Share

Chapter 4. Penyihir Bintang Terakhir

Kabut semakin tebal menutupi jalan di kaki bukit. Sehingga siang seolah menjadi malam. Formasi kabut kebingungan yang disusun Kaijin menjadi semakin kuat dan pekat. Dalam keadaan situasi itu terdengar suara bergema.

"Hihahaha... Hihahaha...  Ada dua kelinci yang berani memasuki formasiku tanpa rasa takut kiranya,"

"Hei, siapa kamu? Jangan bersembunyi seperti pengecut. Keluar kau...! " Ucap Tifany dengan rasa takut.

Melihat tingkah Tifany seperti itu, Zera pun merasa kagum. "Walau dia merasa takut, tapi masih berani menantang sesuatu di luar kemampuannya." Gumam Zera.

"Hihahaha... Berani juga kau. Kalau begitu, akan kubuat dirimu tak bisa keluar dari formasiku ini," suara itu pun semakin bergema kemudian hilang perlahan. Dan kabut pun semakin tebal sehingga membuat mereka bingung dalam ilusi kabut.

**

Dalam ilusi kabut.

"Hei nak, kamu sudah besar. Apakah kamu sekuat ayahmu, yang pernah melukai dan memukul mundurku?" Sapa seseorang yang keluar dari dalam kabut.

"Siapa kamu? Mengapa kamu tahu dengan orangtuaku?" Zera pun bertanya kembali.

"Apakah Tempest dan Azzura tidak memberi tahumu? Akulah yang membunuh mereka berdua. Geehaha... Gehaha." Ucapan orang itu membuat Zera marah.

"Apakah kau Enes? Raja Kegelapan yang kejam? Apa kau yang membuat desa dan gunung menjadi gelap dan suram seperti ini?" Ungkap Zera.

"Tidak, bukan aku. Melainkan para bawahanku. Bergabunglah denganku wahai Anaknya Azzumar! Jadilah jenderal utamaku, akan kuperlakukan kamu dengan baik." Rayu Enes.

"Hentikan omong kosongmu," Zera bersiap untuk melakukan serangan. Dan keduanya bertarung sangat sengit dalam ilusi yang telah dibuat oleh Kaijin.

Sementara itu Tifany, sudah tergeletak dalam ilusi kabut yang telah merasukinya.

*

Dalam ilusi Tifany, ia bertemu dengan kedua orangtuanya yang dipenggal oleh Ryu.

"Nak, apa kamu ingin balas dendam kepadaku?" Ryu berpaling ke arah Tifany dengan mata yang akan memangsa.

"Tak akan kubiarkan rasa sakit ini sia-sia." Tifany menembakkan anak panahnya kepada Ryu.

Kedua pemuda tadi pun sudah mabuk masuk dalam ilusi yang dibuat oleh Kaijin. Sang Jenderal ahli formasi kegelapan. Sedangkan tubuh mereka dikenyataan hanya berdiri tanpa bergeming sedikit pun. Kabut bukit semakin tebal dan kelam. Hewan buas pun akan datang dengan gerombolan. Dalam diamnya mereka dikenyataan, lewatlah seorang yang sedang menyusuri jalan bukit kesesatan untuk pergi ke Pulau Terapung.

"Jangan terpengaruh dengan ilusi itu wahai  teman muda, jika kau terlalu dalam, maka tak ada jalan untukmu keluar dari ilusi itu." Orang itu memberikan nasihatnya.

Namun, sayang sekali mereka tidak bisa mendengarkan kata orang itu.

"Apakah ucapanku tidak sampai kepadanya?" Orang itu pun mendekati mereka berdua sembari menggendongnya ke atas tunggangannya dan melanjutkan perjalanannya.

Tak lama setelah itu, ia berhenti di dekat goa yang menjorok di samping tebing yang tinggi. Dan memasuki goa itu. Setelah tiba, dia menurunkan Zera dan Tifany dari tunggangannya.

"Bagaimana caraku membangunkan mereka berdua dari ilusi kabut kebingungan?" Orang itu pun, berpikir sambil mengingat kata-kata dari gurunya.

Tak lama setelah mengingat ingatan lama, ia mengukir formasi sihir di tanah. Dan bersiap membaca mantra rune bintang.

"Irama bintang bukanlah bintang, lantunan tubuh bercahaya bintang, akulah penguasa para bintang. Hancurkan kedengkian yang merasuki cahaya bintang. Pada saat semuanya disinari cahaya bintang mengubur rasa sakit kehilangan. Ahasveros."

Setelah ia mengucapkan mantra bintang, dihentakkan tongkatnya ke tanah. Sehingga keluarlah cahaya putih menjulang ke langit mengait bintang-bintang. Dan cahaya dari bintang itu menembak ke dada mereka berdua. Dengan seketika, mereka sadar dari ilusi kabut kebingungan.

"Huk... Huk.. Di mana aku? " Tanya Zera dengan kebingungan.

"Kau berada dalam goa, teman muda. Dan sekarang sudah aman." Jawab orang itu.

"Namaku Zera Dwargo,  terima kasih telah menyelamatkan kami. Kalau boleh tahu, siapa nama dermawan penyelamat kami ini?"

"Namaku Isaac Radian dari keluarga Radian yang telah runtuh." Jawabnya.

"Berarti kamu seorang Penyihir Bintang kah?" Zera bertanya.

"Iya, aku penyihir bintang terakhir dari keluarga Radian." Tungkasnya. "Mari kita istirahat dulu untuk malam ini, dan memulihkan energi. Besok kita berbincang lebih jauh." Sambung Isaac memberitahu mereka.

Sebab Isaac sadar bahwa terperangkap dalam ilusi itu banyak mengambil energi mereka. Makanya ia memberikan usul untuk istirahat. Dan mereka pun menerima usulan dari Isaac.

Mendengar perkataan Isaac, Tifany langsung istirahat untuk memulihkan mananya. Dan Zera mengambil pojokan dari gua, untuk memulihkan pula energinya. Namun tidak dengan cara tidur. Tetapi dengan cara duduk bersila seperti Bunga Lotus. Dan mengumpulkan energi alam untuk ia serap. Melihat mereka yang telah masuk ke dalam istirahat, Isaac pun keluar dari gua untuk menjaga mereka.

Dalam pemulihan stamina dan energi, terdapat dua cara. Pertama, tidur seperti tidur orang biasa, dan kedua masuk dalam bentuk meditasi. Kedua cara itu efisien. Tetapi, tidur seperti tidur orang biasa hanya memulihkan stamina dan energi seperti sedia kala dan tidak ada penambahan energinya. Sedangkan dalam bentuk meditasi, energi dan stamina tidak hanya pulih, tetapi menambah wawasan dan pencerahan serta menjernihkan pikiran yang negatif.

Ada tingkatan yang harus dicapai oleh pengguna aura dan mana. Dalam aura, metode pelatihan akan sangat penting. Sebab aura akan mengikuti gaya berpedang seorang warior. Dan sangat diutamakan dalam pertempuran. Dalam aura terdapat bintang 1 hingga 10 dalam sebutannya. Semakin tinggi bintangnya, maka semakin kuat pula aura yang dimiliki seorang warior.

Begitu pula dengan penyihir maka harus menggunakan mana serta lingkaran cincin mana di jantungnya. Semakin banyak lingkaran cincin mana, maka semakin kuat pula penyihir itu. Lingkaran paling tinggi adalah 10 lingkaran. Namun penyihir yang telah mencapai 10 lingkaran itu, sekarang tinggal legenda.

Dalam hal ini Zera menggunakan prinsip metode latihan aura ayahnya yang telah dititipkannya kepada Tempest. Yaitu menggabungkan aura dan mana sekaligus.

Metode pelatihannya agak sedikit berbeda dengan metode yang lain.

Namun, bagaimana pun,  metode pelatihan aura yang ditinggalkan ayahnya mempunyai jejak ukiran yang unik di tubuh penggunanya. Yaitu dengan pernapasan dan menyelaraskan antara tiga dantian (wadah). Dantian atas yaitu otak, dantian tengah yaitu dada dan dantian bawah yaitu perut. Dengan menghirup nafas perlahan dan alirkan pernapasan pertama itu ke dantian tengah, lalu laju ke dantian bawah. Dan pernapasan kedua dari dantian tengah naik ke dantian atas. Sehingga pencerahan akan tercapai. Adapun dantian tengah menjadi pusat seluruh aura, karena meliputi dua organ tubuh yang paling penting yaitu hati dan jantung. Setiap kali Zera bermeditasi maka akan nampak ukiran yang unik di tubuhnya sehingga akan terlihat seperti lukisan semua alam memasuki tubuhnya.

Sebagaimana manusia bisa merasakan perasaan begitu juga dengan energi alam. Karena energi alam itu bersuara, tetapi jarang sekali orang mendengar apalagi merasakannya. ¤

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status