Babel Loza mendesah, ia sangat sadar bahwa peperangan akan terjadi dalam 1 minggu. Ia sangat khawatir tentang rakyatnya. Karena peperangan akan banyak merenggut nyawa. Surat jawaban yang ia berikan kepada utusan negara luar, sekarang menjadi beban baginya. Karena, selain dari urusan luar, masalah dari dalam pun juga tumbuh. Dia sekarang tidak mau ambil pusing tentang urusan dari dalam. Yang tampak baginya adalah bagaimana cara untuk mencegah korban yang banyak antara kedua belah pihak. Sebab yang akan Babel Loza lawan adalah negara yang berisi manusia yang sama dengannya. Jika ia berperang untuk melawan monster, maka ia akan mati-matian untuk ikut serta dan membakar semangat pasukannya. Tetapi sekarang ia akan melawan musuh dari jenis ras yang sama. Jika tidak melawan musuh itu, ia dan rakyatnya akan disuruh tunduk oleh ras sama dengannya kepada Raja Kegelapan. Bagaikan memakan buah Simalakama. Dalam pikiran berat itu terdengarlah orang mengetok pintu ruang kerjanya. Tok Tok Tok.
Satu hari sebelum perang terjadi. Namun, sudah bergemuruh hebat. Para penduduk sudah dievakuasi ke Kuil Tomouka agar mereka tidak terlibat. Para wanita dan anak-anak serta orang yang sudah tua renta diungsikan. Sebab, hal itu sudah menjadi kode etik dalam peperangan. Kerajaan Maqdis sudah siap dalam perang ini. Baik secara fisik ataupun mental. Tak ada lagi yang harus dikhawatirkan. Setelah menyusun strategi yang begitu matang, pasukan kerajaan mengadakan upacara pelepasan yang dipimpin oleh Raja Babel Loza. Dalam pelepasan itu, raja membakar semangat prajurit untuk mencapai puncaknya. "Rakyatku yang tercinta! Di luar sana sudah berdiri tenda-tenda pasukan dari tiga kerajaan. Mereka siap akan melumpuhkan kita, sehingga kerajaan kita akan hilang dari daratan Benua Cengal. Mereka cukup yakin dengan kekuatannya. Padahal mereka berada di ras yang sama seperti kita. Mereka menyuruh kita untuk tunduk kepada kegelapan. Tetapi aku memberikan jawaban bahwa kita tidak akan tunduk seperti mer
Setelah perjalanan panjang, Zera dan keempat rekannya akhirnya tiba di Kota Panja. Kota sebelah Timur dari Kerajaan Maqdis. Mereka pun berhenti di alun-alun kota, tepat di sebelah air mancur. Pada saat itu menjelang tengah hari, matahari terasa panas dan bersinar dari sela-sela awan yang tebal. Kemudian mereka berjalan melewati keramaian di alun-alun, lalu menyusuri deretan bangunan dan berhenti di sebuah bar yang terpampang papan nama Tujuh Bintang Merdeka. Zera pun membaca papan nama itu sedangkan rekan-rekannya telah masuk duluan sambil memilih meja yang akan ditempati. Setelah mendapat meja, mereka pun duduk. Tidak lama, pelayan bar itu datang menghampiri mereka dan bertanya, "Mau pesan minuman?" "Ya, bawakan kami minuman dan makanan khas kota ini untuk porsi 5 orang," kata Isaac. "Baiklah." Jawab pelayan itu. Dan ketika pelayan itu mau pergi, Bruq berkata. "Tunggu sebentar." Sapa Bruq. "Ada apa?" Kata pelayan itu. "Bawakan juga arak dan daging," kata Bruq. "Baik," kata s
Perang mulai berkecamuk setelah perang tanding. Pasukan Kerajaan Maqdis membagi empat kelompok. Adapun Tower Kehidupan yang dipimpin oleh Tempest berada di garis depan, dan bertarung bersama dengan Jenderal Kuo. Merupakan kelompok pertama yang membawa pasukan sebanyak 1500 orang. Mereka berdua beserta pasukannya mengahadapi pasukan dari Arakat dan langsung bertemu dengan dua jenderalnya. Pertempuran sengit pun terjadi, ketika sedaging peperangan sedang terjadi, Jenderal Kuo bertemu dengan Jenderal Kur Niaji. Mereka berdua merupakan ahli pedang tingkat master. "Bagaimana kabarmu, Kuo? Apa kamu masih tertambat pada aura bintang 8?" Sapa Kur Niaji dengan nada merendahkan. "Kur Niaji, kamu tak beda dengan dulu. Seperti anjing yang selalu menggonggong bila bertemu dengan orang." Kuo membalas katanya. "Bagaimana kalau kita selesaikan urusan yang telah lama terbengkalai?" Imbuhnya sambil mengarahkan pedang kepada Kur Niaji. "Aku juga ingin menyelesaikan urusan kita yang telah tertunda. H
Seminggu sudah peperangan terjadi. Keadaan mulai membaik dan rakyat telah memulai aktivitasnya seperti sedia kala. Kerajaan Maqdis telah bertambah besar kejayaannya karena perang ini. Adapun Kerajaan Arakat, Rael dan Goris, sekarang sudah kalah dan tunduk oleh Kerajaan Maqdis. Karena kerajaan kini sudah mulai meluas, maka direncanakan untuk menjadi kekaisaran yang sedang dibahas dalam ruang rapat kerajaan. Namun, hal ini ditentang oleh Tempest dan Azzura. "Yang Mulia, perang memang telah usai. Tetapi merebut wilayah kerajaan mereka, serta mengklaimnya menjadi milik kita, itu adalah sesuatu yang salah." Ucap Tempest, dengan nada yang rendah. "Ini kan termasuk kompensasi dari peperangan, karena mereka telah menyerang kita." Jawab salah seorang bangsawan yang menghadiri rapat itu. "Apakah kompensasi harus sampai sebegitunya, hingga kita harus merebut tanah milik mereka? Jika iya, maka kita tak ubahnya sebagai penjajah." Sela Azzura. "Kami menghargai kontribusimu dalam perang ini, Dew
Enes terbangun dalam kultivasinya, ia merasakan rencana yang telah disiapkan secara matang telah gagal lagi. "Cih... Sepertinya aku harus turun tangan sendiri untuk mengambil semuanya kembali, Lucifer." Kata Enes dengan suara yang berat. "Memang begitu sepertinya, Enes. Kita tidak akan bisa menguasainya jika kita hanya bersantai. Tapi, untuk sekarang ini, kamu fokus aja untuk menyerap semua esensi mana hitam Hydra dulu, agar menembus batasanmu. Biar aku memberikan bantuan dan memengaruhi mana yang berada pada setiap inti monster dan mana alam." Jawab Lucifer. "Baiklah. Aku serahkan kepadamu, Lucifer." Kata Enes. "Tenang saja. Ketika kamu sudah menyerap semuanya, akan kuberikan kejutan untukmu." Kata Lucifer. Setelah itu ia pun pergi menghilang diselimuti kabut hitam. Tidak berapa lama terdengarlah hiruk pikuk hewan yang sangat dahsyat di berbagai hutan. Hewan-hewan itu telah hilang kendali dan diselimuti mana hitam yang pekat. Mulai dari hewan yang kecil sampai kepada yang besar
Dalam sebuah bangunan yang terdapat ruang bawah tanah. Pemandu yang membawa Zera ke situ sedang menunggu di balik pintu besar. Temannya pun juga ikut menunggu. Sudah lebih dari 1 bulan setengah mereka bolak balik dari penginapan yang barada dekat alun-alun kota ke tempat Zera berada. "Maaf senior, kalau boleh kami tahu, siapa senior sebenarnya?" Bruq memulai pembicaraan. Sebab sudah 1 bulan setengah dia memperhatikan pemandu itu. Dan rekannya pun juga mulai penasaran. "Lebih baik kamu tidak mengetahuinya. Karena jika kamu mengetahui identitasku, maka kamu dan rekanmu tidak akan bisa hidup tenang." Jawab pemandu itu. "Kami lebih baik merasakan hidup seperti itu daripada penasaran." Jawab Bruq dengan tegas. Isaac, Tifany dan Vrey pun menganggukkan kepalanya. "Tsk.. Apa seluruh ras Dwarf selalu penasaran terhadap dunia ini?" Kata pemandu itu. "Apa maksud senior berkata seperti itu. Seolah-olah senior sangat mengenal ras kami." Bruq pun semakin penasaran. "Aku sangat mengetahui rasm
Sudah dua hari Zera di dunia kecil ini. Kabut mana aura yang tadinya tebal, sekarang tidak ada lagi, karena sudah diserap dengan baik. Banyak yang terlihat oleh Zera, bahwa di dunia ini terkumpul tujuh macam elemen. Karena bayangan dari elemen-elemen itu memberikan bekas di langit dunia perputaran waktu. Kemudian ia berjalan ke arah lautan api seumpama lava bergejolak ke atas karena letupan uap yang berasal dari bawah lautan. "Bagaimana caranya aku bisa melewati ini, Vatsal?" Tanya Zera kepada naga bintang. "Tubuhmu dianugerahi dengan bintang. Salah satu elemen bintang adalah api. Maka kamu harus menggunakan mana aura api untuk melewati ini." Jawab Vatsal untuk memberitahu Zera. "Maksudmu aku harus menyatukan mana aura yang kumiliki dengan elemen api ini?" Tanya Zera kembali. "Iya, kamu harus merasakan kekuatan api itu dan menyatukan diri dengan api." Jawab Vatsal. Mendengar jawaban itu, Zera pun menyeimbangi mana api dari lautan lava api yang ada di depannya. Ia menggambarkan a
Zhuan dan Vatsal pun pergi ke arah pintu keluar dunia kecil ini. Setelah mereka berdua pergi, kedua orang itupun langsung memeluk Zera. Zera pun merasa bingung dengan apa yang mereka berdua lakukan. "Kamu telah besar ya, nak." Kata orang itu sambil mengusap kepalanya. "Maaf, kamu siapa? Kenapa aku merasakan sesuatu yang dekat denganmu?" Tanya Zera. "Oh iya, kamu belum pernah melihat kami berdua. Tetapi kami selalu mengawasimu." Kata salah seorangnya lagi. "Namaku Azzumar Rahil, yang dulu terkenal dengan sebutan si Harimau Petir." Kata Azzumar sambil tersenyum ramah. "Dan, aku Louyi Grader, yang dulu disebut dengan Saintes Bintang." Kata Louyi sambil menangis terharu. Mendengar nama itu, Zera pun bingung antara senang dan sedih. "Jangan bercanda, ayah dan ibuku telah lama meninggal akibat melawan pasukan kegelapan." Kata Zera sambil menahan perasaannya. "Kami berdua memang telah lama mati. Ini adalah kehendak yang kami tinggalkan di kalung ruby yang kamu pakai itu, sebelum kami
Pertempuran semakin mencekam antara pasukan kegelapan melawan tentara aliansi empat kerajaan. Dromid yang memimpin pasukan iblis di sayap kiri, ditahan Alwen yang melancarkan serangan dengan menyeruduk semua pasukan Dromid. Dromid pun menebaskan pedangnya dengan niat membunuh yang kuat. "Apa menurutmu aku tidak bisa mengalahkanmu, kehendak Gill?" Kata Dromid sambil menyerang dengan enam tangannya. "Iblis sialan, berhentilah memanggilku dengan sebutan itu. Aku adalah Alwen Sang Penguasa Tombak yang akan menghancurkanmu." Jawab Alwen sambil menggerakkan tombaknya menepis serangan Dromid. "Aku akui kamu mempunyai nyali yang kuat, bocah. Tapi itu saja tidak cukup, Teknik Iblis Asura, Enam Pedang Penghapus Cahaya." Dromid pun menebaskan enam senjatanya yang telah dialiri aura hitam pekat ke arah Alwen. "Tak usah kamu banyak bacot, aku akan melawanmu sampai hancur tak bersisa. Teknik Tombak, Tebasan Tujuh Tornado Lautan Mengamuk." Datanglah tujuh pusaran angin yang diikuti air membentuk
Peperangan pun tertahan selama seminggu, karena kedua belah pihak telah kehilangan banyak pasukan. Dalam masa itu, Tempest membuka saluran komunikasi ke Istana Tashrif untuk memberi tahu mereka apa yang telah terjadi selama perang. Ia pun memberitahukan semuanya ke putra mahkota, dan bersiap untuk hal-hal yang tidak terduga nantinya. Tempest pun menyuruh semua menteri untuk langsung mengangkat putra mahkota menjadi raja Kerajaan Maqdis. Hal itupun langsung diterima oleh orang yang berada di istana. Besoknya pun diselenggarakanlah penobatan putra mahkota menjadi raja di depan semua penduduk yang telah dievakuasi ke ibukota. Maka dengan resmi diangkatlah Pijai Loza menjadi raja kerajaan ini. * Seminggu sudah berlalu dari gencatan senjata, keluarlah tiga jenderal iblis memimpin pasukannya untuk kembali menyerang pasukan Tempest. Pasukan yang mereka bawa kali ini sangatlah kuat dan mendominasi. Namun, begitu juga dengan pasukan yang berada di pihak Tempest, kali ini Bruq dan dua rekann
Enes dan Ryu pun ikut serta bersama para iblis dalam melancarkan serangannya untuk menghantam Isaac dan Alwen. Ryu yang telah kembali ke bentuk naganya, mendaratkan serangan yang kuat di arahkan ke Tempest dan Azzura. "Hantaman Cakar Naga Hitam Mengamuk." Naga Hitam Ryu pun memberikan pukulan kepada Tempest dan Azzura yang sedang berada dalam barier untuk memulihkan energi mana dan auranya. "Tidak akan kubiarkan itu terjadi," Alwen pun berlari ke arah mereka. Namun, para iblis menahannya. "Pelindung Kehidupan Ilahi," terbukalah sebuah energi memperkuat barier penghalang dari Tempest. "Ini,,, energi ini sangat murni dan kuat. Apakah Lucia juga datang untuk memberikan bantuan?" Tanya Azzura. "Panah Api Kehendak Phoenix," meluncurlah serangan anak panah yang dibalut mana api yang sangat kuat mengenai sayap kiri Ryu. Kemudian, membakar sebagian kecil dari sayap itu. "Urgh, serangan yang menyakitkan." Kata Ryu sambil mundur ke belakang. Adapun serangan panah itu, juga memberikan dam
Dalam ruang bawah tanah, Rukame telah menarik barier penghalangnya. Karena, semua pewaris kehendak sudah selesai mengultivasi teknik mereka. "Aku rasa, sudah waktunya bagi kalian untuk tampil di panggung sebenarnya. Karena para prajurit kerajaan sudah habis dilumat kegelapan di medan perang. Begitu juga dengan rajanya." Kata Rukame. "Apakah sesuatu telah terjadi ketika kami berkultivasi, senior?" Tanya Bruq. "Benar, peperangan telah terjadi antara Gaffar melawan 4 kerajaan. Sudah lebih satu minggu perang itu terjadi. Kerajaan yang beraliansi dengan Maqdis telah melarikan diri dari peperangan. Sehingga seluruh pasukan kerajaan telah musnah, begitu juga dengan raja dan jenderalnya." Rukame menjelaskan. "Isaac dan Alwen telah berangkat dari tadi untuk mencegah mereka terlalu jauh." Sambungnya. "Kalau begitu, kami akan ikut melawan pasukan Enes," kata Bruq. "Memang harus demikian, jika kerajaan ini jatuh, maka Benua Cengal akan dikuasai oleh kegelapan. Maka dari itu, tolong selamatka
Dalam perang yang tidak seimbang itu, Tempest dan Azzura beserta pasukan kerajaan yang tersisa, sudah merasa putus asa. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya pasukan kegelapan mengalahkan jumlah dari pasukan kerajaan yang tersisa. Dan ditambah dengan pasukan aliansi kerajaan melarikan diri dari medan perang. Dalam situasi yang tidak menguntungkan itu, ketika Enes ingin memberikan serangan jangkauan luas yang ditargetkan kepada Tempest, datanglah sebuah serangan yang menepis serangan dari Enes, dan memberikan gravitasi yang kuat. Sehingga membuatnya terjatuh, begitu juga dengan naga hitam yang ditungganginya. * "Apa kamu tidak apa-apa, Pak Tua?" Tanya orang itu sambil membantunya berdiri. "Urgh, kamu siapa, nak?" Tanya Tempest sambil memegang tangannya. "Sihirmu sangat mirip dengan profesor Rukam." Sambungnya. "Maksud anda leluhurku, Pak Tua? Namaku Isaac Radian, seorang penyihir bintang." Jawab Isaac dengan singkat, karena akan ada serangan yang datang kepada mereka. "Nanti kita
Di ruang bawah tanah, Isaac dan rekannya hampir selesai mengultivasi kitab kuno yang diberikan oleh Rukame. Hal ini ditunjukkan oleh energi mereka yang telah memadat, dan mencapai puncak bintang 10 dalam mana dan aura. Jika mereka berhasil, maka mana dan aura mereka akan menembus batasan menuju Alam Sage. ** Melihat serangannya dibelokkan oleh Kazen, Tempest menyadari bahwa semua jenderal pasukan kerajaan Maqdis yang ikut perang telah mati. Ditambah dengan Raja Babel Loza yang ikut menyusul mereka, semua pasukan militer kerajaan telah mencapai putus asa yang tidak tertahankan. Seolah-olah mereka telah pasrah tentang diri mereka untuk mempertahankan tanah airnya dari invasi iblis dan monster yang dipimpin Raja Kegelapan. "Keinginanmu itu hanya untuk menguasai semua benua ini, bukan?" Kata Tempest. "Kalau kamu sudah tahu, untuk apalagi kamu bertanya, Tempest? Aku akan menguasai seluruh benua ini, dan akan kumulai dari kerajaan ini. Gehaha. Jika kerajaan yang kuat telah jatuh, maka k
Dalam aura hitam yang pekat, akhirnya Ryu berubah menjadi makhluk besar bersayap dan mempunyai sisik yang hitam pekat. Adapun tombak miliknya, langsung menyatu dengan tubuhnya. Sehingga membuat sebuah inti naga yang belum matang. Kepakan sayapnya langsung menghempaskan semua pasukan dari Kerajaan Maqdis dan tiga kerajaan yang mendukungnya. "Hei Tempest, Azzura! Apa kamu yakin membiarkannya dan melawanku? Gehaha... Kalau begitu semua pasukan itu, akan binasa lho... Gehaha." Kata Enes dengan suara yang senang. "Dasar bajingan, apa yang telah kamu perbuat kepadanya, sehingga berubah menjadi monster seperti itu?" Tanya Tempest. Getaran yang dibuat Ryu pun semakin kuat ketika ia mengepakkan sayapnya dan terbang ke langit. "Hahahaha, inilah kekuatanku yang sebenarnya. Inilah puncak dari kekuatan itu. Hahahaha." Teriak Ryu sambil terbang. Kemudian dia mengeluarkan nafasnya. Dengan seketika, prajurit yang terkena nafas itupun membeku. Tidak hanya prajurit, monster yang berada di dekatnya
Perang masih berlanjut dan berkecamuk dengan sangat hebat. Kedua belah pasukan sudah sedaging peperangan, terdengar bunyi suara pedang saling beradu. Pasukan kerajaan didorong mundur oleh pasukan monster yang menggila."Kazen, aku akan mengahadapimu dengan segenap kekuatanku." Kata Kuo dengan memasang auranya."Aku pun juga begitu, Kuo. Aku tidak menyangka bisa beradu pedang denganmu. Tetapi, pertemuan ini menjadi pertemuan pertama dan terakhir bagi kita." Jawab Kazen dengan mengeluarkan auranya."Maka dari itu, mari kita lakukan salam kenal kita. Gerakan pertama, Tarian Pedang Api Harimau Putih." Kuo pun membuat langkah pertama untuk menyerang Kazen."Aku selalu siap, Tebasan Pedang Api Harimau Hitam." Kazen dengan cepat menangkis serangan pedang Kuo.Pancaran energi dan serangan mereka berdua pun beradu. Setiap pedang mereka berdua beradu, Kazen dan Kuo pun bisa melihat kenangan lama yang mereka alami. Kezen melihat kenangan Kuo, dan Kuo pun menelisik kenangan dari Kazen. Sehingga m