Kabut semakin tebal menutupi jalan di kaki bukit. Sehingga siang seolah menjadi malam. Formasi kabut kebingungan yang disusun Kaijin menjadi semakin kuat dan pekat. Dalam keadaan situasi itu terdengar suara bergema.
"Hihahaha... Hihahaha... Ada dua kelinci yang berani memasuki formasiku tanpa rasa takut kiranya," "Hei, siapa kamu? Jangan bersembunyi seperti pengecut. Keluar kau...! " Ucap Tifany dengan rasa takut. Melihat tingkah Tifany seperti itu, Zera pun merasa kagum. "Walau dia merasa takut, tapi masih berani menantang sesuatu di luar kemampuannya." Gumam Zera. "Hihahaha... Berani juga kau. Kalau begitu, akan kubuat dirimu tak bisa keluar dari formasiku ini," suara itu pun semakin bergema kemudian hilang perlahan. Dan kabut pun semakin tebal sehingga membuat mereka bingung dalam ilusi kabut. ** Dalam ilusi kabut. "Hei nak, kamu sudah besar. Apakah kamu sekuat ayahmu, yang pernah melukai dan memukul mundurku?" Sapa seseorang yang keluar dari dalam kabut. "Siapa kamu? Mengapa kamu tahu dengan orangtuaku?" Zera pun bertanya kembali. "Apakah Tempest dan Azzura tidak memberi tahumu? Akulah yang membunuh mereka berdua. Geehaha... Gehaha." Ucapan orang itu membuat Zera marah. "Apakah kau Enes? Raja Kegelapan yang kejam? Apa kau yang membuat desa dan gunung menjadi gelap dan suram seperti ini?" Ungkap Zera. "Tidak, bukan aku. Melainkan para bawahanku. Bergabunglah denganku wahai Anaknya Azzumar! Jadilah jenderal utamaku, akan kuperlakukan kamu dengan baik." Rayu Enes. "Hentikan omong kosongmu," Zera bersiap untuk melakukan serangan. Dan keduanya bertarung sangat sengit dalam ilusi yang telah dibuat oleh Kaijin. Sementara itu Tifany, sudah tergeletak dalam ilusi kabut yang telah merasukinya. * Dalam ilusi Tifany, ia bertemu dengan kedua orangtuanya yang dipenggal oleh Ryu. "Nak, apa kamu ingin balas dendam kepadaku?" Ryu berpaling ke arah Tifany dengan mata yang akan memangsa. "Tak akan kubiarkan rasa sakit ini sia-sia." Tifany menembakkan anak panahnya kepada Ryu. Kedua pemuda tadi pun sudah mabuk masuk dalam ilusi yang dibuat oleh Kaijin. Sang Jenderal ahli formasi kegelapan. Sedangkan tubuh mereka dikenyataan hanya berdiri tanpa bergeming sedikit pun. Kabut bukit semakin tebal dan kelam. Hewan buas pun akan datang dengan gerombolan. Dalam diamnya mereka dikenyataan, lewatlah seorang yang sedang menyusuri jalan bukit kesesatan untuk pergi ke Pulau Terapung. "Jangan terpengaruh dengan ilusi itu wahai teman muda, jika kau terlalu dalam, maka tak ada jalan untukmu keluar dari ilusi itu." Orang itu memberikan nasihatnya. Namun, sayang sekali mereka tidak bisa mendengarkan kata orang itu. "Apakah ucapanku tidak sampai kepadanya?" Orang itu pun mendekati mereka berdua sembari menggendongnya ke atas tunggangannya dan melanjutkan perjalanannya. Tak lama setelah itu, ia berhenti di dekat goa yang menjorok di samping tebing yang tinggi. Dan memasuki goa itu. Setelah tiba, dia menurunkan Zera dan Tifany dari tunggangannya. "Bagaimana caraku membangunkan mereka berdua dari ilusi kabut kebingungan?" Orang itu pun, berpikir sambil mengingat kata-kata dari gurunya. Tak lama setelah mengingat ingatan lama, ia mengukir formasi sihir di tanah. Dan bersiap membaca mantra rune bintang. "Irama bintang bukanlah bintang, lantunan tubuh bercahaya bintang, akulah penguasa para bintang. Hancurkan kedengkian yang merasuki cahaya bintang. Pada saat semuanya disinari cahaya bintang mengubur rasa sakit kehilangan. Ahasveros." Setelah ia mengucapkan mantra bintang, dihentakkan tongkatnya ke tanah. Sehingga keluarlah cahaya putih menjulang ke langit mengait bintang-bintang. Dan cahaya dari bintang itu menembak ke dada mereka berdua. Dengan seketika, mereka sadar dari ilusi kabut kebingungan. "Huk... Huk.. Di mana aku? " Tanya Zera dengan kebingungan. "Kau berada dalam goa, teman muda. Dan sekarang sudah aman." Jawab orang itu. "Namaku Zera Dwargo, terima kasih telah menyelamatkan kami. Kalau boleh tahu, siapa nama dermawan penyelamat kami ini?" "Namaku Isaac Radian dari keluarga Radian yang telah runtuh." Jawabnya. "Berarti kamu seorang Penyihir Bintang kah?" Zera bertanya. "Iya, aku penyihir bintang terakhir dari keluarga Radian." Tungkasnya. "Mari kita istirahat dulu untuk malam ini, dan memulihkan energi. Besok kita berbincang lebih jauh." Sambung Isaac memberitahu mereka. Sebab Isaac sadar bahwa terperangkap dalam ilusi itu banyak mengambil energi mereka. Makanya ia memberikan usul untuk istirahat. Dan mereka pun menerima usulan dari Isaac. Mendengar perkataan Isaac, Tifany langsung istirahat untuk memulihkan mananya. Dan Zera mengambil pojokan dari gua, untuk memulihkan pula energinya. Namun tidak dengan cara tidur. Tetapi dengan cara duduk bersila seperti Bunga Lotus. Dan mengumpulkan energi alam untuk ia serap. Melihat mereka yang telah masuk ke dalam istirahat, Isaac pun keluar dari gua untuk menjaga mereka. Dalam pemulihan stamina dan energi, terdapat dua cara. Pertama, tidur seperti tidur orang biasa, dan kedua masuk dalam bentuk meditasi. Kedua cara itu efisien. Tetapi, tidur seperti tidur orang biasa hanya memulihkan stamina dan energi seperti sedia kala dan tidak ada penambahan energinya. Sedangkan dalam bentuk meditasi, energi dan stamina tidak hanya pulih, tetapi menambah wawasan dan pencerahan serta menjernihkan pikiran yang negatif. Ada tingkatan yang harus dicapai oleh pengguna aura dan mana. Dalam aura, metode pelatihan akan sangat penting. Sebab aura akan mengikuti gaya berpedang seorang warior. Dan sangat diutamakan dalam pertempuran. Dalam aura terdapat bintang 1 hingga 10 dalam sebutannya. Semakin tinggi bintangnya, maka semakin kuat pula aura yang dimiliki seorang warior. Begitu pula dengan penyihir maka harus menggunakan mana serta lingkaran cincin mana di jantungnya. Semakin banyak lingkaran cincin mana, maka semakin kuat pula penyihir itu. Lingkaran paling tinggi adalah 10 lingkaran. Namun penyihir yang telah mencapai 10 lingkaran itu, sekarang tinggal legenda. Dalam hal ini Zera menggunakan prinsip metode latihan aura ayahnya yang telah dititipkannya kepada Tempest. Yaitu menggabungkan aura dan mana sekaligus. Metode pelatihannya agak sedikit berbeda dengan metode yang lain. Namun, bagaimana pun, metode pelatihan aura yang ditinggalkan ayahnya mempunyai jejak ukiran yang unik di tubuh penggunanya. Yaitu dengan pernapasan dan menyelaraskan antara tiga dantian (wadah). Dantian atas yaitu otak, dantian tengah yaitu dada dan dantian bawah yaitu perut. Dengan menghirup nafas perlahan dan alirkan pernapasan pertama itu ke dantian tengah, lalu laju ke dantian bawah. Dan pernapasan kedua dari dantian tengah naik ke dantian atas. Sehingga pencerahan akan tercapai. Adapun dantian tengah menjadi pusat seluruh aura, karena meliputi dua organ tubuh yang paling penting yaitu hati dan jantung. Setiap kali Zera bermeditasi maka akan nampak ukiran yang unik di tubuhnya sehingga akan terlihat seperti lukisan semua alam memasuki tubuhnya. Sebagaimana manusia bisa merasakan perasaan begitu juga dengan energi alam. Karena energi alam itu bersuara, tetapi jarang sekali orang mendengar apalagi merasakannya. ¤Mentari sudah mulai muncul. Bukit kesesatan telah bersih dari kabut kebingungan. Udara yang tadinya kotor, sekarang sudah bersih. Setelah bangun dari meditasi, Zera menghampiri Tifany yang masih terbaring."Bagaimana kondisimu sekarang?" Tanya Zera."Sudah mendingan daripada tadi malam." jawab Tifany. "Di mana penyihir yang menyelamatkan kita?" tambahnya."Dia di pintu goa, berjaga semalaman..." belum selesai Zera berkata, Isaac datang menghampirinya."Apa kalian sudah bangun? Kalau sudah, mari kita makan sambil bercerita." ajak Isaac sambil menyuguhkan daging panggang yang telah ia tangkap."Terima kasih, sangat tidak sopan kalau menolak ajakan orang yang telah menolong kami," sahut Tifany dan Zera.Mereka bertiga pun makan bersama sambil bertukar cerita."Tuan, kalau boleh tahu ke mana tujuan, Tuan?" Zera pun mulai bertanya sambil melahap hidangan daging bakar yang ada di tangannya."Sebelum kujawab pertanyaanmu, mengapa kalian berdua bisa berakhir di bukit ini? Padahal bukit ini te
Pagi yang cerah. Mentari sudah menampilkan karismanya. Setelah istirahat selama tiga hari di goa bukit kesaksian, Zera, Tifany dan Isaac memulai perjalanan untuk mencapai Pulau Terapung dengan berjalan kaki. Sebab tidak jauh dari balik bukit ini ada sebuah desa yang bisa membuat mereka beristirahat untuk sebentar sebelum melanjutkan perjalanan kembali."Kira-kira berapa lama kita akan sampai di desa terdekat, Kak Isaac?" Tanya Tifany sambil berjalan dengan kelelahan."Kisaran 2 jam lagi kita akan sampai. Apa kamu sudah lelah? Kalau iya kita istirahat sebentar." Jawab Isaac."Ayo kita istirahat dulu 15 menit, Kak Isaac!" Ajak Zera sambil menghampiri sebuah pohon yang agaj rindang."Baiklah, kita istirahat dulu." Isaac dan Tifany pun ikut menghampirinya dan duduk. Dan mengeluarkan sebotol air dari cincin penyimpanannya.Sedang asyik duduk dan bersandar di bawah pohon, terdengar suara yang agak bising oleh Zera dan Isaac."Kayaknya kita telah dikepung, Kak Isaac?" Zera mengambil pedangny
Siang berdentang. Udara terasa hambar karena terik matahari sedang menggila. Dalam ruang pertemuan, udara terasa pengap dan berat."Jadi bukit itu telah dimurnikan, ya?" Tanya Kaijin kepada Kazen."Apa kamu tidak merasakannya? Padahal kamulah yang memasang penghalang dan formasi tingkat enam itu." Jawab Kazen dengan senyuman tipis."Aku merasakannya empat hari lalu, namun aku hanya acuh saja. Lagian mana ada orang bisa menghancurkan formasi yang kubuat." Timpal Kaijin."Memangnya kenapa jika formasi itu hancur dan bukit telah dimurnikan? Lagian tidak akan ada untung dan ruginya buat kita, bukan? Ryu bertanya datar sambil menyalakan rokoknya."Tentu ada untung dan ruginya bagi kita. Apa kamu ingat ketika peperangan 6 tahun lalu di bukit itu?" Kazen menepis perkataan Ryu."Kerugian yang kita dapati jika bukit itu telah dimurnikan adalah kawasan dan sumber daya. Sebab bukit itu bagaikan benteng kekuatan antara kegelapan dan cahaya. Ketika bukit itu menyimpan kegelapan, maka kekuatan Yang
Malam mulai datang. Setelah kejadian heboh di sore tadi. Orang-orang banyak menyebarkan rumor di setiap penginapan dan restoran. Salah satu penginapan itu bernama Mawar Putih."Hei! Apa kamu lihat fenomena di sore tadi?" Seseorang sedang berbicara dengan teman di meja makannya."Iya, aku lihat. Fenoma yang sangat dahsyat. Apakah mungkin Sang Legenda akan terlahir kembali?" Tanya temannya kembali."Bisa jadi. Karena telah 1000 tahun cerita itu diturunkan secara turun-temurun disetiap keluarga yang ada di kerajaan ini." kata temannya satu lagi."Betul, pernah nenekku mengatakan dahulu bahwa suatu hari nanti akan terlahir kembali legenda yang akan melindungi kita semua dari kegelapan yang hampa. Dia adalah orang yang mempunyai aura dan mana dalam satu tubuh." Teman yang lain pun menambahkan perkataan temanya."Apakah mungkin aura dan mana bersatu dalam satu tubuh? Kebanyakan dari kita hanya mempunyai salah satu di antaranya.""Bisa jadi hal itu menjadi mungkin berkumpulnya dua energi itu
Dalam ruangan yang penuh dengan semua karya Blacksmith, Zera dan Isaac masih menunggu. Sudah berlalu 3 jam sejak masuk toko itu. Tak lama sesudah itu, blacksmith itu menghampiri dan memperhatikan mereka dari dekat tanpa mereka sadari. Mulai dari kesinambungan mana dan aura, blacksmith itu menganggukkan kepalanya. "Ada yang bisa dibantu, Tuan?" Sapa Blacksmith itu kepada mereka. Zera dan Isaac pun terkejut dengan sapaan itu. Sebab mereka tidak merasakan hawa keberadaannya. "Sungguh hawa keberadaan yang sangat halus. Bahkan kami pun tak merasakannya." Kata hati Zera dan Isaac. "Ini, Tuan..." Belum sempat Zera melanjutkan perkataannya, blacksmith itu lansung memotong pembicaraan. "Panggil saja aku Pak Tua Bruq. Namaku Bruq Romander. Dari keluarga Romander ras Dwarf." Pak tua itu menepuk pakaiannya yang terkena debu. "Jadi apa ada yang bisa kubuantu buat kalian." Imbuhnya. "Bisakah kamu menyatukan isi dalam kotak ini dengan pedangku." Zera mengeluarkan sebuah kotak yang berukir lam
Malam muncul dengan kedinginan pekat. Purnama telah menerang di langit malam. Tower Kehidupan di Pulau Terapung terdengar sangat riuh. Karena Raja kerajaan ini datang bersama pengawal elitnya yang tersembunyi di dalam kegelapan. Dengan terburu-buru, satu murid di tower itu mencari Tempest sang penguasa tower untuk memberitahukan kedatangan raja. "Guru! Raja beserta pengawalnya datang ke sini." Kata murid itu kepada Tempest. "Iya, aku telah mengetahuinya. Di mana raja sekarang?" Tanya Tempest. "Dia berada di ruang tamu, guru." Jawab muridnya. Mereka pun bersegera ke ruang tamu untuk menemui raja. Setelah sampai di dalam ruangannya. "Maafkan aku, Yang Mulia. Aku tidak tahu akan kedatanganmu ke mari. Biasanya, Yang Mulia mengirim surat terlebih dahulu kepadaku untuk mengabari kedatanganmu." Kata Tempest sambil menundukkan kepalanya memberi hormat kepada raja. "Tempest, temanku! Apakah salah, seorang teman datang untuk menemui temannya? Apakah kamu sendirian? Di mana Dewi Peda
Malam semakin pekat dengan gumpalan awan tebal. Tidak nampak lagi cahaya bulan terang. Terdengar suara anjing mutan yang lagi mengejar dua lelaki di Hutan Kematian. Suara sihir peledak pun selalu berdentang."Hei, cepat kalian berhenti! Jika tidak peluru mana ini akan menyasar ke kepala kalian atau kalian akan kami habisi beserta hutan ini," kata salah seorang yang memakai kadal merah sebagai tumpangannya."Kapten, jika hutan ini habis, tentu kami juga akan musnah," jawab salah seorang prajuritnya."Bodoh kalian. Itu tadi hanya ancaman. Jika kita tidak mendapatkan mereka berdua, kita semua akan dilumat oleh Jenderal Ryu dengan kekuatannya. Apa kalian mau mati?" kata sang kapten kepada anak buahnya."Tentu tidak, kapten." mereka semua menjawab serentak."Jika tidak mau, cepat tangkap mereka berdua. Terutama bocah yang memegang Kotak Pandora itu!" Perintah sang kapten."Siap laksanakan!"Tentara itupun hampir mengepung seluruh Hutan Kematian. Namun, ketika tentara itu mendekati mereka b
Senja temaram. Langit masih kelam dan berjerabu. Nampaklah mega merah yang menawan di ufuk Barat. Begitu pula dengan hembusan angin yang menerpa diri nan sedang kelelahan. "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, Azzura, jangan melawan Enes sendirian. Karena kekuatannya sekarang ini sangatlah besar dan dahsyat." Tempest memberikan nasihat kepada Azzura. "Bagaimana tidak aku ingin menebasnya. Sebab, Azzumar dan Louyi telah dibunuh olehnya," timpal Azzura sambil menarik nafas ketika masih menyandarkan badannya yang masih terluka di sebuah pohon beringin. "Memang benar apa yang dia katakan. Tapi sayang aku terlambat datang untuk membantunya. Aku melihat mereka berdua tidak lagi bernyawa. Namun, kalau dilihat dari bekas pertempuran mereka, sangat mustahil jika Azzumar kalah." Jelas Tempest sambil mengoleskan obat penyembuh super kepadanya. "Maksudmu?" Tanya Azzura penasaran. "Ya, kita tahu bagaimana kuatnya Azzumar. Lagian di antara pemegang kunci cahaya, dialah yang paling kuat dan bers