaya tidak membabat semua hutan dan penghuninya. "Wahai Sang Kaisar Agung semua galaksi, tahanlah amarahmu dan berilah belas kasihmu terhadap semua penghuni hutan ini!" Suara mereka bergema ke seluruh hutan dan memohon pengampunan kepada Zera. Karena mereka melihat bayangan Kaisar Agung yang berada di atas Naga Bintang tunggangannya. Tubuh Zera pun berdiri melayang terbang dengan gagahnya dan memancarkan mana aura yang sangat kuat, sehingga semua penghuni hutan tunduk kepadanya. "Hei empat spirit alam, dan kau empat hewan! Beri pemahaman kepada makhluk telinga panjang yang sombong itu. Jangan sekali-kali mengusik ketenanganku. Aku bersikap lunak, bukan berarti aku takut. Jika tidak, akan kumusnahkan semua rasnya sehingga tidak akan pernah ada lagi di bintang ini." "Baik, Kaisar Agung. Akan kami ingat nasihatmu." Kata mereka. "Hei Vatsal! Apa kamu mau terus bersembunyi? Atau mau kucabut se
Kokok ayam bersahutan membangunkan Zera. Dia beringsut turun dari dipannya dan membuka jendela kamar. Mentari belum terbit, langit pun masih terlihat gelap. Namun, temaram cahaya dari lampu minyak membantunya melihat pemandangan desa Elves. Sudah tiga hari sejak Zera tiba di desa ini. Isaac, Tifany dan Bruq pun juga datang ke desa ini karena merasakan energi yang sangat kuat. Namun, setelah mereka tahu bahwa energi itu milik Zera, barulah mereka agak tenang. Zera pun tersenyum sendiri ketika melihat ada orang yang khawatir tentang dirinya. Setelah tubuhnya merasa lebih baik dari hari sebelumnya, Zera pun turun dari rumah yang berada di atas pohon tempatnya tinggal yang disediakan oleh para Elves untuk kembali melatih tubuhnya. Setelah melatih tubuh dan menjernihkan pikiran, Zera kembali ke tempatnya tinggal. Didapatkannya Isaac, Tifany dan Bruq sudah menantinya untuk sarapan. "Maaf, apa sudah dari tadi kalian menungguku?" Tanya Zera kepada mereka setelah memasuki rumah itu. "Ta
Zera dan rekannya yang dipandu Kepala Desa telah tiba di dekat Pohon Dunia. Para Elves pun menyusul mereka dari belakang untuk melihat hal yang sama. Diamatilah pohon itu oleh Zera. Dan memang betul apa yang telah dikatakan oleh Tetua Elves, bahwa salah satu dari akar Pohon Dunia memang menjadi hitam pekat namun tidak rapuh. Hitamnya bagaikan gelap malam yang diganduli awan hitam tebal yang akan menuruni hujan. Namun, Zera, Isaac, Tifany dan Bruq tidak merasakan sama sekali energi terkontaminasi yang disebutkan oleh Tetua Elves. Tadi Zera hanya merasakan energi yang berbeda dari para Elves. Kemudian Zera secara spontan memegang akar yang berwarna hitam gelap itu. Dialirinya akar itu dengan mana auranya dan berusaha mengangkat akar itu keluar. Sebelum akar itu keluar, Zera hampir menghabiskan semua energinya. Melihat hal demikian, Bruq, Isaac dan Tifany juga mengaliri mana dan aura mereka ke tubuh Zera untuk membantu Zera memulihkan energi yang hampir habis itu. Tetua Elves juga
Azzumar dan Azzura pun memulai perjalanan mereka untuk melihat dunia dari segi sisi yang berbeda. Banyak yang telah mereka lihat, dimulai dari Kerajaan Rael, Kerajaan Arakat, dan Kerajaan Goris. Mereka berdua memasuki semua kerajaan itu, dan melihat sisi gelap dari sebuah kehidupan. Terutama, tentang sebuah hukum yang ada di setiap kerajaan, hukum dan peraturannya bagaikan sebuah benang laba-laba. Kuat kepada mangsa yang kecil, namun tidak berkutik melihat mangsa yang besar. Begitulah mereka berdua melihat semua hukum dan peraturan yang berada di setiap kerajaan yang mereka lalui. Azzumar dan Azzura melihat para bangsawan yang melakukan tindakan elegal, seperti penjualan manusia, barang yang terlarang untuk kehidupan, dan bahkan memonopoli harga pasar serta korupsi yang menjadi-jadi, dibiarkan saja oleh hukum. Jika pun mereka ditangkap, besoknya mereka kembali dilepaskan. Sedangkan, mereka yang rakyat jelata yang tidak ada mata pencaharian kecuali menebang kayu bakar dan dijual, mer
Seminggu sudah pertempuran terjadi. Setelah kembali dari Gunung Cimuri, Tempest dan Azzura langsung membantu semua rekan yang ikut dalam pertempuran. Akademi Bintang telah hancur dari Kerajaan Maqdis, akibat pertempuran itu. Banyak para rekan akademi yang mati dan terluka. Bukan hanya mereka, tetapi penduduk dan tentara kerajaan juga banyak yang mati dan terluka. Bisa dikatakan, korban yang mati mencapai 10000 jiwa, sedangkan yang terluka mencapai 15000 jiwa. Baik dari murid akademi ataupun dari penduduk dan tentara. Di pihak kerajaan mendapatkan kemalangan yang tinggi dari pertempuran melawan invasi iblis dan monster. Soalnya, raja dari kerajaan Maqdis, mati dalam pertempuran sengit itu. Dia dibunuh oleh 3 kapten iblis ketika pertempuran terjadi. Sehingga Babel Loza langsung diangkat menjadi raja oleh para menteri untuk menggantikan ayahnya. Adapun Shazin dan Louyi tidak mempunyai luka yang parah, namun mereka berdua kehabisan energi karena intensnya pertarungan yang mereka hadapi.
Mereka berempat pun tiba di Hutan Kematian. Enes tidak sempat menghindari formasi teleport itu. Sehingga membuatnya datang ke tempat tandus itu bersama dengan Azzumar dan dua rekannya. Adapun Louyi tidak ikut teleport bersamanya, karena ia membantu memberikan buff kepada Shazin dan semua orang untuk menghancurkan iblis dan monster yang menginvasi akademi. "Tsk. Kalian bertiga cukup berani melawanku, Sang Raja Kegelapan ini." Kata Enes. "Kamu bukanlah Raja Kegelapan, kamu hanya iblis yang memakai tubuh temanku, sama seperti kita bertemu untuk pertama kali." Jawab Azzumar dengan melancarkan serangan pertamanya. "Gehaha, aku cukup terkejut bahwa kamu masih bisa hidup sampai sekarang Bocah Petir. Sudah sebelas tahun kita tidak bertemu." Kata Enes sambil menangkis serangan dari Azzumar. "Azzura, Tempest, ayo kita selesaikan iblis ini." Kata Azzumar, dan mengeluarkan kedua pedangnya. "Ayo..." Jawab mereka. Kemudian mereka bertiga melancarkan serangan untuk menghadapi Lucifer yang mema
Waktu terus berjalan tanpa henti. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan pun berganti tahun. Tepatnya sudah 11 tahun para murid berada di akademi. Banyak yang sudah lulus dari akademi ini. Dan rombongan pada tahun ini adalah mereka yang mendapatkan perhatian dari seluruh pihak akademi. Baik instruktur maupun para senior darinya. Bisa dikatakan rombongan tahun ini adalah rombongan terbaik di atas yang terbaik. Karena kontribusi mereka menjadi acuan dalam perkembangan dari Kerajaan Maqdis, dan menjadi sorotan dari semua kerajaan yang berada di Benua Cengal. Di ruang serbaguna, telah berkumpul para lulusan dari akademi dan orangtua dari mereka juga berkumpul. Setelah memberikan pengumuman dan penghargaan bagi mereka yang lulus, mereka boleh menetap di akademi sebagai tenaga pengajar atau berkelana kian kemari. Dan bisa juga mengembangkan kemampuan yang mereka miliki untuk sebuah warisan bagi mereka yang menghendakinya. "Azzumar! Apa kamu mempunyai tujuan setelah ini?"
Pagi mulai mengepak. Semua aktivitas sudah berjalan seperti biasa. Baik bagi penduduk, begitu juga pada mereka yang sedang mengasah kemampuannya di akademi. Enes telah bangun dari tidurnya. Dia mendapati dirinya di dalam ruang perawatan, dan penuh dengan perban yang membalut tubuhnya yang terluka. "Apa kamu sudah bangun, Bulan Gelap?" Terdengar suara yang tidak asing baginya sedang menyapanya. "Oh, Harimau Bodoh, kamu sudah sembuh ya?" Jawab Enes. "Hei hei, lihat dulu siapa yang berbaring." Kata Azzumar dengan nada ketus. "Bagaimana keadaanmu saat ini?" Tanyanya. "Sudah mendingan daripada tadi malam." Jawab Enes. "Memangnya siapa kamu lawan, sehingga membuatmu seperti ini?" Tanya Azzumar lagi. "Sesuatu yang kuat," jawabnya singkat. "Bagaimana kalau kita melakukan latih tanding, nanti?" Tanya Enes dengan penasaran. "Tubuhmu aja seperti ini. Hei, aku tidak mau ya dibilang menang nantinya karena kondisimu." Kata Azzumar. "Kita akan latih tanding dua hari lagi di dalam hutan, bag
Setelah semua persiapan selesai, Rukam dan semua instruktur berkumpul dalam ruang perawatan. Enes, Shazin dan semua teman yang lain, ikut serta dalam penyembuhan ini. Racikan dari Bunga Inti Naga dituangkan ke dalam wadah besar yang telah diisi dengan air. Dan sebuah botol kecil yang terdapat saripati dari bunga itupun diminumkan ke Azzumar. Setelah itu mereka merendam Azzumar ke dalam wadah obat itu. Dalam keadaan tubuh yang tidak sadarkan diri yang direndam di wadah obat, Rukam mengalirkan mananya ke dalam tubuh Azzumar. "Ayo alirkan semua mana dan aura kalian ke dalam tubuhnya, mana dan aura kalian akan dinetralkan oleh cairan ini dan jangan takut, tidak akan terjadi apa-apa kepadanya." Perintah Profesor Rukam kepada semua instruktur dan murid yang berada dalam ruang perawatan itu. Mereka pun mengalirkan mana dan auranya ke dalam tubuh Azzumar. Sehingga semua mana dan aura yang berada di sekitarnya meledak kembali, kemudian menyatu dalam tubuhnya dan dinetralkan oleh kalung yan
Malam kelam yang pecahnya getaran hebat dari Hutan Kesaksian membuat Desa Kutau dan Kota Panja dilanda kepanikan. Begitu juga dengan Akademi Bintang. Para murid yang berada di asramanya, terbang berhamburan ke tengah halaman. Karena getaran itu, adalah getaran terkuat yang selama ini mereka ketahui. Tetapi, Enes dan Shazin tidak mengetahui getaran yang terjadi di malam ini. Karena mereka tertidur begitu lelap disebabkan letih dan lelah yang membebani tubuh mereka. Di atas langit luas yang di temani bintang gemintang berkelipan, dan bulan yang menyinari malam. Nampaklah sosok seekor hewan putih bersayap, terbang dengan kecepatan tinggi melintasi cakrawala malam. Terbang dengan gagahnya, kedua sayapnya mempunyai 7 warna yang indah. Kulitnya dipenuhi sisik yang kuat, dan ekornya yang panjang laksana gergaji besar. Ia terbang mengarah ke timur dari kerajaan Maqdis. Di tempat lain yaitunya Hutan Kematian, terlihat juga seekor hewan besar bersayap. Mempunyai warna hitam pekat yang gelap
Enes dan Shazin memacu tunggangannya. Selepas dari misi, mereka menyempatkan kembali ke hutan kesaksian dan mengembalikan hewan suci milik Elves. Kemudian berjalan kaki untuk pergi ke akademi, dan mereka membawa anak kecil yang bernama Ryu bersama mereka."Bagaimana kabarmu di desaku?" Tanya Shazin sambil berjalan bersama Enes."Kabarku baik, dan mereka semua juga baik kepadaku." Jawab Ryu."Bagaimana ceritanya, kamu bisa bersama dengan kelompok pemburu itu?" Sela Enes. Ryu pun hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Enes."Kalau kamu tidak ingin memberitahu kami, tidak apa-apa." Kata Enes sambil menggaruk kepalanya."Anu.. Kami sebelumnya adalah seorang petani di sebuah desa kecil yang bernama Mildar berada di kerajaan Goris. Kami hidup bahagia walaupun memakan apa adanya. Tetapi, ketika perang terjadi antara kerajaan Goris dan Arakat, keluarga kami di bunuh oleh tentara Arakat dan menjadikanku sebagai rampasan dari peperangan. Adapun pemburu kemarin yang tuan bunuh itu, adalah par
Hari masih subuh, tapi Enes sudah bangun dan menunggu. Dia membawa semua keperluan untuk memasuki Hutan Pinus. Pakaiannya masih sama dengan yang dikenakan kemarin. Pedangnya diselipkan di antara ikat pinggang. Tak lama kemudian, Shazin pun keluar dari kamarnya dengan semua perlengkapannya."Apa dari tadi kamu menungguku?" Tanya Shazin yang keluar dari kamarnya."Tidak," jawabnya singkat."Kalau begitu, mari kita pergi." Kata Shazin.Mereka pun keluar dari rumah yang disediakan goblin, dan melanjutkan perjalanannya. Sementara itu, para goblin tetap menundukkan kepalanya hingga mereka berdua tidak kelihatan.*Setelah lewat tengah hari, mereka berdua akhirnya sampai di Hutan Pinus. Hutan itu tumbuh subur. Dan di tengah hutan itu, terlihatlah sebuah gunung yang menjulang. Enes menyadari bahwa hutan ini tidak biasa. Ia merasakan banyak energi negatif yang keluar dari hutan.Ada banyak celah jalan yang luas dari hutan, dan banyak jalan yang bisa ditempuh di hutan ini, tapi tidak semuanya a