Share

Bab 5. Malu

Author: Agniya14
last update Last Updated: 2024-11-22 17:51:18

"Cucu apa sih, Pa?" protes Arina pada papanya dengan wajah memerah. Perempuan itu belum memikirkan sampai sana. Perkara nafkah lahir batin aja dia belum kepikiran.

"Rin, Papa sama mama itu nikah anaknya cuma dua, kamu sama kakakmu aja, kakakmu udah nikah, kamu kan udah nikah juga, tapi sebelum nikah kamu udah kabur duluan ke sini, jadi rumah itu sepi enggak ada kalian. Kalau Papa minta cucu tiga kalian enggak keberatan, kan?"

Arina melotot pada papanya, pembahasan soal cucu ini entah mengapa membuatnya merasa kesal. Dia tidak berani menatap Yudhi, takut pria itu merasa senang dan ikut menuntut dirinya soal cucu yang diinginkan papanya.

"Ya, Pa, nikah aja baru, kok udah mikirin cucu segala sih?"

"Kamu sama suamimu umurnya enggak muda lagi, jadi sudah seharusnya direncanakan dari sekarang, Sayang, kapan punya anak pertama, kedua dan seterusnya. Iya enggak Nak Yudhi? Kalau Nak Yudhi sendiri rencana mau punya anak berapa?" Baskara beralih pada Yudhi.

"Berapa aja dikasih rezeki sama Allah aja, Pak. Saya enggak akan nuntut Arina untuk punya anak banyak." Yudhi tersenyum dan melirik pada Arina.

Entah kenapa dia menjadi kesal dengan Arya dan Yudhi. Jika Yudhi berani membahas anak dengannya, dia janji akan membunuh suaminya. Arina bangkit dari duduknya untuk menghindari pembahasan soal anak.

'Nikah aja terpaksa, enggak tahu mau dibawa ke mana pernikahan ini, kok udah bahas anak sih?' protes Arina dalam hati karena kesal pada dua pria itu.

Dia menyiapkan makan siang untuk papa dan suaminya. Makanan yang tadinya akan dia makan bersama sang suami, akan dia berikan pada papanya. Makanan tersaji di meja, Arina pamit, dia akan makan di luar, tidak mau terlibat obrolan apa pun dengan papa dan suaminya.

Di luar Arina melihat tukang bakso, dia membayangkan makan bakso yang pedas dan asam untuk meredakan emosinya. Arina pun memesan bakso lalu makan sendirian setelah meracik bakso itu sesuai keinginannya.

"Kok makan sendirian? Suaminya enggak diajak?"

Suara pria itu, pria yang tidak dia inginkan kehadirannya membuat Arina melongo dan menjatuhkan bakso yang ada di sendok nya.

"Mas ngapain ke sini? Bukannya tadi makan sama papa?"

Tidak mungkin Yudhi berkata jujur jika Arya menyuruhnya menyusul Arina. Pria itu diminta menenangkan perasaan kesal Arina sekaligus belajar mengenal sifat anak kesayangan Arya itu, agar di kemudian hari dia bisa membujuk istrinya saat sedang kesal dan marah.

"Lagi pengen makan makanan yang sama dengan kamu, enggak boleh?" Yudhi berteriak pada pedagang bakso memesan satu mangkuk bakso untuknya.

Arina hanya melirik sekilas. Dia tidak memedulikan kedatangan pria itu di sana. Yudhi pun tidak berusaha membujuk Arina agar tidak kesal lagi. Keduanya makan dalam diam. Arina selesai makan lebih dulu, dia membayar dua mangkuk bakso itu lalu meninggalkan Yudhi sendiri di sana.

Yudhi mempercepat makannya lalu menyusul Arina yang tidak berjalan menuju rumah. Dia berjalan ke arah lain untuk menenangkan diri. Yudhi menyamakan langkahnya berjalan di sebelah Arina.

"Kok ngikutin lagi sih, Mas?" Arina khawatir ditemani Yudhi membuatnya semakin bertambah kesal.

"Takut ada yang nyulik kamu."

Arina menghentikan langkah, menghembuskan napas berat. "Di sini enggak ada yang bakalan nyulik aku, Mas. Lagian Mas mending pulang deh, enggak akan sanggup jalan jauh ngikutin aku. Perutnya kan masih sakit."

Apa yang dikatakan Arina benar. Yudhi masih merasa kurang nyaman di bagian perutnya dan dia juga agak kesulitan mengikuti langkah cepat Arina, tetapi dia bersikap santai seolah tidak merasakan apa pun.

Arina melanjutkan langkahnya, Yudhi pun tetap berjalan di sampingnya. Melihat Yudhi mulai berkeringat, dia merasa kasihan. Takut terjadi apa-apa dengan suaminya, Arina putuskan untuk pulang bersama Yudhi dengan berjalan perlahan sampai ke rumah.

Ketika keduanya masuk rumah, Papa Arina sudah tertidur di sofa di ruang tengah. Pria itu merasa lelah karena menyetir sendiri untuk melihat anaknya bersama sang suami. Selama bersama dengan Yudhi tadi Arya merasa pria itu akan menjaga Arina dengan baik.

Sore hari, Arya terbangun saat azan asar. Arina merasa kasihan dengan Arya harus tidur di sofa. Dia lupa menitipkan pesan pada papanya agar tidur di kamarnya saja kalau ingin istirahat.

"Papa malam ini mau nginep di sini?"

"Iya, besok Papa pulang ke rumah. Papa enggak berani jalan malam sendirian."

"Kenapa enggak ngajak Mama? Oh ya reaksi Mama gimana, Pa?" Arina penasaran juga dengan reaksi mamanya.

"Mama enggak Papa ajak. Papa sudah bilang sih kamu nikah di sini. Papa bilang ke mama kamu diamuk warga. Tadinya mama mau ikut ke sini, tapi Papa larang karena Papa bilang di sini kondisinya bahaya."

Arina menghela napas. Bisa-bisanya Arya berbohong pada istrinya sendiri begitu.

"Padahal kan enggak gitu, Pa."

"Mama minta Papa ngajak kamu pulang karena khawatir, tapi sekarang mama udah aman kok. Papa enggak mau ngajak mama ke sini tuh nanti mama heboh nyapin segala macem di sini, bikin syukuran dan lain-lain sedangkan kerjaan Papa lagi banyak, ini juga maksain buat jenguk kamu. Alhamdulillah Papa bisa tenang sekarang."

Melihat kelegaan di wajah papanya, Arina pun merasa tenang. Dia hanya berharap ke depannya akan berjalan dengan baik dan semuanya baik-baik saja.

Malam harinya mereka makan di luar bersama dengan obrolan hangat. Tidak lupa mengabari sang mama agar tidak perlu khawatir dengan keadaan Arina lagi.

Selesai makan malam, mereka beristirahat di rumah. Saat Arya tidur di kamarnya, Arina memutuskan untuk tidur di sofa saja malam itu. Namun, Yudhi yang melihat itu melarangnya dan meminta Arina untuk tidur di kamar pria itu, tetapi Arina menolak. Dia bersikeras untuk tetap tidur di sofa itu.

Saat Yudhi ingin menarik tangan Arina agar perempuan itu bangkit perempuan itu malah menarik tangan Yudhi. Tubuh pria itu menjadi tidak seimbang hingga akhirnya dia terjatuh. Keduanya berbaring di sofa dengan posisi yang akan membuat orang lain yang melihatnya berpikiran lain.

Saat itu keduanya masih diam dan saling menatap dalam.

"Eh, kok malah di sini, masuk kamar sana, enggak enak dilihat kalau kayak gitu. Malu."

Related chapters

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 6. Rencana Pulang

    Yudhi melompat setelah mendengar ucapan Arya. Jantungnya berdebar lebih kencang seperti seseorang yang baru saja melakukan kesalahan. Begitu juga dengan Arina. Dia mengatur napas untuk menetralisir debaran jantungnya. "Eh, Papa, iya nih mau ngajak Arina masuk kamar, malah jatuh karena dia narik tangan saya terlalu keras." Apa yang dikatakan Yudhi ada benarnya. Arya tidak akan marah karena memang anaknya dan Yudhi menikah dengan cara yang benar hanya saja memang belum didaftarkan secara negara saja. Mereka sudah halal melakukan apa pun. Arya pun tidak bisa melarang anaknya, bahkan dia seolah ikhlas jika Arina cepat mendapat momongan. "Udah sana pindah ke kamar, Rin!" Arina bangkit dari sofa lalu berjalan lebih dulu ke kamar Yudhi karena sedang malas berurusan dengan papanya. Yudhi pamit pada Arya menyusul Arina ke kamar sementara Arya menuju kamar mandi lalu kembali ke kamarnya. Di kamar Yudhi, Arina duduk di tepi ranjang masih terbayang kejadian di sofa tadi. Tiba-tiba darahnya b

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 1. Pria Misterius

    "Dokter! Tolong dokter!" teriak beberapa warga di depan rumah dokter Arina. Arina Seorang perempuan cantik bergelar dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit di salah satu desa di kota Serang. Arina yang sudah akan beristirahat malam keluar dari kamar menuju pintu depan setelah mendengar teriakan warga sekitar. Dia pun membuka pintu lalu terperanjat melihat pemandangan di hadapannya. Empat orang warga membawa seorang pria berwajah tampan. Pria itu tidak sadarkan diri dengan luka tusuk di bagian perut sebelah kiri. Tubuh pria itu bersimbah darah dan darah masih mengalir dari luka di bagian perutnya. "Tolong selamatkan laki-laki ini dokter," pinta salah seorang warga. "Dia siapa, Pak?" "Kami tidak kenal dengan laki-laki ini. Dia tergeletak di pinggir jalan, kami menemukannya tadi pas pulang dari pengajian di rumah Pak Ahmad. Kami langsung bawa laki-laki ini ke sini, ke rumah dokter." Arina merasa agak takut membantu pria itu. Bagaimana jika pria itu adalah orang jahat, pikir Arina

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 2. Nikahkan Mereka Sekarang!

    Arina mengerutkan dahi saat melihat pria tampan yang dia tolong itu tiba-tiba berteriak. Pasti ada sesuatu yang terjadi pada pria itu, pikirnya. Arina menjadi penasaran dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada pria itu. Dia harus tahu tentang itu semua agar bisa membantu pria itu ke depannya. Arina sudah berhasil menyingkirkan perasaan takutnya pada pria itu dan berpikir jika pria itu ada korban dari sebuah rencana pembunuhan. "Semua bagus kok, Dok, tinggal tunggu pasiennya siuman aja," jawab perawat pada Arina. "Ok, kalau dia siuman segera telepon saya, ya." Arina memeriksa angka-angka yang tertera pada alat yang tersambung pada tubuh pria yang dia belum tahu namanya itu. Mulai dari tekanan darah dan lainnya serta memeriksa cairan infusnya. "Oh ya, transfusi darahnya sudah selesai?" Arina baru ingat karena di lengan pria itu hanya tersambung selang infus saja. "Sudah semua kok, Dok." "Ok. Makasih ya, saya balik ke ruangan dulu. Nanti saya ke sini lagi." Arina pun kelua

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 3. Nikah Dadakan

    Arina berusaha menenangkan keriuhan para warga, dia ingin mengajak mereka bicara baik-baik tidak dengan emosi seperti sekarang."Bapak-bapak apa kita bisa bicara baik-baik, apa ada perwakilan yang mau ngomong sama saya sekaligus cari jalan keluar?" Arina sadar saat ini posisinya memang salah. Mengajak Yudhi tinggal berdua saja di rumah itu. Para warga khawatir mereka melakukan sesuatu yang tidak pantas di sana karena hanya berdua saja, akan ada orang ketiga yaitu syaithan yang bisa mempengaruhi keduanya. Salah seorang dari warga maju mendekat pada Arina, perwakilan RT di sana. Pria itu terlihat menarik napas panjang sebelum bicara. "Kami semua di sini tahu Mbak Arina tinggal berdua saja dengan Mas-nya ini, siapa namanya ya?" "Yudhi." "Iya, Mas yudhi, apa enggak sebaiknya jangan tinggal berdua saja Mbak?" "Saya tahu itu, Pak, sebelum saya bawa Mas Yudhi ke rumah ini, saya sudah minta dia pulang ke rumahnya tadi dia menolak, terus saya minta temen lain buat nampung dia enggak ada

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 4. Papa Minta Cucu

    Setelah semua warga pulang ke rumah masing-masing, baik Arina dan Yudhi masuk ke kamar masing-masing. Malam itu mereka sama-sama tidak bisa tidur. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Yudhi masih tidak menyangka setelah dibuang ke tempat itu, dia berakhir menikah dengan seorang dokter cantik yang secara fisik menarik dan pasti membuat pria yang melihatnya akan tertarik. Namun, sejak dia berada di sana, Yudhi menyadari sesuatu, nyawanya sedang berada dalam bahaya. Dia menjadi khawatir akan berdampak pada Arina. Takut perempuan itu menjadi incaran juga. Setelah menjadi istrinya dia telah menarik perempuan itu berada dalam bahaya juga. Malam itu terus memikirkan cara untuk menjaga Arina dari incaran orang yang akan membahayakan. Sementara Arina memikirkan hal lain. Setelah menikah apa yang harus dia lakukan pada Yudhi selain merawat lukanya. Apakah dia harus menjadi istri yang sebenarnya untuk pria itu. Apakah dia harus melayani suaminya dengan baik? Kalau hanya mengurus dengan baik

Latest chapter

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 6. Rencana Pulang

    Yudhi melompat setelah mendengar ucapan Arya. Jantungnya berdebar lebih kencang seperti seseorang yang baru saja melakukan kesalahan. Begitu juga dengan Arina. Dia mengatur napas untuk menetralisir debaran jantungnya. "Eh, Papa, iya nih mau ngajak Arina masuk kamar, malah jatuh karena dia narik tangan saya terlalu keras." Apa yang dikatakan Yudhi ada benarnya. Arya tidak akan marah karena memang anaknya dan Yudhi menikah dengan cara yang benar hanya saja memang belum didaftarkan secara negara saja. Mereka sudah halal melakukan apa pun. Arya pun tidak bisa melarang anaknya, bahkan dia seolah ikhlas jika Arina cepat mendapat momongan. "Udah sana pindah ke kamar, Rin!" Arina bangkit dari sofa lalu berjalan lebih dulu ke kamar Yudhi karena sedang malas berurusan dengan papanya. Yudhi pamit pada Arya menyusul Arina ke kamar sementara Arya menuju kamar mandi lalu kembali ke kamarnya. Di kamar Yudhi, Arina duduk di tepi ranjang masih terbayang kejadian di sofa tadi. Tiba-tiba darahnya b

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 5. Malu

    "Cucu apa sih, Pa?" protes Arina pada papanya dengan wajah memerah. Perempuan itu belum memikirkan sampai sana. Perkara nafkah lahir batin aja dia belum kepikiran. "Rin, Papa sama mama itu nikah anaknya cuma dua, kamu sama kakakmu aja, kakakmu udah nikah, kamu kan udah nikah juga, tapi sebelum nikah kamu udah kabur duluan ke sini, jadi rumah itu sepi enggak ada kalian. Kalau Papa minta cucu tiga kalian enggak keberatan, kan?"Arina melotot pada papanya, pembahasan soal cucu ini entah mengapa membuatnya merasa kesal. Dia tidak berani menatap Yudhi, takut pria itu merasa senang dan ikut menuntut dirinya soal cucu yang diinginkan papanya. "Ya, Pa, nikah aja baru, kok udah mikirin cucu segala sih?" "Kamu sama suamimu umurnya enggak muda lagi, jadi sudah seharusnya direncanakan dari sekarang, Sayang, kapan punya anak pertama, kedua dan seterusnya. Iya enggak Nak Yudhi? Kalau Nak Yudhi sendiri rencana mau punya anak berapa?" Baskara beralih pada Yudhi. "Berapa aja dikasih rezeki sama Al

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 4. Papa Minta Cucu

    Setelah semua warga pulang ke rumah masing-masing, baik Arina dan Yudhi masuk ke kamar masing-masing. Malam itu mereka sama-sama tidak bisa tidur. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Yudhi masih tidak menyangka setelah dibuang ke tempat itu, dia berakhir menikah dengan seorang dokter cantik yang secara fisik menarik dan pasti membuat pria yang melihatnya akan tertarik. Namun, sejak dia berada di sana, Yudhi menyadari sesuatu, nyawanya sedang berada dalam bahaya. Dia menjadi khawatir akan berdampak pada Arina. Takut perempuan itu menjadi incaran juga. Setelah menjadi istrinya dia telah menarik perempuan itu berada dalam bahaya juga. Malam itu terus memikirkan cara untuk menjaga Arina dari incaran orang yang akan membahayakan. Sementara Arina memikirkan hal lain. Setelah menikah apa yang harus dia lakukan pada Yudhi selain merawat lukanya. Apakah dia harus menjadi istri yang sebenarnya untuk pria itu. Apakah dia harus melayani suaminya dengan baik? Kalau hanya mengurus dengan baik

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 3. Nikah Dadakan

    Arina berusaha menenangkan keriuhan para warga, dia ingin mengajak mereka bicara baik-baik tidak dengan emosi seperti sekarang."Bapak-bapak apa kita bisa bicara baik-baik, apa ada perwakilan yang mau ngomong sama saya sekaligus cari jalan keluar?" Arina sadar saat ini posisinya memang salah. Mengajak Yudhi tinggal berdua saja di rumah itu. Para warga khawatir mereka melakukan sesuatu yang tidak pantas di sana karena hanya berdua saja, akan ada orang ketiga yaitu syaithan yang bisa mempengaruhi keduanya. Salah seorang dari warga maju mendekat pada Arina, perwakilan RT di sana. Pria itu terlihat menarik napas panjang sebelum bicara. "Kami semua di sini tahu Mbak Arina tinggal berdua saja dengan Mas-nya ini, siapa namanya ya?" "Yudhi." "Iya, Mas yudhi, apa enggak sebaiknya jangan tinggal berdua saja Mbak?" "Saya tahu itu, Pak, sebelum saya bawa Mas Yudhi ke rumah ini, saya sudah minta dia pulang ke rumahnya tadi dia menolak, terus saya minta temen lain buat nampung dia enggak ada

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 2. Nikahkan Mereka Sekarang!

    Arina mengerutkan dahi saat melihat pria tampan yang dia tolong itu tiba-tiba berteriak. Pasti ada sesuatu yang terjadi pada pria itu, pikirnya. Arina menjadi penasaran dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada pria itu. Dia harus tahu tentang itu semua agar bisa membantu pria itu ke depannya. Arina sudah berhasil menyingkirkan perasaan takutnya pada pria itu dan berpikir jika pria itu ada korban dari sebuah rencana pembunuhan. "Semua bagus kok, Dok, tinggal tunggu pasiennya siuman aja," jawab perawat pada Arina. "Ok, kalau dia siuman segera telepon saya, ya." Arina memeriksa angka-angka yang tertera pada alat yang tersambung pada tubuh pria yang dia belum tahu namanya itu. Mulai dari tekanan darah dan lainnya serta memeriksa cairan infusnya. "Oh ya, transfusi darahnya sudah selesai?" Arina baru ingat karena di lengan pria itu hanya tersambung selang infus saja. "Sudah semua kok, Dok." "Ok. Makasih ya, saya balik ke ruangan dulu. Nanti saya ke sini lagi." Arina pun kelua

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 1. Pria Misterius

    "Dokter! Tolong dokter!" teriak beberapa warga di depan rumah dokter Arina. Arina Seorang perempuan cantik bergelar dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit di salah satu desa di kota Serang. Arina yang sudah akan beristirahat malam keluar dari kamar menuju pintu depan setelah mendengar teriakan warga sekitar. Dia pun membuka pintu lalu terperanjat melihat pemandangan di hadapannya. Empat orang warga membawa seorang pria berwajah tampan. Pria itu tidak sadarkan diri dengan luka tusuk di bagian perut sebelah kiri. Tubuh pria itu bersimbah darah dan darah masih mengalir dari luka di bagian perutnya. "Tolong selamatkan laki-laki ini dokter," pinta salah seorang warga. "Dia siapa, Pak?" "Kami tidak kenal dengan laki-laki ini. Dia tergeletak di pinggir jalan, kami menemukannya tadi pas pulang dari pengajian di rumah Pak Ahmad. Kami langsung bawa laki-laki ini ke sini, ke rumah dokter." Arina merasa agak takut membantu pria itu. Bagaimana jika pria itu adalah orang jahat, pikir Arina

DMCA.com Protection Status