Home / CEO / Dokter Cantik Pemilik Hati CEO / Bab 8. Malam Pertama

Share

Bab 8. Malam Pertama

Author: Agniya14
last update Last Updated: 2024-11-24 19:23:37

"Maksudnya apa ini ya, Mas?" Arina tetap bingung dengan ucapan singkat dari suaminya itu. 

"Ya, biasanya orang nikah kan suaminya ngasih cincin dan saya mau kayak gitu ceritanya." 

Arina mengerjapkan matanya dan merasa ada yang aneh dengan Yudhi. "Bukannya ini aku yang beli sendiri ya, Mas?" 

"Anggap itu sebagai utang, nanti semua uang yang kamu pakai untuk keperluan kita berdua, Mas ganti semuanya." 

Arina mengerutkan dahi. 'Emang Mas Yudhi punya uang sebanyak apa sih?' Tiba-tiba Arina penasaran, tetapi dia tidak tahu harus mencari informasi itu ke mana. 

"Oh, ok, tapi aku enggak akan hitung ya, Mas. Jadi, terserah Mas aja mau ganti berapa." 

"Empat hari lagi aku akan pulang ke tempatku yang seharusnya. Kita sudah menikah, aku harap akan terus begitu sampai kapan pun." 

Saat itu Yudhi tidak bisa menjanjikan apa pun untuk Arina. Dia belum bisa membawa Arina tinggal bersamanya, tetapi tidak rela pula meninggalkan Arina sendirian di sana. 

Arina menatap mata suaminya dalam. "Jangan lupa kabari aku kalau sudah sampai di sana ya, Mas." Hanya itu yang keluar dari bibirnya. Entah kenapa di dalam hatinya perempuan itu merasa kehilangan padahal Yudhi masih bersamanya. Kebersamaan mereka yang hanya sebentar ternyata bisa membuat Arina sedikit demi sedikit menerima keberadaan Yudhi di hatinya tanpa dia sadari. 

***

Satu hari sebelum Yudhi kembali ke Jakarta, Arina mengambil jatah cuti. Dia ingin menghabiskan waktu bersama dengan pria itu dengan memberikan kesan terbaik sebelum berpisah, tetapi bukannya hal seperti ini justru akan membuat hati semakin terasa sakit. 

Mereka mengawali paginya dengan memasak dan sarapan bersama. Yudhi sama sekali tidak keberatan membantu Arina di dapur. Memegang alat masak bukan sebuah hal yang aneh baginya, bahkan dia terlihat terbiasa dengan aktivitas memasak di dapur. 

Selesai sarapan mereka membersihkan rumah bersama. Yudhi dan Arina merapikan kamar mereka lebih dulu baru kemudian beralih ke ruangan lainnya. Menyapu dan membersihkan bagian yang kotor lalu mengepel lantai dari teras hingga ke dapur.

Selesai menyapu dan mengepel, Arina mencuci pakaian. Hanya pakaian luar aja yang dia letakkan di mesin cuci, sisanya dia letakkan di kamar dan akan dicuci lain kali. Arina mencuci dengan tangan dibantu oleh Yudhi yang membilas pakaiannya. Selesai mencuci mereka jemur semua pakaian di luar. 

Arina ingin duduk sebentar sebelum lanjut masak untuk makan siang. Dia menyalakan TV dan bersandar di sofa. Yudhi pun ikut duduk bersamanya. Arina menoleh sekilas pada Yudhi. 

"Sejak kapan bisa masak, Mas?" tanya Arina penasaran dengan suaminya itu. 

"Dulu sih pas kuliah, ya namanya jauh dari orang tua kan pengen makan ini itu jadi milih masak sendiri. Kenapa?" 

"Ya jarang aja sih laki-laki yang mau turun bantuin kerjaan dapur apalagi masak. Jadi, sejak ngekos bisa semuanya termasuk nyapu sama ngepel ya, Mas?" 

"Gitu deh, Rin. Kalau enggak kos ya enggak bakalan bisa ngerjain tugas rumah, tapi kalau nyuci sih masih bisa laundry atau pakai mesin cuci, ya?" 

"Iya juga sih, tapi kayak Mas Yud sih udah lumayan lah." 

"Buat siang ini mau masak apa? Mas bantuin ya." 

Sebenarnya Arina masih ingin duduk sebentar di sana, tetapi karena Yudhi membahas soal masak dia terpaksa bangkit dari duduknya. Mereka berjalan menuju dapur. Arina mengeluarkan bahan masakan dari lemari pendingin untuk di masak. Arina menyebut masakan apa yang ingin dia masak. 

"Kamu duduk aja, Rin. Biar Mas aja yang masak buat kamu." Yudhi mendorong punggung Arina kembali ke sofa. Kemudian dia mengambil alih memasak untuk makan siang. 

Dengan cekatan Yudhi mengolah bahan mentah menjadi masakan matang dan enak. Dia sajikan semuanya di meja. Yudhi merasa puas dengan hasil masakannya. Lalu dia kembali ke ruang tengah untuk mengajak Arina makan siang. 

Tiba di ruang tengah, dia lihat Arina sudah terbaring di sofa. Entah kapan Arina tertidur di sana, Yudhi tidak tahu. Namun, dari wajahnya Arina terlihat sangat lelah. Dia biarkan perempuan itu tidur sampai terdengar azan zuhur. 

Baru saja Yudhi akan membangunkan Arina. Perempuan itu sudah membuka mata. Menatap ke arah Yudhi yang tangannya tertahan di udara hendak membangunkan Arina. 

"Mas mau ngapain?" tanya Arina saat melihat tangan Yudhi. 

"Oh, mau bangunin kamu tadinya. Udah zuhur, salat dulu yuk, terus kita makan. Masakannya udah mateng semua." 

Pria itu mengulurkan tangan agar ditarik oleh Arina. Dia ingin membantu perempuan itu berdiri. Arina pun menyambut uluran tangan Yudhi. Mereka salat di kamar masing-masing lalu makan siang bersama. 

Sore harinya setelah salat asar, Yudhi mengajak Arina jalan sore. Yudhi anggap itu sebagai olah raga sore. Namun, jalan sore sambil mengobrol dengan Arina membuat pria itu semakin berat untuk meninggalkan Arina. 

Perasaan itu semakin malam bertambah berat. Jika bisa dia ingin tetap berada di sana karena ternyata hatinya sudah dia berikan pada perempuan itu. 

Malam harinya, Arina merapikan semua pakaian Yudhi di kamar pria itu. Dia masukkan ke dalam tas semuanya tanpa ada sisa. Namun, Yudhi menahan tangannya. 

"Jangan dimasukkan semuanya." Yudhi mengambil satu buah kaus dan sarung lalu dia berikan pada Arina. 

"Buat apa ini, Mas?" tanya Arina heran. 

"Obat kangen. Kalau kamu kangen pake aja baju itu atau sarungnya dijadiin selimut." Betapa percaya dirinya Yudhi dengan mengatakan Arina akan merindukannya. Sedangkan dia tidak tahu Bagaimana perasaan perempuan itu padanya. Ingin dia menanyakan itu langsung pada Arina, tetapi Yudhi belum siap kecewa. Padahal pertemuannya dengan Arina bisa dibilang hanya sebentar saja dan mereka pun tidak saling mengenal satu sama lain sebelumnya. 

Bulir bening lolos dari kedua mata Arina tanpa bisa dia tahan. Perempuan itu baru menyadari jika dia memiliki rasa yang spesial untuk pria itu. Arina pun merasa tidak ingin ditinggal oleh pria itu. 

Yudhi menghapus air mata di kedua pipi Arina, dia tarik perempuan itu dalam pelukannya, di sana Arina menumpahkan semua air mata dan kesedihannya sampai kaus yang dikenakan Yudhi menjadi basah.

Pria itu terus mengusap punggung Arina untuk menenangkannya. Didorong oleh perasaan yang sama yakni tidak siap untuk berpisah dan diawali dengan sentuhan di puncak kepala Arina, perempuan itu menyerahkan dirinya pada sang suami untuk menjadi istri yang seutuhnya. Dengan perasaan sayang yang tanpa mereka sadari hadir dalam hati keduanya, mereka melakukan malam pertama di kamar Yudhi. Dengan perasaan yang sama itu juga tanpa mereka tahu Yudhi telah menitipkan sebuah nyawa baru di rahim Arina. 

Related chapters

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 9. Ternyata Suamiku CEO?

    Besok paginya, Yudhi terbangun sebelum azan subuh. Tidak lupa dia membangunkan Arina. Ketika Arina membuka mata dia berikan senyuman termanis pada istrinya itu. "Mandi ya, Mas bantu ke kamar mandi." Sepertinya Yudhi tahu biasanya kebanyakan perempuan setelah malam pertama akan merasakan sakit, pria itu khawatir Arina akan kesulitan berjalan karenanya. Yang dia maksud membantu ke kamar mandi itu bukan membantu jalan ke kamar mandi, melainkan menggendong ke kamar mandi. Arina pun tersipu dengan perlakuan manis suaminya. Sampai di kamar mandi, Yudhi menurunkan Arina. "Kalau sudah selesai, teriak aja ya, nanti Mas gendong lagi." Sebuah senyuman mengembang di bibir Yudhi. "Enggak usah berlebihan deh kayaknya Mas, aku bisa jalan sendiri kok." Arina meyakinkan Yudhi kalau dia baik-baik saja. "Lagian kan kalau Mas gendong aku lagi, terus aku udah wudhu, ya wudhunya jadi batal dong." Yudhi tersenyum sambil menggaruk tengkuk belakangnya. "Iya juga ya. Ya sudah mandi aja dulu, terus salat s

    Last Updated : 2024-11-25
  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 10. Siapa Yang Datang Pagi-pagi

    Seharian itu Arina mencoba menghubungi Yudhi tetapi tetap tidak ada jawaban dan pria itu pun tidak mencoba untuk menghubungi Arina baik lewat pesan atau lewat telepon. Pikiran negatif mulai menguasai Arina. Dia menjadi curiga pada Yudhi. Curiga pria itu akan meninggalkannya setelah Arina melihat siapa sebenarnya suaminya itu. Detik itu juga dia menelepon papanya. Arina ingin pernikahannya dengan Yudhi disudahi karena dia merasa pria itu hanya memanfaatkannya saja selama berada di kota itu dan tidak pernah ada niatan serius dengan Arina. "Halo, Pa." Arina menyapa papaya di telepon. "Ada apa, Nak?" tanya Arya seolah tahu jika ada sesuatu yang terjadi pada Arina. "Seharian ini aku coba telepon dan kirim SMS ke Mas Yudhi, tapi enggak ada jawaban, aku kok jadi curiga sama dia ya, Pa? Jangan-jangan Mas Yudhi cuma nipu aku aja ya?" Suara Arina terdengar kesal. "Loh kenapa, Rin? Nikah kok cuma sebentar, jadi kayak mainan aja, baru sehari enggak ada kabar tapi udah panik begitu." Arya ter

    Last Updated : 2024-11-25
  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 11. Arina Pingsan

    "Sakit. Mas," teriak Arina saat Yudhi mencubit gemas hidungnya. Pria itu langsung datang dari Jakarta hanya karena istrinya ngambek tadi malam yang disebabkan karena seharian kemarin Yudhi lupa membawa ponselnya. Pria itu tidak tahan saat tahu istrinya ngambek. Subuh tadi dia menyetir sendiri ke tempat Arina hanya untuk membuat istrinya tidak ngambek lagi. "Ini beneran kamu, Mas? Kenapa ke sini? Emang Mas enggak kerja? Nanti kalau dicariin gimana?" Arina menyerbu Yudhi dengan banyak pertanyaan. Bukannya menjawab pria itu mendorong tubuh Arina masuk ke rumah. Lalu dia putar agar Arina berbalik dan terus berjalan ke ruang tengah. Pria itu mengajak Arina duduk di sofa. "Masih ngambek, Rin?" tanya Yudhi menatap mata istrinya dalam. Arina membalas tatapan Yudhi dengan sorot mata rindu. "Kalau aku bilang masih, Mas mau ngapain?" Yudhi memeluk Arina erat. "Pengen meluk soalnya udah kangen berat. Ternyata menahan Rindu itu berat banget ya. Terus ke sana." Kepala Yudhi bergerak menunjuk

    Last Updated : 2024-11-25
  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 12. Kamu Hamil, Rin?

    Orang yang mendatangi Arina itu adalah seorang perawat yang bekerja di rumah sakit yang sama dengannya. Dia adalah perawat pria. Perawat itu datang ke rumah Arina atas permintaan dari Yudhi. Suami Arina itu khawatir saat tahu jika istrinya izin sakit ke pihak rumah sakit. Perawat itu membawa Arina ke sofa. Dia membenahi posisi tubuh Arina agar bisa bernapas dengan baik dan tidak kekurangan oksigen. Dia mencoba menyandarkan Arina yang pingsan sebelum pergi dan memastikan Arina makan makanan yang dia bawa tadi. Setengah jam kemudian Arina tersadar. Tubuhnya masih lemah. Dia masih ada di rumahnya lalu melihat ada sosok Andre masih ada di sana. "Kok belum pulang, Ndre?" tanya Arina dengan suara lemah. "Iya, Bu, saya nunggu Ibu siuman. Ini saya sudah buatkan teh hangat buat Ibu, diminum sekarang ya, Bu." Andre memberikan gelas teh pada Arina. Arina pun meminumnya walau hanya seteguk. Dia berikan gelas itu lagi pada Andre. "Kamu mau ngapain ke sini, Ndre? Apa ada yang nyari saya?" "O

    Last Updated : 2024-11-26
  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 14. Ingin Berpisah

    Arina terpaksa menganggukkan kepala. Tidak ada gunanya merahasiakan kehamilannya pada sang mama karena mamanya pun seorang dokter."Ya Allah, kenapa enggak bilang? Kamu ngidam ya, Rin? Kalau gitu tunggu di sini, Mama mau masakin makanan yang bisa kamu makan, ya."Arina bisa bernapas lega karena mamanya ternyata tidak marah. Lagi pula kenapa dia harus marah? Anaknya hamil karena memiliki suami. Tidak ada yang salah dengan itu.Sepuluh menit kemudian Novita--mamanya Arina masuk ke kamarnya membawa nampan berisi makanan dan air minum. Dia letakkan nampan itu di nakas di dekat tempat tidur Arina. Novita mengambil piring dan memberikan pada Arina. "Makan dulu, Rin, makanan ini bisa kamu makan dan enggak akan bikin mual." Arina menuruti mamanya. Dia pun menyendokkan nasi ke dalam mulut, benar kata mamanya, Arina tidak merasakan mual setelah makan itu. Selesai menghabiskan satu piring nasi pun Arina tidak merasakan mual setelahnya. Dia kembalikan piring nya pada sang mama. "Makasih ya, M

    Last Updated : 2024-11-27
  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 14. Masih Ingin Pisah

    Mata Arina membulat saat dia melihat pria yang menjadi supir taksi di hadapannya membuka topi untuk menutupi wajahnya. Arina terkejut melihat suami yang dia rindukan kini berada di hadapannya. Arina ingin marah dan melampiaskan pada suamimu itu, tetapi dia menahan diri agar tidak melakukan itu di depan banyak orang. "Mas Yudhi? Aku baik, alhamdulillah. Mas apa kabar?" "Sama baik juga kayak kamu, alhamdulillah." Reaksi orang tua Arina biasa saja saat melihat Yudhi berada di sana. Mereka membawa koper masing-masing. Di sana orang tua Arina memesan satu kamar untuk mereka dan satu kamar lagi untuk Arina dan Yudhi. Keduanya menuju kamar hotel dalam diam. Arina sibuk dengan perasaannya sendiri begitu juga dengan Yudhi yang ingin sekali memeluk Arina karena sudah lama menahan rindu karena tidak bertemu dengan Arina. Sampai di dalam kamar, setelah meletakkan koper, Arina mencari tempat duduk. Ada sofa di dekat ranjang dan dia pun duduk di sana sambil melipat tangan di depan dada. Yudhi

    Last Updated : 2024-11-28
  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 15. Apartemen Baru

    Yudhi tetap memaksa mengantar Arina sampai ke rumahnya, tentu saja bersama orang tua Arina. Sampai di rumah Arina, Yudhi tidak masuk rumah dulu, tetapi langsung pamit dan Arina tidak menggubrisnya sama sekali. Setelah kepulangan Yudhi, Arya mengajak anaknya bicara di kamar. Dia sendiri kasihan melihat Yudhi diabaikan oleh anaknya. Ada hal yang masih belum dipahami oleh Arina, tetapi semua itu dilakukan orang tuanya demi kebaikan anaknya sendiri. "Rin, Papa tahu kamu pengennya pernikahanmu seperti kebanyakan orang, tapi kamu bukan menikah dengan orang biasa. Yudhi itu sekarang ini nyawanya sedang terancam. Kamu tahu sendiri kan karena pernah menyelamatkan nyawanya sebelum kalian menikah. Bagaimana pun juga dia tetap suamimu, Rin. Jangan abaikan dia seperti itu," ucap Arya sambil duduk di tepi ranjang Arina. Pria itu mengusap lembut pundak anaknya yang sedang berbaring membelakanginya. Arina menarik napas dalam-dalam untuk menekan rasa kesalnya. "Sekarang Papa sama mama kan tahu Mas

    Last Updated : 2024-11-28
  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 16. Dokter Pribadi

    Yudhi membawa Arina ke dapur di unit apartemen milik istrinya. Di sana sudah tersedia peralatan dapur lengkap dan sebuah lemari es yang isinya sudah penuh dengan berbagai jenis sayur dan protein yang bisa dimasak. "Kamu kan biasa masak, Rin, terus Mas juga lebih suka masak, jadi mulai besok pagi kita masak sarapan lalu malamnya kamu bisa masak atau kita masak bareng. Yah, itu tergantung kapan Mas pulang ke apartemen." Arina menganggukkan kepala. Dia lihat suaminya sudah mempersiapkan semua dengan baik, bahkan dia pun belum terpikir sampai ke situ. Yang Arina pikirkan selama tinggal di sana dia akan sering membeli makanan di luar. "Terus kalau bahan makanannya habis aku yang belanja, Mas?" tanya Arina membayangkan dia harus belanja sendiri dan membawa banyak bawaan dari supermarket. "Ya jangan dong, nanti kamu capek. Kita pesen semua lewat online aja, Mas ada toko langganan terus pesen pagi nanti siangnya diterima sama pembantu di sini, dia yang akan merapikan semuanya di kulkas. M

    Last Updated : 2024-11-30

Latest chapter

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 25. Rencana Mas Yudhi apa?

    Nanda mengirimkan sebuah foto pada Yudhi. Setelah tahu foto itu sudah dilihat oleh saudara sepupunya, pria itu langsung menghubungi Yudhi. "Apa maksud kamu ngirim foto dokter itu ke aku? Kamu nyulik dia?" Yang Nanda dengar tidak ada sedikit pun terdengar nada khawatir dari suara Yudhi di telepon. Pria itu merasa aneh. "Apa iya Yudhi dan Arina tidak ada hubungan sama sekali? Apa aku salah sangka?" tanya Nanda dalam hati dengan heran. "Kamu enggak pengen nyelamatin dia, Yud? Kalau dia aku apa-apain gimana? Enggak akan aku bunuh sih paling cuma ngajak main sebentar. Kamu enggak tergerak sama sekali atau penasaran dan pengen langsung datang ke sini?" "Terserah. Jangan ganggu, aku lagi sibuk. Kerjaan numpuk enggak selesai-selesai nih kalau ngomong di telepon terus sama kamu!" Nada bicara Yudhi sedikit naik. Nanda bingung dengan keputusannya menculik Arina. Dia sampai heran dengan sikap Yudhi yang terlihat dingin dengan Arina. "Sekali lagi aku tanya, kamu enggak pengen tahu aku ada d

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 24. Arina Diculik?

    Yudhi sudah memanggil Nanda ke ruangannya. Pria itu sedang duduk berhadapan dengannya. Yudhi bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya antara dia dan sepupunya itu."Yud, aku mau cerita sesuatu sama kamu." Nanda bicara lebih dulu dan itu tidak disangka oleh Yudhi. Awalnya dia ingin langsung mengungkapkan semua kesalahan Nanda, tetapi karena pria itu bicara lebih dulu, dia biarkan sepupunya itu bicara. "Mau cerita apa? Silakan aja, aku akan dengerin cerita kamu." Nanda mengubah posisi duduknya menjadi lebih santai agar tidak terlihat tegang. Pria itu mulai merangkai cerita. "Arina itu mantan pacarku. Kami hampir menikah." Yudhi sudah tidak terkejut lagi mendengar ucapan Nanda karena Arina sudah menceritakan semua padanya dan dia lebih percaya pada istrinya daripada saudara sepupunya sendiri sehingga Yudhi bisa bersikap biasa. "Oh ya? Terus hubungan kalian sekarang gimana?" Yudhi menampakan wajah penasarannya pada cerita dari Nanda. "Kami sudah putus karena Arina selingkuh

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 23. Panggil Nanda!

    Yudhi dan Arina sudah bersiap untuk berangkat ke tempat kerja masing-masing dari apartemen. Namun, Yudhi tidak mengantar Arina ke rumah sakit pagi itu. Perempuan itu memesan taksi untuk menuju rumah sakit. "Rin, nanti malam pulang ke rumah orang tuamu aja ya. Mas mau ada meeting nanti malam. Belum tahu pulangnya jam berapa, bisa tengah malam." "Aku enggak boleh nunggu di sini, Mas?" "Jangan. Mas enggak mau kamu sendirian di apartemen. Khawatir ada apa-apa, ya." Arina tahu suaminya selalu merasa khawatir padanya. Lebih baik dia menurut daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. "Ya, Mas. Nanti aku pulang ke rumah mama. Jadwal ke dokter kandungan nanti aku kabari, ya." Arina mencium punggung tangan suaminya lalu dia pun pamit berangkat ke rumah sakit dengan taksi. Mereka pun berpisah di parkiran. ***Arina sudah tiba di rumah sakit dan berada di ruangannya. Saat perempuan itu bersiap untuk praktek pagi, terdengar suara ketukan di pintu. "Masuk!" ucap Arina pada orang yang m

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 22. Mencurigai Nanda

    Yudhi tiba di dekat lokasi demo di salah satu tempat proyek pembangunan apartemen yang dibangun oleh perusahaannya. Arina sudah diantar ke rumah orang tuanya. Dia menemui kepala proyek pembangunan apartemen itu, tidak menemui masa yang berdemo."Yang pegang proyek ini Nanda, kan? Sekarang dia di mana?" tanya Yudhi pada kepala proyek bernama Bram. "Enggak bisa dihubungi, Pak." "Wah, gawat ini, dia ke mana sih? Ini yang demo tuntutan mereka apa?" "Mereka mau apartemen ini segera selesai dan bisa ditempati." "Terus apa masalahnya sampai pembangunan apartemen ini berjalan lambat?" Yudhi menghembuskan napas kasar. "Macet di keuangan, Pak." "Hah? Kok bisa? Semua proyek kan sudah ada lokasi dana masing-masing, kenapa bisa mandek kayak gini sih?" Yudhi mulai kesal karena itu. "Bapak coba bicara dengan Pak Nanda, apa yang terjadi dengan pengelolaan keuangan untuk pembangunan di sini. Saya enggak bisa banyak bicara, Pak." Yudhi kesal pada Nanda karena proyek yang dia pegang terjadi kete

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 21. Demo

    Hari ini Yudhi mengajak Arina bertemu orang tuanya. Sebelum memperkenalkan Arina secara langsung pada kedua orang tuanya, Yudhi lebih dulu menceritakan sosok Arina hingga kejadian yang menyebabkan keduanya harus menikah. Orang tua Yudhi tidak marah sama sekali karena baru diberitahu soal pernikahan dadakan yang terjadi pada anaknya. Mereka justru merasa senang karena Yudhi akhirnya menikah. Selama ini anak mereka terlihat sibuk dengan pekerjaan dan tampak tidak tertarik dengan perempuan. Mereka sempat khawatir Yudhi tidak mau menikah seumur hidupnya dan hanya setia pada pekerjaan saja. Kebahagiaan orang tua Yudhi tidak sampai di situ, mendengar Arina sedang hamil mereka semakin senang karena sudah tidak sabar ingin menimang cucu. Yudhi meminta mereka berjanji untuk merahasiakan pernikahan anaknya sementara demi keselamatan Arina dan janin dalam kandungannya. "Kenapa enggak bilang pas kamu balik kemarin, Yud? Jadi, istrimu itu ada penyelamat sekaligus anak dari Arya, teman Papa?" pr

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab. Arina Ngambek

    Jantung Yudhi berdebar kencang mendengar ucapan pria yang baru saja menerobos masuk ke ruangannya. Dia dekati pria yang belum dia kenal itu lalu tersenyum ramah. Saat itu Yudhi lupa pada janjinya dengan Arina. "Kita bisa bicara baik-baik kan, Pak, silakan duduk. Saya akan dengarkan keluh an Bapak." Yudhi menuntun pria itu menuju kursi yang ada di ruangannya. Dia pinta sekretarisnya ikut di dekatnya. "Jadi, apa masalahnya ya, Pak?" tanya Yudhi dengan baik-baik. Dia ingin semuanya menjadi jelas hari itu juga. "Pokoknya saya mau minta ganti rugi!" Pria itu kukuh dengan keinginannya. "Sebentar ya, Pak. Sebelum saya ganti rugi, tolong jelaskan dulu ada masalah apa? Kalau boleh tahu nama Bapak siapa?" "Saya Anwar. Saya datang ke sini mau minta ganti rugi. Seminggu yang lalu anak saya meninggal karena mengalami kecelakaan di proyek pembangunan apartemen PT. Bratajaya. Sampai saat ini belum ada satu pun perwakilan dari perusahaan ini yang datang ke rumah. Tidak ada omongan apa pun dan t

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 19. Minta Ganti Rugi

    Setelah jalan bersama sang suami, kini mood Arina mulai membaik. Saat ini mereka sudah kembali ke apartemen, Arina sedang mandi dan Yudhi menunggu di kamar. Selesai makan malam nanti Yudhi akan menagih cerita dari istrinya tentang apa yang terjadi hari itu. Yudhi melihat Arina keluar dari kamar mandi, pria itu pun tersenyum. "Rin, malam ini Mas yang masak ya, kamu nunggu aja sambil nonton TV." Yudhi mengajak Arina keluar dari kamar bersama. Pria itu mendorong punggung istrinya menuju sofa depan TV lalu dia menekan bahu Arina agar duduk di sofa itu. "Jangan ke mana-mana, ya. Tunggu di sini!" Yudhi meraih remote TV lalu menyalahkannya. Dia stel TV di siaran film romantis lalu dia tinggalkan istrinya menonton sendiri untuk memasak di dapur. Yudhi cukup mahir memasak di dapur. Dia memang sudah terbiasa memasak sendiri di apartemen, menu masakan sederhana dengan bahan simpel dia bisa, tetapi jika diminta memasak rendang atau opor dia menyerah. Setelah berkutat di dapur akhirnya Yudhi m

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 18. Apa Ini, Mas?

    Mood Arina benar-benar menjadi buruk setelah pagi-pagi bertemu dengan Nanda. Rasa kesalnya pada pria itu sampai ke ubun-ubun. Ingin marah, tetapi tidak tahu harus melampiaskannya ke mana. Perempuan itu mencoba mencari penghiburan dengan mengirimkan pesan chat pada suaminya. Tidak perlu menunggu jawaban, Yudhi langsung menelepon Arina, dengan cepat perempuan itu pun menerima panggilan telepon dari suaminya. "Kenapa, Rin?" tanya Yudhi dengan penuh perhatian. "Aku lagi bete, Mas. Pagi-pagi udah dibikin kesel sama orang." "Oh, siapa yang bikin kesel? Cerita dong, Mas siap dengerin." Arina merasa aneh pada suaminya, Bisa-bisanya Yudhi pada jam kerja kantor malah mau mendengarkan curhatan istrinya seperti sedang tidak ada kerjaan saja. "Mas. Emang Mas lagi enggak ada kerjaan, ya?" "Kerjaan Mas banyak banget, Rin. Enggak habis-habis malah, tapi buat Mas dengerin curhatan kamu lebih penting daripada tumpukan berkas di meja ini. Kalau kamu sampai ngambek maka semua kerjaan ini jadi engga

  • Dokter Cantik Pemilik Hati CEO    Bab 17. Kedatangan Nanda

    Nanda tersenyum meremehkan Yudhi dan Arina. "Dokter pribadi, ya? Emang kamu tahu dokter ini dari rumah sakit mana?" "Tahu." Yudhi menyebutkan nama rumah sakit milik Arya tempat Arina bekerja. "Hmm ... jadi, kondisi kamu gimana, Yud setelah dirawat sama dokter ini? Namanya siapa sih?" Nanda berlagak tidak mengenal Arina dan benar-benar meremehkan Arina sebagai dokter. "Kondisiku sudah lebih baik, Nan. Oh ya, kamu mau ngapain ke sini selain mau nengokin aku?" tanya Yudhi penasaran. Sebelum ini dia selalu bersikap baik pada Nanda, tetapi entah kenapa kali ini melihat wajah Nanda saja sudah membuat Yudhi emosi dan ingin menghajar pria itu. Apa semua karena Arina? Pria yang ada di hadapannya saat ini pernah menyakiti hati istrinya dulu sebelum dia bertemu dengan Arina. Namun, tetap ada hal yang disyukuri Yudhi karena Nanda menyakiti Arina, dia menikah dengan perempuan itu dan Arina pun masih terjaga kehormatannya karena Nanda tidak pernah berhasil merayu Arina agar mau melayani nafsu b

DMCA.com Protection Status