Arina seorang dokter bedah umum yang sedang patah hati karena Nanda--pacarnya--selingkuh dengan sahabatnya memilih pergi ke kampung halaman neneknya untuk mengobati perasaannya yang terluka dengan menjadi dokter di sebuah rumah sakit di sana. Suatu hari warga di sana membawa seorang pria yang terluka ke rumah Arina untuk diberikan pengobatan. Arina pun merawat luka pria itu dan memberikan tempat tinggal untuknya. Namun, warga tidak setuju melihat Arina dan pria bernama Yudhi itu memaksa mereka untuk menikah. Mereka pun menikah secara siri. Satu bulan kemudian Yudhi yang ternyata seorang CEO harus kembali ke Jakarta untuk menyelidiki siapa yang telah berusaha untuk membunuhnya. Arina dan Yudhi pun berpisah tanpa tahu jika dia telah meninggalkan janin di rahim Arina. Satu bulan kemudian Arina kembali ke Jakarta atas permintaan sang Ayah. Dia pun bertemu kembali bersama Yudhi. Apakah pertemuan itu akan menyatukan Arina dan Yudhi kembali? Sementara itu Arina harus bertemu lagi dengan Nanda sang Mantan pacar Arina yang berselingkuh merupakan siangan bisnis Yudhi.
Lihat lebih banyakKabar tentang Nanda yang masuk rumah sakit karena dipukuli tahanan lain dan dibawa ke rumah sakit sampai juga ke telinga Yudhi dan Arina. Perempuan itu kini merasa takut karena apabila Nanda ada di rumah sakit, pasti pria itu bisa kabur kapan saja dan mengincarnya."Aku takut, Mas."Yudhi memeluk tubuh Arina yang terasa dingin karena takut. Dia harus bisa menenangkan Arina dengan baik. Jangan sampai istrinya terlalu khawatir dan berakibat pada kandungan Arina yang saat ini dinyatakan sehat oleh dokter kandungan.Mereka sudah memeriksakan kandungan Arina kemarin. Calon bayi mereka tumbuh dengan sehat. Usia kandungan Arina masuk 16 minggu. Yudhi melihat senyuman istrinya terukir dengan manis dan dia tidak mau senyuman itu sampai hilang dari bibir Arina."Mas janji akan jagain kamu terus, Sayang. Jangan khawatir ya. Nanda enggak akan pernah bisa ganggu kamu lagi."Yudhi pikir dia perlu menyewa bodyguard untuk menjaga istrinya selama Nanda masih berada di rumah sakit karena dia tidak bisa
Jantung Arina memompa darah lebih kencang karena gugup. Dia takut jika ada yang tahu rahasia yang masih dia simpan saat ini. Arina menarik napas panjang sebelum menjawab pertanyaan tadi."Ah enggak kok. Saya nikah sama siapa? Pacar aja enggak ada sekarang. Jangan halu deh. Ya sudah ya, saya balik ke ruangan dulu."Ya, menghindar adalah lenih baik daripada terus berada di sana karena khawatir akan keceplosan lalu terpaksa berbohong karena tidak ingin ketahuan.Sampai di ruangannya, ponsel Arina berbunyi. Dia lihat di layar ada panggilan dari suaminya. Segera Arina menerima panggilan itu."Iya, Mas. Ada apa? Kangen ya sama aku. Padahal tadi pagi masih ketemu.""Kangen banget, Sayang. Kamu tahu enggak satu menit berpisah sama kamu rasanya kayak berpisah satu tahun saking lamanya."Arina tersenyum. Walaupun suaminya menggombal tetap terdengar manis di telinganya."Masa sih, Mas? Kalau gitu kita udah pisah berapa tahun nih?""Ribuan tahun, Sayang. Mana pulang kantor masih lama lagi, tambah
Setelah sarapan pagi di Villa, Yudhi mengajak Arina mencari rujak bali. Mereka minta tolong pada supir taksi untuk mengantar ke tempat rujak bali yang enak di sana.Ketika sarapan tadi, Yudhi sudah memastikan Arina sarapan dengan baik. Ada karbo yang dia makan. Pria itu tidak ingin istrinya sakit perut saat makan rujak bali.Tiba di tempat rujak, keduanya turun dan masuk tempat makan itu. Mereka duduk di tempat meja kosong yang ada di sana. Suasana tempat makan itu ramai. Bisa jadi apa yang dikatakan supir taksi tadi memang benar jika rujak bali di tempat itu memang enak."Kamu mau pesen yang mana, Sayang?" tanya Yudhi sambil melihat daftar menu. Dia merasa bingung karena tidak ada satu pun rujak yang biasa dia lihat di Jakarta."Pesen semua aja, Mas. Aku penasaran sama rasanya." Arina sudah tidak sabar mencoba semua macam rujak yang ada di sana."Kamu yakin pesen semua, Sayang? Siapa yang mau habiskan semua?""Aku, Mas. Kalau enggak habis, kita bawa ke villa."Yudhi menatap Arina den
Arya dan Novita yang ada di ruangan itu pun ingin ikut memberikan pendapatnya sebagai orang tua Arina dan tuan rumah."Tunggu sebentar, mohon izin saya mau mengungkapkan pendapat? Boleh atau tidak?" Semua menoleh ke arah Arya. Arina baru menyadari sudah melangkahi papanya bicara lebih dulu dan langsung pada orang tua Yudhi. Harusnya dia juga menyampaikan keinginannya pada papanya dulu baru nanti Arya yang menyampaikan pada orang tua Yudhi. "Astaghfirullah, Papa aku lupa. Maaf sudah melangkahi Papa." Arina tertunduk malu. "Sudah, Rin kamu enggak salah kok. Biar sekarang Papa yang menengahi. Kita cari jalan tengah bersama. Jadi, Arina mau resepsinya digelar secara sederhana, tapi Wahyu mau resepsinya mengundang kolega dan teman bisnis serta saudara, bukan begitu?" Semua menganggukkan kepala."Gini ya Arina, Wahyu, kami ini sebagai orang tua punya keluarga, teman dan rekan bisnis yang enggak dikenal Arina dan Yudhi. Terus kalian hanya ingin mengadakan resepsi sederhana? Jelas enggak
"Kok kamu bisa ada di sini, Yud? Bukannya kamu sudah ....?" Mulut Nanda ternganga dan matanya membulat melihat saudara sepupunya."Sudah apa, Nanda? Sudah mati? Kamu pikir aku bisa mati semudah itu?" Yudhi memandang Nanda dengan sorot mata mengintimidasi sambil terus berjalan mendekati pria itu. Nanda berjalan mundur dan semakin terpojok sampai punggungnya menabrak meja kerja sang kakek. "Kenapa cuma diam? Kaget lihat aku masih hidup? Tadi kamu bilang ada bukti kalau aku sudah meninggal, kenapa enggak ditunjukkan ke Kakek? Kamu simpan di mana buktinya? Di HP?" Yudhi terus mendesak Nanda sampai akhirnya pria itu memberikan ponselnya pada sang kakek. Dia tunjukkan foto surat kematian Yudhi pada sang kakek. "Kamu punya bukti fisiknya surat ini?" tanya sang kakek. "Ada, Kek." "Berikan padaku." Surat itu dia simpan dalam jas yang dia kenakan dan akan diberikan pada sang kakek. Dia keluarkan surat itu dari jas lalu dia berikan pada sang kakek. Sang kakek benar-benar tidak habis pikir
"Ok, kalau gitu aku akan kabari segera soal racun itu. Aku mau tanya nih Mas. Misalnya rencana ini berhasil, Mas mau ngasih apa buat aku karena sudah mau bantuin Mas Nanda?" tanya Arina dengan serius. "Kamu mau minta imbalan? Kamu mau balikan terus kita nikah? Kayaknya cuma itu yang bisa aku tawarkan ke kamu sebagai imbalan, kamu mau?" Arina diam sambil berpikir. Dia jelas tidak akan menerima imbalan dari Nanda soal tawaran pernikahan itu. Meskipun misalnya dia masih sendiri pun, dia tidak akan pernah mau menikah dengan pria seperti Nanda yang penuh dengan ambisi dan menghalalkan segala cara untuk mendapat yang dia mau. "Mas enggak ada tawaran lain nih? Aku enggak akan terima tawaran menikah itu, gimana nanti nasib perempuan yang ngarep jadi istri Mas Nanda? Aku enggak mau ngambil apa yang mereka mau." Arina menolak dengan alasan lain, bukan dengan menjelaskan jika dia sudah menikah. "Kamu mau uang? Bukankah orang tuamu kaya raya, Rin? Kenapa masih mengharap harta?" "Enggak. Aku
Yudhi berkata dalam hati, "Ternyata dia yang mau menyingkirkan aku? Tunggu saja kamu, Nanda aku akan bikin perhitungan sama kamu." "Rencana? Mas belum ada rencana, tapi denger kamu diajak kerja sama oleh Nanda, kita bisa manfaatin situasi itu untuk mengerjai balik. Ikuti semua perintah dia, nanti kita cari celahnya untuk membalas Nanda." "Jadi, aku masih harus terus bersandiwara depan Mas nanda? Ok." "Mas mau minta tolong sama kamu bisa, Rin?" "Mas mau minta tolong apa?" "Cari yang informasi sebanyak-banyaknya soal rencana pembunuhan yang direncanakan Nanda terhadap Mas. Minta tolong banget ya, Rin. Pokoknya Mas berharap banget sama kamu." "Aku akan usahakan dapet infomasi lengkap soal itu. Mas jangan khawatir, sebisa mungkin aku akan mengulur waktu melakukan rencana Mas Nanda sampai dapat infomasi yang lengkap dulu." Setelah itu Yudhi lanjut berdiskusi dengan polisi. Meminta polisi untuk menjaga Arina dengan baik selama Nanda belum tertangkap. Dia juga minta polisi menjaga Ari
Nanda mengirimkan sebuah foto pada Yudhi. Setelah tahu foto itu sudah dilihat oleh saudara sepupunya, pria itu langsung menghubungi Yudhi. "Apa maksud kamu ngirim foto dokter itu ke aku? Kamu nyulik dia?" Yang Nanda dengar tidak ada sedikit pun terdengar nada khawatir dari suara Yudhi di telepon. Pria itu merasa aneh. "Apa iya Yudhi dan Arina tidak ada hubungan sama sekali? Apa aku salah sangka?" tanya Nanda dalam hati dengan heran. "Kamu enggak pengen nyelamatin dia, Yud? Kalau dia aku apa-apain gimana? Enggak akan aku bunuh sih paling cuma ngajak main sebentar. Kamu enggak tergerak sama sekali atau penasaran dan pengen langsung datang ke sini?" "Terserah. Jangan ganggu, aku lagi sibuk. Kerjaan numpuk enggak selesai-selesai nih kalau ngomong di telepon terus sama kamu!" Nada bicara Yudhi sedikit naik. Nanda bingung dengan keputusannya menculik Arina. Dia sampai heran dengan sikap Yudhi yang terlihat dingin dengan Arina. "Sekali lagi aku tanya, kamu enggak pengen tahu aku ada d
Yudhi sudah memanggil Nanda ke ruangannya. Pria itu sedang duduk berhadapan dengannya. Yudhi bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya antara dia dan sepupunya itu."Yud, aku mau cerita sesuatu sama kamu." Nanda bicara lebih dulu dan itu tidak disangka oleh Yudhi. Awalnya dia ingin langsung mengungkapkan semua kesalahan Nanda, tetapi karena pria itu bicara lebih dulu, dia biarkan sepupunya itu bicara. "Mau cerita apa? Silakan aja, aku akan dengerin cerita kamu." Nanda mengubah posisi duduknya menjadi lebih santai agar tidak terlihat tegang. Pria itu mulai merangkai cerita. "Arina itu mantan pacarku. Kami hampir menikah." Yudhi sudah tidak terkejut lagi mendengar ucapan Nanda karena Arina sudah menceritakan semua padanya dan dia lebih percaya pada istrinya daripada saudara sepupunya sendiri sehingga Yudhi bisa bersikap biasa. "Oh ya? Terus hubungan kalian sekarang gimana?" Yudhi menampakan wajah penasarannya pada cerita dari Nanda. "Kami sudah putus karena Arina selingkuh
"Dokter! Tolong dokter!" teriak beberapa warga di depan rumah dokter Arina. Arina Seorang perempuan cantik bergelar dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit di salah satu desa di kota Serang. Arina yang sudah akan beristirahat malam keluar dari kamar menuju pintu depan setelah mendengar teriakan warga sekitar. Dia pun membuka pintu lalu terperanjat melihat pemandangan di hadapannya. Empat orang warga membawa seorang pria berwajah tampan. Pria itu tidak sadarkan diri dengan luka tusuk di bagian perut sebelah kiri. Tubuh pria itu bersimbah darah dan darah masih mengalir dari luka di bagian perutnya. "Tolong selamatkan laki-laki ini dokter," pinta salah seorang warga. "Dia siapa, Pak?" "Kami tidak kenal dengan laki-laki ini. Dia tergeletak di pinggir jalan, kami menemukannya tadi pas pulang dari pengajian di rumah Pak Ahmad. Kami langsung bawa laki-laki ini ke sini, ke rumah dokter." Arina merasa agak takut membantu pria itu. Bagaimana jika pria itu adalah orang jahat, pikir Arina...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen